Anda di halaman 1dari 19

DOKUMENTASI KEPERAWATAN DALAM AKREDITASI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan


Dosen Pengampu :

OLEH:

DEWI ALFRIDA

FARAH RAIHANA 2011094

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah kewarganegaraan dengan tepat
pada waktunya. Shalawat dan taslim senantiasa tercurah kepada junjugan kita Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang
masa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.

Jakarta, 19 September 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DATAR ISI......................................................................................................................................4
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Akreditasi.............................................................................................................5
2.2 Jenis Standar Akreditasi Rumah Sakit...................................................................................6
2.3 Komponen standar akreditasi.................................................................................................7
2.4 Tahapan Akreditasi..............................................................................................................14
2.5 Peran Perawat Dalam Akreditasi Rumah Sakit....................................................................15
2.6 Bentuk dan Standar Dokumentasi Keperawatan Dalam Akreditas Rumah Sakit................16
BAB 3............................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
3.2 Saran.....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………………1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu upaya pemerintah untuk mendorong agar rumah sakit mengutamakan
pelayanan, keselamatan dan perlindungan kepada masyarakat yaitu dengan mewajibkan
rumah sakit untuk melakukan akreditasi (Permenkes 012 th 2012). Menurut Permenkes
012 th 2012, akreditasi adalah pengakuan yang diberikan kepada rumah sakit karena telah
berupaya meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Pengakuan ini
diberikan oleh lembaga interpenden yang bertugas melakukan akreditasi dari Menteri
Kesehatan. Lembaga interpenden yang bertugas melakukan akreditasi terhadap rumah
sakit di Indonesia adalah Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan akreditasi rumah sakit?
2. Apa saja jenis akreditasi yang berlaku di nasional dan internasional?
3. Apa saja komponen standar tiap akreditasi rumah sakit?
4. Apa saja tahapan akreditasi rumah sakit ?
5. Apa peran perawat dalam akreditasi rumah sakit?
6. Apa saja bentuk dan satndar dokumentasi keperawatan dalam akreditasi rumah sakit?

1.3 Tujuan
1. mengetahui apa itu akreditasi Rumah sakit
2. mengetahui jenis akreditasi rumah sakit yang berlaku di nasional dan internasional
3. mengetahui apa saja komponen standar tiap akreditasi dirumah sakit
4. mengetahui apa saja tahapan akreditasi rumah sakit
5. mengetahui apa itu peran perawat dalam akreditasi Rumah sakit
6. mengetahui bentuk dan standar dokumentasi keperawatan dalam akreditasi rumah sakit
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akreditasi


Akreditasi adalah proses di mana suatu lembaga, yang terpisah dan berbeda dari
organisasi pelayanan kesehatan, biasanya nonpemerintah, melakukan asesmen terhadap
organisasi pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk menentukan apakah organisasi tersebut
telah memenuhi seperangkat persyaratan (standar) yang dirancang untuk memperbaiki
keselamatan dan kualitas pelayanan. Akreditasi biasanya bersifat sukarela. Akreditasi
standar biasanya diyakini sebagai sesuatu yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi
menunjukkan komitmen nyata sebuah organisasi pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien, memastikan bahwa suatu
lingkungan perawatan itu aman, dan terus bekerja untuk mengurangi risiko bagi para
pasien dan petugas kesehatan. Seluruh dunia telah memandang perlunya akreditasi
sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu organisasi pelayanan kesehatan, yang
sekaligus juga berperan sebagai sarana manajemen.
Proses akreditasi dirancang untuk menciptakan budaya keselamatan dan budaya
kualitas dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan, sehingga organisasi itu akan
senantiasa berusaha meningkatkan mutu proses perawatannya. Dengan demikian,
organisasi tersebut dapat:
• meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa organisasi itu menitikberatkan
sasarannya pada keselamatan pasien dan kualitas perawatan yang diberikan;
• menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga karyawannya merasa
puas;
• bernegosiasi dengan sumber daya pendanaan yang akan menanggung biaya
perawatan berdasarkan data kualitas perawatan yang disediakannya;
• mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka, dan
melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses perawatan;
• menciptakan budaya mau belajar dari laporan-laporan kasus efek samping yang
dicatat berdasarkan waktu kejadian dan hal-hal lain terkait keselamatan.
• membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama. Kepemimpinan ini
menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan berkelanjutan untuk
meraih kualitas dan keselamatan pasien di segala tingkatan.

2.2 Jenis Standar Akreditasi Rumah Sakit


A. Joint Commission International (JCI)
Akreditasi JCI merupakan salah satu elemen penting bagi rumah sakit, karena
dapat menjadi bukti atas kualitas layanan yang diberikan kepada pasien. Joint
Commission International (JCI) merupakan lembaga akreditasi unggulan berskala
internasional yang ditujukan untuk sektor pelayanan kesehatan berskala Internasional.
Lembaga ini telah berdiri sejak tahun 1951 dan memiliki standar akreditasi yang telah
diakui sejak tahun 1994.
Selain itu, akreditasi JCI juga berhasil menciptakan standar kualitas pelayanan
kesehatan yang seragam di lebih dari 100 negara, tersebar mulai dari Eropa, Asia,
Afrika, Amerika Selatan, hingga Timur Tengah. Maka dari itu, tidak mengherankan
jika rumah sakit yang telah memenuhi syarat akreditasi JCI biasanya dibanjiri oleh
calon pasien, karena memang kualitas layanannya telah diakui secara internasional.
Menurut Joint Comission International akreditasi adalah proses penilaian
organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit utamanya rumah sakit non
pemerintah, oleh lembaga akreditasi internasional berdasarkan standar internasional
yang telahditetapkan. Akreditasi disusun untuk meningkatkan keamanan dan kualitas
pelayanan kesehatan. Kementerian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan memilih dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada
Joint Commission International (JCI). Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan
memilih akreditasi dengan sistem Joint Commission International (JCI) dikarenakan
lembaga akreditasi tersebut merupakan badan yang pertama kali terakreditasi oleh
International Standart Quality (ISQua) selaku penilai lembaga akreditasi.Standar ini
akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal yang
tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit
Misi JCI sendiri adalah meningkatkan kualitas kesehatan secara terus-menerus
kepada masyarakat, dengan bekerja sama dengan para stakeholder, mengevaluasi
organisasi pelayanan kesehatan, serta memberikan inspirasi dalam peningkatan
penyediaan pelayanan yang aman, efektif yang paling tinggi, dan bernilai mutunya.

B. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS)


Akreditasi rumah sakit merupakan sebuah proses penilaian dan penetapan
kelayakan rumah sakit berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh
lembaga independen akreditasi Kementerian Kesehatan.
SNARS merupakan standar nasional akreditasi rumah sakit yang telah ditetapkan
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan sudah mulai diberlakukan pada 1
Januari 2018 di seluruh Indonesia. Mengacu pada pada beberapa pedoman yang
terdiri dari konsep dan prosedur akreditasi internasional yang ditetapkan oleh ISQua
atau The International Society for Quality in Health, perundang-undangan dan
peraturan pemerintah mengenai profesi di Indonesia, standar akreditasi JCI edisi 4
dan edisi 5, standar akreditasi rumah sakit KARS versi 2012, serta mengacu pada
kajian hasil survey standar dan element yang belum diterapkan di rumah sakit
Indonesia, KARS kemudian menetapkan standar penilaian akreditasi rumah sakit
dalam SNARS 2018 yang telah disesuaikan dengan kondisi rumah sakit di Indonesia.
Proses penyempurnaan standart akreditasi SNARS 2018 dilakukan melalui berbagai
macam diskusi dan kesepakan yang melibatkan berbagai stakeholder dari
Kementerian Kesehatan, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI),
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Himpunan Perawat Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (HIPPI), dan Persatuan Pengendalian Infeksi (Perdalin).
Adapun perbedaan penyempurnaan dari sistem akreditasi sebelumnya yang
ditetapkan pada tahun 2012 adalah adanya tambahan Bab yang ada pada SNARS
2018. Jika sebelumnya standar akreditasi hanya berjumlah 15 bab, SNARS 2018
kemudian menambah 1 bab dalam standar akredirtasi rumah sakit sehingga menjadi
16 Bab. Selain itu ada penambahan standar dalam SNARS 2018 yang terdiri dari
standar pengendalian resistensi antimikroba (PRA) dan juga standar integrasi
pendidikan kesehatan dalam pelayanan rumah sakit.

2.3 Komponen standar akreditasi


A.Sasaran Keselamatan pasien (SKP)

1. Sasaran Pertama : Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar.

Elemen Penilaian SKP.I.


1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi
2. Sasaran Kedua : Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif.
Elemen Penilaian SKP.II.
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
3. Sasaran ketiga :Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-Alert)
Elemen Penilaian SKP.III.
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restrict access).

4. Sasaran keempat: Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi


Elemen Penilaian SKP.IV.
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen
serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur "sebelum insisi /
time-out" tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur
medis dan tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
5. Sasaran kelima : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Elemen Penilaian SKP.V.
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
6. Sasaran keenam : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Elemen Penilaian SKP.VI.
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan
asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.
Demikian materi Standar Akreditasi Rumah Sakit 2012 Pokja Sasaran Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, semoga berguna.
B.Standar pelayanan Berfokus Pada Pasien
1. Akses Ke Rumah Sakit Dan Kontinuitas Pelayanan (ARK).
Maksud dan tujuan adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan
pelayanan yang sudah tersedia di rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan, kemudian
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Sebagai hasilnya adalah
meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia
di rumah sakit. Perlu informasi penting untuk membuat keputusan yang benar tentang:
1. kebutuhan pasien yang dapat dilayani oleh rumah sakit;
2. pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien;
3. rujukan ke pelayanan lain baik di dalam maupun keluar rumah sakit;
4. pemulangan pasien yang tepat dan aman ke  
2. Hak Pasien Dan Keluarga (HPK).
Pasien dan keluarganya adalah pribadi yang unik dengan sifat, sikap, perilaku
yang berbeda-beda, kebutuhan pribadi, agama, keyakinan, dan nilai-nilai pribadi. Rumah
sakit membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien untuk memahami
dan melindungi nilai budaya, psikososial, serta nilai spiritual setiap pasien. Hasil
pelayanan pada pasien akan meningkat bila pasien dan keluarga yang tepat atau mereka
yang berhak mengambil keputusan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan
pelayanan dan proses yang sesuai dengan harapan, nilai, serta budaya.
  Untuk mengoptimalkan hak pasien dalam pemberian pelayanan yang berfokus
pada pasien dimulai dengan menetapkan hak tersebut, kemudian melakukan edukasi pada
pasien serta staf tentang hak dan kewajiban tersebut. Para pasien diberi informasi tentang
hak dan kewajiban mereka dan bagaimana harus bersikap. Para staf dididik untuk
mengerti dan menghormati kepercayaan, nilai-nilai pasien, dan memberikan pelayanan
dengan penuh perhatian serta hormat guna menjaga martabat dan nilai diri pasien.

3. Asesmen Pasien (AP).

Tujuan asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang


kebutuhan asuhan, pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan pengobatan
berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi
pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah proses yang terus menerus dan dinamis
yang digunakan pada sebagian besar unit kerja rawat inap dan rawat jalan.

Asesmen harus memperhatikan kondisi pasien, umur, kebutuhan kesehatan, dan


permintaan atau preferensinya. Kegiatan asesmen pasien dapat bervariasi sesuai dengan
tempat pelayanan. Asesmen ulang harus dilakukan selama asuhan, pengobatan dan
pelayanan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien. Asesmen ulang adalah penting
untuk memahami respons pasien terhadap pemberian asuhan, pengobatan dan pelayanan,
serta juga penting untuk menetapkan apakah keputusan asuhan memadai dan efektif.
4. Pelayanan Dan Asuhan Pasien (PAP)

Tanggung jawab rumah sakit dan staf yang terpenting adalah memberikan asuhan
dan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yg
efektif, kolaborasi, dan standardisasi proses untuk memastikan bahwa rencana,
koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan
unik pasien dan target. Asuhan tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif,
kuratif, atau rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi
suportif, atau kombinasinya, yang berdasar atas asesmen dan asesmen ulang pasien.
Asuhan pasien dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) dengan banyak
disiplin dan staf klinis lain. Semua staf yg terlibat dalam asuhan pasien harus
memiliki peran yg jelas, ditentukan oleh kompetensi dan kewenangan, kredensial,
sertifikasi, hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan
kebijakan rumah   sakit
,atau uraian tugas wewenang (UTW).Beberapa asuhan dapat dilakukan oleh
pasien/keluarganya atau pemberi asuhan terlatih (care giver).

5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB)


 Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks
dan sering dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memerlukan
 asesmen pasien yang lengkap dan menyeluruh;
 perencanaan asuhan yang terintegrasi;
 pemantauan yang terus menerus;
 transfer ke ruang perawatan berdasar atas kriteria tertentu;
 rehabilitasi;
 transfer ke ruangan perawatan dan
Karena tindakan bedah juga merupakan tindakan yang berisiko tinggi maka harus
direncanakan dan dilaksanakan secara hati-hati. Rencana prosedur operasi dan asuhan
pascaoperasi dibuat berdasar atas asesmen dan didokumentasikan.

6. Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat (PKPO).


Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk
 menjamin mutu, manfaat, keamanan, serta khasiat sediaan farmasi dan alat
kesehatan;
 menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian;
 melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety);
 menjamin sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang lebih aman
(medication safety);
 menurunkan angka kesalahan penggunaan
  Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat merupakan komponen yang
penting dalam pengobatan simtomatik, preventif, kuratif, paliatif, dan rehabilitatif
terhadap penyakit dan berbagai kondisi, serta mencakup sistem dan proses yang
digunakan rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien.

7. Manajemen Komunikasi Dan Edukasi (MKE).


Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat
bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada dan
dengan komunitas, pasien dan keluarganya, serta antarstaf klinis, terutama Profesional
Pemberi Asuhan (PPA). Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah satu akar
masalah yang paling sering menyebabkan insiden keselamatan pasien. Komunikasi dapat
efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim
pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan/komunikan, dan tidak ada hambatan untuk hal itu.
Komunikasi efektif sebagai dasar untuk memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga agar mereka memahami kondisi kesehatannya sehingga pasien berpartisipasi
lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil
keputusan tentang asuhannya.

C. Standar Manajemen Rumah Sakit


1. Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMKP).

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan


pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien (PMKP) yang menjangkau ke seluruh unit kerja di rumah sakit.Untuk
melaksanakan program tersebut tidaklah mudah karena memerlukan koordinasi dan
komunikasi yang baik antara kepala bidang/divisi medis, keperawatan, penunjang medis,
administrasi, dan lainnya termasuk kepala unit/departemen/instalasi pelayanan.

Rumah sakit perlu menetapkan komite/tim atau bentuk organisasi lainnya untuk
mengelola program peningkatan mutu dan keselamatan pasien agar mekanisme
koordinasi pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat berjalan
lebih baik.Standar ini menjelaskan pendekatan yang komprehensif untuk peningkatan
mutu dan keselamatan pasien yang berdampak pada semua aspek pelayanan.
2. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Tujuan pengorganisasian program PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan
risiko infeksi yang didapat serta ditularkan di antara pasien, staf, tenaga profesional
kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa, dan pengunjung.
Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lainnya bergantung pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang
dilayani, lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai.
Program PPI akan efektif apabila mempunyai pimpinan yang ditetapkan,
pelatihan dan pendidikan staf yang baik, metode untuk mengidentifikasi serta proaktif
pada tempat berisiko infeksi, kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan
koordinasi ke seluruh rumah sakit.
3.  Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK)
Rumah sakit dalam kegiatannya harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi,
dan suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut
fasilitas fisik, peralatan medis, dan peralatan lainnya harus dikelola secara efektif. Secara
khusus, manajemen harus berupaya keras
1. mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko;
2. mencegah kecelakaan dan cidera; dan
3. memelihara kondisi
Manajemen yang efektif melibatkan multidisiplin dalam perencanaan, pendidikan, dan
pemantauan.
 Pimpinan merencanakan ruangan, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan yang
aman dan efektif untuk menunjang pelayanan klinis yang diberikan.
 Seluruh staf dididik tentang fasilitas, cara mengurangi risiko, serta bagaimana memonitor
dan melaporkan situasi yang dapat menimbulkan
 Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem yang penting dan mengidentifikasi
perbaikan
4. Kompetensi Dan Kewenangan Staf (KKS)
  Pimpinan unit layanan menetapkan persyaratan pendidikan, kompetensi, kewenangan,
keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman staf untuk memenuhi kebutuhan memberikan
asuhan kepada pasien. Untuk menghitung jumlah staf yang dibutuhkan digunakan faktor sebagai
berikut:
1. misi rumah sakit;
2. keragaman pasien yang harus dilayani, kompleksitas, dan intensitas kebutuhan pasien;
3. layanan diagnostik dan klinis yang disediakan rumah sakit;
4. volume pasien rawat inap dan rawat jalan;
5. teknologi medis yang digunakan untuk
Rumah sakit memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang syarat tingkat
pendidikan, kompetensi, kewenangan, keterampilan, pengetahuan dan pengalaman untuk setiap
anggota staf, serta ketentuan yang mengatur jumlah staf yang dibutuhkan di setiap unit layanan.
6. Manajemen Informasi Dan Rekam Medik (MIRM).
  Informasi diperlukan untuk memberikan, mengordinasikan, dan juga mengintegrasikan
pelayanan rumah sakit. Hal ini meliputi ilmu pengasuhan pasien secara individual, asuhan yang
diberikan. dan kinerja staf klinis. Informasi merupakan sumber daya yang harus dikelola secara
efektif oleh pimpinan rumah sakit seperti halnya sumber daya manusia, material, dan finansial.
Setiap rumah sakit berupaya mendapatkan, mengelola, dan menggunakan informasi untuk
meningkatkan/memperbaiki hasil asuhan pasien, kinerja individual, serta kinerja rumah sakit
secara keseluruhan. 

D. Program Nasional

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, Pemerintah menetapkan


beberapa program nasional yang menjadi prioritas. Program prioritas tersebut meliputi:
1. menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan angka kesehatan ibu dan
bayi
2. menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS
3. menurunkan angka kesakitan tuberkulosis
4. pengendalian resistensi antimikroba
5. pelayanan geriatri
Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila mendapat dukungan
penuh dari pimpinan/direktur rumah sakit berupa penetapan regulasi, pembentukan organisasi
pengelola, penyediaan fasilitas, sarana dan dukungan finansial untuk mendukung pelaksanaan
program.

E. Integrasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal
22 dan 23 menetapkan pengaturan tentang rumah sakit pendidikan yang diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2015.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2013 Pasal 1 butir 15 menjelaskan bahwa Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit
yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara
terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan
kesehatan lainnya secara multiprofesi.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2013 Pasal 1 butir 16, 17, dan 18 menjelaskan pengertian rumah sakit pendidikan utama, rumah
sakit pendidikan afiliasi, dan rumah sakit pendidikan satelit.
Pasal 3: rumah sakit pendidikan memiliki fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian
bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain.UU Nomor 44 Pasal 4 (1): dalam
menjalankan fungsi pelayanan bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, rumah sakit pendidikan bertugas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terintegrasi dengan mengutamakan tata kelola klinis yang baik,
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, serta kesehatan lain berbasis
bukti dengan memperhatikan aspek etika profesi dan hukum kesehatan. Pasal 9: jenis rumah
sakit pendidikan, yaitu rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan afiliasi, dan
rumah sakit pendidikan satelit.Rumah sakit pendidikan harus mempunyai mutu dan keselamatan
pasien yang lebih tinggi daripada rumah sakit nonpendidikan.Agar mutu dan keselamatan pasien
di rumah sakit pendidikan tetap terjaga maka perlu ditetapkan standar akreditasi untuk rumah
sakit pendidikan.Pada rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, akreditasi
perlu dilengkapi dengan standar dan elemen penilaian untuk menjaga mutu pelayanan dan
menjamin keselamatan pasien.

2.4 Tahapan Akreditasi

a. Rumah Sakit Non Pendidikan

1). Tidak lulus akreditasi

a) Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 15 bab yang disurvei,semua mendapat nilai
kurang dari 60 %

b) Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah
rekomendasi dari surveior dilaksanakan.
2). Akreditasi tingkat dasar

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 15 bab yang di survei
hanya 4 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan 12bab lainnya tidak ada yang mendapat
nilai dibawah 20%.

3). Akreditasi tingkat madya

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi Tingkat madya bila dari 15 bab yang di
survei ada 8 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan 7 bab lainnya tidak ada yang
mendapat nilai dibawah 20%.

4). Akreditasi tingkat utama

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 15 bab yang di survei ada
12 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan 3 bablainnya tidak ada yang mendapat nilai
dibawah 20%.

5). Akreditasi tingkat paripurna

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 15 bab
yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80%.

b. Rumah Sakit Pendidikan

1). Tidak lulus akreditasi

a) Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab yang di survei mendapat nilai
kurang dari 60%.

b) Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulangsetelah
rekomendasi dari surveior dilaksanakan.

2). Akreditasi tingkat dasar

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 16 babyang di survei
hanya 4 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusipendidikan pelayanan kesehatan,
mendapat nilai minimal 80% dan 12bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah
20%

3). Akreditasi tingkat madya

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 16 bab yang di
survei ada 8 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusipendidikan pelayanan
kesehatan, mendapat nilai minimal 80% dan 8bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai
dibawah 20%.

4). Akreditasi tingkat utama

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 16 bab yang di
survei ada 12 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusipendidikan pelayanan
kesehatan mendapat nilai minimal 80 % dan 4bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai
dibawah 20%.

5). Akreditasi tingkat paripurna

a) Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari16 bab yang di
survei semua bab mendapat nilai minimal 80%.

b) Bila Rumah Sakit tidak mendapat status akreditasi paripurna dan ada bab
nilainyadibawah 80 % tetapi diatas 60%, maka Rumah Sakit dapat mengajukan
surveiremedial untuk bab tersebut.

2.5 Peran Perawat Dalam Akreditasi Rumah Sakit


Peran PerawatIPSG 1: Identifikasi Pasiendengan Benar–Sebelum pemberian obat,
darah atau produkdarah.Sebelum pengambilan sample darah atau sample lainnya untuk
pemeriksaan laboratorium.Sebelum melakukan tindakan–Dilakukan dengan
mengidentifikasi minimal 2 idenititas (Nama Lengkap, Tanggal Lahir ataunomor rekam
medik)

Peran Perawat IPSG 2: MeningkatkanKomunikasi Efektif–Instruksi/ informasi


verbal atau melalui teleponditerima dengan teknik TBaK (Tulis Baca Kembali,
Konfirmasi)–Pelaporan kondisi pasien menggunakan teknikSBAR (Situation, Background,
Assessment, Recomendation

Peran Perawat IPSG 3:Meningkatkankeamanan obat obatkewaspadaan tinggi(high


alert)–Tidak menyimpan obat obatan elektrolit pekatdiruang perawatan biasa (KCL, Bicarbonat,
MgSO4 dll)–Memberikan penandaan obat obatankewaspadaan tinggi–Melakukan prinsip7
Benar pemberian obat (Benarpasien, obat, dosis, waktu, cara, edukasi dandokumentasi)

Peran Perawat IPSG 4 :Memastikanbenar lokasi, benarprosedur dan benar pasien


operasi–Penandaan area operasi, Informed Conset–Memastikan dokumen operasi lengkapdan
tersedia, –Time Out sebelum insisi, –Memastikan setiap langkah dalamoperasi benar (clinical
pathway)

Peran Perawat IPSG 5:Pengendalian dan PencegahanInfeksiRS–Melakukan


Kebijakan PPIRS: Universal Precaution–Melakukan5 Moments on Hand Hygiene•Sebelum
Kontak dengan Pasien•Sebelum Melakukan tindakan invasif/ steril•Setelah kontak dengan
pasien•Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien•Setelah kontak dengan lingkungan pasien–
Edukasi keluarga tentangPPI–Memastikan setiap tenaga kesehatan melakukanUniversal
Precaution

Peran Perawat IPSG 6:Pencegahan kejadianpasien jatuh–Skrining risiko pasien


Jatuh (Morse dan Get Up and Go test)–Penandaan pasien dengan risiko jatuh (GelangKuning)–
Edukasi pasien dan keluarga–Pengaturan lingkungan perawatan untukmencegah jatuh

2.6 Bentuk dan Standar Dokumentasi Keperawatan Dalam Akreditas Rumah Sakit
Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan / tindakan yang diberikan kpd
seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu paket tindakan yang dilakukan oleh PPA untuk
memecahkan atau mendukung diagnosis yang ditegakkan melalui asesmen. Tujuan utama
rencana asuhan adalah memperoleh hasil klinis yang optimal

DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi/riview bwekala dan verifikasi harian untuk
menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan.Satu
rencana asuhan terintegrasi dengan sasran-sasaran yang diharapkan oleh PPA lebih baik dripada
rencana terpisah oleh PPA masing-masing. Rencana asuhan yang baik menjelaskan asuhan
individual,objektif,dan sasaran dapat diukur untuk memudahkan asesmen ulang serta revisi
rencana asuahan.
Pelaksanaan Asuhan Pasien Terinterigrasi pusatnya adalah pasien dan mencakup elemen
sebagai berikut:
1. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien
2. DPJP sebagai ketua tim PPA (Clinical Leader)
3. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, antar
lain memakan panduan praktik klinis(ppk),panduan Asuhan PPA lainnya disertai
Alur klinis terintegrasi /Clinical Pathway,dan catatan perkembangan pasien
terintegrasi/CPPT
4. Perencanaan pemulangan pasien / Discharge planning terintegrasi
5. Asuhan gizi terintegrasi
6. Manajer pelayanan pasien/case
7. Pendokumentasian direkam medis merupakan alat untuk memfasilitasi dan
menggambarkan integrase serta koordinasi asuhan Secara khusus, setiap PPA
mencatat observsi dan pengobatan direkam medis pasien.Demikian hasil atau
kesimpulan dari tim atau diskusi pasien di catat dalm CPPT.
 
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akreditasi rumah sakit yang digunakan nasional yaitu SNARS (standar nasional
akreditasi rumah sakit) dan yang digunakan internasional yaitu JIC (Join Commission
International). Akreditasi rumah sakit di Indonesia dilaksanakan oleh KARS (Komite Akreditasi
Rumah Sakit). Adapun kompenen yang dilaksanakan dalam mengakreditasi rumah sakit yaitu
sasaran keselamatan pasien, standar pelayanan berfokus pasien, standar manajemen rumah sakit,
program nasional dan Integrasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pelayanan di Rumah Sakit.
Tahapan akreditasi rumah sakit dibagi menjadi 2, rumah sakit non pendidikan dan rumah sakit
pendidikan. Pada rumah sakit non pendidikan dinyatakan tidak lulus jika 15 bab mendapatkan
nilai 60%, dinyatakan tingkat dasar jika 4 bab mendapatkan nilai 80%, dinyatakan tingkat madya
jika 8 bab mendapatkan nilai 80%, dinyatakan tingkat utama jika 12 bab mendapatkan nilai 80%,
dinyatakan tingkat paripurna jika 15 bab mendapatkan nilai 80%. Tahapan pada rumah sakit
pendidikan sama seperti rumah sakit non pendidikan, yang membedakan hanya bab disurvei,
yaitu rumah sakit pendidikan ada 16 bab. Dalam akreditasi rumah sakit, tentunya ada peran
perawat yang sesuai dengan SNARS yaitu, mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan
komunikasi efektif, meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai, memastikan
lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar,
mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan mengurangi resiko cedera pasien
akibat terjatuh yang dimana peran perawat ini masuk dalam 6 SKP (Standar Keselamatan Pasien)
pada SNARS. Sesuai standar SNARS pendokumentasian yang dilakukan PPA mencatat data
pasien sejak pasien menjadi pasien rawat inap pada rekam medis pasien dan setiap hasil diskusi
dari rapat tim di catat pada CPPT.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
DPP PROMKI DKI Jakarta. 2018. SEMINAR Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) Edisi-1 Dalam Implementasi Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan.
http://www.pormiki-dki.org/berita-artikel/110-seminar-standar-nasional-akreditasirumah-
sakit-snars-edisi-1-dalam-implementasi-peningkatan-mutu-pelayanan-kesehatan

RSUD Pameungpeuk.2019. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).


http://rsudpameungpeuk.id/detailberita-6-standar-nasional-akreditasi-rumah-sakitsnars.html

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Akreditasi RS Jamin Mutu Pelayanan dan Keselamatan
Pasien.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20190225/0829547/akreditasi-rs-jaminmutu -
pelayanan-dan-keselamatan-pasien/

Standar nasional akreditasi rumah sakit. 2018. http://snars.web.id/2018/skp/

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2017. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.
http://snars.web.id/2018/donwload/SNARS1.pd

Anda mungkin juga menyukai