OLEH:
DEWI ALFRIDA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah kewarganegaraan dengan tepat
pada waktunya. Shalawat dan taslim senantiasa tercurah kepada junjugan kita Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang
masa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. mengetahui apa itu akreditasi Rumah sakit
2. mengetahui jenis akreditasi rumah sakit yang berlaku di nasional dan internasional
3. mengetahui apa saja komponen standar tiap akreditasi dirumah sakit
4. mengetahui apa saja tahapan akreditasi rumah sakit
5. mengetahui apa itu peran perawat dalam akreditasi Rumah sakit
6. mengetahui bentuk dan standar dokumentasi keperawatan dalam akreditasi rumah sakit
BAB 2
PEMBAHASAN
Tanggung jawab rumah sakit dan staf yang terpenting adalah memberikan asuhan
dan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yg
efektif, kolaborasi, dan standardisasi proses untuk memastikan bahwa rencana,
koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan
unik pasien dan target. Asuhan tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif,
kuratif, atau rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi
suportif, atau kombinasinya, yang berdasar atas asesmen dan asesmen ulang pasien.
Asuhan pasien dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) dengan banyak
disiplin dan staf klinis lain. Semua staf yg terlibat dalam asuhan pasien harus
memiliki peran yg jelas, ditentukan oleh kompetensi dan kewenangan, kredensial,
sertifikasi, hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan
kebijakan rumah sakit
,atau uraian tugas wewenang (UTW).Beberapa asuhan dapat dilakukan oleh
pasien/keluarganya atau pemberi asuhan terlatih (care giver).
Rumah sakit perlu menetapkan komite/tim atau bentuk organisasi lainnya untuk
mengelola program peningkatan mutu dan keselamatan pasien agar mekanisme
koordinasi pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat berjalan
lebih baik.Standar ini menjelaskan pendekatan yang komprehensif untuk peningkatan
mutu dan keselamatan pasien yang berdampak pada semua aspek pelayanan.
2. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Tujuan pengorganisasian program PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan
risiko infeksi yang didapat serta ditularkan di antara pasien, staf, tenaga profesional
kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa, dan pengunjung.
Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lainnya bergantung pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang
dilayani, lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai.
Program PPI akan efektif apabila mempunyai pimpinan yang ditetapkan,
pelatihan dan pendidikan staf yang baik, metode untuk mengidentifikasi serta proaktif
pada tempat berisiko infeksi, kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan
koordinasi ke seluruh rumah sakit.
3. Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK)
Rumah sakit dalam kegiatannya harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi,
dan suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut
fasilitas fisik, peralatan medis, dan peralatan lainnya harus dikelola secara efektif. Secara
khusus, manajemen harus berupaya keras
1. mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko;
2. mencegah kecelakaan dan cidera; dan
3. memelihara kondisi
Manajemen yang efektif melibatkan multidisiplin dalam perencanaan, pendidikan, dan
pemantauan.
Pimpinan merencanakan ruangan, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan yang
aman dan efektif untuk menunjang pelayanan klinis yang diberikan.
Seluruh staf dididik tentang fasilitas, cara mengurangi risiko, serta bagaimana memonitor
dan melaporkan situasi yang dapat menimbulkan
Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem yang penting dan mengidentifikasi
perbaikan
4. Kompetensi Dan Kewenangan Staf (KKS)
Pimpinan unit layanan menetapkan persyaratan pendidikan, kompetensi, kewenangan,
keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman staf untuk memenuhi kebutuhan memberikan
asuhan kepada pasien. Untuk menghitung jumlah staf yang dibutuhkan digunakan faktor sebagai
berikut:
1. misi rumah sakit;
2. keragaman pasien yang harus dilayani, kompleksitas, dan intensitas kebutuhan pasien;
3. layanan diagnostik dan klinis yang disediakan rumah sakit;
4. volume pasien rawat inap dan rawat jalan;
5. teknologi medis yang digunakan untuk
Rumah sakit memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang syarat tingkat
pendidikan, kompetensi, kewenangan, keterampilan, pengetahuan dan pengalaman untuk setiap
anggota staf, serta ketentuan yang mengatur jumlah staf yang dibutuhkan di setiap unit layanan.
6. Manajemen Informasi Dan Rekam Medik (MIRM).
Informasi diperlukan untuk memberikan, mengordinasikan, dan juga mengintegrasikan
pelayanan rumah sakit. Hal ini meliputi ilmu pengasuhan pasien secara individual, asuhan yang
diberikan. dan kinerja staf klinis. Informasi merupakan sumber daya yang harus dikelola secara
efektif oleh pimpinan rumah sakit seperti halnya sumber daya manusia, material, dan finansial.
Setiap rumah sakit berupaya mendapatkan, mengelola, dan menggunakan informasi untuk
meningkatkan/memperbaiki hasil asuhan pasien, kinerja individual, serta kinerja rumah sakit
secara keseluruhan.
D. Program Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal
22 dan 23 menetapkan pengaturan tentang rumah sakit pendidikan yang diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2015.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2013 Pasal 1 butir 15 menjelaskan bahwa Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit
yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara
terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan
kesehatan lainnya secara multiprofesi.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2013 Pasal 1 butir 16, 17, dan 18 menjelaskan pengertian rumah sakit pendidikan utama, rumah
sakit pendidikan afiliasi, dan rumah sakit pendidikan satelit.
Pasal 3: rumah sakit pendidikan memiliki fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian
bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain.UU Nomor 44 Pasal 4 (1): dalam
menjalankan fungsi pelayanan bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, rumah sakit pendidikan bertugas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terintegrasi dengan mengutamakan tata kelola klinis yang baik,
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, serta kesehatan lain berbasis
bukti dengan memperhatikan aspek etika profesi dan hukum kesehatan. Pasal 9: jenis rumah
sakit pendidikan, yaitu rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan afiliasi, dan
rumah sakit pendidikan satelit.Rumah sakit pendidikan harus mempunyai mutu dan keselamatan
pasien yang lebih tinggi daripada rumah sakit nonpendidikan.Agar mutu dan keselamatan pasien
di rumah sakit pendidikan tetap terjaga maka perlu ditetapkan standar akreditasi untuk rumah
sakit pendidikan.Pada rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, akreditasi
perlu dilengkapi dengan standar dan elemen penilaian untuk menjaga mutu pelayanan dan
menjamin keselamatan pasien.
a) Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 15 bab yang disurvei,semua mendapat nilai
kurang dari 60 %
b) Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah
rekomendasi dari surveior dilaksanakan.
2). Akreditasi tingkat dasar
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 15 bab yang di survei
hanya 4 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan 12bab lainnya tidak ada yang mendapat
nilai dibawah 20%.
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi Tingkat madya bila dari 15 bab yang di
survei ada 8 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan 7 bab lainnya tidak ada yang
mendapat nilai dibawah 20%.
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 15 bab yang di survei ada
12 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan 3 bablainnya tidak ada yang mendapat nilai
dibawah 20%.
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 15 bab
yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80%.
a) Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab yang di survei mendapat nilai
kurang dari 60%.
b) Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulangsetelah
rekomendasi dari surveior dilaksanakan.
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 16 babyang di survei
hanya 4 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusipendidikan pelayanan kesehatan,
mendapat nilai minimal 80% dan 12bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah
20%
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 16 bab yang di
survei ada 8 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusipendidikan pelayanan
kesehatan, mendapat nilai minimal 80% dan 8bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai
dibawah 20%.
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 16 bab yang di
survei ada 12 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusipendidikan pelayanan
kesehatan mendapat nilai minimal 80 % dan 4bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai
dibawah 20%.
a) Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari16 bab yang di
survei semua bab mendapat nilai minimal 80%.
b) Bila Rumah Sakit tidak mendapat status akreditasi paripurna dan ada bab
nilainyadibawah 80 % tetapi diatas 60%, maka Rumah Sakit dapat mengajukan
surveiremedial untuk bab tersebut.
2.6 Bentuk dan Standar Dokumentasi Keperawatan Dalam Akreditas Rumah Sakit
Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan / tindakan yang diberikan kpd
seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu paket tindakan yang dilakukan oleh PPA untuk
memecahkan atau mendukung diagnosis yang ditegakkan melalui asesmen. Tujuan utama
rencana asuhan adalah memperoleh hasil klinis yang optimal
DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi/riview bwekala dan verifikasi harian untuk
menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan.Satu
rencana asuhan terintegrasi dengan sasran-sasaran yang diharapkan oleh PPA lebih baik dripada
rencana terpisah oleh PPA masing-masing. Rencana asuhan yang baik menjelaskan asuhan
individual,objektif,dan sasaran dapat diukur untuk memudahkan asesmen ulang serta revisi
rencana asuahan.
Pelaksanaan Asuhan Pasien Terinterigrasi pusatnya adalah pasien dan mencakup elemen
sebagai berikut:
1. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien
2. DPJP sebagai ketua tim PPA (Clinical Leader)
3. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, antar
lain memakan panduan praktik klinis(ppk),panduan Asuhan PPA lainnya disertai
Alur klinis terintegrasi /Clinical Pathway,dan catatan perkembangan pasien
terintegrasi/CPPT
4. Perencanaan pemulangan pasien / Discharge planning terintegrasi
5. Asuhan gizi terintegrasi
6. Manajer pelayanan pasien/case
7. Pendokumentasian direkam medis merupakan alat untuk memfasilitasi dan
menggambarkan integrase serta koordinasi asuhan Secara khusus, setiap PPA
mencatat observsi dan pengobatan direkam medis pasien.Demikian hasil atau
kesimpulan dari tim atau diskusi pasien di catat dalm CPPT.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akreditasi rumah sakit yang digunakan nasional yaitu SNARS (standar nasional
akreditasi rumah sakit) dan yang digunakan internasional yaitu JIC (Join Commission
International). Akreditasi rumah sakit di Indonesia dilaksanakan oleh KARS (Komite Akreditasi
Rumah Sakit). Adapun kompenen yang dilaksanakan dalam mengakreditasi rumah sakit yaitu
sasaran keselamatan pasien, standar pelayanan berfokus pasien, standar manajemen rumah sakit,
program nasional dan Integrasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pelayanan di Rumah Sakit.
Tahapan akreditasi rumah sakit dibagi menjadi 2, rumah sakit non pendidikan dan rumah sakit
pendidikan. Pada rumah sakit non pendidikan dinyatakan tidak lulus jika 15 bab mendapatkan
nilai 60%, dinyatakan tingkat dasar jika 4 bab mendapatkan nilai 80%, dinyatakan tingkat madya
jika 8 bab mendapatkan nilai 80%, dinyatakan tingkat utama jika 12 bab mendapatkan nilai 80%,
dinyatakan tingkat paripurna jika 15 bab mendapatkan nilai 80%. Tahapan pada rumah sakit
pendidikan sama seperti rumah sakit non pendidikan, yang membedakan hanya bab disurvei,
yaitu rumah sakit pendidikan ada 16 bab. Dalam akreditasi rumah sakit, tentunya ada peran
perawat yang sesuai dengan SNARS yaitu, mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan
komunikasi efektif, meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai, memastikan
lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar,
mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan mengurangi resiko cedera pasien
akibat terjatuh yang dimana peran perawat ini masuk dalam 6 SKP (Standar Keselamatan Pasien)
pada SNARS. Sesuai standar SNARS pendokumentasian yang dilakukan PPA mencatat data
pasien sejak pasien menjadi pasien rawat inap pada rekam medis pasien dan setiap hasil diskusi
dari rapat tim di catat pada CPPT.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DPP PROMKI DKI Jakarta. 2018. SEMINAR Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) Edisi-1 Dalam Implementasi Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan.
http://www.pormiki-dki.org/berita-artikel/110-seminar-standar-nasional-akreditasirumah-
sakit-snars-edisi-1-dalam-implementasi-peningkatan-mutu-pelayanan-kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Akreditasi RS Jamin Mutu Pelayanan dan Keselamatan
Pasien.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20190225/0829547/akreditasi-rs-jaminmutu -
pelayanan-dan-keselamatan-pasien/
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2017. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.
http://snars.web.id/2018/donwload/SNARS1.pd