Standar Akreditasi
Rumah Sakit Joint
Commission
International
Termasuk
Standar untuk
Rumah Sakit
Pendidikan
Edisi Kelima
Pendahuluan
Edisi Kelima dari Standar Akreditasi Rumah Sakit oleh Joint Commission International berisi standar,
maksud dan tujuan, elemen penilaian (EP), rangkuman dari perubahan-perubahan penting dalam buku
Standar Akreditasi Rumah Sakit oleh Joint Commission International edisi ini, juga rangkuman kebijakankebijakan dan prosedur pokok akreditasi, glosarium istilah-istilah penting, serta indeks. Pendahuluan ini
dirancang untuk memberikan Anda informasi mengenai topik-topik berikut ini:
Asal mula dari standar-standar ini
Bagaimana standar-standar tersebut diorganisir
Bagaimana cara menggunakan buku panduan standar ini
Apa yang baru dalam edisi panduan kali ini
Jika setelah membaca terbitan ini Anda mempunyai pertanyaan mengenai standar-standar atau proses
akreditasi, mohon menghubungi JCI:
+1-630-268-7400 JCIAccreditation@jcrinc.com
Bagaimana cara
standar ini?
menggunakan
buku
panduan
penjelasan bagaimana standar tersebut selaras dengan program secara keseluruhan, menentukan parameter
untuk persyaratan-persyaratannya, atau memberikan gambaran tentang persyaratan dan tujuan-tujuannya.
Elemen Penilaian (EP)
Elemen Penilaian (EP) dari suatu standar akan menunjukkan apa yang ditinjau dan dinilai selama proses
survei di tempat . EP untuk setiap standar menunjukkan persyaratan untuk kepatuhan penuh dengan
standar tersebut. EP ditujukan untuk memberikan kejelasan pada standar dan membantu organisasi untuk
memenuhi sepenuhnya persyaratan yang ada, untuk membantu mengedukasi pimpinan dan tenaga
kesehatan mengenai standar yang ada serta untuk memandu organisasi dalam persiapan proses akreditasi.
Semua pelayanan klinis yang saat ini tersedia untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
(Pelayanan klinis yang sedang direncanakan, dan oleh karenanya tidak diidentifikasi dalam EApp dan baru mulai beroperasi di kemudian hari, akan membutuhkan survei perpanjangan
yang terpisah untuk mengevaluasi pelayanan-pelayanan tersebut.)
o Utilisasi statistik untuk pelayanan klinis menunjukkan konsistensi tingkat aktivitas rawat inap
dan rawat jalan serta jenis-jenis pelayanan yang disediakan setidaknya selama empat bulan
terakhir atau lebih sebelum penyerahan E-App.
Semua pelayanan klinis rawat inap dan rawat jalan, unit-unit, dan departemen-departemen yang
diidentifikasi dalam E-App siap untuk dievaluasi secara komprehensif terhadap semua standar
rumah sakit JCI yang relevan, sesuai dengan proses survei normal JCI untuk ukuran dan jenis
organisasi tersebut (lihat, sebagai contoh, panduan proses survei rumah sakit JCI edisi kelima),
seperti
o Aktivitas telusur pasien, termasuk telusur pasien individual dan telusur sistem;
o Peninjauan rekam medis terbuka dan tertutup;
o Observasi langsung terhadap proses perawatan pasien;
o Wawancara dengan pasien; dan
o Wawancara dengan mahasiswa kedokteran/trainee.
Catatan: Hubungi Akreditasi JCI sebelum penyerahan E-App untuk mendiskusikan kriteria dan
melakukan validasi apakah rumah sakit memenuhi kriteria di atas sebagai "beroperasi penuh" setidaknya
selama 4 bulan atau lebih sebelum menyerahkan E-App dan pada saat survei awal (initial survey). JCI
dapat meminta dokumentasi statistik utilisasi rumah sakit sebelum menerima E-App atau menjalankan
survei di tempat (on-site survey). Selain itu, JCI tidak akan memulai sebuah survei di tempat, dapat
menghentikan survei di tempat, atau dapat membatalkan sebuah survei yang sudah terencana, bila
ditemukan bahwa rumah sakit tidak "beroperasi penuh."
Situs utama (principal site) memiliki makna bahwa rumah sakit menyediakan sebagian besar program
pendidikan kedokteran spesialis pascasarjana (sebagai contoh, PPDS atau dokter internship) dan tidak
hanya satu jenis spesialisasi, seperti pada rumah sakit spesialisasi tunggal (sebagai contoh, rumah sakit
mata, rumah sakit gigi, atau rumah sakit bedah tulang).
Catatan: Bila dalam penilaiannya secara seksama dan beralasan JCI memutuskan bahwa rumah sakit
pendaftar tidak memenuhi kriteria kelayakan yang diterbitkan, JCI tidak akan menerima pendaftaran
tersebut atau tidak akan memproses pendaftaran akreditasi dari rumah sakit dan akan memberitahukan
kepada rumah sakit tentang keputusan tersebut.
Bagian I: Persyaratan
Partisipasi Akreditasi
Persyaratan Partisipasi
Akreditasi (APR)
Gambaran Umum
Bagian ini merupakan bab baru dari buku panduan akreditasi ini, terdiri dari persyaratan khusus untuk
berpartisipasi dalam proses akreditasi Joint Commission International dan untuk menjaga penilaian
akreditasi.
Untuk rumah sakit yang akan melakukan akreditasi untuk pertama kalinya, kesesuaian dengan seluruh
syarat APR dinilai selama survei awal. Untuk rumah sakit yang sudah terakreditasi, kesesuaian dengan
APR dinilai sepanjang siklus akreditasi, melalui survei lokasi langsung, Rencana Pengembangan Strategis
(RESTRA), dan pembaharuan secara berkala data dan informasi khusus dari rumah sakit.
Organisasi dapat memenuhi atau belum memenuhi syarat APR. Ketika rumah sakit tidak memenuhi syarat
tertentu dari APR, rumah sakit tersebut diharap melampirkan RESTRA, atau bisa berdampak penempatan
rumah sakit pada posisi Risiko terancam gagal akreditasi, atau dapat berakibat kehilangan akreditasi
dengan semua penolakan untuk mengizinkan dilaksanakannya survei. Bagaimana persyaratan dievaluasi
dan konsekuensi dari yang tidak memenuhi syarat tercatat dalam setiap APR.
Harap dicatat bahwa setiap persyaratan APR nilainya tidak sama dengan bab standar, dan evaluasinya
tidak langsung memberikan kesimpulan dari survey awal lokasi langsung atau survei tiga tahunan. Harap
dicatat juga bahwa tabel berikut, Perubahan Persyaratan, ditunjukkan di sini karena sebagian besar
persyaratan ini sudah ada dari panduan-panduan sebelumnya, tapi tidak dalam bentuk seperti berikut.
APR.2
APR.3
APR.4
Lokasi
publikasi
sebelumnya
Kebijakan dan prosedur
(edisi keempat)
Kebijakan dan prosedur
(edisi keempat)
Kebijakan dan prosedur
(edisi keempat)
Kebijakan dan prosedur
(edisi keempat)
APR.5
APR.6
APR.7
Penjelasan
Pemindahan persyaratan dari bagian Laporan
persyaratan di antara pelaksanaan survei ke bagian
ini
Pemindahan persyaratan dari bagian Kebijakan
ketepatan dan kebenaran informasi ke bagian ini
Pemindahan persyaratan dari bagian Kebijakan
ketepatan dan kebenaran informasi ke bagian ini
Pemindahan persyaratan dari bagian Kebijakan
survei terfokus JCI dari Panduan akreditasi JCI
(Edisi keempat) ke bagian ini
Pemanjangan proses akreditasi untuk peninjauan
laporan kepada permintaan laporan JCI langsung
kepada lembaga
Pemindahan persyaratan dari bagian Proses survei
langsung ke bagian ini
Pemindahan persyaratan dari bagian Peningkatan
mutu dan keselamatan pasien ke bagian ini ; sebagai
tambahan, pemilihan dan penggunaan kumpulan
indikator disatukan menjadi bab Pemerintahan,
Kepemimpinan dan Pengarahan dari panduan
berikut.
Persyaratan
APR.8
Lokasi
publikasi
sebelumnya
Kebijakan dan prosedur
(edisi keempat)
APR.9
APR.10
Kontrak akreditasi
APR.11
APR.12
Penjelasan
Pemindahan persyaratan dari bagian Informasi
mengenai Status Akreditasi yang Tersedia untuk
Umum ke bagian ini.
Pemindahan persyaratan dari bagian Kebijakan
manajemen pengaduan bagi organisasi terakreditasi
ke bagian ini.
Perluasan bahasa kontrak akreditasi untuk
mengikutsertakan peninjauan kualifikasi penerjemah
JCI.
Pemindahan persyaratan dari bab Hak pasien dan
keluarga ke bagian ini.
Pemindahan persyaratan dari bagian Kebijakan
Ancaman Kesehatan dan Keselamatan ke bagian ini.
Evaluasi APR.1
Evaluasi dilaksanakan terus-menerus selama siklus akreditasi terkait dengan pengajuan yang diperlukan.
10
Persyaratan: APR.2
Rumah sakit menyediakan informasi yang lengkap dan akurat kepada JCI selama keseluruhan fase dari
proses akreditasi
Evaluasi APR.2
Evaluasi dari APR ini dimulai sejak proses pendaftaran dan terus berlanjut hingga rumah sakit tersebut
terakreditasi oleh atau mencari akreditasi dari JCI
Persyaratan: APR.3
Rumah sakit melaporkan segala perubahan pada profil rumah sakit (data elektronik) atau informasi yang
diberikan kepada JCI dalam jangka waktu 15 hari melalui E-App sebelum dan selama survei.
11
dalam profil rumah sakit atau tidak di laporkan sebagai lokasi pelayanan pasien melalui E-App,
atau tidak dimasukkan dalam lingkup survei akreditasi sebelumnya.
Bermaksud memperluas kapasitas rumah sakit untuk menyediakan pelayanan tanpa adanya
pembaruan, renovasi atau perluasan fasilitas sebanyak 25% atau lebih, yang diukur berdasarkan
volume pasien, ruang lingkup pelayanan, atau tolak ukur yang sesuai lainnya.
Penambahan atau penghapusan, satu atau lebih jenis pelayanan kesehatan, misalnya penambahan
unit dialisis atau penutupan perawatan trauma.
Rumah sakit telah melaksanakan merger, konsolidasi, mengakusisi lahan, pelayanan atau program
yang belum terakreditasi yang bisa di aplikasikan standar JCI.
Ketika perubahan yang signifikan terjadi, JCI bisa melakukan kembali survei terfokus secara keseluruhan
atau sebagian dari rumah sakit atau untuk pertama kalinya pada kasus pelayanan atau fasilitas baru.
Akreditasi JCI tidak secara otomatis memperpanjang akreditasi pada pelayanan dan fasilitas baru tanpa
evaluasi secara langsung.
Evaluasi APR.3
Evaluasi dari APR ini dilaksanakan selama proses aplikasi elektronik dan berlangsung terus selama rumah
sakit diakreditasi atau menginginkan akreditasi JCI. Laporan perubahan dievaluasi secara tidak langsung
atau dengan survei terfokus.
Persyaratan: APR.4
Rumah sakit mengizinkan evaluasi langsung pemenuhan standar dan kebijakan atau verifikasi mengenai
mutu dan keselamatan, laporan atau kewenangan regulasi berada di bawah kebijaksanaan JCI.
Evaluasi APR.4
Evaluasi dari persyaratan ini dilaksanakan selama fase akreditasi
12
Persyaratan: APR.5
Rumah sakit memperbolehkan JCI untuk meminta (dari rumah sakit atau lembaga lain di luar rumah sakit)
dan meninjau kembali laporan hasil evaluasi lain dari lembaga publik berupa berkas asli atau foto kopi
legalisir.
Evaluasi APR.5
Apabila diminta, rumah sakit menyediakan JCI dengan semua catatan resmi, laporan dan rekomendasi dari
lembaga lain seperti lembaga yang membidangi perizinan, pemeriksaan, peninjauan ulang, pemerintahan
dan perencanaan. JCI juga bisa meminta laporan secara langsung dari lembaga lain. Laporan tersebut bisa
diminta selama berlangsungnya fase akreditasi, termasuk selama survei akreditasi atau sebagai bagian dari
evaluasi yang menyangkut insidens atau mutu.
Persyaratan: APR.6
Rumah sakit mengizinkan staf program akreditasi JCI dan anggota dewan direksi JCI untuk mengamati
survei langsung.
Evaluasi APR.6
Pengawasan bisa dilaksanakan saat fase apapun dalam proses akreditasi berlangsung dan terhubung
dengan semua jenis survei langsung. Apabila pengawas merupakan orang selain staf dan dewan direksi
JCI, maka rumah sakit akan mendapat permintaan khusus dari JCI untuk pengawas tersebut.
13
Persyaratan: APR.7
Rumah sakit bergabung dalam sistem penilaian perkembangan mutu dengan kumpulan indikator Joint
Commission International. Pimpinan rumah sakit memilih parameter klinis dari kumpulan indikator yang
sesuai dengan populasi dan pelayanan pasien rumah sakit. Ketika kumpulan indikator tidak dapat
diaplikasikan untuk populasi dan pelayanan pasien rumah sakit, pihak rumah sakit berkonsultasi dengan
staf JCI menyangkut pengecualian dari penilaian persyaratan APR.7.
Rumah sakit menggunakan spesifikasi kumpulan indikator terkini dan mengikuti persyaratan untuk
pemilihan, penggunaan dan pengajuan data seperti yang terdapat pada situs kumpulan indikator JCI, yang
bisa diakses secara langsung melalui koneksi langsung portal kustomer JCI. Situs kumpulan indikator JCI
menjelaskan persyaratan terkini yang berhubungan dengan hal-hal berikut:
1) Jumlah minimal dari set parameter atau parameter individual yang harus dipilih dan diterapkan
2) Proses untuk mendapatkan pengecualian dari persyaratan APR.7 ketika kumpulan indikator tidak
dapat diaplikasikan bagi populasi dan pelayanan pasien yang disediakan rumah sakit
3) Proses pengumpulan dan agregasi untuk data kumpulan indikator
4) Tanggal efektif dan proses pengajuan pendataan per kuartal.
5) Penggunaan data kumpulan indikator pada proses akreditasi
6) Kriteria untuk menentukan penggunaan atau penggantian kumpulan indikator
7) Pengelolaan masalah kualitas
Evaluasi APR.7
Pemilihan, penggunaan dan pengajuan data setidaknya sesuai nilai minimal dari kumpulan indikator JCI
dievaluasi secara menyeluruh selama proses akreditasi berlangsung. Penilaian keduanya selama proses
survei langsung dan melalui penilaian dari data yang telah diajukan secara berkala selama proses
akreditasi.
14
Persyaratan: APR.8
Rumah sakit secara tepat menampilkan status akreditasi, program dan pelayanan yang sesuai dengan
akreditasi JCI.
Evaluasi APR.8
Kesesuaian dengan persyaratan dinilai selama seluruh fase berlangsungnya akreditasi rumah sakit.
Persyaratan: APR.9
Setiap individu anggota staf rumah sakit (klinisi atau administrasi) bisa melaporkan sehubungan dengan
keselamatan dan mutu pelayanan pasien kepada JCI tanpa campur tangan pihak rumah sakit.
Untuk mendukung budaya keselamatan, rumah sakit harus mengkomunikasikan kepada staf bahwa
pelaporan tersebut diizinkan. Sebagai tambahan, rumah sakit harus menjelaskan kepada staf tidak akan ada
sanksi disipliner (sebagai contoh, penghentian, mutasi atau perubahan kondisi atau jam kerja) atau sanksi
informal (sebagai contoh, pelecehan, isolasi atau tekanan) sebagai ancaman atau diberikan sehubungan
dengan pelaporan kepada JCI.
Evaluasi APR.9
Penilaian persyaratan ini berlangsung selama di semua fase proses akreditasi dan tidak hanya terbatas pada
informasi dari aktivitas langsung dan tidak langsung yang termasuk di dalamnya atau dari penyelidikan
pengajuan pengaduan kepada JCI.
Persyaratan: APR.10
Rumah sakit mengatur ketersediaan Jasa penerjemah dan juru bahasa (interpreter). Jasa penerjemah dan
juru bahasa untuk survei akreditasi dan semua aktivitas yang berhubungan. disediakan oleh penerjemah
berlisensi dan juru bahasa profesional yang tidak memiliki hubungan dengan pihak rumah sakit.
15
Evaluasi APR.10
Rumah sakit akan mengajukan lisensi dan resume penerjemah yang terpilih tidak lebih dari enam (6)
minggu sejak dimulainya survei langsung JCI. Staf program akreditasi JCI akan mengumpulkan
pernyataan yang ditandatangani dari tiap penerjemah bahwa tidak ada konflik kepentingan dengan rumah
sakit. Untuk tipe lain dari survei langsung, seperti survei terfokus, surveyor dan/atau anggota staf program
akreditasi JCI akan menilai kredensial dari penerjemah.
Persyaratan: APR.11
Rumah sakit memberitahukan kepada masyarakat mengenai cara menghubungi pihak manajemen rumah
sakit dan JCI untuk melaporkan kekhawatiran akan kualitas keselamatan dan mutu pasien.
Metode pemberitahuan dapat berupa, namun tidak terbatas pada, penerbitan dan distribusi informasi
mengenai JCI, termasuk informasi kontak, dalam bentuk brosur atau situs rumah sakit yang memuat
informasi.
Evaluasi APR.11
Surveyor akan menilai bagaimana rumah sakit memenuhi persyaratan selama proses evaluasi langsung.
16
Persyaratan: APR.12
Rumah sakit menyediakan perawatan pasien dalam lingkungan yang tidak memiliki risiko atau
mengancam keselamatan pasien, kesehatan komunitas atau keselamatan staf.
Evaluasi APR.12
Penilaian dilaksanakan terutama selama proses survei berlangsung dan juga melalui laporan atau
pengaduan dari rumah sakit lain, dan/atau sanksi dari pihak yang berwenang selama seluruh fase
akreditasi berlangsung.
17
18
Sasaran Internasional
Keselamatan Pasien (IPSG)
Perubahan pada bab IPSG
Standar
Perubahan
Penjelasan
IPSG.1
Perubahan
persyaratan
IPSG.2
Perubahan
persyaratan
IPSG.2.1
Perubahan
persyaratan
IPSG.2.2
Standar baru
IPSG.5
Perubahan
persyaratan
IPSG.6
Perubahan
persyaratan
Catatan: Tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan Edisi Keempat berada dalam bab ini dan sekarang dimasukkan
dalam bab lain dalam Buku Panduan Edisi Kelima ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya,
dicantumkan dalam tabel Perubahan pada bab tersebut.
Standar yang dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan Edisi Keempat namun telah dihapus
dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor Edisi Keempat): Tidak ada.
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
19
20
Standar IPSG.2.1
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses serah terima untuk hasil kritis dari uji
diagnostik.
Standar IPSG.2.2
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses komunikasi untuk serah terima.
21
Standar IPSG.3.1
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk mengatur keamanan penggunaan
elektrolit pekat.
22
23
Standar IPSG.4.1
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses jeda di kamar operasi sesaat sebelum operasi untuk
memastikan lokasi yang benar, prosedur yang benar, dan pasien bedah yang benar.
24
Praktek berbasis bukti (evidence-based practices) dibahas dalam Protokol Universal untuk Pencegahan
Pembedahan Salah Lokasi, Salah Prosedur dan Salah Pasien dari Joint Commission Amerika Serikat (The
(US) Joint Commissions Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person
Surgery). Proses-proses penting dalam Protokol Universal itu adalah:
Menandai lokasi pembedahan;
Proses verifikasi sebelum operasi; dan
Jeda dilakukan sesaat sebelum memulai prosedur.
Menandai lokasi pembedahan melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang mudah dan langsung
dapat dikenali. Tanda itu harus konsisten di seluruh rumah sakit; harus dibuat oleh mereka yang
melaksanakan prosedur; harus dilakukan ketika pasien masih dalam keadaan sadar dan terjaga jika
memungkinkan, dan harus terlihat setelah pasien selesai dipersiapkan untuk operasi. Dalam semua kasus
yang melibatkan ke-lateral-an, struktur ganda (jari, jari kaki, lesi), atau tingkatan berlapis (tulang
belakang) lokasi pembedahan harus ditandai.
Tujuan dari proses verifikasi praoperasi adalah
Melakukan verifikasi terhadap lokasi yang benar, prosedur yang benar dan pasien yang benar;
Memastikan bahwa semua dokumen, gambar atau citra, dan studi yang relevan telah tersedia,
sudah diberi label dan ditampilkan; serta
Melakukan verifikasi terhadap peralatan khusus dan/atau implan yang diperlukan.
Di dalam proses verifikasi preoperatif terdapat beberapa elemen yang dapat dilengkapi sebelum pasien
tiba di area preoperatif seperti memastikan ketersediaan dan terlabelnya dokumen, foto hasil radiologi,
dan hasil pemeriksaan; menandai lokasi pembedahan di tubuh. Bila dokumen atau gambar tidak diberi
label atau tidak tersedia saat operasi sudah akan dimulai dan menunggu sampai pada saat proses jeda
dilakukan untuk melengkapi proses verifikasi preoperatif maka hal ini akan menyebabkan penundaan yang
tidak perlu. Beberapa proses verifikasi preoperatif dapat dilakukan lebih dari sekali dan tidak hanya di
satu tempat saja. Sebagai contoh, persetujuan tindakan bedah dapat diambil di ruang periksa dokter
spesialis bedah dan verifikasi kelengkapannya dapat dilakukan di area preoperatif; penandaan lokasi bedah
dapat dilakukan di area preoperatif; dan tindakan verifikasi teknologi medis yang ada dapat dilakukan di
dalam kamar operasi.
Jeda, yang dilakukan sesaat sebelum prosedur dimulai dan dihadiri semua anggota tim, merupakan
peluang untuk menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab atau meluruskan kerancuan. Jeda
dilakukan di lokasi prosedur, tepat sebelum memulai prosedur, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah
sakit menentukan bagaimana proses jeda didokumentasikan.
25
3. Rumah sakit menggunakan proses yang sama untuk memastikan benar lokasi, benar tindakan dan dan
benar pasien, untuk tindakan bedah yang dilakukan di luar kamar operasi, termasuk tindakan medis
dan gigi.
26
risiko rendah untuk jatuh dapat meningkat risikonya secara mendadak menjadi risiko tinggi untuk jatuh.
Alasan perubahan risiko, dapat disebabkan, namun tidak terbatas pada tindakan pembedahan dan/atau
anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, dan penyesuaian obat-obatan yang diberikan. Beberapa
pasien memerlukan pengkajian ulang selama proses rawat inap. Kriteria yang terdokumentasi menjelaskan
jenis pasien yang berisiko tinggi untuk jatuh.
Contoh risiko yang berhubungan dengan situasi ini adalah pasien yang datang di pelayanan rawat jalan
dengan ambulans dari fasilitas jangka panjang untuk pemeriksaan radiologi. Pasien dalam situasi tersebut
mungkin memiliki risiko jatuh saat proses transfer dari tandu ambulans ke meja periksa, atau saat
perubahan posisi ketika berbaring di meja periksa yang sempit. Lokasi yang spesifik dapat memberikan
risiko jatuh yang lebih tinggi karena jenis pelayanan yang disediakan. Sebagai contoh , departemen
fisioterapi (rawat inap atau rawat jalan) memiliki berbagai tipe peralatan yang spesifik untuk pasien yang
dapat meningkatkan risiko jatuh seperti palang paralel, undakan yang dapat berpindah, dan peralatan
olahraga.
Rumah sakit yang dalam konteksnya melakukan pelayanan terhadap populasi, dengan tipe pelayanan yang
dimiliki serta fasilitasnya, harus melakukan penilaian pasien jatuh dan melakukan aksi untuk mengurangi
risiko jatuh dan mengurangi risiko cedera bila kejadian jatuh telah terjadi. Program penurunan angka
kejadian jatuh berupa pengkajian risiko dan pengkajian ulang berkala untuk pasien tertentu dan/atau
lingkungan di mana pelayanan disediakan ( seperti halnya proses penilaian keselamatan yang dilakukan
secara berkala). Rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasi hal yang berisiko tinggi
untuk terjadinya kejadian jatuh seperti lokasi (seperti departemen fisioterapi), situasi (misalnya, pasien
yang tiba dengan ambulans, transfer pasien dari kursi roda atau brankar, atau penggunaan alat untuk
mengangkat pasien), dan tipe pasien (misalnya, pasien dengan gangguan keseimbangan atau cara jalan,
gangguan penglihatan, perubahan kondisi mental, dan lain-lain).
Rumah sakit membuat program penurunan risiko jatuh berdasarkan kebijakan dan/atau prosedur. Program
memantau tindakan yang diambil untuk mengurangi kejadian jatuh dan konsekuensi yang ditimbulkan
akibat tindakan tersebut, baik yang disengaja atau tidak. Sebagai contoh, penggunaan restrain fisik atau
pembatasan pemberian cairan dapat menyebabkan cedera, gangguan sirkulasi, atau kerusakan
integritas/keutuhan permukaan kulit. Program tersebut diterapkan di rumah sakit. (Lihat AOP.1.4)
27
Perubahan
ACC.1.1
dan
ACC.1.2
ACC.2
Penomoran ulang
ACC.2.1
dan
ACC.2.2
Penomoran ulang
ACC.2.2.1
Standar baru
ACC.2.3
dan
ACC.2.3.1
ACC.3
ACC.3.1
ACC.4.4
Penjelasan
ACC.5.2
Penomoran ulang; Penomoran ulang beberapa standar dari Edisi Keempat, dengan
Tidak ada
perubahan kalimat untuk memperjelas maksud: ACC.3.1 (sebelumnya
perubahan berarti ACC.2.1); ACC.3.2 (sebelumnya MCI.8); ACC.4 (sebelumnya
ACC.3); ACC.4.1 (sebelumnya PFE.4); ACC.4.2 (sebelumnya
ACC.3.1);
ACC.4.3
(sebelumnya
ACC.3.2.1);
ACC.4.3.1
(sebelumnya ACC.3.4); ACC.4.3.2 (sebelumnya ACC.3.2); ACC.4.4
(sebelumnya ACC.3.3)
Penomoran ulang; Penomoran ulang dan pemisahan persyaratan pada ACC.3.5 (Edisi
Perubahan
Keempat) untuk menitikberatkan perlunya menjelaskan proses tindak
persyaratan
lanjut bagi pasien yang menyampaikan atau tidak menyampaikan ke
staf rumah sakit mengenai keinginannya untuk pulang atas permintaan
sendiri.
Penomoran ulang; Penomoran ulang dan penyusunan ulang persyaratan serta
Tidak ada
memperjelas kalimat dalam ACC.4, ACC.4.1, dan ACC.4.3 (Edisi
perubahan berarti Keempat)
Penomoran ulang Pemindahan persyaratan dari ACC.4.2 (Edisi Keempat)
ACC.5.3
Penomoran ulang
ACC.4.5
dan
ACC.4.5.1
ACC.5 dan
ACC.5.1
28
Standar
Perubahan
Penjelasan
ACC.6
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan Edisi Keempat dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam
bab lain dalam Buku Panduan Edisi Kelima ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya,
dicantumkan dalam tabel Perubahan bab tersebut.
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan Edisi Keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor Edisi Keempat): Tidak ada
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
29
3. Ada proses untuk menyerahkan hasil-hasil tes diagnostik kepada mereka yang berwenang untuk
menentukan apakah pasien harus masuk, dipindahkan, atau dirujuk.
4. Tes skrining atau evaluasi yang spesifik telah teridentifikasi saat dibutuhkan oleh rumah sakit sebelum
pendaftaran atau penerimaan pasien.
5. Pasien tidak diterima, dipindahkan atau dirujuk sebelum hasil tes yang diperlukan untuk mengambil
keputusan ini tersedia.
Standar ACC.1.1
Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera, diberi prioritas untuk pengkajian dan pengobatan.
Standar ACC.1.2
Rumah sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien ketika ada sela masa penantian atau penundaan
dalam layanan diagnostik dan/atau perawatan.
30
Standar ACC.2.1
Kebutuhan pasien akan layanan preventif, kuratif, paliatif dan rehabilitatif diprioritaskan berdasarkan
kondisi pasien pada saat diterima di rumah sakit sebagai pasien rawat inap.
31
Standar ACC.2.2
Ketika masuk sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarga mendapatkan informasi tentang perawatan
yang diusulkan, hasil yang diharapkan dari perawatan, dan perkiraan biaya perawatannya.
Pasien dan keluarga diberi informasi saat pasien diterima di rawat inap .
Informasi ini meliputi informasi tentang perawatan yang diusulkan.
Informasi ini meliputi informasi mengenai hasil yang diharapkan dari perawatan.
Informasi ini meliputi informasi mengenai perkiraan biaya yang akan ditanggung oleh pasien atau
keluarga.
Standar ACC.2.2.1
Rumah sakit menyusun suatu proses untuk mengelola alur pasien di seluruh rumah sakit.
32
seluruh unit, menunjukkan siklus dan pola dari waktu ke waktu, serta mendukung pertanggungjawaban di
seluruh tingkatan organisasi.
Pasien yang datang ke UGD untuk perawatan berisiko umumnya rentan terhadap situasi penempatan.
Penempatan atas perawatan di UGD hanya dilakukan sebagai solusi sementara bila rumah sakit sedang
dalam kondisi penuh. Perencanaan rumah sakit harus mengidentifikasi kurun waktu di mana pasien akan
ditransfer dari UGD ke area perawatan pasien standar atau sementara. Ekspektasi ini diharapkan dapat
menjadi pedoman bagi pedoman bagi rumah sakit dalam menyediakan lokasi yang aman, pelatihan dan
kegiatan orientasi staf, pengkajian pasien, pengkajian ulang pasien, serta perawatan pasien (sesuai dengan
kemampuan) yang ditempatkan dalam perawatan sementara.
Standar ACC.2.3
Penerimaan pasien di unit yang menyediakan layanan intensif atau khusus ditentukan oleh kriteria baku.
Standar ACC.2.3.1
Pemulangan atau pemindahan pasien dari unit yang menyediakan layanan intensif atau khusus ditentukan
oleh kriteria baku.
33
(seperti bangsal bedah/non-bedah, hospice, atau unit perawatan paliatif). Kriteria yang digunakan untuk
mentransfer pasien dari unit layanan khusus ke unit dengan tingkat layanan lebih rendah harus merupakan
kriteria yang digunakan untuk menerima pasien ditingkatkan layanan selanjutnya. Sebagai contoh, ketika
kondisi pasien memburuk sampai layanan intensif tidak lagi dianggap membantu, penerimaan pasien di
hospice atau unit perawatan paliatif harus memenuhi kriteria penerimaan pasien untuk layanan tersebut.
Bila rumah sakit mengadakan penelitian atau menyediakan program perawatan khusus bagi pasien, pasien
dimasukkan ke dalam program tersebut berdasarkan kriteria atau protokol baku. Individu-individu dari
program atau penelitian tersebut terlibat dalam mengembangkan kriteria atau protokol. Penerimaan pasien
ke dalam program didokumentasikan dalam rekam medis, termasuk kriteria atau protokol yang digunakan
saat menerima pasien. (Lihat juga ACC.3)
Kesinambungan Pelayanan
Standar ACC.3
Rumah sakit menyusun dan menjalankan proses untuk mengadakan kesinambungan dalam pelayanan
pasien yang berkesinambungan di seluruh rumah sakit dan memastikan adanya koordinasi antar tenaga
medis.
34
Kesinambungan dapat ditingkatkan apabila seluruh tenaga medis yang terlibat dalam perawatan pasien
memiliki informasi riwayat kesehatan pasien yang lalu dan sekarang guna membantu dalam mengambil
keputusan; dan, apabila terdapat beberapa tenaga medis yang terlibat dalam menentukan keputusan dalam
hal perawatan pasien, maka seluruh pihak setuju dalam perawatan dan layanan yang diberikan.
Rekam medis pasien merupakan sumber informasi primer tentang proses perawatan serta kemajuan pasien
sehingga merupakan alat komunikasi yang penting. Agar informasi ini dapat bermanfaat untuk mendukung
kesinambungan pelayanan kesehatan, rekam medis harus tersedia saat rawat inap, rawat jalan, dan saat lain
bila dibutuhkan; serta perlu diperbaharui dengan informasi terkini. Catatan rekam medis dari segi medis,
perawatan dan lainnya harus tersedia untuk semua tenaga medis yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
pasien untuk menunjang pelayanan tersebut. (Lihat juga AOP.2)
Agar perawatan pasien berkesinambungan tanpa terputus, rumah sakit perlu merancang dan
mengimplementasi sebuah proses untuk kesinambungan dan koordinasi pelayanan kesehatan antar dokter,
perawat, dan tenaga medis lain di
a) unit gawat darurat dan penerimaan rawat inap;
b) layanan diagnostik dan pengobatan;
c) layanan bedah dan non bedah;
d) program rawat jalan; dan
e) organisasi lain dan pelayanan lain.
Kepala departemen dan unit pelayanan bekerja sama untuk merancang dan mengimplementasi proses
pelayanan yang terkoordinasi dan berkesinambungan. Proses tersebut dapat didukung oleh perangkat
seperti pedoman pelayanan, clinical pathway, rencana perawatan, formulir rujukan, daftar tilik dan
seterusnya. Rumah sakit mengidentifikasi individu yang bertanggung jawab melakukan koordinasi antar
layanan. Individu ini mengkoordinasi seluruh perawatan pasien (sebagai contoh, antar departemen) atau
bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan pasien tertentu (sebagai contoh, case manager).
Koordinasi ini dapat tercapai dengan baik bila menggunakan kriteria atau kebijakan baku yang
menentukan kelayakan untuk transfer di dalam rumah sakit. (Lihat juga IPSG.2.2; ACC.2.3; ACC.2.3.1;
COP.8.3; COP.9.3; EP 2; ASC.7.2; dan MOI.1)
Standar ACC.3.1
Selama semua fase rawat inapnya, selalu ada individu kompeten yang teridentifikasi sebagai yang
bertanggung jawab atas perawatan pasien tersebut.
35
diketahui oleh staf rumah sakit. Individu yang bertanggung jawab ini diharapkan dapat memberikan
dokumentasi terkait rencana perawatan pasien. Adanya satu orang yang mengawasi perawatan pasien
selama ia tinggal di rumah sakit akan meningkatkan kesinambungan, koordinasi, kepuasan pasien,
kualitas, dan hasil akhir perawatannya; dengan demikian penanggung jawab seperti ini sangat diperlukan
bagi pasien yang sulit atau jenis pasien lain yang ditentukan rumah sakit. Orang ini perlu berkolaborasi
dan berkomunikasi dengan para tenaga medis lain. Selain itu untuk masa cuti, liburan panjang, atau
periode lainnya kebijakan rumah sakit mengidentifikasi proses pengalihan tanggung jawab dari seorang
penanggung jawab ke penanggung jawab yang lain. Dalam kebijakan ini diidentifikasi siapa saja para
konsultan, dokter jaga, petugas pengganti (locum tenentes) atau orang lain yang akan bertanggung jawab
dan bagaimana mereka akan melaksanakan tanggung jawab itu serta mendokumentasikan peran mereka.
Ketika seorang pasien berpindah dari satu tempat ke tempat lain (misalnya, dari ruang bedah ke ruang
rehabilitasi), individu yang bertanggung jawab untuk perawatannya dapat berubah dan dapat juga individu
yang sama melanjutkan untuk mengawasi pelayanan pasien tersebut.
Standar ACC.3.2
Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien dipindahkan bersama dengan pasien.
36
Standar ACC.4.1
Edukasi dan petunjuk bagi pasien dan keluarga berhubungan dengan kebutuhan pasien akan perawatan
yang berkesinambungan.
37
Teknik rehabilitasi
Standar ACC.4.2
Rumah sakit bekerja sama dengan tenaga medis dan instansi luar untuk memastikan perujukan yang sesuai
dan tepat waktu.
Standar ACC.4.3
Resume medis pasien tersedia dengan lengkap untuk pasien rawat inap yang dipulangkan.
38
Kondisi/status pasien saat dipulangkan (contoh kondisi membaik, kondisi tidak berubah, dan
sebagainya)
Instruksi tindak lanjut
Standar ACC.4.3.1
Edukasi pasien dan instruksi tindak lanjut diberikan dalam bentuk dan bahasa yang mudah dipahami oleh
pasien.
Standar ACC.4.3.2
Catatan klinis pasien rawat inap berisi salinan resume medis pasien pulang.
39
Standar ACC.4.4
Rekam medis pasien rawat jalan yang membutuhkan perawatan yang kompleks atau dengan diagnosis
yang kompleks mengandung profil perawatan medis dan dapat diakses oleh tenaga medis yang merawat
pasien tersebut.
Standar ACC.4.5
Rumah sakit memiliki proses untuk mengelola dan menindaklanjuti pasien yang menyampaikan
keinginannya kepada petugas rumah sakit untuk pulang paksa.
40
Standar ACC.4.5.1
Rumah sakit memiliki proses untuk mengelola pasien yang pulang paksa tanpa menyampaikan
keinginannya kepada petugas rumah sakit.
41
4. Proses yang dijalani konsisten dengan peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk kewajiban untuk
melaporkan kasus penyakit infeksi menular dan kasus-kasus di mana pasien dapat menjadi ancaman
bagi diri sendiri maupun orang lain.
Transfer Pasien
Standar ACC.5
Pasien ditransfer ke institusi lain berdasarkan status pasien, kebutuhan pasien akan perawatan yang
berkelanjutan, dan kemampuan institusi penerima untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut.
Standar ACC.5.1
Rumah sakit perujuk menyusun sebuah proses transfer untuk memastikan pasien ditransfer secara aman.
42
Dibutuhkan sebuah proses yang konsisten untuk melakukan transfer pasien dari satu institusi ke institusi
lainnya untuk memastikan bahwa pasien ditransfer secara aman. Proses tersebut perlu menjelaskan hal
sebagai berikut:
Pengalihan tanggung jawab antar petugas kesehatan dan institusi;
Kriteria yang menentukan kapan transfer dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien;
Siapa yang bertanggung jawab selama transfer pasien;
Obat-obatan, alat kesehatan dan teknologi kesehatan yang dibutuhkan selama transfer;
Mekanisme tindak lanjut yang menjelaskan kondisi pasien selama transfer dan saat diterima di
institusi yang dituju; dan
Tindakan yang dilakukan bila transfer ke institusi lain tidak memungkinkan.
Rumah sakit mengevaluasi mutu dan keselamatan proses transfer untuk memastikan bahwa pasien
ditransfer bersama dengan staf yang memiliki kualifikasi sesuai dan teknologi kesehatan yang dibutuhkan
sesuai dengan kondisi pasien.
Standar ACC.5.2
Rumah sakit penerima diberi rangkuman tertulis tentang kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah
dilakukan di rumah sakit perujuk.
Catatan klinis atau rangkuman medis pasien diikutsertakan bersama rujukan pasien.
Rangkuman klinik berisi status pasien.
Rangkuman klinik meliputi berbagai prosedur dan tindakan lain yang tersedia.
Rangkuman klinik juga meliputi kebutuhan perawatan pasien yang berkelanjutan.
Standar ACC.5.3
Proses pemindahan ini didokumentasikan dalam rekam medis.
43
Transportasi
Standar ACC.6
Proses untuk merujuk, memindahkan atau memulangkan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan,
mencakup perencanaan transportasinya.
44
Bila rumah sakit mengontrak perusahaan lain untuk layanan transportasi, rumah sakit harus memastikan
bahwa perusahaan tersebut menyediakan transportasi yang memenuhi standar keamanan untuk pasien dan
kendaraan. Bila layanan transportasi disediakan oleh Kementrian Kesehatan, perusahaan asuransi, atau
perusahaan lain yang tidak berada dalam supervisi atau manajemen rumah sakit, maka rumah sakit perlu
memberikan masukan yang dapat membantu dalam membuat keputusan yang terkait dengan mutu
transportasi pasien.
Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap mutu dan keamanan layanan transportasi dalam semua kondisi.
Hal ini termasuk penerimaan, evaluasi, dan respons terhadap pengaduan terkait transportasi yang
disediakan.
45
Perubahan
Penjelasan
PFR.1.1
Penomoran ulang
PFR.1.2
PFR.1.3
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
PFR.1.4
Penomoran ulang
PFR.1.5
Perubahan
persyaratan
PFR.2
Tidak ada
perubahan berarti
PFR.2.1
Perubahan
persyaratan
PFR.2.2
Perubahan
persyaratan
PFR.2.3
Perubahan
persyaratan
PFR.4
PFR.5.3
Penomoran ulang
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
Penomoran ulang
PFR.5.4
Penomoran ulang
PFR.5
PFR.5.1
PFR.5.2
46
Standar
Perubahan
Penjelasan
Memindahkan persyaratan dari PFR.10 (Edisi Keempat), revisi
Penomoran
maksud dan tujuan agar lebih jelas, serta menambahkan dua ME
ulang;
PFR.6
untuk lebih menegaskan perlunya menjaga hak pasien dan keluarga
Perubahan
mengenai donasi organ dan jaringan.
persyaratan
Penomoran
Memindahkan persyaratan dari PFR.11 (Edisi Keempat), revisi
ulang;
maksud dan tujuan agar lebih jelas, serta menghilangkan dan
PFR.6.1
Perubahan
menambahkan ME untuk memperjelas persyaratan mengenai proses
persyaratan
pengadaan organ dan jaringan.
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan Edisi Keempat dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam
bab lain dalam Buku Panduan Edisi Kelima ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya,
dicantumkan dalam tabel Perubahan bab tersebut
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan Edisi Keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor Edisi Keempat): PFR.4.
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
47
Standar PFR.1.1
Rumah sakit berusaha untuk mengurangi hambatan fisik, bahasa, kebudayaan, atau hambatan lain terhadap
akses dan pemberian pelayanan.
Standar PFR.1.2
Rumah sakit memberikan pelayanan yang menghormati nilai-nilai dan kepercayaan pribadi pasien serta
menanggapi permintaan yang terkait dengan keyakinan agama dan spiritual.
48
Ketika seorang pasien atau keluarga ingin berbicara dengan seseorang tentang kebutuhan religius atau
spiritual, rumah sakit memiliki proses untuk menanggapi keinginan tersebut. Proses ini dapat dijalankan
melalui staf religius di tempat, sumber lokal, atau pihak lain yang diketahui oleh keluarga. Proses untuk
merespons bersifat lebih kompleks; sebagai contoh, ketika suatu rumah sakit atau negara tidak secara
resmi mengenali dan/atau memiliki sumber daya terkait dengan satu agama atau kepercayaan yang diminta
pasien.
Standar PFR.1.3
Hak pasien atas privasi dan kerahasiaan atas perawatan serta informasi dihargai oleh pihak rumah sakit.
49
4. Izin dari pasien akan diminta untuk pemberian informasi yang tidak tercantum dalam peraturan dan
perundang-undangan.
Standar PFR.1.4
Rumah sakit mengambil langkah-langkah untuk melindungi harta benda pasien dari pencurian atau
kehilangan.
Standar PFR.1.5
Pasien dilindungi dari serangan fisik, serta populasi yang berisiko diidentifikasi dan dilindungi dari
kerentanan tambahan.
50
3. Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk melindungi populasi yang rentan.
terhadap permasalahan keselamatan lainnya.
4. Area fasilitas yang terisolasi atau jauh dimonitor.
5. Anggota staf memahami tanggung jawab mereka dalam proses perlindungan.
Standar PFR.2
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarganya untuk berperan serta dalam proses perawatan.
Standar PFR.2.1
Pasien diberikan informasi mengenai seluruh aspek perawatan medis dan pengobatan.
51
Walau sebagian pasien mungkin tidak ingin mengetahui secara langsung diagnosis yang telah ditegakkan
atau berpartisipasi dalam keputusan mengenai perawatan mereka, namun mereka tetap diberikan
kesempatan dan dapat memilih untuk berpartisipasi melalui perwakilan seorang anggota keluarga, teman,
atau pembuat keputusan yang ditunjuk.
Untuk pasien, harus ada kejelasan mengenai siapa yang akan memberikan mereka informasi tentang
kondisi medis mereka, perawatan, pengobatan, hasil, kejadian yang tidak diantisipasi, dan sejenisnya.
Standar PFR.2.2
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarga mengenai hak dan kewajiban mereka untuk menolak atau
menghentikan pengobatan, menahan pelayanan resusitasi, dan melupakan atau menghentikan pengobatan
yang menunjang hidup.
52
Standar PFR.2.3
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapat pengkajian dan manajemen nyeri serta perawatan
yang terhormat serta welas asih pada akhir hidupnya.
Standar PFR.3
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang proses mereka menerima dan menanggapi
keluhan, tindakan mereka bila ada konflik dan perbedaan pendapat tentang perawatan pasien, dan hak
pasien untuk berperan dalam semua proses ini.
53
Standar PFR.4
Semua pasien diberitahu tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan cara dan bahasa yang mudah
dipahami.
54
Informed Consent
Standar PFR.5.1
Informed consent pasien diperoleh melalui cara yang telah ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh
petugas terlatih dalam bahasa yang mudah dipahami pasien.
55
Standar PFR.5.2
Informed consent diperoleh sebelum pembedahan, anestesi, penggunaan darah dan produk darah, serta
prosedur dan perawatan berisiko tinggi lainnya.
Standar PFR.5.3
Pasien dan keluarganya memperoleh informasi memadai tentang penyakit, usulan perawatan, dan tenaga
medis sehingga mereka dapat mengambil keputusan tentang perawatannya.
56
Anggota staf juga memberitahu pasien nama dokter atau tenaga medis lainnya yang paling bertanggung
jawab atas perawatan pasien atau siapa yang berwenang melakukan prosedur pengobatan. Seringkali,
pasien ingin bertanya tentang pengalaman dokter yang menangani mereka, lama perawatan di rumah sakit
dan pertanyaan lain yang sejenisnya. Rumah sakit harus memiliki proses atau cara menanggapi permintaan
pasien untuk informasi tambahan terutama dari para tenaga medis yang menangani kasus mereka.
Donasi Organ
Catatan: Standar-standar berikut dimaksudkan untuk digunakan dalam situasi di mana transplantasi organ
atau jaringan tidak akan dilakukan namun untuk waktu dimana pasien meminta informasi mengenai donasi
organ atau jaringan dan/atau ketika donasi organ atau jaringan dapat terjadi. Ketika donasi organ atau
jaringan serta transplantasi dilaksanakan, standar untuk program transplantasi organ dan jaringan
(ditemukan di COP.8 hingga COP.9.3) akan berlaku.
Standar PFR.6
Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang bagaimana cara memilih untuk
mendonorkan organ dan jaringan lainnya.
Standar PFR.6.1
Rumah sakit memberikan pengawasan untuk proses pengadaan organ dan jaringan.
57
58
Pengkajian Pasien
(AOP)
Perubahan pada bab AOP
Standar
Perubahan
AOP.1
Perubahan
persyaratan
AOP.1.1
Penomoran ulang;
Tidak ada
perubahan berarti
AOP.1.2
dan
AOP.1.2.1
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
AOP.1.3
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
AOP.1.3.1
AOP.1.4
AOP.1.5
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
Penomoran ulang
Penjelasan
Penambahan persyaratan dari AOP.1.1 (edisi keempat) untuk
menyelaraskan persyaratan-persyaratan yang serupa; pembahasaan
ulang standar, maksud dan tujuan serta Elemen Penilaian (EP)
untuk memperjelas.
Pemindahan persyaratan dari AOP.1.2 (edisi keempat) dan
penambahan teks pada maksud dan tujuan untuk menekankan
pentingnya kerja sama tenaga kesehatan dalam pengkajian pasien
yang efektif.
Penomoran ulang AOP.1.3 dan AOP.1.3.1 (edisi keempat) dan
pemaduan persyaratan dari AOP.1.4.1 dan AOP.1.5 (edisi
keempat) untuk menyelaraskan standar-standar yang serupa;
pembahasaan ulang standar, maksud dan tujuan serta EP untuk
memperjelas.
Penomoran ulang AOP.1.4 (edisi keempat) dan penambahan tulisan
baru pada standar, maksud dan tujuan serta EP yang mensyaratkan
pengulangan pengambilan data riwayat medis dan pemeriksaan
fisik pasien bila pengkajian awal yang dilakukan di layanan rawat
jalan telah dilakukan lebih dari 30 hari pada saat pasien masuk
rawat inap atau pada saat pelaksanaan prosedur di layanan rawat
jalan rumah sakit.
Pemindahan persyaratan dari AOP.1.5.1 dan penambahan tulisan
baru pada standar, maksud dan tujuan, dan EP untuk memperjelas
istilah pengkajian praoperasi, dan menjabarkan ruang lingkup
pengkajian, yang meliputi kebutuhan medis, fisik, psikologis,
spiritual/budaya, dan pemulangan pasien.
Penomoran ulang AOP.1.6 (edisi keempat) dan pemaduan
persyaratan-persyaratan pada AOP.1.10 (edisi keempat) untuk
menekankan pentingnya skrining kebutuhan khusus pada pasien
(seperti pemeriksaan gigi dan penglihatan) selain kebutuhan nutrisi
dan fungsional.
59
Standar
Perubahan
Penjelasan
AOP.1.6
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
AOP.1.7
Penomoran ulang
AOP.1.8
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
AOP.2
Perubahan
persyaratan
AOP.3
Perubahan
persyaratan
Perubahan
persyaratan
AOP.5
Perubahan
persyaratan
AOP.5.1
Penomoran ulang
AOP.4
AOP.5.2.
Perubahan
persyaratan
AOP.5.3
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
AOP.5.3.1
Standar baru
AOP.5.4
Penomoran ulang
60
Standar
Perubahan
Penjelasan
AOP.5.5
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
AOP.5.6
Penomoran ulang
AOP.5.7
Penomoran ulang;
Tidak ada
perubahan berarti
AOP.5.8
Penomoran ulang
AOP.5.9
dan
AOP.5.9.1
Perubahan
persyaratan
AOP.5.10
dan
AOP.5.10.
1
Perubahan
persyaratan;
Standar baru
AOP.5.11
Standar baru
AOP.6
Perubahan
persyaratan
AOP.6.1
Penomoran ulang
AOP.6.2
Penomoran ulang
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
AOP.6.5
Perubahan
persyaratan
AOP.6.7
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
AOP.6.8
Penomoran ulang
AOP.6.3
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan edisi ke-4 dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam bab
61
lain dalam Buku Panduan edisi ke-5 ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya, dicantumkan
dalam tabel Perubahan bab tersebut.
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi ke-4 namun telah dihapus
dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi ke-4): Tidak ada.
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
62
Standar AOP.1.1
Pengkajian awal setiap pasien mencakup evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial dan ekonomi, termasuk
pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
63
Standar AOP.1.2
Kebutuhan medis dan dan keperawatan pasien diidentifikasi berdasarkan pengkajian awal, yang dilengkapi
dan didokumentasikan dalam rekam medis dalam 24 jam pertama sesudah penerimaan pasien sebagai
pasien rawat inap, atau dapat dilakukan lebih awal sesuai dengan kondisi pasien.
Standar AOP.1.2.1
Pengkajian medis dan keperawatan awal pasien gawat darurat didasarkan pada kebutuhan dan kondisi
mereka.
64
3. Sebelum pembedahan dilakukan, terdapat catatan singkat dan diagnosis praoperasi yang
didokumentasikan untuk pasien gawat darurat yang membutuhkan pembedahan gawat darurat. (Lihat
juga ASC.7)
Standar AOP.1.3
Rumah sakit memiliki proses untuk menerima pengkajian medis awal yang dilakukan oleh dokter dari
tempat praktik pribadi atau tempat layanan rawat jalan lainnya sebelum penerimaan masuk rumah sakit
atau prosedur di layanan rawat jalan dilakukan.
Standar AOP.1.3.1
Pengkajian praoperasi didokumentasikan sebelum anestesi atau tata laksana pembedahan dan mencakup
kebutuhan medis, fisik, psikologis, dan spiritual/budaya pasien.
65
Standar AOP.1.4
Pasien menjalani skrining terhadap status nutrisi, kebutuhan fungsional, dan kebutuhan khusus lainnya,
dan dirujuk untuk pengkajian serta tata laksana lebih lanjut bila diperlukan.
66
lanjut dalam lingkup rumah sakit bila tersedia, atau melalui layanan yang ada di komunitas sesudah pasien
dipulangkan.
Standar AOP.1.5
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan menjalani skrining mengenai nyeri dan pengkajian lebih
mendalam harus dilakukan bila terdapat nyeri.
67
Standar AOP.1.6
Rumah sakit melakukan pengkajian awal secara individual untuk populasi khusus yang mendapatkan
perawatan oleh rumah sakit.
Standar AOP.1.7
Pasien yang menjelang ajal dan keluarganya dikaji dan dikaji ulang berdasarkan kebutuhan mereka
masing-masing.
68
Standar AOP.1.8
Pengkajian awal mencakup penentuan kebutuhan untuk rencana pemulangan.
69
3. Rencana pemulangan pasien mencakup identifikasi kebutuhan edukasi khusus dan pengembangan
serta penerapan rencana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Standar AOP.2
Semua pasien dikaji ulang pada interval tertentu berdasarkan kondisi dan tata laksana mereka untuk
menentukan respons mereka terhadap tata laksana dan untuk merencanakan kelanjutan tata laksana atau
pemulangan.
70
Standar AOP.3
Individu yang kompeten melaksanakan pengkajian dan pengkajian ulang.
Standar AOP.4
Dokter, perawat, serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien
bekerja sama untuk menganalisis dan mengintegrasikan pengkajian pasien serta memprioritaskan
kebutuhan perawatan pasien yang paling mendesak/penting.
71
Layanan Laboratorium
Standar AOP.5
Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua layanan tersebut memenuhi
standar lokal dan nasional, serta undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Standar AOP.5.1
Seorang (beberapa) individu yang kompeten bertanggung jawab untuk mengelola layanan laboratorium
klinis atau layanan patologi.
72
seluruh rumah sakit, seperti antara lain pelatihan dan manajemen persediaan. Pengawasan tersebut tidak
mencakup pengawasan harian aktivitas tersebut. Pengawasan harian tetap merupakan tanggung jawab
pimpinan departemen atau unit di mana pengujian tersebut dilakukan.
Apabila individu ini memberikan konsultasi klinis atau pendapat medis, ia haruslah seorang dokter, dan
lebih baik lagi jika merupakan seorang ahli patologi. Layanan laboratorium spesialis atau subspesialis
berada di bawah arahan individu kompeten yang sesuai. Tanggung jawab seorang pimpinan laboratorium
mencakup
mengembangkan, menerapkan, dan memelihara kebijakan dan prosedur;
mengawasi administrasi;
menjaga setiap program pengendalian mutu yang diperlukan;
merekomendasikan sumber layanan laboratorium di luar rumah sakit; serta
memantau dan meninjau semua layanan laboratorium.
Standar AOP.5.2
Semua staf laboratorium memiliki pendidikan, pelatihan, kualifikasi dan pengalaman yang sesuai dengan
persyaratan untuk dapat memberikan dan melakukan pengujian serta mengintepretasi hasilnya.
73
Standar AOP.5.3
Terdapat suatu program keselamatan laboratorium yang dijalankan, diikuti, dan didokumentasikan, serta
patuh terhadap manajemen fasilitas dan program pengendalian infeksi.
Standar AOP.5.3.1
Laboratorium menggunakan proses yang terkoordinasi untuk mengurangi risiko-risiko infeksi sebagai
akibat dari paparan terhadap bahan-bahan dan limbah biologis berbahaya.
74
d) Harus ada peraturan yang mengatur tentang cara mengatasi paparan di laboratorium terhadap
bahan-bahan infeksius, bila terjadi perlukaan, luka tertusuk jarum, tidak sengaja tertelan, dan
kontak membran mukosa dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius. Peraturan-peraturan ini
meliputi prosedur dekontaminasi, siapa yang harus dihubungi bila dibutuhkan tata laksana gawat
darurat, dan lokasi serta kegunaan peralatan pengaman.
e) Terdapat prosedur tertulis mengenai pengumpulan, transportasi, dan penanganan semua spesimen
secara aman. Prosedur ini termasuk melarang siapa pun yang bekerja di area teknis laboratorium
untuk makan, minum, merokok, berdandan, memanipulasi lensa kontak, dan menggunakan pipet
dengan mulut.
f) Jika relevan dengan pekerjaannya, staf diberikan pelatihan tentang tindakan kewaspadaan, cara
transmisi, dan tindakan pencegahan terhadap patogen yang ditularkan melalui darah.
g) Laboratorium juga memiliki prosedur untuk mencegah paparan terhadap tuberkulosis.
Ketika masalah dalam praktik telah diidentifikasi, atau bila terjadi kecelakaan, tindakan koreksi segera
dikerjakan, didokumentasikan dan ditinjau. (Lihat juga PCI.7.2)
Standar AOP.5.4
Hasil laboratorium tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Standar AOP.5.5
Semua peralatan dan teknologi medis yang digunakan untuk uji laboratorium diinspeksi, dipelihara, dan
dikalibrasi secara berkala. Dokumentasi yang sesuai dibuat untuk kegiatan tersebut.
75
Standar AOP.5.6
Reagen penting dan persediaan lainnya tersedia secara teratur dan dievaluasi untuk memastikan akurasi
dan ketepatan hasil.
76
3.
4.
5.
Semua reagen disimpan dan dikeluarkan sesuai petunjuk pabrik atau instruksi kemasan.
Laboratorium memiliki dan mengikuti pedoman tertulis untuk mengevaluasi semua reagen yang
bertujuan untuk menjamin akurasi dan ketepatan hasil.
Semua reagen dan cairan diberi label dengan lengkap dan akurat.
Standar AOP.5.7
Prosedur-prosedur yang digunakan untuk pengumpulan, identifikasi, penanganan, transpor secara aman,
dan pembuangan spesimen ditetapkan dan diterapkan.
Standar AOP.5.8
Nilai rujukan dan rentang yang ditetapkan digunakan untuk menginterpretasi dan melaporkan hasil
laboratorium klinis.
77
Standar AOP.5.9
Terdapat prosedur yang dijalankan, diikuti dan didokumentasikan mengenai pengendalian mutu layanan
laboratorium.
Standar AOP.5.9.1
Terdapat proses untuk uji profisiensi dari layanan laboratorium.
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan program pengendalian mutu untuk laboratorium klinis.
Program tersebut mencakup validasi metode pengujian.
Program tersebut mencakup pengawasan harian dan dokumentasi hasil pengujian.
Program tersebut mencakup pengujian reagen-reagen.
Program tersebut mencakup tindakan koreksi yang cepat dan dokumentasi kekurangan yang ada.
Standar AOP.5.10
Laboratorium rujukan (kontrak) yang digunakan oleh rumah sakit harus memiliki perizinan, terakreditasi,
atau disertifikasi oleh pihak berwenang.
78
Standar AOP.5.10.1
Rumah sakit mengidentifikasi tindakan-tindakan pemantauan terhadap mutu layanan yang diberikan oleh
laboratorium rujukan (kontrak).
79
80
undang dan peraturan yang berlaku serta memiliki catatan layanan yang akurat dan tepat waktu. Pasien
diberitahu apabila sumber di luar rumah sakit dimiliki oleh dokter yang merujuk.
Standar AOP.6.1
Seorang (beberapa) individu yang kompeten bertanggung jawab untuk mengelola layanan radiologi dan
pencitraan diagnostik.
81
Standar AOP.6.2
Individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai melakukan pemeriksaan pencitraan diagnostik,
menginterpretasikan hasil, dan melaporkan hasilnya.
Standar AOP.6.3
Terdapat program keselamatan radiasi yang sudah berjalan, diikuti, dan didokumentasikan, serta patuh
terhadap manajemen fasilitas dan program pengendalian infeksi.
82
Standar AOP.6.4
Hasil pemeriksaan radiologi dan pencitraan diagnostik tersedia secara tepat waktu seperti yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
Standar AOP.6.5
Semua peralatan dan teknologi medis yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan radiologi dan
pencitraan diagnostik diinspeksi, dipelihara, dan dikalibrasi secara berkala. Kegiatan tersebut
didokumentasikan dengan baik.
83
pemantauan dan tindak lanjut terhadap peringatan bahaya dari peralatan dan teknologi medis,
penarikan kembali, insiden, masalah, dan kegagalan yang dilaporkan; dan
dokumentasi program manajemen.
Frekuensi pengujian, pemeliharaan, dan kalibrasi berkaitan dengan penggunaan peralatan dan teknologi
medis tersebut, serta riwayat layanan harus didokumentasikan. (Lihat juga FMS.8 dan FMS.8.1)
Standar AOP.6.6
Film sinar-X dan persediaan lainnya tersedia secara teratur.
Standar AOP.6.7
Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan, diikuti, dan didokumentasikan.
84
Standar AOP.6.8
Rumah sakit meninjau hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber layanan diagnostik di
luar rumah sakit.
85
Perubahan
Penjelasan
COP.1
Tidak ada
perubahan berarti
COP.2.1
Perubahan
persyaratan
COP.2.2
Perubahan
persyaratan
COP.2.3
Perubahan
persyaratan
COP.3
Perubahan
persyaratan
COP.3.1
Standar baru
COP.3.2
Standar baru
COP.3.3
Perubahan
persyaratan
COP.4
Perubahan
persyaratan
COP.5
Tidak ada
perubahan berarti
COP.6
Perubahan
persyaratan
86
Standar
Perubahan
Penjelasan
87
Standar COP.2
Terdapat suatu proses untuk mengintegrasi dan mengkoordinasikan perawatan yang diberikan kepada
setiap pasien.
Standar COP.2.1
Rencana perawatan yang bersifat individual disusun dan didokumentasikan untuk masing-masing pasien.
88
pengkajian ulang yang dilakukan oleh tenaga medis yang menangani pasien, rencana perawatan
diperbaharui sesuai keperluan sehingga mencerminkan perubahan kondisi pasien. Rencana perawatan
dicatat di dalam rekam medis pasien.
Rencana perawatan seorang pasien harus berhubungan dengan kebutuhannya yang telah teridentifikasi.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat berubah seiring dengan hasil perbaikan klinis atau informasi baru
yang didapat dari pengkajian ulang rutin (sebagai contoh, hasil laboratorium atau radiologis abnormal),
atau dari perubahan mendadak kondisi pasien (sebagai contoh, hilangnya kesadaran) (lihat juga COP.8.7
dan COP.9.3). Rencana perawatan direvisi berdasarkan perubahan-perubahan tersebut dan dicatat dalam
rekam medis sebagai catatan pada rencana awal, atau dapat dituliskan menjadi rencana perawatan yang
baru.
Salah satu metode dalam menyusun rencana perawatan adalah dengan mengidentifikasi dan menetapkan
tujuan terukur. Tujuan terukur dapat ditentukan oleh dokter penanggung jawab pasien (DPJP),
berkolaborasi dengan perawat dan tenaga medis lain. Tujuan terukur merupakan target yang dapat diamati
dan dicapai, terkait perawatan pasien dan luaran klinis yang diharapkan. Tujuan tersebut harus bersifat
realistis, spesifik terhadap pasien, dan berbasis waktu untuk dapat menjadi alat pengukur kemajuan dan
luaran klinis terkait rencana perawatan. Contoh tujuan terukur yang realistis adalah sebagai berikut:
Pasien akan mencapai dan mempertahankan curah jantung yang ditandai dengan normalnya
denyut jantung, irama jantung, dan tekanan darah.
Pasien akan dapat melakukan penyuntikan insulin secara mandiri dengan tepat sebelum
dipulangkan dari rumah sakit.
Pasien akan dapat berjalan dari tempat tidurnya menuju ke ruang pengunjung dengan alat bantu
standar untuk berjalan, tumpuan berat badan sesuai yang dapat di toleransi pada kaki yang
terkena.
Catatan: Rencana perawatan tunggal dan terintegrasi yang mengidentifikasi tujuan-tujuan terukur dari
masing-masing tenaga medis lebih dianjurkan. Rencana perawatan yang dapat mencerminkan tujuantujuan terukur secara individual dan objektif untuk memfasilitasi pengkajian ulang dan revisi rencana
perawatan merupakan praktik yang baik. (Lihat juga PFE.4)
Standar COP.2.2
Rumah sakit menyusun dan menerapkan proses yang seragam dalam menuliskan instruksi untuk pasien.
89
Standar COP.2.3
Prosedur diagnostik dan klinis, tata laksana yang dilakukan, serta hasil atau luaran, didokumentasikan di
dalam rekam medis pasien.
90
91
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Pasien dan pelayanan tambahan lain juga termasuk dalam kategori ini bila mereka juga terwakili dalam
populasi pasien rumah sakit dan dalam pelayanan yang ditawarkan.
Pimpinan rumah sakit juga mengidentifikasi risiko tambahan hasil dari prosedur atau rencana perawatan
(sebagai contoh, kebutuhan untuk mencegah trombosis vena dalam, ulkus dekubitus, dan infeksi terkait
ventilator pada pasien dengan alat bantuan hidup; cedera neurologis dan sirkulasi pada pasien yang
menggunakan restrain; paparan terhadap darah pada pasien dialisis; infeksi akses vena sentral; dan jatuh).
Risiko-risiko tersebut, jika ada, perlu diperhatikan dan dicegah dengan mendidik para staf dan menyusun
kebijakan, panduan, dan prosedur yang sesuai. (Lihat juga PFR.5.2.) Rumah sakit menggunakan informasi
penilaian untuk mengevaluasi pelayanan yang diberikan kepada pasien-pasien risiko tinggi, dan
mengintegrasikan informasi tersebut ke dalam program peningkatan mutu rumah sakit secara umum.
92
luar rentang normal, yang menandai adanya potensi perburukan pasien. Respons dini terhadap perubahan
kondisi pasien berpotensi mencegah perburukan lebih lanjut. Rumah sakit yang menyusun suatu
pendekatan sistematik untuk pengenalan dan intervensi dini pasien yang mengalami perburukan dapat
menurunkan angka kejadian henti jantung paru dan mortalitas pasien. (Lihat juga SQE.3)
Pelayanan Resusitasi
Standar COP.3.2
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh bagian rumah sakit.
93
2. Teknologi medis untuk resusitasi dan obat-obatan untuk bantuan hidup dasar dan lanjutan
terstandarisasi dan tersedia untuk digunakan sesuai kebutuhan populasi yang dilayani.
3. Di semua area rumah sakit, bantuan hidup dasar diterapkan segera setelah dikenali adanya henti
jantung atau napas, dan bantuan hidup lanjutan diterapkan dalam waktu kurang dari 5 menit.
Standar COP.3.3
Terdapat panduan klinis dan prosedur yang diterapkan untuk penanganan, penggunaan dan pemberian
darah dan produk darah.
94
mengenai obat-obatan yang mungkin berinteraksi dengan makanan. Apabila memungkinkan, pasien
ditawari berbagai macam pilihan makanan sesuai dengan status gizi mereka.(Lihat juga AOP.1.4).
Standar COP.5
Pasien dengan risiko menderita gangguan gizi menerima terapi gizi.
Manajemen Nyeri
Standar COP.6
Pasien didukung secara efektif dalam mengelola rasa nyerinya.
95
b) Memberikan informasi kepada pasien mengenai nyeri yang dapat timbul terkait suatu tata laksana,
prosedur, atau pemeriksaan;
c) Melakukan manajemen nyeri, tanpa memandang asal nyeri, menurut panduan atau protokol dan
sesuai dengan sasaran manajemen nyeri pasien;
d) mengkomunikasikan dengan pasien dan keluarga serta memberikan edukasi mengenai nyeri dan
manajemen gejala dalam konteks keyakinan pribadi, budaya dan agama mereka; dan
e) memberikan edukasi kepada tenaga medis mengenai pengkajian tentang nyeri dan manajemen
nyeri.
Standar COP.7
Rumah sakit menyediakan perawatan pada akhir hayat.
96
Standar COP.7.1
Perawatan pasien dalam keadaan menjelang ajal mengoptimalkan kenyamanan dan martabatnya.
97
Standar COP.8
Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya untuk mendukung program transplantasi organ/jaringan.
98
Standar COP.8.1
Pimpinan program transplantasi yang kompeten bertanggung jawab untuk program transplantasi.
Standar COP.8.2
Program transplantasi meliputi tim multidisiplin yang terdiri dari orang-orang dengan kemampuan yang
relevan dalam program transplantasi organ spesifik.
99
Standar COP.8.3
Terdapat mekanisme koordinasi yang telah ditetapkan untuk semua kegiatan transplantasi yang melibatkan
dokter, perawat, dan tenaga medis lain.
Standar COP.8.4
Program transplantasi menggunakan kriteria ketepatan dan kesesuaian klinis, psikologis, sosial dalam
transplantasi organ spesifik untuk para kandidat transplantasi.
100
Standar COP.8.5
Program transplantasi memintakan persetujuan tindakan secara spesifik untuk transplantasi organ dari
kandidat transplantasi.
Standar COP.8.6
Program transplantasi mendokumentasikan protokol (atau prosedur) untuk pemulihan organ dan
penerimaan organ guna memastikan kompatibilitas, keamanan, efikasi, dan mutu sel, jaringan, serta organ
manusia untuk transplantasi.
101
Standar COP.8.7
Rencana perawatan pasien yang bersifat individual memandu perawatan pasien transplantasi.
102
2. Setiap pasien transplantasi berada di dalam perawatan tim perawatan pasien multidisiplin yang
dikoordinasikan oleh dokter penanggung jawab transplantasi pasien sepanjang fase pra-transplantasi,
transplantasi, hingga pemulangan.
3. Kandidat transplantasi menjalani evaluasi kesesuaian pada tata laksana medis atau pembedahan lain
yang dapat memberikan kesintasan jangka pendek dan panjang sebanding dengan dengan
transplantasi.
4. Kandidat transplantasi menjalani evaluasi psikologis.
5. Program transplantasi senantiasa memperbarui informasi klinis dalam rekam medis pasien
transplantasi.
Standar COP.9.1
Program transplantasi yang menggunakan donor transplantasi hidup memintakan persetujuan tindakan
spesifik untuk donasi organ dari calon donor hidup.
103
donasikan. Aspek yang sangat penting dari memintakan persetujuan tindakan adalah memastikan calon
donor bersedia mendonasikan dan tidak mendapatkan paksaan atau janji kompensasi, dan memahami
bahwa ia dapat mengurungkan niat donasi kapan saja. (Lihat juga PFR.5.2)
Standar COP.9.2
Program transplantasi yang menggunakan transplantasi donor hidup menggunakan kriteria pemilihan
klinis dan psikologis untuk menetapkan kecocokan potensi donor hidup.
104
Standar COP.9.3
Rencana perawatan pasien individual memandu perawatan donor hidup.
105
Perubahan
Penjelasan
ASC.1
Perubahan
persyaratan
ASC.2
Perubahan
persyaratan
ASC.3
ASC.3.2
Perubahan
persyaratan
ASC.3.3
Standar baru
ASC.4
Tidak ada
perubahan berarti
ASC.5
Perubahan
persyaratan
ASC.5.1
Perubahan
persyaratan
ASC.6
Penomoran ulang,
Perubahan
persyaratan
ASC.6.1
Penomoran ulang
106
Standar
Perubahan
Penjelasan
ASC.7
Tidak ada
perubahan berarti
Perubahan
persyaratan
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi keempat): Tidak Ada
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
107
anestesi memenuhi semua standar, undang-undang serta peraturan lokal dan nasional yang berlaku.
Layanan sedasi dan anestesi tersedia setelah jam kerja normal untuk kegawatdaruratan.
Layanan sedasi dan anestesi (termasuk layanan yang diperlukan untuk kegawatdaruratan) dapat diberikan
oleh rumah sakit, melalui kesepakatan dengan pihak luar (sebagai contoh, seorang ahli anestesi atau
praktik kelompok anestesi), atau keduanya. Penggunaan sumber daya anestesi dari luar dilakukan
berdasarkan rekomendasi dari pimpinan layanan sedasi dan anestesi. Sumber daya luar memenuhi undangundang dan peraturan yang berlaku, serta memiliki kualitas dan rekam jejak keamanan pasien yang dapat
diterima, yang didefinisikan di dalam kontrak untuk pemberian layanan. (Lihat juga GLD.6 dan GLD.6.1)
Standar ASC.2
Seorang (atau beberapa) individu yang kompeten bertanggung jawab untuk mengelola layanan sedasi dan
anestesi.
108
Perawatan Sedasi
Standar ASC.3
Pemberian sedasi prosedural distandarisasi untuk seluruh rumah sakit.
Standar ASC.3.1
Praktisi yang bertanggung jawab untuk sedasi prosedural dan individu yang bertanggung jawab untuk
pemantauan pasien yang menerima sedasi, adalah praktisi dan individu yang kompeten.
109
Standar ASC.3.2
Sedasi prosedural diberikan dan dimonitor sesuai dengan panduan praktik profesional.
110
paten, dan kemampuan untuk berespons terhadap stimulasi fisik atau perintah verbal. Individu yang
kompeten bertanggung jawab untuk memberikan pemantauan berkesinambungan terhadap parameter fisik
pasien serta membantu tindakan penopang atau resusitasi hingga pasien pulih kembali dengan aman.
Setelah prosedur selesai, pasien masih dapat terpapar risiko komplikasi akibat tertundanya absorpsi total
dari obat sedasi, depresi napas, dan/atau kurangnya stimulasi akibat prosedur. Pasien tetap memerlukan
pemantauan hingga mereka hampir mencapai tingkat kesadaran dan parameter hemodinamik awal mereka.
Kriteria objektif dapat membantu mengidentifikasi pasien yang sudah pulih kembali dan/atau siap untuk
dipulangkan. (Juga lihat QPS.8, EP 6)
Standar ASC.3.3
Risiko, manfaat dan alternatif yang terkait dengan prosedur sedasi didiskusikan dengan pasien, keluarga
pasien, atau orang-orang yang membuat keputusan untuk pasien.
Perawatan Anestesi
Standar ASC.4
Seorang individu yang kompeten melaksanakan pengkajian praanestesi dan pengkajian prainduksi.
111
pemberian obat anestesi secara aman berdasarkan pengkajian pasien, risiko yang teridentifikasi,
dan jenis prosedur;
interpretasi temuan dari pemantauan pasien selama anestesi dan pemulihan; serta
pemberian informasi untuk penggunaan analgesia setelah pembedahan.
Seorang ahli anestesi atau individu lain yang kompeten melaksanakan pengkajian praanestesi tersebut.
Penilaian praanestesi dapat dilaksanakan beberapa saat sebelum penerimaan pasien ke dalam rumah sakit
atau sebelum prosedur bedah dilakukan ataupun sesaat sebelum operasi dimulai, seperti yang dilakukan
untuk pasien gawat darurat dan kebidanan. Pengkajian prainduksi terpisah dengan pengkajian praanestesi,
karena pengkajian tersebut berfokus pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien untuk anestesi dan
dilaksanakan segera sebelum induksi anestesi. Apabila anestesi harus diberikan secara darurat, pengkajian
praanestesi dan pengkajian prainduksi dapat dilaksanakan segera secara berurutan, atau secara bersamasama, tetapi didokumentasikan secara terpisah. (Lihat juga ASC.6)
Standar ASC.5
Perawatan anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien, dengan
mencantumkan dengan anestesi dan teknik yang digunakan
Standar ASC.5.1
Risiko, manfaat dan alternatif terkait anestesi didiskusikan dengan pasien, keluarga pasien, atau orangorang yang membuat keputusan untuk pasien.
112
Standar ASC.6
Status fisiologis setiap pasien selama anestesi dan pembedahan dipantau sesuai dengan panduan praktik
profesional dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Standar ASC.6.1
Status pascaanestesi masing-masing pasien dipantau dan didokumentasikan, dan pasien dipulangkan dari
area pemulihan oleh individu yang kompeten dengan menggunakan kriteria yang jelas.
113
b) pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang perawat atau individu
dengan kualifikasi yang setara berdasarkan kriteria pascaanestesi yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit, dan rekam medis menunjukkan bukti bahwa kriteria tersebut terpenuhi.
c) pasien tersebut dipindahkan ke unit yang mampu menyediakan perawatan pascaanestesi atau
pascasedasi untuk pasien-pasien khusus, seperti di antaranya unit perawatan intensif
kardiovaskuler, atau unit perawatan intensif bedah saraf.
Waktu kedatangan dan pemindahan dari area pemulihan (atau waktu mulai dan dihentikannya pemantauan
pemulihan) didokumentasikan dalam rekam medis pasien. (Lihat juga AOP.2)
Perawatan Bedah
Standar ASC.7
Perawatan bedah setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan berdasarkan hasil-hasil pengkajian.
114
Standar ASC.7.1
Risiko, manfaat, dan alternatif prosedur didiskusikan dengan pasien, keluarga pasien atau orang yang
membuat keputusan untuk pasien.
Standar ASC.7.2
Informasi mengenai prosedur pembedahan didokumentasikan dalam rekam medis pasien untuk
memudahkan perawatan yang berkesinambungan.
115
tersedia untuk pemberi perawatan berikutnya. Bila dokter bedah menemani pasien dari kamar operasi
menuju unit atau area pelayanan berikutnya, maka catatan operasi, template, atau catatan perkembangan
dapat ditulis di unit/area perawatan tersebut. (Lihat juga ACC.3; COP.2.3; dan QPS.8, EP 5)
Standar ASC.7.3
Perawatan pasien setelah pembedahan direncanakan dan didokumentasikan.
Standar ASC.7.4
Perawatan bedah yang mencakup implantasi perangkat medis direncanakan dengan pertimbangan khusus
tentang bagaimana memodifikasi proses dan prosedur standar.
116
117
Perubahan
Penjelasan
MMU.1
Perubahan
persyaratan
MMU.2
Perubahan
persyaratan
Penambahan teks pada isi standar serta maksud dan tujuan, dan
revisi EP sehingga mencakup persyaratan MMU.2.2 (edisi
keempat)
MMU.2.1
Perubahan
persyaratan
MMU.3
MMU.3.1
MMU.4.1
Perubahan
persyaratan
MMU.5
MMU.5.1
Perubahan
persyaratan
MMU.5.2
MMU.3.3
MMU.4
118
Standar
MMU.6.1
MMU.6.2
MMU.7
Perubahan
Penjelasan
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi keempat): Tidak ada.
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
standar tersebut.
119
Peninjauan tersebut memungkinkan rumah sakit untuk memahami apa sajakah kebutuhan yang mesti
diprioritaskan demi peningkatan sistem yang berkelanjutan dalam hal kualitas dan keamanan penggunaan
obat-obatan.
120
Terkadang, obat-obatan tidak ada dalam persediaan atau tidak tersedia dengan segera bagi rumah sakit saat
dibutuhkan. Terdapat suatu proses untuk menyetujui dan mengadakan obat-obatan tersebut. Selain itu,
terkadang obat-obatan dibutuhkan pada malam hari atau pada saat farmasi tutup. Setiap rumah sakit perlu
memiliki perencanaan untuk menghadapi kejadian-kejadian tersebut dan perlu mendidik stafnya mengenai
prosedur yang harus dijalankan apabila hal tersebut terjadi.(Lihat juga MMU.3.2, ME1)
Standar MMU.2.1
Terdapat suatu metode untuk mengawasi daftar obat-obatan rumah sakit dan penggunaan obat-obatan
tersebut.
121
Penyimpanan
Standar MMU.3
Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman.
Standar MMU.3.1
Terdapat proses penyimpanan obat dan produk nutrisi yang membutuhkan perhatian khusus.
122
Standar MMU.3.2
Obat-obatan untuk keadaan darurat tersedia, terpantau dan aman bila disimpan di luar farmasi rumah sakit.
Standar MMU.3.3
Rumah sakit memiliki sistem untuk penarikan kembali obat-obatan.
123
Standar MMU.4.1
Rumah sakit menetapkan elemen-elemen perintah pemberian atau resep yang lengkap.
perintah pemberian obat yang tidak lengkap, tidak terbaca, atau tidak jelas;
perintah pemberian khusus, seperti perintah pemberian gawat darurat, perintah pemberian tetap,
atau perintah pemberian yang nantinya akan dihentikan secara otomatis, dan unsur khusus lain
yang terkait dengan perintah pemberian tersebut; dan
124
Perintah pemberian obat secara lisan dan melalui telepon serta proses verifikasi perintah
pemberian tersebut (dinilai pada IPSG.2, EP 1).
Standar ini mengatur perintah pemberian obat yang diharapkan di seluruh rumah sakit. Proses tersebut
tercermin dari perintah pemberian obat yang lengkap yang dituliskan pada catatan pasien, unit farmasi atau
unit yang mengeluarkan obat mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengeluarkan obat, dan
pemberian obat berdasarkan perintah pemberian yang lengkap. (Lihat juga COP.2.2 dan MOI.10)
Standar MMU.4.2
Rumah sakit mengidentifikasi orang-orang yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk melakukan
peresepan atau membuat perintah pemberian obat.
125
Standar MMU.4.3
Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan ditulis dalam rekam medis.
Standar MMU.5.1
Resep atau perintah pemberian obat ditinjau kelayakannya.
126
Kelayakan obat untuk pasien dan kebutuhan klinisnya yang dilakukan pada saat obat tersebut
diresepkan atau diminta
Verifikasi pada saat pemberian bahwa obat tersebut sesuai dengan yang diminta atau diresepkan
(lihat MMU.6.1)
Pemeriksaan pertama dilakukan oleh ahli farmasi yang telah memiliki izin, teknisi, atau profesional
terlatih. Pemeriksaan kelayakan dilakukan untuk setiap resep atau perintah pemberian ketika baru
diresepkan atau diminta, yang meliputi elemen a) hingga g) di bawah ini. Tinjauan kelayakan yang baru
harus dilakukan saat dosis atau faktor kelayakan lainnya di bawah ini mengalami perubahan; sebagai
contoh, ketika obat baru diresepkan dan terdapat masalah duplikasi terapeutik. Rumah sakit menetapkan
apa saja informasi spesifik pasien yang dibutuhkan untuk tinjauan kelayakan perintah pemberian atau
resep.
Tinjauan kelayakan harus dilakukan meskipun dalam keadaan tidak ideal. Sebagai contoh, jika farmasi
pusat atau unit farmasi tidak buka, dan obat akan dikeluarkan dari stok yang ada di unit perawatan,
pemeriksaan kelayakan tetap harus dilakukan oleh individu terlatih. Akan tetapi, tinjauan tersebut dapat
dilakukan bersamaan dengan tinjauan kelayakan sebelum pemberian obat (verifikasi) bila obat diberikan
oleh individu yang sama.
Proses untuk meninjau perintah pemberian atau resep sebelum pembagian meliputi evaluasi oleh petugas
profesional yang terlatih dalam segi
a) kelayakan obat, dosis, frekuensi dan rute pemberian;
b) duplikasi terapeutik;
c) alergi atau sensitivitas yang nyata atau berpotensi terjadi;
d) interaksi antara obat dengan obatan-obatan lain atau makanan yang nyata atau berpotensi terjadi;
e) variasi dari kriteria penggunaan obat yang dikeluarkan oleh rumah sakit;
f) berat badan pasien dan informasi fisiologis lainnya;dan
g) kontraindikasi lainnya.
Tinjauan kelayakan dilakukan oleh individu yang kompeten yang telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan, sesuai dengan kewenangannya atau kompetensi yang telah ditunjukkannya pada saat proses
peninjauan. Individu tersebut dapat merupakan seorang ahli farmasi pada saat jam operasional unit farmasi
dan dapat merupakan seorang perawat di unit klinis saat malam hari. Perawat maupun individu lain
tersebut memiliki dokumentasi pelatihan dalam melakukan tinjauan kelayakan serta didukung oleh bahan
referensi, program komputer, dan sumber daya lainnya. Jika seorang dokter meminta obat baru untuk
pasien pada malam hari, maka perawat terlatih akan menuliskan dan membacakan kembali perintah
pemberian tersebut dan kemudian melakukan tinjauan kelayakan. Tinjauan kedua mungkin diperlukan
sesuai dengan kebijakan rumah sakit, yang dilakukan oleh ahli farmasi pada keesokan harinya atau oleh
dokter yang tidak meresepkan obat tersebut dan telah dilatih untuk melakukan peninjauan, seperti PPDS di
rumah sakit pendidikan atau rumah sakit pendidikan di komunitas (community teaching hospital).
Tinjauan kelayakan formal mungkin tidak praktis dilakukan pada beberapa keadaan tertentu, seperti saat
gawat darurat atau saat dokter yang memintanya hadir untuk meminta, memberikan, dan memantau pasien
(sebagai contoh, ruang operasi atau departemen gawat darurat), atau saat pemberian kontras oral, rektal,
atau injeksi yang merupakan bagian dari prosedur di unit radiologi intervensi atau pencitraan diagnostik.
Untuk memudahkan pemeriksaan, terdapat catatan (profil) semua obat-obatan yang diberikan kepada
pasien, kecuali obat gawat darurat dan obat yang diberikan sebagai bagian dari prosedur tertentu. Catatan
ini dapat disimpan di unit farmasi dan/atau secara online untuk diperiksa saat farmasi tutup. Informasi ini
penting untuk pelaksanaan tinjauan kelayakan.
Bila untuk pemeriksaan silang (cross-check) obat-obatan dalam hal interaksi obat dan alergi obat
digunakan program piranti lunak pada komputer, piranti lunak tersebut diperbarui menurut jadwal yang
sesuai.
127
Standar MMU.5.2
Digunakan suatu sistem untuk mengeluarkan obat dengan dosis yang tepat bagi pasien yang tepat pada
saat yang tepat.
Pemberian
Standar MMU.6
Rumah sakit mengidentifikasi orang-orang yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk memberikan
obat.
128
Standar MMU.6.1
Pemberian obat meliputi proses verifikasi bahwa obat tersebut tepat sesuai dengan perintah pemberian.
Standar MMU.6.2
Kebijakan dan prosedur mengatur obat-obatan yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit untuk
dikonsumsi sendiri oleh pasien atau sebagai sampel.
129
3. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses untuk mengatur ketersediaan, pengelolaan,
penggunaan dan dokumentasi sampel obat-obatan.
Pemantauan
Standar MMU.7
Efek obat pada pasien dipantau.
Standar MMU.7.1
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses untuk melaporkan dan menindak-lanjuti kesalahan
pengobatan dan kejadian nyaris cedera.
130
Unit farmasi rumah sakit turut berpartisipasi dalam pelatihan staf semacam itu. (Lihat juga QPS.8 dan
QPS.9)
131
Perubahan
Penjelasan
PFE.2
Perubahan
persyaratan
PFE.2.1
Perubahan
persyaratan
PFE.3
Penomoran Ulang
PFE.4
Penomoran Ulang Pemindahan persyaratan dari PFE.6 (Edisi Keempat)
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan Edisi Keempat dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam
bab lain dalam Buku Panduan Edisi Kelima ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya,
dicantumkan dalam tabel Perubahan bab tersebut
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi ke-4 namun telah dihapus
dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor Edisi Keempat): PFE.3.
132
Standar PFE.2
Kebutuhan edukasi setiap pasien dinilai dan dimasukkan ke dalam rekam medisnya.
Standar PFE.2.1
Menilai kemampuan dan kemauan pasien serta keluarganya untuk belajar.
133
Standar PFE.3
Metode edukasi dipilih dengan mempertimbangkan nilai yang dianut dan preferensi pasien dan
keluarganya serta memungkinkan terjadinya interaksi yang memadai antara pasien, keluarga pasien dan
staf sehingga terjadi proses pembelajaran.
Standar PFE.4
Petugas profesional kesehatan yang merawat pasien bekerja sama untuk melakukan edukasi.
Edukasi pasien dan keluarga pasien disediakan secara kolaboratif jika diindikasikan.
Mereka yang memberikan edukasi memiliki pengetahuan tentang materi edukasi.
Mereka yang memberikan edukasi memiliki waktu yang cukup untuk melakukan edukasi.
Mereka yang memberikan edukasi memiliki keterampilan komunikasi untuk melakukan edukasi.
134
135
Perubahan
Penjelasan
QPS.1
Standar baru
QPS.2
Standar baru
QPS.3
Penomoran ulang
QPS.4
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
QPS.4.1
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
QPS.5
Standar baru
QPS.6
Penomoran ulang
QPS.7
Penomoran ulang;
Perubahan
persyaratan
QPS.8
Penomoran ulang
QPS.9
Penomoran ulang
untuk
136
Catatan: Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan edisi keempat dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam bab
lain dalam Buku Panduan edisi kelima ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya, dicantumkan
dalam tabel Perubahan bab tersebut.
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi keempat): QPS.2 (penomoran berdasarkan
nomor di edisi keempat).
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
Standar QPS.1
Individu yang kompeten memberikan arahan untuk pelaksanaan dari program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien rumah sakit serta mengelola kegiatan yang harus dilakukan demi menjalankan
program yang efektif dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang berkesinambungan.
137
Walaupun badan tata kelola telah menyetujui program dan pimpinan telah menyediakan sumber daya
untuk menerapkan program ini, arahan yang tepat dan pengelolaan tetap dibutuhkan setiap hari untuk
menjalankan program dan membuat perbaikan yang berkesinambungan sebagai suatu bagian dari cara
rumah sakit mencapai misi dan prioritas strategisnya. (Lihat juga GLD.4)
Individu yang kompeten (seorang atau lebih) mengawasi bagaimana program ini dilaksanakan. Hal ini
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman dalam berbagai segi dari pengumpulan data, validasi data
dan analisis data, serta dalam menerapkan perbaikan yang dapat dipertahankan. Para individu yang
mengawasi program mutu juga memilih staf program mutu dengan keahlian yang dibutuhkan untuk
program tersebut. Seringkali, beberapa individu kunci mutu berada dalam sebuah departemen/unit
pelayanan dalam rumah sakit. Para individu ini harus diberikan dukungan berupa informasi dan bantuan.
Staf program mutu juga mengerti bagaimana menentukan prioritas rumah sakit secara keseluruhan dan
prioritas di tingkat departemen/unit pelayanan serta mengemas prioritas-prioritas tersebut menjadi suatu
program keseluruhan yang terkoordinasi dengan baik. Staf dari program mutu akan mengkoordinasi dan
mengatur unsur pengukuran di seluruh organisasi serta menyediakan penunjang berupa kegiatan
pengukuran yang terkait dengan prioritas rumah sakit.
Pelatihan dan komunikasi juga merupakan suatu keharusan. Staf dari program mutu mendukung
pengumpulan data di seluruh rumah sakit dengan memberikan bantuan terhadap perihal yang berhubungan
dengan pengumpulan data, seperti membuat formulir untuk pengumpulan data, mengidentifikasi data
seperti apa yang harus dikumpulkan, dan cara untuk memvalidasi data. Staf di seluruh rumah sakit
mungkin butuh bantuan untuk memvalidasi data dan menganalisis data, menerapkan perbaikan dan untuk
mengevaluasi apakah perbaikan dapat dipertahankan. Staf dari program mutu harus terus menerus terlibat
dalam pelatihan dan komunikasi tentang masalah mutu dan keselamatan pasien di seluruh rumah sakit.
(Lihat juga GLD.9)
138
Standar QPS.3
Program mutu dan keselamatan pasien menggunakan informasi ilmiah dan informasi lainnya yang terkini
untuk mendukung perawatan pasien, pendidikan tenaga profesional kesehatan, penelitian klinis, dan
manajemen.
139
Standar QPS.4.1
Individu dengan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang tepat bertugas untuk mengumpulkan
dan menganalisis data rumah sakit secara sistematis.
140
hasil-hasil tersebut. Individu ini dapat berlatar belakang klinis, manajerial atau kombinasi keduanya.
Dengan demikian, analisis data menyediakan masukan berkesinambungan yang membantu individu
tersebut mengambil keputusan dan terus-menerus memperbaiki proses klinis dan manajerial.
Pengertian akan teknik statistik akan berguna dalam proses analisa data, khususnya dalam menafsirkan
variasi dan memutuskan area yang paling membutuhkan perbaikan. Run charts, diagram kontrol (control
charts), histogram, dan diagram Pareto adalah contoh dari metode statistik yang sangat berguna dalam
memahami pola dan variasi dalam pelayanan kesehatan.
Program mutu berpartisipasi dalam menetapkan seberapa sering data harus dikumpulkan dan dianalisis.
Frekuensi dari proses ini bergantung dari kegiatan program tersebut dan area yang diukur serta frekuensi
pengukuran. Sebagai contoh, pemeriksaan mutu data dari laboratorium klinis mungkin dianalisis setiap
minggu untuk mematuhi peraturan lokal, dan data tentang pasien jatuh mungkin dianalisis setiap bulan
apabila jatuhnya pasien jarang terjadi. Maka, pengumpulan data pada titik-titik waktu tertentu akan
memungkinkan rumah sakit untuk menilai stabilitas dari proses tertentu ataupun menilai dapat
diprediksinya hasil tertentu terkait dengan ekspektasi yang ada.
Tujuan analisis data adalah untuk dapat membandingkan rumah sakit dalam empat hal:
1) Dengan rumah sakit tersebut sendiri dari waktu ke waktu, misalnya dari bulan ke bulan, dari tahun
ke tahun
2) Dengan rumah sakit sejenis, seperti melalui database referensi
3) Dengan standar-standar, seperti yang ditentukan oleh badan akreditasi atau organisasi profesional
ataupun standar-standar yang ditentukan oleh undang-undang atau peraturan
4) Dengan praktik-praktik yang diinginkan yang dalam literatur digolongkan sebagai best practice
(praktik terbaik) atau better practice (praktik yang lebih baik) atau practice guidelines (pedoman
praktik)
Perbandingan-perbandingan tersebut membantu rumah sakit dalam memahami perubahan dan penyebab
perubahan yang tidak diinginkan dan membantu memfokuskan upaya perbaikan. (Lihat juga GLD.5)
Standar QPS.5
Proses analisis data mencakup setidaknya satu penentuan dampak dari prioritas perbaikan rumah sakit
secara keseluruhan terhadap biaya dan efisiensi per tahunnya.
141
sumber daya manusia (sebagai contoh, waktu yang dipakai untuk setiap langkah dalam proses tersebut)
atau dapat pula melibatkan penggunaan teknologi dan sumber daya lainnya. Analisis ini akan memberikan
informasi yang berguna atas perbaikan mana yang berdampak terhadap efisiensi dan biaya.
Standar QPS.6
Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data.
142
4. Pimpinan rumah sakit mengemban tanggung jawab untuk validitas mutu dari hasil data yang
disebarkan secara umum. (Lihat juga GLD.3.1, EP 3)
Standar QPS.7
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola kejadian
sentinel.
143
2. Rumah sakit melakukan analisis akar masalah pada semua kejadian sentinel pada suatu periode yang
ditentukan oleh para pimpinan rumah sakit yang tidak melebihi 45 hari sejak tanggal kejadian tersebut
terjadi atau disadari
3. Pimpinan rumah sakit menindaklanjuti hasil analisis akar masalah
Standar QPS.8
Data selalu dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan dari data itu.
Standar QPS.9
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kejadian
nyaris cedera.
144
Rumah sakit menetapkan definisi kejadian near miss (Kejadian Nyaris Cedera, KNC)
Rumah sakit menetapkan jenis kejadian yang harus dilaporkan
Rumah sakit menetapkan proses untuk melaporkan kegagalan
Data dianalisis dan tindakan diambil untuk mengurangi terjadinya KNC.
Standar QPS.11
Semua program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi
Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan lainnya pada pasien dan staf.
145
146
Perubahan
Penjelasan
PCI.2
Perubahan
persyaratan
PCI.3
Perubahan
persyaratan
PCI.4
Perubahan
persyaratan
PCI.5
Perubahan
persyaratan
PCI.6 dan
PCI.6.1
Perubahan
persyaratan
PCI.7.1
Perubahan
persyaratan
Perubahan
persyaratan
PCI.7.1.1
PCI.7.3
Perubahan
persyaratan
PCI.7.4
Perubahan
persyaratan
PCI.7.5
Perubahan
persyaratan
PCI.8 dan
PCI.8.1
Perubahan
persyaratan;
standar baru
147
Standar
Perubahan
Penjelasan
PCI.9
Perubahan
persyaratan
Perubahan
persyaratan
PCI.10
Perubahan
Revisi EP untuk memperjelas persyaratan
persyaratan
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan edisi keempat dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam bab
lain dalam Buku Panduan edisi kelima ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya, dicantumkan
dalam tabel Perubahan bab tersebut.
PCI.11
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi keempat): Tidak Ada
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
148
Standar PCI.2
Semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi memiliki mekanisme koordinasi yang melibatkan
para dokter, perawat, dan lain-lain, berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
Standar PCI.3
Program pencegahan dan pengendalian infeksi didasarkan pada pengetahuan ilmiah terkini, pedoman
praktik yang diterima, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta standar-standar untuk
sanitasi dan kebersihan.
149
menjadi sumber yang bermakna sebagai panduan dan praktik berbasis bukti.1-7 Selain itu, publikasi dan
organisasi profesi memberikan standar-standar yang berkaitan dengan kebersihan dan sanitasi lingkungan
di rumah sakit. Panduan praktik menyediakan informasi tentang praktik-praktik pencegahan dan infeksi
yang terkait dengan pelayanan klinis dan penunjang. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
mendefinisikan elemen-elemen pada program dasar, respons terhadap wabah penyakit menular, dan segala
persyaratan pelaporan.
Standar PCI.4
Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program pencegahan
dan pengendalian infeksi.
Standar PCI.5
Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program menyeluruh untuk mengurangi risiko infeksi yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan petugas pelayanan kesehatan.
150
Standar PCI.5.1
Seluruh area pasien, staf, dan pengunjung di rumah sakit tercakup dalam program pencegahan dan
pengendalian infeksi.
Standar PCI.6
Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam menetapkan fokus program pencegahan dan
penurunan infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Standar PCI.6.1
Rumah sakit melacak risiko infeksi, angka infeksi, dan tren dalam infeksi terkait pelayanan kesehatan
untuk menurunkan risiko infeksi tersebut.
151
penurunan risiko serta insidens infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Pendekatan berbasis
risiko membantu rumah sakit mengidentifikasi praktik-praktik dan infeksi-infeksi seperti apa yang harus
menjadi fokus program mereka. Pendekatan berbasis risiko menggunakan surveilans sebagai komponen
penting untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang memandu pengkajian risiko.
Rumah sakit mengumpulkan dan mengevaluasi data mengenai infeksi dan lokasinya yang relevan sebagai
berikut:
a) Saluran pernapasan seperti prosedur dan teknologi medis yang berkaitan dengan intubasi,
tunjangan ventilasi mekanis, trakeostomi, dan sebagainya.
b) Saluran kemih seperti teknologi medis dan prosedur-prosedur invasif yang berkaitan dengan
kateter urin yang terpasang (indwelling catheters), sistem drainase urin, perawatannya, dan
sebagainya.
c) Peralatan intravaskuler invasif seperti pemasangan dan perawatan kateter vena sentral, infus
vena perifer, dan sebagainya
d) Lokasi bedah seperti perawatannya, jenis balutan, dan prosedur aseptik terkait
e) Penyakit dan organisme yang bermakna secara epidemiologis organisme yang resisten terhadap
banyak jenis obat, infeksi yang sangat virulen
f) Infeksi yang timbul atau timbul kembali dalam komunitas
Selain itu, penerapan pengetahuan ilmiah terkait pengendalian infeksi melalui strategi-strategi berupa
penggunaan panduan praktik klinis, program pengendalian antibiotik (antibiotic stewardship), program
penurunan infeksi yang didapat dari komunitas ataupun rumah sakit, dan inisiatif untuk menurunkan
penggunaan alat invasif yang tidak perlu dapat menurunkan angka kejadian infeksi secara bermakna.
(Lihat juga GLD.11.2)
Proses pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk menurunkan risiko infeksi pada pasien, staf,
dan lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, rumah sakit harus secara proaktif mengidentifikasi dan
menelusuri risiko, angka kejadian, dan tren dalam infeksi terkait pelayanan kesehatan. Rumah sakit
menggunakan informasi hasil penilaian untuk meningkatkan kegiatan pencegahan dan pengendalian
infeksi serta untuk menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan serendah mungkin. Rumah sakit
dapat memanfaatkan sebaik mungkin data dan informasi penilaian dengan memahami angka kejadian dan
tren di rumah sakit lain yang setara dan dengan memasukkan data ke dalam basis data terkait infeksi.(Lihat
juga QPS.4, EP 4, dan GLD.5)
152
Standar PCI.7
Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses yang terkait dengan risiko infeksi dan menerapkan
strategi untuk menurunkan risiko infeksi.
Standar PCI.7.1
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi dengan memastikan pembersihan dan sterilisasi teknologi medis
yang memadai serta pengelolaan binatu dan linen yang tepat.
Standar PCI.7.1.1.
Rumah sakit mengidentifikasi dan menerapkan proses untuk mengelola pasokan (supplies) yang sudah
kadaluwarsa dan penggunaan ulang peralatan sekali-pakai apabila diizinkan oleh peraturan dan perundangundangan.
153
Standar PCI.7.2.
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi melalui pembuangan limbah secara tepat.
154
3. Kegiatan kerja di daerah kamar mayat dan postmortem dikelola untuk meminimalkan risiko penularan
infeksi.
Standar PCI.7.3
Rumah sakit menerapkan praktik penanganan dan pembuangan benda tajam dan jarum secara aman.
Standar PCI.7.4
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi terkait pelaksanaan pelayanan gizi/makanan.
155
memastikan makanan disimpan dan disiapkan pada suhu yang sesuai untuk mencegah risiko pertumbuhan
bakteri.
Kontaminasi silang, terutama dari makanan mentah ke makanan yang sudah dimasak, adalah salah satu
sumber infeksi makanan. Kontaminasi silang dapat disebabkan oleh tangan yang terkontaminasi,
permukaan meja, papan alas untuk memotong makanan, ataupun kain yang digunakan untuk mengelap
permukaan meja atau mengeringkan piring. Selain itu, permukaan yang digunakan untuk menyiapkan
makanan; alat makan, perlengkapan masak, panci, dan wajan yang digunakan untuk menyiapkan makanan;
dan juga nampan, piring, serta alat makan yang digunakan untuk menyajikan makanan juga dapat
menimbulkan risiko infeksi apabila tidak dibersihkan dan disanitasi secara tepat.
Standar PCI.7.5.
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi pada fasilitas yang terkait dengan pengendalian mekanis dan
teknis, serta pada saat dilakukannya pembongkaran, pembangunan, dan renovasi.
Standar PCI.8
Rumah sakit menyediakan alat pelindung untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi
yang melindungi pasien, pengunjung, dan staf dari penyakit menular serta melindungi pasien imunosupresi
dari infeksi yang rentan mereka alami.
156
Standar PCI.8.1.
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk menangani lonjakan mendadak
pasien-pasien dengan infeksi yang dapat ditularkan melalui udara (airborne infections) dan bila ruang
bertekanan negatif tidak tersedia.
Standar PCI.9
Sarung tangan, masker, pelindung mata, alat pelindung lainnya, sabun, dan desinfektan tersedia dan
digunakan secara tepat saat disyaratkan.
157
Standar PCI.10
Proses pencegahan dan pengendalian infeksi terintegrasi dengan program rumah sakit keseluruhan untuk
peningkatan mutu dan keselamatan pasien, dengan menggunakan parameter-parameter yang secara
epidemiologis penting untuk rumah sakit.
158
Standar PCI.11
Rumah sakit melakukan edukasi mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf,
dokter, pasien, keluarga, dan petugas perawatan lainnya bila terindikasi, berdasarkan keterlibatan mereka
dalam perawatan.
159
Perubahan
Penjelasan
GLD.1
Perubahan
Persyaratan
GLD.1.1
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
GLD.1.2
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
GLD.2
Tidak ada
perubahan
signifikan
GLD.3
Perubahan
Persyaratan
GLD.3.1
Perubahan
Persyaratan
GLD.3.2
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
GLD.3.3
Penomoran ulang
160
Standar
Perubahan
Penjelasan
GLD.4
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
GLD.4.1
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
GLD.5
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
GLD.6
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
GLD.6.1
Penomoran
ulang; Perubahan
Persyaratan
GLD.6.2
Penomoran ulang
GLD.7
Penomoran ulang
GLD.7.1
Standar baru
GLD.8
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
GLD.9
Penomoran
ulang; Perubahan
Persyaratan
GLD.10
Penomoran ulang
161
Standar
GLD.11
GLD.11.1
Perubahan
Penjelasan
Penomoran ulang;
Perubahan
Persyaratan
Standar baru
Penomoran ulang
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi keempat): GLD.3.4, GLD.5.5.
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
162
Gambaran Umum
Catatan: Pada semua standar GLD, istilah pemimpin mengacu pada satu atau lebih orang bertanggung
jawab terhadap ekspektasi yang terdapat pada standar. Pimpinan mengacu pada sekelompok pemimpin
yang secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap ekspektasi yang tertulis pada standar.
Standar pada bab ini dikelompokkan dengan menggunakan hierarki kepemimpinan (dan diilustrasikan
pada gambar di bawah ini):
163
yang berada di bawah arahan departemen/pimpinan pelayanan. Standar GLD.9 sampai GLD.11.2
menjelaskan ekspektasi dari pimpinan departemen atau pelayanan tertentu ini. Biasanya subgrup terdiri
dari departemen klinis seperti medis, bedah, obstetrik, anak, dan lain sebagainya; satu atau lebih subgrup
keperawatan; pelayanan atau departemen diagnostik seperti radiologi dan laboratorium klinis; pelayanan
farmasi, baik yang tersentralisasi maupun yang terdistribusi di seluruh rumah sakit; serta pelayanan
penunjang yang di antaranya meliputi bagian transportasi, pekerjaan sosial, keuangan, pembelian,
manajemen fasilitas, dan sumber daya manusia. Umumnya rumah sakit besar juga mempunyai manajer di
dalam subgrup ini. Sebagai contoh, perawat dapat memiliki satu manajer di kamar operasi dan satu
manajer di unit rawat jalan, departemen medis dapat mempunyai manajer-manajer untuk setiap unit klinis
pasien, dan bagian bisnis rumah sakit dapat mempunyai beberapa manajer untuk fungsi bisnis yang
berbeda, di antaranya seperti untuk kontrol tempat tidur, penagihan, dan pembelian.
Akhirnya, terdapat persyaratan dalam bab GLD yang bersentuhan dengan semua level di atas. Persyaratan
ini dapat ditemukan pada GLD.12 hingga GLD.19 dan mencakup budaya keselamatan, etika, serta
pendidikan dan penelitian profesional kesehatan, apabila ada.
Medis
Lainnya
164
Standar GLD.1.1
Tanggung jawab dan akuntabilitas operasional badan tata kelola dijelaskan dalam dokumen tertulis.
165
menyetujui berbagai strategi dan rencana operasional rumah sakit serta kebijakan dan prosedur
yang diperlukan untuk berjalannya rumah sakit sehari-hari;
menyetujui partisipasi rumah sakit dalam pendidikan profesional kesehatan dan dalam penelitian
serta mengawasi kualitas program-program tersebut; (lihat juga GLD.14 dan GLD.15)
menyetujui dan menyediakan modal serta dana operasional dan sumber daya lain yang diperlukan
untuk menjalankan rumah sakit dan memenuhi misi serta rencana strategis rumah sakit; dan
menunjuk atau menyetujui direksi rumah sakit, dan melakukan evaluasi tahunan terhadap kinerja
masing-masing individu dengan menggunakan proses dan kriteria yang sudah baku.
Standar GLD.1.2
Orang-orang yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui rencana rumah sakit untuk program
mutu dan keselamatan pasien dan secara berkala menerima dan bertindak berdasarkan laporan-laporan
program mutu dan keselamatan pasien.
166
Kewajiban Direksi
Standar GLD.2
Direksi bertanggung jawab untuk mengoperasikan rumah sakit dan menaati peraturan dan perundangundangan yang berlaku.
167
Standar GLD.3.1
Pimpinan rumah sakit mengidentifikasi dan merencanakan jenis pelayanan klinis yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang dilayani rumah sakit tersebut.
168
3. Pimpinan rumah sakit memberikan data dan informasi tentang kualitas pelayanan yang ada di rumah
sakit kepada pemangku kepentingan. (Lihat juga QPS.6, EP 4)
4. Pimpinan rumah sakit mendeskripsikan dan menuliskan bentuk pelayanan dan perawatan yang akan
diberikan.
Standar GLD.3.2
Pimpinan rumah sakit memastikan adanya komunikasi yang efektif di seluruh rumah sakit.
Standar GLD.3.3
Pimpinan rumah sakit memastikan adanya program yang seragam untuk perekrutan, retensi,
pengembangan dan pendidikan lanjutan untuk semua staf.
169
Standar GLD.4.1
Pimpinan rumah sakit mengkomunikasikan informasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada
badan tata kelola dan staf rumah sakit secara berkala.
170
Komunikasi informasi tentang program peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkala kepada
staf merupakan hal yang penting. Alur komunikasi mutu ini dilakukan melalui jalur yang efektif, seperti
buletin, papan cerita, pertemuan staf, dan proses sumber daya manusia. Informasi yang diberikan antara
lain dapat berupa proyek baru atau proyek yang baru saja selesai, perkembangan dalam pencapaian
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien, hasil analisis kejadian sentinel atau kejadian tidak diinginkan
lainnya, ataupun penelitian terkini maupun program benchmark.
Standar GLD.5
Pimpinan rumah sakit memprioritaskan proses di rumah sakit yang akan diukur, program perbaikan dan
aktivitas keselamatan pasien yang akan diterapkan, dan bagaimana mengukur keberhasilan dalam upaya di
seluruh rumah sakit ini.
171
misalnya, untuk menjadi pusat rujukan regional bagi pasien kanker. Serupa dengan itu, pimpinan rumah
sakit dapat memberikan prioritas untuk proyek yang meningkatkan efisiensi, menurunkan angka
perawatan kembali, menghilangkan masalah alur pasien di unit gawat darurat, atau menyelenggarakan
proses pemantauan mutu pelayanan yang diberikan oleh pihak ketiga. Pimpinan rumah sakit
memprioritaskan perbaikan sistem sehingga efek dari perbaikan dapat terjadi di seluruh rumah sakit;
contohnya, meningkatkan sistem manajemen obat di rumah sakit. Proses penetapan prioritas meliputi
pertimbangan berdasarkan data yang ada, yang sistem dan prosesnya memperlihatkan variasi penerapan
dan luaran yang paling banyak. Pimpinan rumah sakit memastikan bahwa apabila ada, penelitian klinis
dan program pendidikan kedokteran juga menjadi salah satu prioritas.
Pimpinan rumah sakit juga menilai dampak dari perbaikan, misalnya penilaian perbaikan efisiensi dari
suatu proses klinis yang kompleks, dan/atau identifikasi pengurangan biaya dan sumber daya yang
digunakan dengan adanya perbaikan suatu proses. Penilaian dampak dari perbaikan tersebut akan
menunjang pemahaman tentang biaya relatif yang dikeluarkan demi investasi mutu dan sumber daya
manusia, finansial, dan keuntungan lain dari investasi tersebut. Pimpinan rumah sakit mendukung
pembuatan program (tool) sederhana untuk menghitung sumber daya yang digunakan pada proses yang
lama dan pada proses yang baru. Pemahaman baik tentang dampak perbaikan pada luaran pasien dan biaya
relatif serta hasil dari efisiensi proses, berperan dalam penentuan prioritas di masa depan, baik pada
tingkatan rumah sakit maupun pada tingkatan departemen/unit layanan. Apabila informasi ini digabungkan
di seluruh rumah sakit, pimpinan rumah sakit dapat lebih memahami bagaimana mengalokasikan sumber
daya mutu dan keselamatan pasien yang tersedia. (Lihat juga QPS.2, QPS.4.1, PCI.6, PCI.6.1, dan
GLD.11)
172
Apabila kontrak berhubungan dengan staf profesional kesehatan- misalnya, kontrak perawat untuk
perawatan kritis kontrak harus menyebutkan bahwa staf profesional tersebut memenuhi persyaratan
rumah sakit bagi staf yang demikian. Sebagai contoh, perawat untuk perawatan kritis harus memenuhi
persyaratan dari SQE.13, EP 6. Dalam semua hal, pimpinan rumah sakit bertanggung jawab terhadap
kontrak atau pengaturan lain untuk memastikan bahwa pelayanan dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
merupakan bagian dari aktivitas manajemen dan peningkatan mutu rumah sakit. Pimpinan departemen
atau unit layanan berpartisipasi dalam meninjau dan memilih semua kontrak klinis dan non-klinis serta
bertanggung jawab untuk memantau kontrak tersebut. (Lihat juga ASC.1 dan MOI.6)
Standar GLD.6.1
Pimpinan rumah sakit memastikan bahwa kontrak dan perjanjian-perjanjian lainnya dimasukkan sebagai
bagian dari program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
173
Standar GLD.6.2
Pimpinan rumah sakit meyakinkan bahwa dokter independen yang bukan merupakan karyawan rumah
sakit memiliki kredensial yang tepat sesuai dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien rumah sakit.
174
untuk pembelian utama ataupun keputusan mengenai sumber daya untuk memastikan bahwa keputusan itu
mengandung unsur keselamatan dan uji tuntas untuk mutu.
Satu unsur dari pengumpulan data yang terkait dengan keputusan mengenai sumber daya adalah
memahami kebutuhan dan rekomendasi dalam teknologi medis, pasokan dan obat-obatan yang dibutuhkan
untuk menyediakan pelayanan. Rekomendasi mengenai teknologi medis, pasokan dan obat-obatan dapat
datang dari badan pemerintah, organisasi profesional nasional dan internasional serta sumber berwenang
lainnya. (Lihat juga QPS.3)
Ketika keputusan mengenai sumber daya dibuat oleh pihak ketiga contohnya Kementerian Kesehatan
pimpinan rumah sakit menyediakan data dan informasi kepada pihak ketiga tersebut mengenai
pengalaman dan preferensi mereka untuk dapat menginformasikan dengan lebih baik keputusan mengenai
sumber daya di masa mendatang.
Ketika suatu rumah sakit menggunakan teknologi medis dan/atau obat-obatan percobaan dalam tindakan
perawatan pasien (teknologi medis maupun obat tersebut telah teridentifikasi sebagai teknologi ataupun
percobaan baik di tingkat nasional maupun internasional), maka terdapat suatu proses untuk mengkaji
dan menyetujui pengunaannya. Persetujuan ini harus diberikan sebelum teknologi maupun obat-obatan
tersebut digunakan dalam perawatan pasien. Harus diputuskan apakah penggunaan teknologi atau obatobatan terebut membutuhkan persetujuan khusus dari pasien. (Lihat juga COP.8 dan SQE. 11)
Standar GLD.7.1
Pimpinan rumah sakit mencari dan menggunakan data dan informasi mengenai keselamatan dalam rantai
pasokan untuk obat-obatan, teknologi medis dan pasokan lainnya demi melindungi pasien dan staf dari
produk yang terkontaminasi, palsu dan diselewengkan.
175
merupakan tanggung jawab dari pimpinan rumah sakitlah untuk mengetahui masalah ini dan
melaksanakan strategi yang tersedia untuk melindungi integritas rantai pasokan rumah sakit yang
terpenting. Ketika pasokan rumah sakit dibeli, disimpan dan didistribusikan oleh badan pemerintah, rumah
sakit berpartisipasi dalam program yang dapat menemukan dan melaporkan pasokan yang dicurigai
sebagai pasokan yang terkontaminasi atau palsu dan mengambil tindakan untuk mencegah kemungkinan
bahaya bagi pasien. Meski sebuah rumah sakit umum mungkin tidak tahu integritas dari setiap pemasok
dalam rantai pasokan, rumah sakit tersebut dapat mempunyai wawasan tentang berapa banyak pasokan
yang dibeli dan dikelola oleh badan pemerintah ataupun badan non-pemerintah.
176
3. Struktur-struktur organisasi dan prosesnya mendukung budaya keselamatan dan komunikasi secara
profesional.
4. Struktur-struktur organisasi dan prosesnya mendukung perencanaan klinis dan penyusunan kebijakan.
5. Struktur-struktur organisasi dan prosesnya mendukung pengawasan atas masalah etika profesional.
6. Struktur-struktur organisasi dan prosesnya mendukung pengawasan atas mutu perawatan klinis.
177
mempunyai proses yang dapat diterapkan untuk menanggapi kekurangan. (Lihat juga AOP.6.2, EP 5;
COP..3.2; COP.8; dan SQE.6)
3. Pemimpin departemen/unit layanan memberikan rekomendasi atas kriteria untuk proses seleksi staf
profesional dan memilih atau memberikan rekomendasi atas individu yang memenuhi kriteria
tersebut. (Lihat juga COP.8.2)
4. Pemimpin departemen/unit layanan mengadakan orientasi dan pelatihan bagi semua staf mengenai
tugas dan tanggung jawab mereka untuk setiap departemen/ unit layanan di mana mereka bekerja
(Lihat juga AOP.5.3, EP 4; AOP.6.3, EP 4; dan SQE.7)
Standar GLD.10
Setiap departemen/unit layanan mengidentifikasi secara tertulis pelayanan yang diberikan oleh departemen
tersebut, serta mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pelayanan tersebut dengan pelayanan dari
departemen lain.
Standar GLD.11
Pimpinan departemen/unit layanan meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan berpartisipasi
dalam peningkatan prioritas secara menyeluruh di dalam rumah sakit dan dalam pengawasan dan
peningkatan perawatan pasien secara spesifik di setiap departemen/unit layanan.
178
terima dan dapat juga memonitor dan mengurangi variasi dalam suatu proses internal seperti pemesanan
uji diagnostik untuk pasien dengan kondisi yang sama. Demikian pula, departemen manajerial dapat
terlibat dalam proyek automasi untuk memperbaiki komunikasi serah terima dan juga dapat memonitor
dan memperbaiki akurasi untuk pembayaran pasien.
Pimpinan departemen/unit layanan klinis juga dapat mempertimbangkan isi dari Kumpulan Indikator JCI
(Joint Commission International Library of Measures) sesuai dengan pelayanan yang diberikan oleh
departemen dan unit layanan tersebut.
Oleh sebab itu, pimpinan departemen/unit layanan menerapkan pemilihan dan pengawasan penilaian
secara spesifik terhadap departemen/unit layanan yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
Penilaian rumah sakit secara menyeluruh dan perbaikan prioritas yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit yang terkait secara spesifik dengan departemen atau unit layanan mereka
Penilaian yang terkait dengan prioritas departemen/unit layanan secara spesifik untuk mengurangi
variasi, meningkatkan keselamatan untuk tindakan/tata laksana berisiko tinggi, meningkatkan
tingkat kepuasan pasien dan meningkatkan efisiensi.
Pemilihan dari unsur penilaian sebaiknya berdasarkan aktivitas dan proses yang membutuhkan perbaikan
di setiap departemen/unit layanan. Untuk setiap unsur penilaian, harus ada suatu target yang ditetapkan.
Masuk akal jika pada penilaian pertama didapatkan bahwa target tidak terpenuhi, namun saat strategi
perbaikan telah dilaksanakan, maka pimpinan departemen/unit layanan berharap dapat melihat adanya
perbaikan menuju tercapainya target tersebut. Ketika target telah tercapai dan dipertahankan untuk
setidaknya empat periode penilaian, akan diadakan pemilihan untuk unsur penilaian yang baru.
Pimpinan dari departemen/unit layanan klinis bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan
penilaian dapat memberikan kesempatan untuk evaluasi bagi para staf maupun proses perawatan. Karena
itu, seiring dengan berjalannya waktu, penilaian harus mencakup semua pelayanan yang tersedia. Hasil
dari data dan informasi yang didapatkan dalam penilaian adalah hal yang penting dalam upaya perbaikan
di setiap departemen/unit layanan, serta juga penting terhadap peningkatan mutu rumah sakit dan program
keselamatan pasien. (Lihat juga QPS.1, EP 3; QPS.2; dan PCI.10, EP 1)
Catatan: Sejumlah departemen, seperti departemen pengendalian infeksi, pengelolaan fasilitas, radiologi
dan laboratorium klinis, mempunyai program berkala untuk upaya pengawasan dan pengendalian yang
tercantum dalam prioritas penilaian dan dijabarkan dalam standar terkait dengan pelayanan tersebut. (Lihat
juga AOP.5.9, AOP.6.7, PCI.10, dan FMS.10)
179
Standar GLD.11.1
Pimpinan departemen dan unit layanan klinis memilih dan menerapkan penilaian mutu dan keselamatan
pasien secara spesifik terhadap cakupan pelayanan yang diberikan oleh departemen/unit layanan tersebut
dan dapat berguna dalam evaluasi atas dokter, perawat dan staf profesional lainnya yang berpartisipasi
dalam proses pelayanan klinis.
Standar GLD.11.2
Pimpinan departemen/unit layanan memilih dan menerapkan pedoman praktik klinis serta alur dan/atau
protokol klinis terkait untuk mengarahkan perawatan klinis.
180
Menyediakan perawatan klinis secara tepat waktu dan efektif dengan sumber daya yang tersedia
secara efisien; dan
Secara konsisten menyediakan perawatan bermutu tinggi dengan menggunakan praktik-praktik
yang berbasis bukti (evidence-based practices)
Rumah sakit dapat menggunakan berbagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan di atas maupun tujuan
lainnya. Sebagai contoh, yang diupayakan para tenaga medis adalah mengembangkan proses perawatan
klinis dan membuat keputusan berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia. Untuk upaya ini, pedoman
praktik klinis merupakan sarana yang bermanfaat untuk memahami dan menerapkan sains terbaik pada
diagnosis dan kondisi-kondisi tertentu. (Lihat juga PCI.6.1) Rumah sakit hanya menggunakan pedoman
praktik klinis yang telah dikaji dan didukung dari sumber terkait yang berwenang, seperti contohnya,
asosiasi atau konsil profesional nasional atau organisasi internasional yang membukukan pedoman yang
disetujui tersebut. Apabila pedoman praktik klinis disusun oleh rumah sakit, maka pedoman itu harus
dimasukkan pada sumber yang berwenang untuk persetujuan.
Seringkali, penerapan pedoman praktek klinis yang efektif akan membutuhkan adaptasi dan penyusunan
alur perawatan dan protokol klinis. Alur dan protokol adalah alat yang berguna dalam untuk memastikan
pengurutan, integrasi dan koordinasi yang efektif dalam perawatan dan penggunaan yang efektif atas
sumber daya yang tersedia.
Pedoman praktik klinis, alur perawatan klinis (clinical care pathway), dan protokol klinis yang sesuai
dengan populasi pasien dan misi rumah sakit harus:
a) Dipilih dari semua hal yang dapat diberlakukan terhadap jenis layanan dan pasien rumah sakit
yang bersangkutan (jika ada, pedoman nasional yang bersifat wajib disertakan dalam proses ini);
b) Dievaluasi kesesuaiannya bagi populasi pasien rumah sakit
c) Jika perlu, disesuaikan, dengan teknologi, obat-obatan dan sumber daya lainnya yang tersedia di
rumah sakit atau dengan norma profesional yang diakui secara nasional;
d) Dinilai seberapa jauh pedoman tersebut terbukti secara ilmiah;
e) Disetujui atau diterapkan oleh rumah sakit secara formal;
f) Diterapkan dan diukur konsistensi penggunaan dan efektivitasnya;
g) Didukung oleh staf yang terlatih untuk menerapkan pedoman atau alur klinis (pathway);
h) Diperbarui secara berkala berdasarkan perubahan-perubahan yang ada dalam bukti dan evaluasi
terhadap proses dan hasilnya
Karena pedoman, alur dan protokol terkait dapat memberikan dampak bagi beberapa departemen dan unit
layanan klinis, maka pimpinan secara keseluruhan diharapkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut
setiap tahunnya:
Pimpinan departemen/unit layanan secara keseluruhan menentukan paling sedikit lima area
prioritas fokus untuk seluruh rumah sakitmisalnya antara lain, diagnosis pasien seperti stroke,
atau tindakan seperti transplantasi, ataupun populasi seperti populasi pasien geriatri, maupun
penyakit seperti diabetes, di mana pedoman tersebut akan berdampak pada mutu dan
keselamatan pasien serta dapat mengurangi variasi hasil yang tidak diinginkan. (Lihat juga
GLD.11.1)
Menyelesaikan proses yang dijabarkan dalam a) sampai h) dalam pedoman terkait dengan area
prioritas fokus yang telah ditentukan.
Proses pemilihan secara keseluruhan ini tidak melarang departemen/unit layanan tersendiri untuk memilih
pedoman tambahan, dan protokol atau alur terkait lainnya yang lebih spesifik terhadap pelayanan yang
diberikan oleh departemen/unit layanan tersebut. (Lihat juga IPSG.5; COP.8.6; COP.9.3, EP 1; GLD.8;
dan SQE.11)
181
Standar GLD.12.2
Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis menanggulangi permasalahan etis dan pengambilan
keputusan dalam perawatan klinis.
182
Standar GLD.13
Pimpinan rumah sakit menciptakan dan mendukung budaya program keselamatan di seluruh rumah sakit.
Standar GLD.13.1
Pimpinan rumah sakit menerapkan, memantau, dan mengambil tindakan untuk memperbaiki program
budaya keselamatan di seluruh rumah sakit.
183
184
3. Pimpinan rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan menyediakan informasi (seperti bahan
pustaka dan laporan) yang terkait dengan budaya keselamatan rumah sakit bagi semua individu yang
bekerja dalam rumah sakit.
4. Pimpinan rumah sakit menjelaskan bagaimana masalah terkait budaya keselamatan dalam rumah sakit
dapat diidentifikasi dan dikendalikan.
5. Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya untuk mendukung dan mendorong budaya
keselamatan di dalam rumah sakit.
Standar GLD.14
Pendidikan profesional kesehatan, bila dilakukan di rumah sakit, dipandu oleh parameter-parameter
pendidikan yang ditetapkan oleh program sponsor akademis dan pimpinan rumah sakit.
185
Standar GLD.15
Penelitian dengan manusia sebagai subjek penelitian, apabila dilakukan dalam lingkup rumah sakit, harus
berpedoman kepada peraturan, perundang-undangan dan kepemimpinan rumah sakit.
186
Standar GLD.16
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang cara memperoleh akses ke penelitian klinis,
investigasi klinis atau uji klinis yang melibatkan manusia.
Standar GLD.17
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana pasien yang memilih berpartisipasi
dalam penelitian klinis, investigasi klinis atau uji klinis akan dilindungi.
187
Standar GLD.18
Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam penelitian klinis, investigasi klinis dan uji
klinis.
Standar GLD.19
Rumah sakit memiliki komite atau cara lain untuk mengawasi seluruh penelitian dalam rumah sakit yang
melibatkan pasien/manusia.
188
4. Kegiatan pengawasan mencakup proses untuk menimbang risiko relatif dan keuntungan bagi para
subjek.
5. Kegiatan pengawasan mencakup proses untuk menjamin kerahasiaan dan keamanan informasi
penelitian.
189
Perubahan
Penjelasan
FMS.1
Tidak ada
perubahan berarti
FMS.2
Perubahan
persyaratan
FMS.3
Perubahan
persyaratan
FMS.4
FMS.4.2
Perubahan
persyaratan
Perubahan
persyaratan
FMS.6
Penulisan ulang
elemen penilaian (EP) untuk memperjelas
persyaratan, termasuk penggabungan EP 2 dan EP 3 (edisi keempat);
penambahan EP4 mengenai badan berdikari, yang sebelumnya
terdapat di FMS.4, ME 6 (edisi keempat)
Revisi standar, maksud dan tujuan, dan elemen penilaian untuk
memadukan persyaratan FMS.3.1 (edisi keempat)
FMS.7.2
Perubahan nomor,
Tidak ada
perubahan yang
berarti
FMS.8
Tidak ada
perubahan yang
berarti
FMS.8.1
Perubahan
persyaratan
Revisi standar, maksud dan tujuan, dan elemen penilaian (EP) untuk
mengklarifikasi ekspektasi terkait dengan pemantauan dan tindakan
terhadap masalah teknologi medis (medical technology problems);
pemaduan persyaratan FMS.8.2 (edisi keempat)
190
Standar
Perubahan
Penjelasan
FMS.9
Standar baru
FMS.9.1
Penomoran ulang; Pemindahan persyaratan dari FMS.10 (edisi keempat); revisi standar,
Perubahan
maksud dan tujuan dan elemen penilaian (EP)
untuk
persyaratan
mengklarifikasi; penghilangan FMS.10 EP1 (edisi keempat)
FMS.9.2
Penomoran ulang
FMS.9.2.1
FMS.9.3
FMS.10
FMS.11 Perubahan
FMS.11.2 persyaratan
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan edisi keempat dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam bab
lain dalam Buku Panduan Edisi Kelima ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya, dicantumkan
dalam tabel Perubahan bab tersebut.
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan Edisi Keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi keempat): Tidak ada
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
191
Standar FMS.2
Rumah sakit menyusun dan memelihara program tertulis yang menggambarkan proses pengelolaan risiko
yang bisa timbul pada pasien, keluarga, pengunjung dan staf.
192
b)
c)
d)
e)
f)
Keselamatan sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan
bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau pengunjung
Keamanan perlindungan terhadap kerugian, kerusakan, gangguan atau akses atau penggunaan
oleh pihak yang tidak berwenang
Bahan berbahaya penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya
dikendalikan, dan limbah berbahaya ditangani secara aman
Keadaan darurat respons pada wabah, bencana dan keadaan darurat direncanakan dan berjalan
efektif.
Pengelolaan kebakaran properti dan para penghuni dilindungi dari bahaya kebakaran dan asap
Teknologi medis pemilihan, pemeliharaan dan penggunaan teknologi dengan cara yang
mengurangi risiko
Sistem utilitas pemeliharaan sistem listrik, air dan sistem utilitas lainnya dengan tujuan untuk
mengurangi risiko kegagalan operasional.
Program-program di atas tertulis dan selalu diperbarui sehingga mencerminkan kondisi lingkungan rumah
sakit yang terkini. Terdapat proses untuk meninjau dan memperbarui program-program tersebut. Apabila
di dalam rumah sakit terdapat badan yang tidak terkait dengan rumah sakit yang berada di dalam fasilitas
perawatan pasien yang akan di survei (misalnya kafe atau toko suvenir independen), rumah sakit memiliki
kewajiban untuk memastikan badan-badan independen tersebut mematuhi program keselamatan dan
manajemen fasilitas.
Standar FMS.3
Perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko-risiko dalam lingkungan perawatan diawasi
oleh satu atau lebih individu yang kompeten untuk hal tersebut.
193
Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem yang penting dan untuk
mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan.
Rumah sakit perlu menyusun sebuah program manajemen risiko fasilitas/lingkungan yang membahas
pengelolaan risiko lingkungan melalui penyusunan rencana manajemen fasilitas dan penyediaan tempat,
teknologi, dan sumber daya. Satu individu atau lebih bertanggung jawab mengawasi program tersebut.
Dalam sebuah rumah sakit yang kecil, seorang individu dapat ditugaskan untuk bekerja paruh waktu. Di
rumah sakit yang lebih besar, beberapa insinyur atau individu-individu yang sudah terlatih secara khusus
dapat ditugaskan. Bagaimanapun penugasannya, seluruh aspek dari program tersebut harus dikelola secara
efektif, konsisten dan berkesinambungan. Pengawasan program meliputi:
a) Perencanaan semua aspek program, seperti pengembangan rencana dan memberikan rekomendasi
untuk ruangan, teknologi dan sumber daya;
b) Pelaksanaan program
c) Edukasi staf
d) Pengujian dan pemantauan program
e) Secara berkala menilai ulang dan merevisi program;
f) Penyerahan laporan tahunan kepada badan pemerintahan mengenai efektivitas program
g) Pengorganisasian dan pengelolaan yang konsisten dan terus-menerus.
Tergantung dari besar dan kompleksitas sebuah rumah sakit,, sebuah komite risiko fasilitas/lingkungan
dapat dibentuk dan diberikan tanggung jawab untuk mengawasi program dan kesinambungannya.
Standar FMS.4.1
Rumah sakit merencanakan dan menerapkan suatu program untuk menciptakan lingkungan fisik yang
aman bagi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
Standar FMS.4.2
Rumah sakit membuat perencanaan dan anggaran berdasarkan pemeriksaan fasilitas untuk peningkatan
atau penggantian sistem-sistem utama, bangunan, atau komponen-komponen yang sesuai dengan undangundang dan peraturan .
194
pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Sedangkan keamanan di sini mengacu pada melindungi properti
miliki organisasi dan pasien, keluarga pasien, penunjung serta staf dari bahaya. Pencegahan dan
perencanaan sangat penting untuk menciptakan fasilitas perawatan pasien yang aman dan mendukung.
Perencanaan yang efektif mengharuskan rumah sakit untuk waspada pada semua risiko yang terdapat di
fasilitasnya. Tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan dan cedera; untuk mempertahankan kondisi
yang selamat dan aman untuk pasien, keluarga, staf, dan pengunjung; dan untuk mengurangi dan
mengendalikan bahaya dan risiko. Hal tersebut juga penting selama periode pembangunan /proyek
konstruksi atau renovasi.
Sebagai bagian dari program keselamatan, rumah sakit menyusun dan menerapkan pengkajian risiko yang
komprehensif dan proaktif untuk mengidentifikasi area-area yang berpotensi menimbulkan cedera.
Sebagai contoh, risiko keselamatan yang dapat menimbulkan cedera atau bahaya termasuk di antaranya
perabotan yang tajam dan rusak, saluran linen yang tidak tertutup dengan baik, jendela yang pecah,
kebocoran air di eternit, dan lokasi-lokasi tanpa jalan keluar saat terjadi kebakaran. Pemeriksaan yang
dilakukan secara berkala ini didokumentasikan dan membantu rumah sakit merancang serta melakukan
perbaikan-perbaikan dan membuat anggaran untuk memperbaiki atau mengganti fasilitas dalam jangka
panjang.
Proyek konstruksi dan renovasi meningkatkan risiko terhadap keselamatan pasien, keluarga, pengunjung,
dan staf. Risiko tersebut mencakup risiko terkait pengendalian infeksi, ventilasi, alur lalu-lintas,
sampah/limbah, dan risiko-risiko lainnya. Sebuah pengkajian risiko pra-konstruksi akan membantu dalam
mengidentifikasi risiko-risiko dan mengidentifikasi dampak dari proyek konstruksi tersebut terhadap
pelayanan. Pengkajian risiko ini sebaiknya dilakukan pada setiap fase konstruksi.
Selain program keselamatan, rumah sakit harus memiliki program keamanan untuk memastikan
perlindungan setiap orang yang ada di rumah sakit terhadap kerugian pribadi dan dari kehilangan atau
kerusakan properti. Staf, vendor, dan orang lain yang diidentifikasi oleh rumah sakit, misalnya tenaga
sukarela dan pegawai subkontraktor, diidentifikasikan dengan kartu tanda pengenal (sementara atau
permanen) atau alat identifikasi lainnya.
Orang lain, misalnya keluarga atau pengunjung di dalam rumah sakit, dapat diidentifikasi sesuai dengan
kebijakan rumah sakit, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Area-area terbatas seperti ruang
bayi dan kamar operasi harus aman dan terpantau. Anak-anak, manula, dan pasien-pasien rentan lainnya
yang tidak dapat melindungi diri sendiri atau meminta pertolongan harus dilindungi dari bahaya. Selain
itu, mungkin diperlukan kamera keamanan untuk area-area yang jauh atau terpencil di fasilitas dan
pekarangan. (Lihat juga PFR.1.4, PFR.1.5, AOP.5.3, AOP.6.3, dan FMS.1)
195
Bahan-bahan Berbahaya
Standar FMS.5
Rumah sakit memiliki program untuk inventarisasi, penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahanbahan berbahaya.
Standar FMS.5.1
Rumah sakit memiliki program pengendalian dan pembuangan bahan-bahan dan limbah berbahaya.
196
Pelaporan dan penyelidikan tumpahan, paparan terhadap bahan/limbah berbahaya, dan insiden
lainnya;
Pembuangan limbah berbahaya yang memadai; dan
Dokumentasi, termasuk surat izin, lisensi atau persyaratan peraturan lainnya
Informasi mengenai prosedur penanganan atau penggunaan bahan-bahan berbahaya secara aman harus
selalu tersedia dan mudah dicapai secara cepat. Prosedur tersebut mencakup informasi data fisik dari
bahan tersebut (misalnya titik didih, titik bakar, dan sebagainya), tingkat toksisitas, efek dari penggunaan
bahan tersebut terhadap kesehatan, identifikasi penyimpanan dan pembuangan yang tepat setelah
pemakaian, jenis alat pelindung diri yang diperlukan sewaktu menggunakan bahan, dan untuk menangani
prosedur tumpahan, serta mencakup pertolongan pertama untuk segala jenis paparan. Sejumlah produsen
menyediakan informasi tersebut dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). (Lihat juga AOP.5.3,
AOP.5.6, AOP.6.6, MMU.3, dan MMU.3.1)
197
yang mungkin terjadi di wilayah rumah sakit dan dampak bencana terhadap rumah sakit. Sebagai contoh,
angin puting beliung atau tsunami lebih mungkin terjadi di area dekat samudera namun kemungkinan kecil
untuk terjadi di negara-negara yang dikelilingi daratan. Berbeda dengan kerusakan fasilitas atau
kecelakaan massal yang dapat terjadi di rumah sakit manapun.
Mengidentifikasi dampak dari sebuah bencana sama pentingnya dengan mengidentifikasi jenis bencana.
Hal ini akan membantu dalam perencanaan strategi yang diperlukan saat bencana terjadi. Sebagai contoh,
bagaimanakah kemungkinan dari sebuah bencana alam, seperti gempa bumi, akan mempengaruhi air dan
listrik? Apakah mungkin sebuah gempa bumi akan menghalangi staf untuk menanggapi bencana, misalnya
karena jalan tertutup atau mereka sendiri atau keluarga mereka juga menjadi korban bencana? Dalam
situasi seperti ini, dapat timbul konflik antara tanggung jawab pribadi staf dengan persyaratan rumah sakit
dalam menanggapi situasi darurat. Selain itu, rumah sakit perlu mengidentifikasi peran rumah sakit di
dalam masyarakat. Sebagai contoh, sumber daya apa saja yang diharapkan untuk disediakan oleh rumah
sakit untuk masyarakat di saat ada bencana terjadi, dan metode komunikasi apa saja yang akan digunakan
di dalam masyarakat?
Untuk merespons secara efektif, rumah sakit menyusun sebuah program untuk mengelola keadaan darurat
semacam itu. Program tersebut menyediakan proses untuk
a) menentukan jenis, kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman dan kejadian;
b) menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa semacam itu;
c) strategi komunikasi untuk kejadian-kejadian seperti itu;
d) pengelolaan sumber daya, termasuk sumber daya alternatif selama kejadian
e) pengelolaan kegiatan-kegiatan klinis, termasuk tempat perawatan alternatif selama kejadian;
f) identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf selama kejadian; dan
g) proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab pribadi staf
dengan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan perawatan pasien.
Program kesiapan menghadapi bencana diuji
uji tahunan terhadap keseluruhan program secara internal maupun sebagai bagian dari pengujian
di tingkat masyarakat; atau
Pengujian terhadap unsur-unsur kritis rencana program dari c) hingga g) yang dilaksanakan
sepanjang tahun.
Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya, dan rumah sakit menjalankan program itu serta
melaksanakan debriefing dengan tepat segera sesudahnya, maka hal ini setara dengan uji tahunan.
198
Penanganan Kebakaran
Standar FMS.7
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan suatu program untuk pencegahan, deteksi dini, supresi,
pengurangan bahaya kebakaran dan penyediaan jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons
terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
Standar FMS.7.1
Rumah sakit menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang
terkait dengan deteksi dini dan pemadaman serta mendokumentasikan hasil ujinya.
199
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tepat. Jika tidak, hal ini harus didokumentasikan dan rencana untuk
pendidikan ulang perlu disusun. Komandan pemadam kebakaran harus memiliki catatan orang-orang
yang berpartisipasi. Salah satu bagian dari pengujian program juga dapat berupa ujian tertulis untuk staf
mengenai penanganan kebakaran yang dilakukan oleh rumah sakit. Semua inspeksi, pengujian dan
pemeliharaan didokumentasikan. (Lihat juga PFR 1.5)
Standar FMS.7.2
Program penanggulangan kebakaran meliputi membatasi merokok bagi staf dan pasien hanya di area yang
sudah ditentukan di luar wilayah perawatan pasien.
200
Teknologi Medis
Standar FMS.8
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan program untuk menginspeksi, menguji, dan memelihara
teknologi medis dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
Standar FMS.8.1
Rumah sakit memiliki sebuah sistem yang diterapkan untuk pemantauan dan pengambilan tindakan
terhadap pemberitahuan mengenai teknologi medis yang berbahaya, penarikan, insiden-insiden yang dapat
dilaporkan, masalah, dan kegagalan.
201
Sistem Utilitas
Standar FMS.9
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan sebuah program untuk menjamin semua sistem utilitas agar
berjalan secara efektif dan efisien.
Standar FMS.9.1
Dilakukan inspeksi, pemeliharaan, dan perbaikan dari sistem utilitas
202
3. Rumah sakit mengidentifikasikan, secara tertulis, jangka waktu untuk pemeriksaan, pengujian, dan
pemeliharaan semua komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi di dalam daftar inventaris,
berdasarkan kriteria seperti rekomendasi produsen, tingkat risiko, dan pengalaman rumah sakit.
4. Rumah sakit memberikan label pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman
darurat secara keseluruhan atau sebagian.
Standar FMS.9.2
Program sistem utilitas rumah sakit memastikan air bersih dan tenaga listrik selalu tersedia setiap saat,
juga menetapkan dan menerapkan sumber air dan listrik alternatif apabila sistem terganggu,
terkontaminasi, atau terjadi kegagalan sistem.
Standar FMS.9.2.1
Rumah sakit menguji sistem air dan listrik darurat dan mendokumentasikan hasil pengujian tersebut
203
memastikan bahwa pengujian sumber alternatif air dan listrik dilakukan setidaknya setiap kuartal
atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan dan perundang-undangan lokal, rekomendasi
produsen, atau kondisi dari sumber listrik dan air. Kondisi dari sumber listrik dan air yang
mungkin dapat meningkatkan frekuensi dari pengujian mencakup
o perbaikan sistem air yang terjadi berulang-ulang;
o sumber air sering terkontaminasi;
o jaringan listrik yang tidak dapat diandalkan; dan
o pemadaman listrik yang tak terduga dan berulang-ulang.
Sewaktu sistem listrik darurat memerlukan sumber bahan bakar, jumlah bahan bakar yang disimpan di
tempat harus memperhitungkan pemadaman-pemadaman listrik yang sudah terjadi sebelumnya dan
masalah penyaluran manapun yang sudah diantisipasi yang disebabkan oleh kekurangan, cuaca, dan
kondisi dan lokasi geografis. Rumah sakit dapat menentukan jumlah bahan bakar yang disimpan kecuali
instansi yang berwenang menspesifikasikan jumlahnya.
Standar FMS.9.3
Individu atau pihak yang berwenang yang ditetapkan memantau kualitas air secara berkala.
204
Pendidikan Staf
Standar FMS.11
Rumah sakit mendidik, melatih dan menguji semua anggota staf mengenai peran mereka dalam
menyediakan fasilitas perawatan pasien yang aman dan efektif.
Standar FMS.11.1
Anggota staf dilatih dan memiliki pengetahuan mengenai peran mereka dalam program pengelolaan
kebakaran, keamanan, bahan-bahan berbahaya dan keadaan darurat rumah sakit.
Standar FMS.11.2
Staf dilatih untuk mengoperasikan dan memelihara teknologi medis dan sistem utilitas.
205
Staf dilatih untuk mengoperasikan teknologi medis berdasarkan kebutuhan pekerjaan mereka.
Staf dilatih untuk mengoperasikan sistem utilitas berdasarkan kebutuhan pekerjaan mereka.
Staf dilatih untuk memelihara teknologi medis berdasarkan kebutuhan pekerjaan mereka.
Staf dilatih untuk mengoperasikan sistem utilitas berdasarkan kebutuhan pekerjaan mereka.
206
Perubahan
Penjelasan
SQE.2
Tidak ada
perubahan berarti
SQE.6.1
Perubahan
persyaratan
SQE.8
Perubahan
persyaratan
SQE.8.2
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
SQE.9
SQE.9.2
Perubahan
persyaratan
SQE.10
Perubahan
persyaratan
SQE.11
Perubahan
persyaratan
SQE.12
Perubahan
persyaratan
SQE.13
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
SQE.14 dan
SQE.14.1
Penomoran
ulang; Tidak ada
perubahan berarti
SQE.15
SQE.16 dan
SQE.16.1
Perubahan
persyaratan
Penomoran
ulang; Tidak ada
perubahan berarti
207
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan edisi ke-4 dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam bab
lain dalam Buku Panduan edisi ke-5 ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya, dicantumkan
dalam tabel Perubahan bab tersebut.
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi ke-4 namun telah dihapus
dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi ke-4): Tidak ada.
Perencanaan
Standar SQE.1
Pimpinan departemen dan unit layanan di rumah sakit menetapkan persyaratan pendidikan, keterampilan,
pengetahuan, dan persyaratan lainnya bagi semua anggota staf.
Standar SQE.1.1
Tanggung jawab tiap anggota staf didefinisikan dalam uraian tugas yang berlaku.
208
melaksanakan tugas,, dasar untuk orientasi kerja mereka, serta dasar untuk evaluasi mengenai seberapa
baik mereka melaksanakan tanggung jawab pekerjaan mereka.
Uraian tugas juga dibutuhkan untuk tenaga profesional kesehatan jika:
a) Individu tersebut memegang peranan terutama dalam bidang manajerial, seperti manajer
departemen, atau memegang peranan klinis dan manajerial sekaligus, dengan tanggung jawab
manajerial diidentifikasi dalam uraian tugas;
b) Individu tersebut memiliki beberapa tanggung jawab klinis namun belum berwenang untuk
berpraktik secara mandiri, misalnya praktisi mandiri yang sedang mempelajari peran baru atau
keterampilan baru;
c) Individu tersebut sedang menjalani suatu program pendidikan dan berada di bawah pengawasan;
dalam hal ini, program akademik harus menentukan tahap atau tingkat pendidikan individu
tersebut, apa yang dapat dilakukan sendiri dan yang harus dilakukan di bawah pengawasan.
Deskripsi program dapat berfungsi sebagai uraian tugas dalam kasus-kasus semacam ini;
d) Individu tersebut diizinkan untuk memberikan pelayanan sementara dalam rumah sakit; misalnya,
perawat dari agen pekerja sementara (lihat juga SQE.10)
Apabila suatu rumah sakit menggunakan uraian tugas nasional atau generik (misalnya, uraian tugas untuk
perawat), penting untuk memperluas uraian tugas ini dengan tanggung jawab pekerjaan yang spesifik
untuk jenis-jenis perawat tertentu (misalnya, antara lain perawat ICU, perawat anak, atau perawat kamar
operasi). Bagi individu-individu yang diizinkan oleh undang-undang dan rumah sakit untuk berpraktik
secara mandiri, terdapat suatu proses untuk menentukan dan memberi kuasa pada individu tersebut untuk
berpraktik berdasarkan pendidikan, pelatihan dan pengalamannya (lihat juga SQE.9). Persyaratan untuk
standar ini berlaku bagi semua jenis staf yang membutuhkan uraian tugas (misalnya, staf purna-waktu,
staf paruh-waktu, pegawai, sukarela atau sementara).
Standar SQE.2
Pimpinan departemen dan unit layanan rumah sakit menyusun dan menerapkan proses-proses untuk
merekrut, mengevaluasi dan menunjuk staf serta prosedur-prosedur terkait lainnya yang diidentifikasi oleh
rumah sakit.
209
unit layanan juga membantu mengambil keputusan mengenai orang-orang yang akan diangkat sebagai
staf. Karena itu, standar-standar dalam bab ini melengkapi standar-standar Tata Kelola, Kepemimpinan
dan Arah (GLD) yang menjelaskan tanggung jawab seorang pimpinan departemen atau unit layanan.
Standar SQE.3
Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan
keterampilan staf klinis sesuai dengan kebutuhan pasien.
210
5. Terdapat setidaknya satu atau lebih evaluasi yang didokumentasikan untuk tiap anggota staf klinis
yang bekerja menggunakan uraian tugas setiap tahunnya atau bahkan lebih sering seperti yang
ditetapkan oleh rumah sakit. (lihat juga SQE.11, EP 1)
Standar SQE.4
Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan
keterampilan staf non-klinis sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan sesuai dengan persyaratan untuk
posisi tersebut.
Standar SQE.5
Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap anggota staf.
211
Standar SQE.6
Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara kolaboratif oleh pimpinan
departemen dan unit layanan, mengidentifikasi jumlah, jenis dan kualifikasi staf yang diinginkan.
Standar SQE.6.1
Rencana susunan kepegawaian ditinjau secara berkelanjutan dan diperbarui sesuai kebutuhan
Standar SQE.7
Semua anggota staf klinis dan non-klinis diberikan orientasi mengenai rumah sakit, departemen atau unit
layanan tempat mereka ditugaskan dan mengenai tanggung jawab pekerjaan spesifik mereka pada saat
penunjukkan.
212
mereka berperan dalam tercapainya misi rumah sakit secara spesifik. Hal ini dicapai melalui suatu
orientasi umum mengenai rumah sakit dan mengenai peran staf tersebut dalam rumah sakit serta orientasi
yang spesifik mengenai tanggung jawab pekerjaan posisi staf tersebut. Orientasi tersebut mencakup
orientasi mengenai laporan kesalahan medis, praktik pencegahan dan pengendalian infeksi, kebijakan
rumah sakit mengenai permintaan obat melalui telepon, dan sebagainya. (lihat juga PCI.11 dan GLD.9, EP
4). Pekerja kontrak, sukarelawan dan mahasiswa atau trainee juga diberikan orientasi oleh rumah sakit
beserta penugasan dan tanggung jawab spesifik mereka, seperti keselamatan pasien serta pencegahan dan
pengendalian infeksi.
Standar SQE.8
Tiap anggota staf diberikan pelatihan internal serta pendidikan dan pelatihan lain yang berkelanjutan untuk
menyokong atau meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya.
213
Standar SQE.8.1
Anggota staf yang memberikan perawatan pasien dan staf lainnya yang diidentifikasi rumah sakit dilatih
dan dapat mendemonstrasikan kemampuan melakukan teknik resusitasi yang tepat.
Standar SQE.8.2
Rumah sakit menyediakan suatu program kesehatan dan keselamatan staf.
214
Tindakan kekerasan di tempat kerja telah menjadi masalah yang semakin umum dijumpai di organisasi
kesehatan. Kekurangan staf, peningkatan akuitas pasien (patient acuity), dan konsep yang salah bahwa
tindakan kekerasan tidak terjadi di organisasi kesehatan atau kalaupun terjadi, itu sudah merupakan
bagian dari pekerjaan adalah beberapa hambatan dalam menyadari adanya masalah tindak kekerasan di
tempat kerja dan juga menjadi hambatan dalam mengembangkan program pencegahan tindak kekerasan.
(Lihat juga QPS.7)
Kesehatan dan keselamatan staf harus menjadi bagian dari program mutu dan keselamatan pasien rumah
sakit. Cara rumah sakit melakukan orientasi dan pelatihan staf, penyediaan lingkungan kerja yang aman,
pemeliharaan peralatan dan teknologi medis, pencegahan atau pengendalian infeksi terkait perawatan
kesehatan (health care-associated infections), dan beberapa faktor lainnya menentukan kesehatan dan
kesejahteraan staf. (Lihat juga PCI.5.1, EP 2) Program kesehatan dan keselamatan staf dapat berada di
dalam rumah sakit atau diintegrasikan ke dalam program eksternal. Apapun bentuk staf dan struktur
program, staf harus memahami cara pelaporan, cara mendapatkan pengobatan, dan untuk menerima
konseling dan menindaklanjuti untuk cedera seperti yang mungkin terjadi akibat jarum suntik, paparan
penyakit menular, atau tindakan kekerasan di tempat kerja; identifikasi risiko dan kondisi berbahaya di
fasilitas rumah sakit; dan masalah kesehatan dan keselamatan lainnya. Program tersebut dapat juga
mencakup skrining kesehatan awal saat penerimaan pegawai, imunisasi pencegahan dan pemeriksaan
kesehatan berkala, serta tata laksana untuk kondisi terkait pekerjaan yang umum dijumpai, seperti cedera
punggung, atau cedera lain yang lebih darurat.
Rancangan program mencakup masukan dari staf dan penggunaan sumber daya klinis yang ada di rumah
sakit dan juga di komunitas.
Standar SQE.9.1
Rumah sakit melakukan verifikasi terhadap pendidikan, izin/registrasi, dan kredensial lain para anggota
staf medis sebagaimana disyaratkan oleh peraturan atau perundang-undangan dan oleh rumah sakit serta
menjaga agar kredensial tersebut tetap berlaku tetap aktual.
215
Standar SQE.9.2
Terdapat proses pengambilan keputusan yang sama dan transparan untuk setiap pengangkatan awal
anggota staf medis.
Kredensial dapat juga merupakan dokumen dari seseorang atau suatu badan mengenai beberapa aspek
riwayat kerja atau kompetensi pelamar, sebagai contoh surat rekomendasi, riwayat kerja dari semua
rumah sakit sebelumnya, catatan perawatan kesehatan sebelumnya, riwayat kesehatan, foto, atau
pemeriksaan latar belakang kepolisian. Dokumen-dokumen tersebut mungkin disyaratkan dalam kebijakan
rumah sakit sebagai bagian proses pengumpulan kredensial, tetapi tidak diverifikasi dengan sumber yang
mengeluarkan dokumen kecuali disyaratkan dalam kebijakan rumah sakit. Persyaratan verifikasi
kredensial akan bervariasi sesuai dengan posisi jabatan yang diminati. Sebagai contoh, rumah sakit
mungkin akan melakukan verifikasi informasi tentang posisi administratif dan pengalaman kerja
sebelumnya bagi pelamar jabatan kepala departemen/unit layanan klinis. Selain itu, untuk posisi klinis,
rumah sakit mungkin mensyaratkan beberapa tahun pengalaman dan akan melakukan verifikasi mengenai
hal tersebut.
Staf medis
Staf medis adalah semua dokter, dokter gigi, dan profesi lain yang memiliki izin praktek mandiri (tanpa
supervisi) dan memberikan pelayanan preventif, kuratif, restoratif, bedah, rehabilitatif, atau pelayanan
medis dan dental lainnya kepada pasien; atau memberikan pelayanan interpretatif untuk pasien, seperti
patologi, radiologi, atau laboratorium. Semua klasifikasi kepegawaian, semua jenis dan tingkatan staf
(pegawai tetap, honorer, kontrak, tamu, dan anggota staf komunitas khusus) termasuk ke dalamnya. Staf
tamu termasuk dokter pengganti sementara, atau dokter ahli yang diundang, guru besar, serta semua yang
diizinkan memberikan pelayanan perawatan pasien sementara. Rumah sakit harus mendefinisikan praktisi
lain, seperti dokter jaga (house officers), hospitalists, dan dokter muda (junior doctors), yang sudah
tidak dalam pelatihan lagi, tetapi mungkin diizinkan atau tidak diizinkan oleh rumah sakit untuk praktek
secara mandiri. Istilah staf medis mencakup semua dokter dan profesi lain yang diizinkan untuk
menangani pasien dengan kemandirian parsial atau penuh, tanpa memandang hubungan mereka dengan
rumah sakit (sebagai contoh, pegawai tetap atau konsultan independen). Di beberapa negara, praktisi
pengobatan tradisional, seperti ahli akupunktur, chiropractor dan praktisi lainnya, dapat diizinkan oleh
hukum dan rumah sakit untuk melakukan praktek mandiri. Praktisi-praktisi tersebut termasuk anggota staf
medis, dan standar-standar ini berlaku penuh untuk mereka. (Lihat juga GLD.6.2)
Verifikasi
Verifikasi adalah proses pemeriksaan validitas dan kelengkapan kredensial dari sumber yang
mengeluarkan kredensial tersebut. Proses ini dapat dilakukan dengan mencari informasi melalui basis data
online, misalnya, data tentang individu yang memiliki izin praktek di kota atau negara tempat rumah sakit
tersebut berada. Proses tersebut juga dapat dilakukan dengan dokumentasi percakapan telepon dengan
sumber yang mengeluarkan, atau dengan mengirimkan e-mail atau surat konvensional untuk meminta
informasi. Verifikasi kredensial dari luar negeri dapat lebih kompleks dan pada beberapa kasus tidak
216
memungkinkan, akan tetapi harus terdapat bukti upaya verifikasi kredensial yang dapat dipercaya. Upaya
yang dapat dipercaya ditandai dengan beberapa kali upaya (setidaknya 2 kali dalam 60 hari) yang
dilakukan dengan berbagai metode (sebagai contoh, telepon, e-mail, dan surat) dengan dokumentasi upaya
dan hasilnya.
Tiga keadaan di bawah ini merupakan pengganti yang dapat diterima untuk verifikasi sumber primer
kredensial yang dilakukan rumah sakit:
1) Berlaku untuk rumah sakit yang diawasi langsung oleh badan pemerintahan, proses verifikasi
yang dilakukan pemerintah, yang didukung oleh peraturan pemerintah mengenai verifikasi
sumber primer; ditambah dengan izin dari pemerintah, atau yang setara seperti registrasi; dan
pemberian status tertentu (sebagai contoh, konsultan, spesialis, dan lainnya) dapat diterima.
Verifikasi bahwa pihak ketiga (sebagai contoh, badan pemerintahan) menerapkan proses
verifikasi sesuai dengan yang dijabarkan dalam kebijakan atau peraturan dan memenuhi
ekspektasi yang dijabarkan dalam standar-standar ini sangatlah penting, sebagaimana juga dengan
proses verifikasi lain yang dilakukan pihak ketiga.
2) Berlaku untuk semua rumah sakit, verifikasi sumber primer yang telah dilakukan oleh rumah sakit
mitra (affiliated hospital) dapat diterima selama rumah sakit mitra tersebut memiliki akreditasi
Joint Commission International (JCI) dengan kepatuhan penuh(full compliance) terhadap
proses verifikasi yang terdapat pada SQE.9.1, EP 1 dan 2 (SQE.9, EP 3, pada standar rumah sakit
JCI edisi ke-4). Kepatuhan penuh berarti pada Laporan Temuan Survei Resmi (Official Survey
Findings Report) rumah sakit menunjukkan bahwa semua elemen penilaian telah terpenuhi (fully
met), atau elemen-elemen penilaian yang tidak terpenuhi (not met) atau terpenuhi sebagian
(partially met) yang perlu ditindaklanjuti dengan Rencana Perbaikan Strategis (Strategic
Improvement Plan/SIP) telah ditangani dan sekarang elemen tersebut telah terpenuhi semua.
3) Berlaku untuk semua rumah sakit, kredensial telah diverifikasi oleh pihak ketiga yang
independen, seperti badan yang ditunjuk, badan resmi, badan pemerintah, atau badan non
pemerintah, selama syarat-syarat berikut berlaku: Semua rumah sakit yang mendasarkan sebagian
keputusannya atas informasi dari badan yang ditunjuk, badan resmi, badan pemerintah, atau badan
non pemerintah harus yakin bahwa informasi tersebut lengkap, akurat, dan aktual. Untuk dapat
yakin mengenai hal tersebut, rumah sakit harus melakukan evaluasi awal terhadap badan pemberi
informasi dan kemudian melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan standar JCI terus
dipenuhi.
Proses pengeluaran beberapa kredensial penting untuk dimengerti. Sebagai contoh, apakah badan
pemerintah yang mengeluarkan izin praktek mendasarkan keputusannya atas beberapa atau semua hal
berikut: verifikasi latar belakang pendidikan, ujian kompetensi, pelatihan oleh asosiasi dokter spesialis,
atau keanggotaan dan pembayaran biaya? Bila pendaftaran masuk program pendidikan spesialis sudah
berdasarkan verifikasi latar belakang pendidikan dan pengalaman, rumah sakit tidak perlu lagi melakukan
verifikasi latar belakang pendidikan. Proses yang dilakukan badan pemerintah didokumentasikan oleh
rumah sakit. Jika rumah sakit tidak mengetahui secara langsung proses verifikasi latar belakang
pendidikan yang digunakan, atau rumah sakit tidak pernah memiliki kesempatan untuk melakukan
verifikasi terhadap proses yang dilakukan badan tersebut seperti yang telah dijabarkan, maka rumah sakit
perlu melakukan proses verifikasi sendiri. (Lihat juga SQE.13, EP 3 dan SQE.15, EP 3)
Pengecualian untuk SQE.9.1, EP 1, hanya untuk survei awal. Verifikasi sumber primer disyaratkan
untuk tenaga medis baru yang bergabung dengan staf medis dalam dua belas (12) bulan sebelum survei
awal (initial survey) akreditasi JCI. Verifikasi sumber primer untuk semua tenaga medis lainnya harus
diselesaikan dalam dua belas bulan setelah survei inisial. Proses ini dicapai dalam kurun waktu 12 bulan
setelah survei sesuai dengan rencana yang memprioritaskan verifikasi kredensial bagi tenaga medis aktif
yang memberikan pelayanan berisiko tinggi.
217
Catatan: Pengecualian ini hanya untuk verifikasi kredensial saja. Semua kredensial anggota staf medis
harus dikumpulkan dan ditinjau, dan kewenangan mereka diberikan. Tidak ada penahapan dalam proses
ini.
Pengangkatan
Pengangkatan merupakan proses peninjauan kredensial awal pelamar untuk memutuskan apakah orang
tersebut memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan pasien rumah sakit dan dapat
didukung rumah sakit dengan staf yang kompeten dan dengan kemampuan teknis rumah sakit. Untuk
pelamar pertama, informasi yang ditinjau kebanyakan berasal dari sumber luar. Individu atau mekanisme
yang berperan pada peninjauan, kriteria yang digunakan untuk membuat keputusan, dan bagaimana
keputusan didokumentasikan diidentifikasi dalam kebijakan rumah sakit. Kebijakan rumah sakit
mengidentifikasi proses pengangkatan tenaga medis independen untuk keperluan gawat darurat atau untuk
sementara waktu. Pengangkatan dan identifikasi kewenangan untuk tenaga medis tersebut tidak dibuat
sampai setidaknya verifikasi izin telah dilakukan.
Pengangkatan kembali
Pengangkatan kembali merupakan proses peninjauan dokumen anggota staf medis untuk verifikasi
perpanjangan izin;
bahwa anggota staf medis tidak dikenai sanksi disipliner oleh badan perizinan dan sertifikasi;
bahwa arsip berisi cukup dokumentasi untuk pencarian kewenangan atau tugas baru/perluasan di
rumah sakit; dan
anggota staf medis mampu secara fisik dan mental untuk memberikan perawatan dan tata laksana
terhadap pasien tanpa supervisi.
Informasi untuk peninjauan ini berasal dari sumber internal maupun eksternal. Jika suatu departemen/unit
layanan klinis (contohnya, pelayanan subspesialis) tidak memiliki kepala/pimpinan, rumah sakit
mempunyai kebijakan untuk mengidentifikasi siapa yang melakukan peninjauan untuk para tenaga
profesional di departemen/unit layanan tersebut. Berkas kredensial anggota staf medis harus merupakan
sumber informasi yang dinamis dan ditinjau secara konstan. Sebagai contoh, ketika anggota staf medis
mendapatkan sertifikat pencapaian yang berhubungan dengan peningkatan gelar atau pelatihan khusus
lanjutan, kredensial yang baru harus segera diverifikasi dari sumber yang mengeluarkan. Demikian pula
jika ada badan luar yang melakukan investigasi tentang kejadian sentinel yang berkaitan dengan anggota
staf medis dan mengeluarkan sanksi, informasi ini harus segera digunakan untuk mengevaluasi ulang
kewenangan klinis dari anggota staf medis tersebut. Untuk memastikan bahwa berkas staf medis lengkap
dan akurat, berkas ditinjau sedikitnya setiap tiga tahun, dan terdapat catatan pada arsip tentang tindakan
yang telah dilakukan atau tidak diperlukannya tindak lanjut sehingga pengangkatan staf medis dilanjutkan.
Keanggotaan staf medis dapat tidak diberikan jika rumah sakit tidak memiliki teknologi medis khusus atau
staf untuk mendukung praktek profesi tersebut. Sebagai contoh, ahli nefrologi yang ingin melakukan
pelayanan dialisis di rumah sakit, dapat tidak diberikan keanggotaan staf medis bila rumah sakit tidak
menyelenggarakan pelayanan dialisis.
Akhirnya, jika izin/registrasi pelamar telah diverifikasi dengan sumber yang mengeluarkan, namun
dokumen lain seperti edukasi dan pelatihan belum diverifikasi, keanggotaan staf medis dan
kewenangan klinis dapat diberikan untuk orang tersebut. Akan tetapi, orang tersebut tidak dapat
melakukan praktek mandiri sampai semua kredensial telah diverifikasi. Supervisi seperti itu didefinisikan
secara jelas dalam kebijakan rumah sakit mencakup tingkatan, kondisi, dan durasi. (Lihat juga SQE.1.1,
SQE.3, dan SQE.5)
218
2. Staf medis yang diizinkan oleh undang-undang, peraturan dan oleh rumah sakit untuk memberikan
perawatan pada pasien tanpa pengawasan diidentifikasi.
3. Pendidikan, lisensi/surat tanda registrasi setiap anggota staf medis yang disyaratkan oleh undangundang dimiliki salinannya oleh rumah sakit dan disimpan dalam arsip personalia atau dalam arsip
kredensial terpisah.
4. Kredensial dari semua anggota staf yang disyaratkan oleh kebijakan rumah sakit dimiliki salinannya
oleh rumah sakit dan disimpan dalam arsip personalia staf tersebut atau dalam arsip kredensial
terpisah.
219
yang berasal dari institusi pendidikan seperti program pendidikan dokter spesialis, tidak
diverifikasi dari sumbernya kecuali disyaratkan dalam kebijakan rumah sakit. Sumber-sumber
luar tersebut mungkin tidak memberikan bukti jelas dan obyektif tentang kompetensi klinis
terkini, namun setidaknya dapat mengidentifikasi aspek kompetensi yang diharapkan. Tinjauan
praktik profesional berkelanjutan (lihat SQE.11) akan memvalidasi aspek kompetensi yang
diharapkan.
Tidak ada cara terbaik untuk menjabarkan aktivitas klinis yang diizinkan dilakukan oleh anggota
staf medis baru. Program pendidikan dokter spesialis dapat mengidentifikasi dan menyusun daftar
kompetensi umum spesialis tersebut di bidang diagnosis dan tata laksana dengan rumah sakit
memberikan kewenangan untuk mendiagnosis dan melakukan tata laksana pasien di bidang
kompetensi spesialis tersebut. Organisasi lain dapat memilih untuk membuat daftar terperinci
setiap jenis pasien dan prosedur pengobatan. (Lihat juga AOP.1, EP 3; ASC.3.1; MMU.4.2; dan
MMU.6)
Proses delineasi kewenangan dalam setiap bidang spesialisasi adalah sama; namun proses ini
mungkin tidak seragam untuk semua bidang spesialisasi. Sebagai contoh, kewenangan ini akan
berbeda untuk dokter umum, dokter anak, dokter gigi, atau dokter radiologi; akan tetapi dalam
setiap kelompok ini terdapat standarisasi proses delineasi kewenangan. Untuk tenaga kesehatan
keluarga, tenaga medis di pelayanan primer, dan lainnya yang memberikan pelayanan kedokteran
umum, obstetrik, pediatrik, dan pelayanan lainnya yang bervariasi, delineasi kewenangan untuk
tenaga medis tersebut menunjukkan pelayanan spesialistik apa yang dapat diberikan.
Keputusan cara delineasi kewenangan klinis di bidang spesialisasi berhubungan dengan proses
lainnya, termasuk:
o seleksi oleh pemimpin departemen/unit layanan tentang proses apa yang dipantau melalui
pengumpulan data (lihat GLD.11.1 dan SQE.1.1);
o penggunaan data tersebut dalam proses pemantauan dan evaluasi berkelanjutan staf medis
di departemen/unit layanan (lihat SQE.11); dan
o penggunaan data pemantauan dalam proses pengangkatan kembali dan pembaruan
kewenangan. (lihat SQE.12)
Di samping kewenangan klinis yang diberikan sehubungan dengan pendidikan dan pelatihan
seseorang, rumah sakit mengidentifikasi bidang-bidang yang memiliki risiko tinggi, seperti
pemberian obat kemoterapi, obat-obatan golongan lain, atau prosedur berisiko tinggi, dan secara
eksplisit disebutkan anggota staf medis yang diberikan atau tidak diberikan kewenangan tersebut.
Prosedur, obat-, atau pelayanan risiko tinggi lainnya diidentifikasi pada setiap bidang spesialisasi
dan tampak jelas pada proses delineasi kewenangan. Beberapa prosedur mungkin berisiko tinggi
dikarenakan instrumen yang digunakan, seperti pada kasus operasi atau teknologi terapeutik yang
menggunakan robot dan komputerisasi lainnya atau yang dilakukan dari jarak jauh. Implan
perangkat medis juga memerlukan keterampilan implantasi, kalibrasi, dan pemantauan sehingga
harus diberikan kewenangan khusus. (Lihat juga ASC.7.4)
Kewenangan juga tidak diberikan jika rumah sakit tidak memiliki teknologi medis khusus atau
staf untuk mendukung pelaksanaan kewenangan. Sebagai contoh, ahli nefrologi yang kompeten
melakukan dialisis, atau ahli kardiologi yang kompeten untuk memasang stent, tidak diberikan
kewenangan untuk melakukan prosedur tersebut jika rumah sakit tidak menyelenggarakan
pelayanan tersebut.
Akhirnya, jika izin/surat tanda registrasi pelamar telah diverifikasi dengan sumber yang
mengeluarkan, namun dokumen lain seperti bukti pendidikan dan pelatihan belum
diverifikasi, keanggotaan staf medis dan kewenangan klinis dapat diberikan untuk orang tersebut.
Akan tetapi, orang tersebut tidak dapat melakukan praktek mandiri sampai semua kredensial telah
diverifikasi. Supervisi semacam ini didefinisikan secara jelas dalam kebijakan rumah sakit
mencakup tingkatan, kondisi, dan durasinya.
Catatan: Jika anggota staf medis juga memiliki tanggung jawab administratif, seperti kepala departemen
klinis, administrator rumah sakit, atau posisi sejenis lainnya, tanggung jawab pekerjaan tersebut
220
diidentifikasi dalam uraian tugas (lihat SQE.1.1). Kebijakan rumah sakit mengidentifikasi verifikasi
sumber primer terhadap kredensial yang mendukung pekerjaan administratif ini.
Proses delineasi kewenangan
a) merupakan proses standar, objektif, dan berbasis bukti;
b) didokumentasikan dalam kebijakan rumah sakit;
c) merupakan proses aktif dan berkelanjutan seiring perubahan kredensial anggota staf medis;
d) berlaku untuk semua golongan keanggotaan staf medis; dan
e) efektivitas proses pelaksanaan tersebut dapat didemonstrasikan.
Kewenangan klinis semua anggota staf medis disediakan dalam bentuk salinan cetak, salinan elektronik,
atau cara lainnya untuk para staf atau lokasi (misalnya, kamar operasi, unit gawat darurat) di rumah sakit
tempat anggota staf medis akan memberikan pelayanan. Pembaruan informasi dikomunikasikan jika
kewenangan klinis anggota staf medis berubah. (Lihat juga GLD.6.2 dan SQE.3)
Pemantauan dan evaluasi berkelanjutan anggota staf medis memberikan informasi penting untuk proses
pemeliharaan keanggotaan staf medis dan terhadap proses pemberian kewenangan klinis. (Lihat juga
221
SQE.9 hingga SQE.9.2) Meskipun pembaharuan keanggotaan staf medis dan kewenangan klinis
disyaratkan dilakukan setiap tiga tahun, proses tersebut dimaksudkan untuk menjadi proses yang dinamis
dan berkelanjutan. Insiden tentang kualitas dan keselamatan pasien yang penting dapat timbul jika masalah
kinerja klinis anggota staf medis tidak dikomunikasikan dan ditindaklanjuti saat terjadi masalah tersebut.
Proses pemantauan dan evaluasi berkelanjutan dimaksudkan untuk
meningkatkan praktek individual karena berkaitan dengan perawatan pasien yang berkualitas
tinggi dan aman;
menyediakan dasar untuk mengurangi variasi dalam departemen/pelayanan melalui perbandingan
di antara kolega dan pengembangan pedoman praktis dan protokol klinis; dan
menyediakan dasar untuk memperbaiki hasil keseluruhan departemen/pelayanan melalui
perbandingan dengan benchmark eksternal dan hasil publikasi penelitian dan hasil klinis.
Pemantauan dan evaluasi berkelanjutan anggota staf medis meliputi tiga aspek umum--perilaku, kemajuan
profesional, dan hasil klinis.
Perilaku
Anggota staf medis merupakan contoh dan mentor dalam menciptakan budaya aman di rumah sakit.
Budaya aman ditandai oleh partisipasi penuh semua staf, tanpa ketakutan akan sanksi atau marginalisasi.
Kebudayaan yang aman juga mencakup rasa hormat antar kelompok profesional tanpa adanya perilaku
mengganggu ataupun yang lainnya. Umpan balik dari staf melalui survei dan mekanisme lain dapat
membentuk perilaku yang diinginkan dan mendukung para panutan staf medis.
222
penelitian/pertanyaan klinis yang dimotivasi diri sendiri, kewenangan klinis baru yang didapatkan
berdasarkan pembelajaran dan perolehan keterampilan baru, dan partisipasi penuh dalam
memenuhi persyaratan profesi khusus atau persyaratan pendidikan berkelanjutan untuk
mendapatkan izin).
d) Keterampilan interpersonal dan komunikasi, termasuk penetapan dan pemeliharaan penukaran
informasi yang efektif dan kolaborasi dengan pasien, keluarganya, dan anggota lain tim kesehatan
(Contoh langkah potensial mencakup partisipasi dalam ronde pengajaran, tim konsultasi,
kepemimpinan tim, dan umpan balik pasien dan keluarga.)
e) Profesionalisme, termasuk komitmen terhadap perkembangan profesi yang berkelanjutan,
pengertian dan sensitivitas terhadap keanekaragaman, serta perilaku yang bertanggung jawab
terhadap pasien, profesi, dan masyarakat. (Contoh langkah potensial mencakup pemimpin opini
dalam staf medis tentang masalah klinis dan profesi, pelayanan pada panel etika atau diskusi
tentang masalah etika, menjaga jadwal yang telah disusun, dan partisipasi masyarakat.)
f) Praktek berbasis sistem, termasuk kesadaran dan tanggung jawab terhadap konteks dan sistem
yang lebih besar dari sistem kesehatan, juga kemampuan meminta sumber daya lain dalam sistem
secara efektif untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. (Contoh langkah potensial
mencakup pemahaman arti sistem yang sering dan umum digunakan di rumah sakit, seperti sistem
obat-obatan; dan kesadaran akan implikasi dari pemakaian berlebih (overuse), pemakaian yang
terlalu sedikit (underuse), dan penyalahgunaan (misuse) sistem.)
g) Penataan sumber daya, termasuk pemahaman tentang perlunya penataan sumber daya dan
memberikan perawatan dengan memperhatikan biaya, termasuk menghindari pemakaian berlebih
dan penyalahgunaan uji diagnostik dan terapi yang tidak memberikan manfaat terhadap perawatan
pasien namun menambah biaya perawatan kesehatan. (Contoh langkah potensial mencakup
partisipasi dalam keputusan pembelian di ruang lingkup praktek mereka, partisipasi dalam upaya
pemahaman penggunaan sumber daya yang tepat, dan menyadari beban untuk pasien dan
pembayar jasa yang mereka sediakan.) (Lihat juga GLD.7)
Proses pemantauan dan evaluasi berkelanjutan harus meliputi bidang yang relevan untuk pencapaian dan
potensi perbaikan anggota staf medis pada bidang kemajuan profesional ini sebagai bagian dari proses
peninjauan,
Hasil Klinis
Proses pemantauan dan evaluasi berkelanjutan untuk anggota staf medis meninjau informasi yang umum
untuk semua anggota staf medis dan juga informasi spesifik yang berkaitan dengan kewenangan klinis
anggota tersebut dan pelayanan yang diberikan oleh keahliannya.
Sumber Data Rumah Sakit. Rumah sakit mengumpulkan berbagai data untuk digunakan dalam
manajemen; sebagai contoh, laporan kepada pihak berwenang kesehatan untuk mendukung alokasi
sumber daya atau pembayaran jasa pelayanan. Agar dapat berguna dalam evaluasi berkelanjutan seorang
anggota staf medis, data rumah sakit
perlu dikumpulkan sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi seorang
tenaga medis;
harus berhubungan dengan praktik klinis anggota staf medis tersebut; dan
dapat dilakukan perbandingan secara internal dan/atau eksternal untuk memahami pola praktik
tenaga medis.
Contoh penggunaan sumber data potensial tersebut mencakup antara lain lama perawatan, frekuensi uji
diagnostik, penggunaan darah, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Sumber Data Departemen Tertentu. Data juga dikumpulkan pada tingkatan departemen/unit layanan.
Pimpinan departemen/unit layanan menetapkan prioritas penilaian dalam departemennya untuk tujuan
pemantauan dan juga perbaikan. Penilaian tersebut spesifik untuk pelayanan yang disediakan dan
223
kewenangan klinis anggota staf medis dalam departemen tersebut. Seperti halnya sumber data rumah sakit,
agar dapat berguna dalam evaluasi berkelanjutan anggota departemen/unit layanan, data tersebut
perlu dikumpulkan sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi seorang
tenaga medis;
harus berhubungan dengan praktik klinis anggota staf medis tersebut; dan
dapat dilakukan perbandingan secara internal dan/atau eksternal untuk memahami pola praktik
tenaga medis.
Contoh data potensial departemen/unit layanan mencakup antara lain frekuensi prosedur klinis yang
dilakukan, komplikasi, hasil, dan penggunaan sumber daya seperti konsultan.
Penting juga untuk diperhatikan bahwa tidak semua departemen/unit layanan memiliki kapasitas atau
kebutuhan untuk memantau semua kewenangan yang ada dalam daftar setiap tenaga medis. Pengumpulan
data pelayanan utama atau beberapa aspek pelayanan utama pada tingkat departemen, dengan semua atau
sebagian besar anggota staf departemen/pelayanan mempunyai kewenangan untuk pelayanan tersebut,
akan lebih mampu laksana.
Tidak ada satu set data mana pun yang mencukupi untuk pemantauan dan evaluasi semua anggota staf
medis. Pemilihan data, frekuensi pemantauan dan analisis, serta penggunaan aktual data dan dokumentasi
pada catatan anggota staf medis sangat spesifik untuk setiap departemen/unit layanan, untuk setiap profesi
yang terkait, dan untuk setiap kewenangan tenaga medis. Pemantauan dan evaluasi terhadap anggota staf
medis didukung oleh berbagai sumber data, termasuk catatan elektronik dan catatan cetak, observasi, dan
interaksi dengan sejawat.
Langkah akhir yang penting adalah menanyakan:Bagaimana kinerja tenaga medis ini dibandingkan
dengan kolega di departemennya dan dibandingkan dengan kolega di rumah sakit lain, di daerah lain atau
negara lain? Perbandingan internal terutama ditujukan untuk mengurangi variasi praktik dan hasil dalam
departemen serta untuk dapat belajar dari praktik-praktik terbaik yang ada di departemen tersebut.
Perbandingan eksternal ditujukan untuk memastikan rumah sakit mencapai praktik terbaik dalam profesi
tersebut. Setiap departemen akan memiliki pengetahuan tentang basis data profesi, panduan praktis klinis,
dan sumber literatur ilmiah yang menjabarkan patokan praktik yang diinginkan. Sebagai contoh, registri
onkologi atau data dari tenaga medis dari disiplin ilmu yang sama (panduan praktis klinis) dapat
membantu. Demikian pula perkumpulan dokter bedah nasional maupun internasional dapat
mengumpulkan data tentang hasil atau komplikasi.
Sebagai rangkuman, proses pemantauan dan evaluasi berkelanjutan anggota staf medis
distandarisasi sesuai jenis keanggotaan staf medis dan/atau departemen atau unit layanan klinis;
menggunakan data dan informasi pemantauan untuk perbandingan internal untuk mengurangi
variasi dalam perilaku, kemajuan profesional, dan hasil klinis;
menggunakan data dan informasi pemantauan untuk perbandingan eksternal data dan informasi
hasil klinis dengan praktik terbaik atau sumber perbandingan berbasis bukti yang tersedia dan
objektif;
dilakukan oleh kepala departemen atau pelayanan terkait, manajer medis senior, atau badan
peninjauan staf medis;
mencakup pemantauan dan evaluasi staf medis senior dan kepala departemen oleh profesional
yang tepat (lihat juga GLD.11.1, EP 1); dan
menyediakan informasi yang akan didokumentasikan dalam arsip anggota staf medis, termasuk
hasil peninjauan, tindakan yang dilakukan, serta dampak tindakan-tindakan tersebut terhadap
kewenangan klinis (jika ada).
Akhirnya, meskipun proses pemantauan dan evaluasi anggota staf medis dimaksudkan sebagai proses
berkelanjutan, dan data serta informasi dapat dikumpulkan secara berkelanjutan, kebijakan rumah sakit
224
mensyaratkan peninjauan setidaknya sekali dalam periode 12 bulan. Peninjauan dilakukan oleh kepala
departemen atau unit layanan terkait, manajer medis senior, atau badan peninjau staf medis. Temuan,
kesimpulan, dan tindakan apapun yang dilakukan atau direkomendasikan dicatat dalam arsip anggota staf
medis. Terdapat proses pengambilan tindakan terhadap temuan ketika temuan tersebut mempengaruhi
pengangkatan atau kewenangan anggota staf medis. Tindakan langsung semacam itu didokumentasikan
dalam arsip tenaga medis dan tercermin dalam daftar kewenangan klinis. Pemberitahuan disebarkan ke
tempat-tempat praktik tenaga medis. (Lihat juga QPS.4 dan SQE.3)
225
organisasi profesi. Kebijakan rumah sakit mengidentifikasi individu, seperti pimpinan unit layanan khusus;
atau mekanisme, seperti fungsional staf medis ketika pimpinan departemen/unit layanan tidak hadir untuk
peninjauan; kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan; dan bagaimana keputusan tersebut
didokumentasikan. Arsip kredensial anggota staf medis harus merupakan sumber informasi yang dinamis
dan terus-menerus ditinjau. Sebagai contoh, ketika anggota staf medis mendapatkan sertifikat pencapaian
berkaitan dengan peningkatan gelar atau pelatihan spesialistik lanjutan, kredensial yang baru segera
diverifikasi dari sumber yang mengeluarkan. Demikian pula ketika badan luar melakukan investigasi
tentang kejadian sentinel yang berkaitan dengan dengan anggota staf medis dan mengenakan sanksi,
informasi ini harus segera digunakan untuk evaluasi ulang kewenangan klinis anggota staf medis tersebut.
Untuk memastikan arsip staf medis lengkap dan akurat, arsip ditinjau sedikitnya setiap tiga tahun, dan
terdapat catatan dalam arsip yang menunjukkan tindakan yang telah dilakukan atau bahwa tidak
diperlukan tindakan apapun dan pengangkatan staf medis dilanjutkan.
Pertimbangan untuk delineasi kewenangan klinis saat pengangkatan ulang mencakup hal-hal berikut ini:
Anggota staf medis dapat diberikan kewenangan tambahan berdasarkan pendidikan dan pelatihan
lanjutan. Pendidikan dan pelatihan diverifikasi dari penyelenggara pendidikan atau pelatihan
ataupun dari sumber yang mengeluarkan kredensial. Pelaksanaan kewenangan tambahan dapat
ditunda sampai proses verifikasi selesai atau ketika terdapat periode persyaratan untuk praktek di
bawah supervisi sebelum pemberian kewenangan baru mandiri; sebagai contoh, persyaratan
jumlah kasus operasi robotik yang dilakukan di bawah supervisi.
Kewenangan anggota staf medis dapat dilanjutkan, dibatasi, dikurangi, atau dihentikan
berdasarkan
o hasil proses peninjauan praktik profesional berkelanjutan (lihat SQE.11);
o batasan kewenangan yang dikenakan kepada staf oleh profesional luar, pemerintah, atau
badan pengatur;
o temuan rumah sakit dari evaluasi terhadap kejadian sentinel atau kejadian lainnya;
o kesehatan tenaga medis; atau
o permintaan dari tenaga medis. (Lihat juga SQE.3 dan SQE.10)
Staf Keperawatan
Standar SQE.13
Rumah sakit memiliki proses yang seragam untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi
kredensial staf keperawatan (izin praktik, pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja).
226
227
5. Rumah sakit memiliki suatu proses untuk memastikan bahwa kredensial perawat kontrak sah dan
lengkap sebelum penugasan.
6. Rumah sakit memiliki suatu proses untuk memastikan bahwa perawat yang bukan pegawai rumah
sakit, tetapi bekerja bersama dokter swasta dan memberikan pelayanan kepada pasien rumah sakit
memiliki kredensial yang sah.
Standar SQE.14
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat
penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf keperawatan dan persyaratan menurut
peraturan yang berlaku.
Standar SQE.14.1
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan partisipasi staf keperawatan dalam kegiatankegiatan peningkatan mutu rumah sakit, termasuk evaluasi kinerja individu jika diperlukan.
228
229
Apabila tidak ada kewajiban untuk menyelesaikan proses pendidikan formal, izin praktik atau proses
registrasi ataupun kredensial dan bukti kompetensi lainnya, hal ini didokumentasikan dalam catatan
individu. Apabila verifikasi tidak memungkinkan, seperti misalnya arsip hilang akibat bencana, hal ini
didokumentasikan dalam catatan individu. Rumah sakit mengumpulkan dan menyimpan suatu berkas
kredensial tiap tenaga profesional kesehatan. Berkas tersebut memuat izin praktik atau surat tanda
registrasi yang masih berlaku jika peraturan mewajibkan pembaruan secara berkala.
Standar SQE.16
Rumah sakit memiliki proses yang seragam untuk mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan dan untuk
membuat penugasan klinis berdasarkan kredensial anggota staf profesional kesehatan dan persyaratan
menurut peraturan yang berlaku.
Standar SQE.16.1
Rumah sakit memiliki proses yang seragam untuk menentukan partisipasi anggota staf profesional
kesehatan lainnya dalam kegiatan-kegiatan peningkatan mutu rumah sakit.
230
Manajemen Informasi
(MOI)*
Perubahan dalam Bab MOI
Standar
Perubahan
Penjelasan
MOI.1
Penomoran ulang
Penomoran
ulang; Tidak ada
perubahan berarti
MOI.2
MOI.3
MOI.5
Penomoran
ulang; Tidak ada
perubahan berarti
MOI.6
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
MOI.7and
MOI.8
Penomoran
ulang; Tidak ada
perubahan berarti
MOI.9
Penomoran
ulang;
Perubahan
persyaratan
MOI.9.1
Standar baru
Pemasukkan standar baru yang mengkonsolidasi persyaratanpersyaratan untuk memastikan penerapan kebijakan, prosedur,
rencana, dan dokumen lain secara tepat sebagai pedoman praktik
klinis maupun non-klinis.
MOI.10
MOI.12
Penomoran
ulang; Tidak ada
perubahan berarti
*Bab Manajemen Informasi (MOI) di edisi ini sebelumnya disebut Manajemen Komunikasi dan
Informasi (MCI) dalam standar edisi keempat.
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan untuk persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja.
Persyaratan yang pada Buku Panduan edisi keempat dimasukkan dalam bab ini dan dimasukkan dalam bab
lain dalam Buku Panduan edisi ke-5 ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya, dicantumkan
dalam tabel Perubahan bab tersebut.
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi keempat namun telah
dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor edisi keempat): MCI.2, MCI.3, MCI.6, MCI.7.
231
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar-standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi
standar tersebut.
Manajemen Informasi
Standar MOI.1
Rumah sakit merencanakan dan merancang proses-proses manajemen informasi untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal.
Standar MOI.2
Privasi, kerahasiaan, dan keamanan informasi termasuk integritas data harus dijaga.
232
Standar MOI.3
Rumah sakit menentukan lama penyimpanan rekam medis, data, dan informasi.
233
3. Rekam medis, data, dan informasi dimusnahkan dengan cara yang tidak mengganggu kerahasiaan dan
keamanan.
Standar MOI.4
Rumah sakit menggunakan kode diagnosis, kode prosedur, simbol, singkatan, dan definisi yang telah
terstandarisasi.
Standar MOI.5
Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit dipenuhi secara tepat waktu dalam
format yang memenuhi harapan pengguna dan dengan frekuensi yang diinginkan.
234
Standar MOI.6
Sistem teknologi informasi kesehatan dikaji dan diuji sebelum implementasi di dalam rumah sakit, dan
dievaluasi perihal mutu serta keselamatan pasien setelah implementasi.
235
Standar MOI.7
Rekam medis dan informasi terlindung dari risiko hilang, rusak, manipulasi, serta akses dan penggunaan
oleh pihak yang tidak berwenang.
Standar MOI.8
Para pengambil keputusan dan anggota staf lainnya diedukasi dan dilatih mengenai prinsip manajemen dan
penggunaan informasi.
236
Standar MOI.9.1
Kebijakan, prosedur, perencanaan, dan dokumen lain yang memandu proses dan praktik klinis dan nonklinis diterapkan sepenuhnya secara konsisten dan seragam.
237
staf di unit gawat darurat dapat mencari kebijakan mengenai surat persetujuan tindakan pada seorang anak
yang tidak didampingi wali saat akan menjalani prosedur bedah.
Terdapat sebuah proses untuk memastikan bahwa staf telah membaca dan mengenal kebijakan, prosedur,
dan perencanaan yang relevan dengan pekerjaannya. Proses ini dapat menjadi bagian dari orientasi staf
terhadap departemen dan tanggung jawabnya, atau menjadi bagian dari sesi pelatihan khusus di skala
kelompok ataupun rumah sakit. Hal yang terpenting adalah, apabila sebuah kebijakan, prosedur, atau
perencanaan relevan dengan tugas seseorang, maka tindakan-tindakan yang disebutkan dalam dokumen
tersebut harus terlihat dalam tindakan individu tersebut.
Standar MOI.10.1
Rekam medis klinis berisi informasi yang memadai untuk mengidentifikasi pasien, menunjang diagnosis,
memberikan justifikasi untuk tata laksana yang diberikan, serta untuk mendokumentasikan rangkaian dan
hasil tata laksana.
238
Standar MOI.10.1.1
Rekam medis pasien yang menerima perawatan kegawatdaruratan mencakup waktu datang dan keluar,
kesimpulan saat penghentian tata laksana, kondisi pasien saat pulang, dan instruksi perawatan tindak
lanjut.
Standar MOI.11
Rumah sakit mengidentifikasi pihak-pihak yang berwenang menulis di dalam rekam medis pasien.
Standar MOI.11.1
Setiap catatan (entry) pada rekam medis pasien mencantumkan identitas penulis dan kapan catatan tersebut
ditulis di dalam rekam medis.
239
Standar MOI.12
Sebagai bagian dari kegiatan pemantauan dan peningkatan kinerja, rumah sakit secara rutin mengkaji isi
dan kelengkapan rekam medis pasien.
240
241
242
Standar Pendidikan Profesional Kesehatan (The Medical Professional Education, MPE) dan Program
Riset Bersubjek Manusia (Human Subjects Research Programs, HRP) untuk Rumah Sakit Pendidikan
disusun dan dipublikasikan untuk pertama kalinya pada tahun 2012. Hal ini dilakukan karena uniknya
peran rumah sakit tersebut terhadap pendidikan tenaga kesehatan profesional dan terhadap penelitian
bersubjek manusia dalam masyarakat dan negara tempat rumah sakit tersebut berada. Standar ini juga
menyajikan kerangka kerja untuk melibatkan pendidikan kesehatan dan penelitian bersubjek manusia ke
dalam kegiatan keselamatan pasien dan kegiatan penjaminan mutu dalam rumah sakit pendidikan.
Kegiatan pendidikan dan penelitian seringkali menjadi mitra tersamar dalam peningkatan dan pemantauan
mutu perawatan pasien, kecuali memang dengan sengaja sudah dimasukkan ke dalam kerangka kerja
penjaminan mutu.
Standar ini dibagi ke dalam dua bab, karena pendidikan kesehatan dan penelitian klinis seringkali
diorganisir dan diterapkan secara terpisah dalam rumah sakit pendidikan. Untuk semua rumah sakit yang
memenuhi kriteria bagian Ringkasan Kebijakan Utama Akreditasi dalam terbitan ini, kepatuhan terhadap
persyaratan dalam kedua bab ini, bersama dengan kepatuhan terhadap persyaratan lain dalam buku
panduan edisi kelima ini, dapat memastikan terakreditasinya rumah sakit tersebut di bawah Standar
Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan JCI.
Rumah sakit yang ingin bertanya mengenai kelayakan organisasinya untuk diakreditasi sebagai Rumah
Sakit Pendidikan, dapat menghubungi JCI Accreditations Central Office dengan alamat
jciaccreditation@jcrinc.com.
243
MPE)
244
2. Pengelola dan pimpinan rumah sakit mendapatkan, meninjau, dan menerima kriteria penilaian dari
fakultas kedokteran yang bekerja sama, dan hal ini didokumentasikan.
3. Pengelola dan pimpinan rumah sakit menyetujui sejumlah matriks untuk memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan program pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan terdapat tinjauan data pemantauan
yang didokumentasikan.
4. Pengelola dan pimpinan rumah sakit meninjau, program pendidikan kedokteran yang diselenggarakan
di rumah sakit minimal setiap tahunnya, dan tinjauan ini didokumentasikan.
5. Tinjauan ini meliputi tingkat kepuasan pasien dan staf terhadap perawatan klinis yang diberikan di
bawah program pendidikan tersebut.
Standar MPE.2
Staf klinis, populasi pasien, teknologi, dan fasilitas rumah sakit harus konsisten dengan sasaran dan tujuan
program pendidikan.
Standar MPE.3
Staf pengajar klinis diidentifikasi, dan peranan serta hubungan setiap anggota staf dengan institusi
akademik perlu dijelaskan.
245
Hubungan antara staf pengajar klinis rumah sakit dengan institusi akademik harus jelas. Sebagai contoh,
apabila terdapat gelar akademik yang melekat pada anggota staf klinis, harus jelas apakah gelar itu
merupakan gelar yang memang diperoleh sendiri atau suatu pemberian, bagaimana gelar tersebut
digunakan, dan apa makna gelar tersebut bagi masyarakat. Rumah sakit mempunyai daftar lengkap staf
pengajar klinis disertai gelar medis dan akademiknya. Semua persyaratan untuk memperbaharui atau
mengubah gelar akademik dipantau kepatuhannya.(lihat juga SQE.9 sampai SQE.11).
Standar MPE.4
Rumah sakit mengerti dan menyediakan supervisi medis dengan frekuensi dan intensitas yang diperlukan
untuk setiap jenis dan jenjang mahasiswa kedokteran dan trainee.
246
Standar MPE.5
Pendidikan kedokteran yang diselenggarakan di rumah sakit dikoordinasi dan diatur melalui mekanisme
operasional dan struktur manajemen yang jelas.
Standar MPE.6
Mahasiswa kedokteran dan trainee tunduk pada semua kebijakan dan prosedur rumah sakit, dan semua
pelayanan yang diberikan berada dalam parameter mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit.
247
a) program rumah sakit tentang mutu dan keselamatan pasien (lihat juga GLD.4, GLD.4.1, GLD.5,
GLD.11, dan GLD.11.2);
b) program pengendalian infeksi (lihat juga PCI.5);
c) program keselamatan penggunaan obat (lihat juga MMU.1);
d) Sasaran Internasional Keselamatan Pasien;
e) dan semua orientasi rumah sakit yang diwajibkan, termasuk di tingkat departemen atau unit (lihat
juga SQE.7); dan
f) semua pendidikan berkelanjutan yang diwajibkan.
Orang-orang yang memberikan supervisi kepada mahasiswa kedokteran dan trainee memastikan bahwa
semua mahasiswa kedokteran dan trainee mengetahui tentang program mutu dan keselamatan pasien dan
hal ini menjadi bagian dari proses pemantauan. (Lihat juga MOI.9.1)
Standar MPE.7
Trainee yang memberikan perawatan atau pelayanan di rumah sakitdi luar penilaian program
akademiknyadiberikan izin untuk memberikan pelayanan dengan melalui proses kredensial, pemberian
kewenangan klinis, spesifikasi pekerjaan, dan proses relevan lain yang sudah baku di rumah sakit.
248
Perubahan
HRP.1
HRP.6
Tidak terdapat
perubahan
bermakna
Perubahan
persyaratan
HRP.7
dan
HRP.7.1
Penjelasan
Perubahan terminologi untuk kejelasan
Revisi standar, tujuan, dan EP untuk memperjelas persyaratan; termasuk
persyaratan di HRP 7.2 (edisi ke-4): termasuk tambahan persyaratan untuk
persetujuan/informed consent di EP pada HRP.7
Catatan: tabel ini mencantumkan perubahan persyaratan-persyaratan dalam bab ini saja. Persyaratan yang
pada Buku Panduan edisi ke-4 yang dilengkapi (yang diterbitkan pada Juli 2012 dan berlaku mulai Januari
2013) dimasukkan dalam bab ini, dan kemudian dimasukkan dalam bab lain di Buku Panduan edisi ke-5
ini, baik dimasukkan sebagian maupun seluruhnya, dicantumkan dalam tabel Perubahan bab tersebut.
Standar berikut dicantumkan dalam bab ini pada Buku Panduan edisi ke-4 yang dilengkapi, namun
telah dihapus dari edisi ini (dicantumkan sesuai nomor pada tambahan edisi ke-4): Tidak ada.
Catatan: Rumah sakit diharapkan menetapkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk proses-proses
tertentu dalam beberapa standar. Standar tersebut ditandai dengan lambang
setelah teks isi standar
tersebut.
Standar HRP.1.1
Rumah sakit mematuhi semua peraturan dan persyaratan profesi serta menyediakan sumber daya yang
layak agar program penelitian berjalan dengan efektif.
249
semua tingkat. Oleh sebab itu, pertimbangan etika, komunikasi yang baik, pimpinan departemen dan unit
pelayanan yang bertanggung jawab, ketaatan terhadap peraturan, serta sumber daya finansial dan nonfinansial merupakan komponen dari komitmen ini. Salah satu sumber daya adalah penjaminan asuransi
yang baik untuk pasien yang mengalami kejadian yang tidak diharapkan akibat protokol penelitian.
Pimpinan rumah sakit memahami kewajibannya untuk melindungi pasiennya, terlepas dari sponsor
penelitian.
Pimpinan rumah sakit tahu mengenai, serta menaati, sumber peraturan dan standar profesi yang spesifik
untuk uji klinis, seperti standar International Conference on Harmonisation (ICH)/World Health
Organization (WHO) Good Clinical Practice (GCP) (lihat catatan akhir dari bab ini; lihat juga
GLD.12.1).
Standar HRP.2
Pimpinan rumah sakit menyusun ruang lingkup aktivitas penelitian.
250
4. Terdapat dokumentasi mengenai kualifikasi staf yang diizinkan untuk berpartisipasi dalam program
penelitian
5. Pimpinan rumah sakit menentukan pada keadaan seperti apa staf dapat berperan sebagai subjek
penelitian.
Standar HRP.3
Pimpinan rumah sakit menyusun persyaratan bagi sponsor penelitian untuk memastikan komitmen mereka
dalam menjalankan etika penelitian.
.
Standar HRP.3.1
Apabila satu atau lebih dari tugas dan fungsi sponsor dilakukan oleh organisasi penelitian yang dikontrak,
baik organisasi akademik atau komersial, maka tanggung jawab organisasi penelitian luar yang dikontrak
harus dijabarkan secara jelas.
251
penelitian yang dikontrak, pihak sponsor memantau ketaatan terhadap peraturan tersebut sebagai bagian
dari telaah kontrak.
Standar HRP.4
Pimpinan rumah sakit membuat suatu proses atau ikatan kerja sama untuk menyediakan peninjauan awal
dan peninjauan saat penelitian berjalan, untuk semua penelitian dengan subjek manusia.
Standar HRP.5
Rumah sakit mengidentifikasi dan mengatur konflik kepentingan yang terjadi pada penelitian yang
berjalan di rumah sakit.
252
Standar HRP.6
Rumah sakit melakukan integrasi antara program penelitian dengan subjek manusia, dengan program mutu
dan keselamatan pasien rumah sakit.
253
2. Program penelitian termasuk dalam program rumah sakit mengenai manajemen B3, manajemen
teknologi medis, dan manajemen obat. (Lihat juga FMS.5, FMS.8, dan MMU.1)
3. Evaluasi terhadap staf yang berpartisipasi dalam program penelitian juga dimasukkan ke dalam proses
pemantauan rutin kinerja profesi. (Lihat juga SQE.11)
Standar HRP.7
Rumah sakit menyusun dan menerapkan proses persetujuan sehingga pasien mendapatkan informasi dan
kemudian dapat memutuskan secara sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian klinis, investigasi
klinis, atau uji klinis.
Standar HRP.7.1
Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai cara memperoleh akses
ke dalam suatu penelitian klinis, investigasi klinis, atau uji klinis, serta memberikan perlindungan terhadap
populasi yang rentan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya paksaan atau berada di bawah
pengaruh kuat.
254
dalam rekam medis pasien. Seiring dengan berjalannya waktu, protokol penelitian dapat berubah sesuai
temuan pada awal penelitian; sebagai contoh, dosis obat dapat berubah. Persetujuan pasien harus
dimintakan kembali pada kondisi seperti ini atau kondisi yang serupa. (Lihat juga PFR.5.2)
Catatan akhir
Standar Praktik Klinis yang Baik / Good Clinical Practice (GCP) dari
International Conference on Harmonisation (ICH)/World Health Organization
(WHO)
Penelitian klinis harus dijalankan sesuai dengan standar Standar Praktik Klinis yang Baik/Good Clinical
Practice (GCP) dari International Conference on Harmonisation (ICH)/World Health Organization
(WHO). Hal ini bertujuan agar terdapat standar yang sama di Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat,
juga Australia, Kanada, negara-negara Nordik, serta WHO. Oleh sebab itu, negara manapun yang
menerapkan pedoman ini secara teknis harus mengikuti standar yang sama. ICH adalah proyek unik yang
menggabungkan pihak-pihak yang berwenang dalam penyusunan undang-undang di Eropa, Jepang, dan
Amerika Serikat serta para ahli industri farmasi dari tiga wilayah untuk mendiskusikan aspek teknis dan
ilmiah dari registrasi produk.
Tujuannya adalah untuk membuat rekomendasi sehingga tercapai keselarasan yang lebih baik dalam
interpretasi dan penerapan pedoman teknis, dan sebagai persyaratan untuk registrasi produk dalam rangka
menurunkan ataupun mencegah kebutuhan untuk menduplikasi pemeriksaan (testing) di dalam penelitian
255
dan pengembangan obat baru. Tujuan dari penyelarasan adalah agar lebih ekonomis dalam hal sumber
daya manusia, hewan dan material serta untuk mencegah keterlambatan yang tak semestinya dalam hal
perkembangan global dan pengadaan obat baru, sementara tetap mempertahankan jaring pengaman untuk
mutu, keselamatan, efikasi, dan ketaatan terhadap hukum sehingga dapat melindungi kesehatan
masyarakat. Misi ini tercantum di dalam Terms of Reference of ICH.
Secara spesifik mengenai organisasi penelitian yang dikontrak (CROs) yang menyediakan jasa uji klinis,
ICH-GCP (E6 1.20) mendefinisikan CRO sebagai: individu atau organisasi (komersil, akademis, atau
lainnya) yang dikontrak oleh sponsor untuk melakukan satu atau lebih tugas dan fungsi dari uji/penelitian
milik sponsor. Penjelasan lebih lanjut, berupa:
(5.2.1) Sponsor dapat saja mengalihkan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi terkait penelitian
kepada CRO, namun tanggung jawab akan mutu dan integritas dari data uji klinis berada pada
sponsor. CRO menerapkan penjaminan yang berkualitas dan kontrol mutu.
(5.2.2) Segala bentuk tugas dan fungsi terkait uji klinis yang dialihkan kepada CRO harus ditulis
secara spesifik.
(5.2.3) Segala bentuk tugas dan fungsi terkait uji klinis yang tidak secara spesifik dialihkan
kepada dan diambil alih oleh CRO merupakan tugas dan fungsi sponsor.
(5.2.4) Sponsor yang dimaksud di dalam pedoman ini juga berlaku untuk CRO yang memiliki
tugas dan fungsi sebagai sponsor.
256
Ringkasan
Akreditasi
Kebijakan
Utama
Catatan: Bagian ini adalah garis besar ringkasan kebijakan akreditasi Joint Commission International
(JCI) untuk rumah sakit. Kebijakan dan prosedur lengkap akan dimuat di situs publik JCI mulai akhir
tahun 2013 di http://www.jointcommissioninternational.org/accreditation-policies.
257
Jenis-jenis Survei
Survei Penuh
Survei dari semua standar rumah sakit di seluruh organisasi. Ini mungkin survei awal, survei tiga tahunan,
atau survei validasi. Definisi setiap survei adalah sebagai berikut:
Survei AwalSurvei langsung penuh pertama pada rumah sakit
o Survei LanjutanEvaluasi langsung dijadwalkan 120 hari setelah survei awal untuk
mengevaluasi elemen penilaian (EP) yang mendapatkan nilai tidak terpenuhi (not
met) atau terpenuhi sebagian (partially met) yang mengakibatkan kegagalan rumah
sakit untuk memenuhi ketentuan keputusan akreditasi.
Survei Tiga TahunanSurvei rumah sakit setelah siklus akreditasi tiga tahun
o Survei Lanjutan Evaluasi langsung dijadwalkan 120 hari setelah survei tiga tahunan
untuk mengevaluasi elemen penilaian (EP) yang mendapatkan nilai tidak terpenuhi
258
(not met) atau terpenuhi sebagian (partially met) yang mengakibatkan kegagalan
rumah sakit untuk memenuhi ketentuan keputusan akreditasi.
Survei Validasi JCI dapat melakukan survei penuh kedua di organisasi yang bersedia, sebagai
komponen proses pemantauan peningkatan mutu internal JCI. Survei ini tidak berdampak pada
status akreditasi rumah sakit dan tidak ditarik biaya dari rumah sakit.
Survei Terfokus
Survei terfokus adalah survei langsung yang terbatas dalam lingkup, konten, dan lamanya, dan dirancang
untuk mengumpulkan informasi tentang suatu masalah, standar, atau elemen penilaian secara spesifik. JCI
melakukan jenis survei terfokus sebagai berikut:
Survei dengan Alasan KhususJCI menemukan adanya ketidakpatuhan yang serius terhadap
standar, masalah perawatan atau keselamatan pasien yang serius, masalah regulasi atau sanksi,
atau masalah serius lainnya dalam suatu rumah sakit yang terakreditasi atau program bersertifikat,
yang mungkin menempatkan rumah sakit pada status Berisiko Untuk Penolakan Akreditasi.
Survei PerpanjanganJCI dapat melakukan survei perpanjangan ketika rumah sakit
memberitahu JCI sebelum perubahan atau dalam waktu 15 hari dari perubahan informasi inti
profil rumah sakit, termasuk, namun tidak terbatas pada, sebagai berikut:
o Perubahan kepemilikan dan/atau nama rumah sakit
o Pencabutan atau pembatasan izin operasional, setiap pembatasan atau penutupan layanan
perawatan pasien, sanksi profesi atau sanksi untuk staf lain, atau tindakan lain menurut
hukum dan peraturan yang diberikan oleh otoritas kesehatan terkait
o Peralihan atau perubahan penggunaan bangunan perawatan pasien, pembangunan baru
atau perluasan bangunan perawatan pasien, atau kepemilikan bangunan di lokasi baru di
masyarakat, memperluas jenis dan volume pelayanan perawatan pasien 25 persen atau
lebih dari yang telah dilaporkan di dalam profil rumah sakit, atau tidak dilaporkan
sebagai lokasi perawatan pasien di E-App, atau tidak termasuk dalam ruang lingkup
survei akreditasi sebelumnya
o Perluasan kapasitas rumah sakit yang memang dimaksudkan untuk memberikan
pelayanan tanpa adanya fasilitas baru, telah direnovasi, atau telah diperluas sebesar 25
persen atau lebih, yang dinilai melalui volume pasien, cakupan layanan, atau penilaian
lain yang relevan
o Penambahan atau penghapusan satu atau lebih jenis layanan kesehatan, seperti
penambahan unit dialisis atau penghentian layanan pasien trauma
o Rumah sakit telah bergabung dengan, berkonsolidasi dengan, atau mengakuisisi lokasi,
layanan, atau program yang tidak berakreditasi, dan terdapat standar JCI untuk layanan
atau program tersebut.
Proses Survei
Tujuan Survei
Survei akreditasi dirancang untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap standar JCI berdasarkan
wawancara dengan staf dan pasien serta informasi lisan lainnya;
pengamatan proses penanganan pasien secara langsung;
tinjauan terhadap kebijakan, prosedur, pedoman praktik klinis, rekam medik pasien, catatan
personel, laporan kepatuhan terhadap pemerintah dan/atau peraturan, dan dokumen lain yang
diminta dari rumah sakit;
tinjauan data peningkatan mutu dan keselamatan pasien, penilaian kinerja, dan hasil;
pelaksanaan aktivitas telusur pasien secara individual (yaitu mengevaluasi pengalaman perawatan
pasien melalui proses perawatan di rumah sakit); dan
259
pelaksanaan aktivitas telusur terfokus terhadap sistem atau proses di seluruh organisasi (misalnya,
manajemen obat, pengendalian infeksi, limbah dan bahan berbahaya, atau sistem dan proses
rawan masalah, berisiko tinggi, bervolume tinggi/rendah lainnya.)
Penjadwalan Survei
JCI dan rumah sakit memilih tanggal survei dan mempersiapkan agenda survei secara bersama untuk
memenuhi kebutuhan rumah sakit dan persyaratan untuk survei yang efisien. Untuk mengurangi biaya
perjalanan surveyor, JCI berusaha maksimal untuk mengkoordinasikan penjadwalan survei rumah sakit
lain di suatu negara atau wilayah tertentu.
Tim Survei
Survei dilakukan oleh surveyor internasional yang sangat kompeten. JCI melakukan survei dalam bahasa
Inggris; namun, JCI berusaha keras untuk menggunakan surveyor yang fasih dalam bahasa yang
digunakan di organisasi terkait. Jika surveyor JCI dengan kemampuan bahasa yang sesuai tidak tersedia,
JCI bekerja sama dengan organisasi untuk menunjuk penerjemah yang memenuhi syarat. Tim survei
rumah sakit umumnya terdiri dari dokter, perawat, dan administrator rumah sakit.
Pembatalan Survei
JCI atau rumah sakit dapat membatalkan survei tanpa denda atau ganti rugi jika terdapat peristiwa seperti
bencana alam, perang, terorisme, atau kedaruratan serupa lainnya, atau keadaan lain yang menyebabkan
survei menjadi tidak mungkin dilaksanakan, ilegal, atau tidak masuk akal untuk dijalankan. Pembatalan
karena salah satu alasan yang disebutkan di atas harus dikomunikasikan secara tertulis secepatnya
dimungkinkan. Jika rumah sakit membatalkan survei dalam waktu 30 hari atau kurang sebelum tanggal
dimulainya survei karena alasan lain selain dari yang disebutkan di atas, JCI akan meminta pembayaran 50
persen dari biaya survei sebagai pengganti biaya administrasi JCI dan pembatalan tiket pesawat. Apabila
pihak JCI yang membatalkan survei untuk alasan apapun atau alasan selain dari yang disebutkan di atas,
JCI tidak membebankan biaya apapun kepada organisasi.
Penundaan Survei
Rumah sakit dapat menunda survei yang sudah terjadwal tanpa denda atau ganti rugi bila terjadi satu atau
lebih dari keadaan berikut:
Bencana alam atau peristiwa besar lain yang tidak terduga, yang sepenuhnya atau secara
bermakna mengganggu operasional
Mogok kerja besar yang menyebabkan organisasi harus berhenti menerima pasien, membatalkan
operasi dan/atau prosedur elektif lainnya, dan memindahkan pasien ke rumah sakit lain
Pasien, organisasi, atau keduanya harus berpindah ke bangunan lain selama tanggal survei
terjadwal
260
JCI berhak untuk melakukan survei langsung jika organisasi tetap melakukan pelayanan perawatan pasien
pada keadaan di atas. Proyek renovasi rumah sakit tidak menghalangi JCI untuk melakukan survei
langsung di lokasi.
Pada keadaan yang jarang, JCI dapat, berdasarkan kebijakannya, menyetujui permintaan untuk menunda
survei bagi suatu organisasi dengan keadaan selain yang dijelaskan di atas. Dalam kondisi demikian, JCI
dapat membebankan biaya denda pembatalan perjalanan udara dan administrasi JCI lainnya kepada
organisasi tersebut.
Biaya Survei
Perhitungan Biaya
JCI mencantumkan biaya rata-rata untuk survei rumah sakit penuh di situsnya, baik untuk survei awal
maupun tiga tahunan. JCI mendasarkan biaya survei akreditasi pada beberapa faktor, termasuk volume,
jenis, dan kompleksitas layanan yang disediakan oleh rumah sakit; jumlah lokasi atau area perawatan yang
termasuk dalam survei; dan jumlah surveyor dan lama hari survei yang diperlukan untuk melakukan
evaluasi kepatuhan terhadap standar JCI. Waktu untuk surveyor menyiapkan laporan sudah termasuk
dalam hari survei terhitung. JCI akan membebankan biaya kepada rumah sakit untuk survei lanjutan,
survei terfokus, dan untuk beberapa penundaan atau pembatalan survei dari pihak rumah sakit.
Biaya Perjalanan
Selain biaya survei, rumah sakit bertanggung jawab untuk membayar seluruh biaya perjalanan surveyor.
Biaya tersebut termasuk biaya transportasi (tiket pesawat, kereta api, dan mobil) dan akomodasi hotel serta
makanan yang wajar, termasuk biaya harian yang telah ditentukan untuk makanan dan kebutuhan tidak
terduga.
261
Proses Survei
Metode aktivitas telusur merupakan dasar dari proses survei JCI langsung di lokasi. Dalam metode
aktivitas telusur, surveyor memilih perwakilan pasien dari populasi pasien di rumah sakit dan melakukan
telusur terhadap pengalaman perawatan pasien lewat rumah sakit; dan juga akan melakukan aktivitas
telusur terhadap beberapa sistem dan proses kunci klinis dan manajerial. Aktivitas ini memungkinkan
surveyor untuk menemukan bukti masalah ketidakpatuhan terhadap standar dalam satu atau beberapa
langkah proses perawatan pasien dan manajemen atau di pertemuan antara proses-proses tersebut.
Selain itu, surveyor mewawancara staf secara individual dan di dalam kelompok, mengamati perawatan
pasien, berbicara kepada pasien dan keluarganya, meninjau rekam medik pasien, meninjau catatan
personel, dan meninjau kebijakan dan prosedur dan dokumen lainnya.
Rumah sakit harus mempelajari Panduan Proses Survei Rumah Sakit (Hospital Survey Process Guide)yang diberikan oleh JCI saat rumah sakit sudah mengembalikan kontrak survei yang telah ditandatangani
kepada pihak JCI- untuk deskripsi rinci mengenai apa saja yang terjadi selama survei awal atau tiga
tahunan yang umum, termasuk deskripsi rinci mengenai seluruh aktivitas survei, dokumentasi yang
dibutuhkan, dan sumber daya lainnya.
Surveyor berunding dengan direktur organisasi dan para pimpinan lainnya pada konferensi kepemimpinan
di akhir setiap survei. Selama konferensi ini, para surveyor memberikan informasi awal mengenai temuan
mereka. Penting untuk dicatat bahwa informasi awal apapun bukanlah merupakan keputusan akhir sampai
tinjauan oleh Program Akreditasi JCI selesai.
Jika, selama survei, surveyor menemukan kondisi apapun yang mereka percaya dapat menimbulkan
ancaman serius bagi keselamatan publik atau pasien, mereka akan memberitahu Program Akreditasi JCI.
Dalam situasi demikian, JCI memutuskan apakah akan mempercepat pengeluaran keputusan Penolakan
Akreditasi dan apakah harus memberitahukan otoritas publik terkait.
Laporan Survei
Tim survei menyerahkan konsep laporan mereka mengenai kepatuhan terhadap standar pada wawancara
akhir, dan atas permintaan dari pimpinan rumah sakit akan melaporkan temuan mereka kepada staf rumah
sakit pada konferensi penutupan. Temuan surveyor tidak dianggap final sampai ditinjau oleh staf Program
Akreditasi. Tim survei akan memberitahu rumah sakit bila temuan mereka menunjukkan perlunya survei
lanjutan dalam waktu 120 hari untuk mengumpulkan bukti lebih lanjut yang berkaitan dengan semua
elemen penilaian yang tidak terpenuhi (not met) atau terpenuhi sebagian (partially met). Status
akreditasi tidak dapat ditentukan sampai semua pengumpulan informasi lanjutan diperlukan terkait
kepatuhan telah selesai. Ketika semua informasi kepatuhan dilaporkan ke kantor Program Akreditasi,
rumah sakit akan menerima laporan resmi akhir dalam waktu 10 hari.
262
Keputusan Akreditasi
Keputusan akreditasi JCI ini didasarkan pada apakah pihak rumah sakit memenuhi ketentuan keputusan
akreditasi JCI ini. Komite Akreditasi JCI mempertimbangkan semua informasi dari survei penuh awal atau
tiga tahunan, dan setiap survei lanjutan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
akreditasi. Hasilnya adalah bahwa organisasi memenuhi kriteria untuk akreditasi atau tidak memenuhi
kriteria dan tidak dapat memperoleh akreditasi.
263
Status akreditasi resmi rumah sakit dicatat di situs JCI sebagai Terakreditasi (dan tanggal keputusan
dibuat) atau status Akreditasi Ditarik (dan tanggalnya). JCI mencantumkan status Akreditasi yang Ditarik
di situs JCI selama satu tahun IHSG. Ketika sebuah organisasi menarik diri dari proses akreditasi, JCI
akan mencantumkan hal ini beserta tanggal penarikan di situs. Ketika organisasi mengundurkan diri dari
proses akreditasi, JCI akan mencantumkan hal ini dan tanggal pengunduran diri di situs JCI. Rumah sakit
yang terakreditasi dapat memberikan informasi yang lebih rinci mengenai status akreditasinya, sampai
dengan dan termasuk Laporan Temuan Survei Resmi, kepada siapa saja sesuai keinginan organisasi.
Namun, ketika rumah sakit menyebarkan informasi yang tidak akurat mengenai status proses akreditasi,
JCI berhak untuk mengklarifikasi informasi yang seharusnya dianggap rahasia.
JCI memberikan kepada individu yang mengajukan keluhan, yang memenuhi kriteria untuk diperiksa,
standar yang berlaku yang telah ditinjau;
standar apapun yang disertakan dengan Rekomendasi Perbaikan yang diterbitkan sebagai hasil
peninjauan; dan, jika memungkinkan,
setiap perubahan status akreditasi rumah sakit.
Mempertahankan Akreditasi
Masa Berlaku Penghargaan Akreditasi
Penghargaan akreditasi berlaku selama tiga tahun kecuali dicabut oleh JCI. Penghargaan ini berlaku surut
sejak hari pertama setelah JCI melengkapi survei rumah sakit atau melengkapi survei lanjutan, ketika
survei lanjutan diperlukan. Pada akhir tiga tahun siklus akreditasi rumah sakit, JCI mengevaluasi ulang
rumah sakit untuk perpanjangan penghargaan akreditasi.
264
menjelaskan metodologi untuk mencegah terjadinya kembali suatu tindakan ketidakpatuhan dan
untuk mempertahankan perbaikan dari waktu ke waktu; dan
mengidentifikasi langkah-langkah penilaian yang akan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas
rencana perbaikan.
Rencana Perbaikan Strategis harus menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan rumah sakit
menyebabkan kepatuhan penuh terhadap standar dan elemen penilaian. Rencana Perbaikan Strategis
ditinjau dan disetujui dan diterima oleh staf Kantor Akreditasi JCI setelah Surat Akreditasi atau Sertifikasi
dan Gold Seal (Materai Emas) telah diberikan.
265
Perpanjangan Akreditasi
Program Akreditasi JCI mengingatkan rumah sakit untuk memperbarui E-Appnya sebelum tanggal jatuh
tempo akreditasi tiga tahunan rumah sakit dan memberitahu JCI mengenai keinginannya untuk
mendapatkan akreditasi ulang. Pihak JCI kemudian menjadwalkan survei tersebut, dengan berusaha
266
semaksimal mungkin menyinkronkan tanggal survei berikutnya dengan akhir siklus akreditasi tiga tahunan
sebelumnya. Pihak JCI bekerja sama dengan rumah sakit dan pihak lain yang juga memiliki jadwal survei
di suatu negara atau wilayah untuk menjadwalkan tanggal survei yang sesuai dalam upaya untuk
memaksimalkan sumber daya dan mengurangi biaya perjalanan. Status akreditasi rumah sakit sebelumnya
masih berlaku hingga dua bulan setelah survei akreditasi penuh selanjutnya untuk menyelesaikan setiap
tindak lanjut yang diperlukan.
267
Glosarium
akreditasi penetapan oleh badan akreditasi
sedasi
prosedural
(atau
moderat) (sebelumnya dikenal
sebagai
sedasi
sadar)
sedasi
analysis
(FMEA)
dalam
analgesia
(struktur)
organisasi
Suatu
gambaran grafis dari jabatan dan hubungan
atasan-bawahan dalam suatu organisasi, kadangkadang disebut sebagai organogram atau tabel
organisasi.
bahan dan limbah berbahaya Bahan-
bahan
yang
penanganan,
penggunaan,
dan
penyimpanannya dipandu oleh peraturan lokal,
regional, atau nasional, atau dapat juga
didefinisikan sebagai uap berbahaya, dan sumber
energi yang berbahaya. Meskipun JCI
mengidentifikasi limbah infeksius sebagai bahan
yang masuk dalam kategori ini, tidak semua
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
268
penuh
Kriteria
yang
menunjukkan kesiapan rumah sakit untuk
evaluasi langsung di lokasi secara komprehensif
terhadap semua standar JCI yang terkait,
berdasarkan pada daftar semua layanan klinis
yang saat ini tersedia untuk pasien rawat inap
dan pasien rawat jalan; statistik pemanfaatan
untuk layanan klinis yang menunjukkan tingkat
aktivitas rawat inap dan rawat jalan yang
konsisten dan jenis layanan disediakan untuk
setidaknya empat bulan atau lebih sebelum
pengajuan permohonan elektronik rumah sakit
(E-App); dan semua layanan, unit, serta
departemen rawat inap dan rawat jalan. Lihat
Persyaratan Kelayakan Umum dalam manual ini.
medis
catatan pasien / rekam medis / catatan
klinis Suatu laporan tertulis mengenai berbagai
terapeutik
Seseorang yang
menggunakan dua obat, dari kategori terapeutik
yang sama pada saat yang bersamaan, sementara
sebenarnya tidak perlu demikian.
efek samping Efek farmakologis obat di luar
269
terkait
pelayanan
kesehatan
270
kebijakan
kerahasiaan
mengidentifikasi
peluang-peluang
untuk
perbaikan mutu perawatan; ada bukti bahwa
ukuran yang digunakan berdampak pada
perbaikan dalam hasil dan/atau mutu perawatan.
kesalahan
perawatan
Tingkat
perawatan individu yang terkoordinasi antara
tenaga medis, antara organisasi, dan dari waktu
ke waktu. Juga lihat serah terima.
271
rujukan
(kontrak)
layanan
preventif
Intervensi
untuk
meningkatkan
kesehatan
dan
mencegah
penyakit. Layanan ini mencakup identifikasi dan
konseling
mengenai faktor-faktor
risiko
(misalnya, merokok, kurangnya kegiatan fisik),
tes kesehatan untuk mendeteksi penyakit
(misalnya, kanker payudara, penyakit menular
seksual), imunisasi, dan kemoprofilaksis
(misalnya, terapi pengganti hormon).
layanan rehabilitatif Penggunaan langkah-
limbah berbahaya
limbah medis lihat bahan-bahan dan limbah
berbahaya
lingkup pelayanan Berbagai kegiatan yang
272
multidisiplin
kedokteran/medis.
maksud
informasi
pembuatan,
penggunaan,
pemakaian
bersama
dan
pembuangan data atau informasi dalam rumah
sakit. Praktik ini penting bagi kegiatan
operasional rumah sakit yang efektif dan efisien.
Hal ini mencakup peran manajemen untuk
memproduksi dan mengendalikan penggunaan
data dan informasi dalam kegiatan-kegiatan
kerja, manajemen sumber daya informasi,
teknologi informasi, dan layanan informasi.
manajemen
utilisasi
Perencanaan,
pengelolaan, pengarahan dan pengendalian
sumber daya. Bagaimana rumah sakit
menghubungkan hal ini dengan perawatan
pasien merupakan hal yang penting.
melarikan
diri
Sengaja meninggalkan
organisasi
pelayanan
kesehatan
tanpa
memberitahu organisasi tersebut dan melawan
nasihat medis.
mengukur,
measure)
ukuran
(ed:
B.
Inggris=
obatan
sampel,
obat
herbal,
vitamin,
nutriceutical; obat-obat tanpa resep, vaksin, zat
diagnostik dan agen kontras yang digunakan
pada atau diberikan kepada orang-orang untuk
mendiagnosis, merawat atau mencegah penyakit
maupun kondisi abnormal lainnya; obat-obatan
radioaktif, pengobatan terapi pernapasan; nutrisi
parenteral; darah dan turunannya; serta cairan
infus (biasa, dengan elektrolit dan/atau obat).
observasi Waktu dimana
seorang pasien
diawasi secara ketat oleh pemberi pelayanan.
organisasi kesehatan istilah generik yang
273
Prosedur-prosedur
yang
bertujuan untuk menyelidiki dan/atau menangani
penyakit dan kelainan dalam tubuh manusia
melalui pemotongan, pemindahan, pengubahan,
atau pemasangan alat diagnostik/terapeutik.
pembersihan
JCI,
istilah pemimpin digunakan untuk menunjukkan
bahwa satu atau lebih individu bertanggung
jawab atas ekspektasi yang tercantum di dalam
standar. Istilah pimpinan digunakan untuk
menunjukkan bahwa sekelompok pemimpin
secara kolektif bertanggung jawab atas
ekspektasi yang tercantum di dalam standar.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang
menetapkan
ekspektasi,
mengembangkan
rencana, dan mengimplementasikan prosedur
untuk menilai dan meningkatkan kualitas tata
kelola, manajemen, klinis, dan fungsi dan proses
pendukung organisasi. Para pimpinan yang
dijelaskan dalam standar JCI mencakup
setidaknya para pimpinan dalam badan
kepemimpinan, direktur dan manajer senior
lainnya, pimpinan departemen, para pimpinan
yang terpilih dan yang ditunjuk dari staf medis
dan departemen klinis dan anggota staf medis
lainnya yang memegang jabatan administrasi
organisasi, dan direktur keperawatan dan
pimpinan keperawatan senior lainnya. Juga lihat
tata kelola.
pemulangan Titik di mana keterlibatan aktif
pemantauan
awal
pelamar
untuk
memutuskan
apakah
274
Pengujian analitis
yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi di luar
lingkungan laboratorium, biasanya pada tempat
atau di dekat lokasi perawatan pasien.
peningkatan
mutu
Pendekatan terhadap
studi dan perbaikan proses yang terus-menerus
dari proses penyediaan perawatan kesehatan
dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien dan
lainnya. Sinonimnya antara lain: perbaikan
kualitas secara terus-menerus, perbaikan yang
terus menerus, perbaikan kinerja di tingkat
rumah sakit dan manajemen mutu total.
penyedia terintegrasi (sistem) Organisasi
dan
perundang-undangan
kesehatan
dimana
pengobatan
penyakit
diberikan hanya untuk waktu singkat ketika
serangan penyakitnya singkat tapi parah. Banyak
rumah sakit merupakan fasilitas perawatan akut
yang bertujuan untuk memulangkan pasien
segera setelah pasien dianggap sehat dan stabil,
dengan instruksi pemulangan yang sesuai.
perawatan gizi Intervensi dan konseling
spesialis
275
preventif.
program pemeliharaan peralatan,
rutin Lihat, program pemeliharaan rutin.
program pemeliharaan preventif Evaluasi
program
informasi,
JCI
pemeliharaan
teknologi
preventif
Lihat
program
pemeliharaan, preventif.
program
pemeliharaan
teknologi
informasi, rutin Lihat program pemeliharaan,
prosedur
rutin.
program pemeliharaan teknologi medis
preventif
Lihat program pemeliharaan
preventif.
program pemeliharaan teknologi medis
rutin Lihat program pemeliharaan rutin.
Bagaimana
suatu
pekerjaan
dilaksanakan, biasanya mencakup instruksi
langkah demi langkah. Berbeda dengan proses,
276
rancangan
rangkaian
akreditasi
Suatu
proses
berkesinambungan di mana rumah sakit
diwajibkan untuk menunjukkan kepada JCI
bahwa mereka menyediakan perawatan yang
aman dan bermutu tinggi, seperti yang diatur
dalam persyaratan yang harus dipenuhi dalam
standar JCI dan rekomendasi Sasaran
Internasional Keselamatan Pasien (IPSG).
Komponen utama dari proses ini ialah evaluasi
lapangan di rumah sakit oleh pelaku survei JCI.
proses
pemberian
kewenangan
perawatan
pasien
Tindakan
penyediaan akomodasi, kenyamanan dan
pengobatan untuk seseorang. Hal ini secara tidak
langsung menyatakan tanggung jawab untuk
keselamatan, termasuk pengobatan, layanan,
habilitasi, rehabilitasi, atau program-program
lainnya yang diminta oleh rumah sakit atau
jaringan untuk individu tersebut
protokol Rencana pengobatan atau garis besar
perawatan
Lihat
rencana
perawatan.
perawatan
Pencocokan
kebutuhan individu yang terus menerus dengan
tingkat dan jenis perawatan, tata laksana, serta
layanan yang sesuai dalam suatu organisasi atau
di beberapa organisasi.
rantai
pengelolaan
lingkungan
Dokumen
tertulis
organisasi
yang
menggambarkan proses yang ada untuk
pelaksanaan
di
bidang-bidang
berikut:
keselamatan dan keamanan, bahan berbahaya,
keadaan darurat, pengamanan kebakaran,
teknologi medis, dan sistem utilitas. Rencana ini
mengidentifikasi
prosedur
khusus
yang
menggambarkan
upaya
pengurangan,
kesiapsiagaan, respons dan pemulihan, tindakan,
dan tanggung jawab.
rencana
perawatan
Rencana
yang
mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien,
277
staf
klinis
Orang-orang yang
memberikan perawatan kepada pasien
secara langsung (antara lain, dokter,
dokter gigi, perawat)
staf non-klinis Orang-orang yang
278
pemutusan
kontrak
279
standar,
masalah
perawatan
atau
keselamatan pasien yang serius, masalah
regulasi atau sanksi, atau masalah serius
lainnya dalam suatu rumah sakit yang
terakreditasi atau program bersertifikasi
yang mungkin menempatkan rumah sakit
dalam status Berisiko Untuk Penolakan
Akreditasi.
survei ekstensi JCI dapat melakukan
Pemindahan
tanggung
jawab
perawatan seorang pasien dari (1) satu unit
perawatan ke unit lain, (2) satu pelayanan klinis
ke pelayanan lain, (3) satu dokter yang
kompeten ke dokter yang lain, atau (4) satu
organisasi ke organisasi lain.
traser
280
sumber
utama
Verifikasi
kualifikasi yang dilaporkan untuk seorang
praktisi kesehatan dari sumber asli atau institusi
yang disahkan sumber tersebut. Metode-metode
untuk melaksanakan verifikasi pada sumber
utama kredensial mencakup korespondensi
langsung, verifikasi lewat telepon yang
didokumentasikan, verifikasi elektronik yang
aman dari sumber kualifikasi utama, atau
laporan-laporan
dari
lembaga
verifikasi
kredensial yang memenuhi persyaratan JCI.
281