Anda di halaman 1dari 4

RESUME GUEST LECTURE HOSPITAL ACCREDITATION IN THE UNITED

STATES

AURELLIA SARASWATI | 191221171 IKM 3B

Pada tanggal 27 November 2023, mahasiswa semester 3 Program Studi Kesehatan


Masyarakat memperoleh kesempatan untuk menghadiri kuliah tamu secara daring. Acara
tersebut dipersembahkan oleh Dr. Shyamkumar Sriram, PhD, yang berasal dari College of
Public Health, Universitas Ohio, Amerika Serikat. Fokus utama dari kuliah tamu ini adalah
akreditasi rumah sakit di Amerika Serikat. Akreditasi rumah sakit merujuk pada suatu proses
evaluasi diri dan evaluasi oleh rekan sejawat eksternal yang dilakukan oleh lembaga
pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk mengukur dengan akurat tingkat kinerja
pelayanan mereka sehubungan dengan standar yang telah ditetapkan dan untuk terus
mengembangkan diri. Secara umum, terdapat tiga tujuan akreditasi rumah sakit, yaitu
memastikan indeks kualitas bagi konsumen pelayanan kesehatan, menarik pasien secara
global, serta memberikan jaminan kualitas guna meningkatkan efektivitas, efisiensi,
akuntabilitas, dan keamanan sistem sambil mengurangi kesalahan.

Di Amerika Serikat, akreditasi rumah sakit memiliki beberapa tujuan khusus, seperti menjadi
alat evaluasi bagi rumah sakit, mempertahankan kinerja, mematuhi standar lingkungan, dan
memiliki kemampuan untuk terus berkembang. Selain itu, akreditasi merupakan prasyarat
untuk menerima pembayaran dari program-program seperti Medicare dan Medicaid, yang
mencakup sekitar 60% dari biaya operasional rumah sakit. Dengan demikian, akreditasi
rumah sakit menjadi kunci dalam memastikan kualitas, kepatuhan, dan keberlanjutan
operasional lembaga kesehatan di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, organisasi akreditasi
rumah sakit memiliki peran penting dalam memastikan standar kualitas dan keamanan
pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa badan akreditasi yang diakui, di antaranya adalah
Akreditasi Komisi Gabungan (The Joint Commission (TJC)), Layanan Kesehatan Det Norske
Veritas (DNV), Program Akreditasi Fasilitas Kesehatan (Healthcare Facilities Accreditation
Program (HFAP)), dan Pusat Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan (The Center for
Improvement in Healthcare Quality (CIHQ)). Jika sebuah rumah sakit tidak menggunakan
salah satu dari empat badan akreditasi ini, maka itu harus ditinjau oleh Layanan Kesehatan
dan Kemanusiaan Negara (SHHS).

The Joint Commission (TJC), yang berdiri sejak tahun 1951, merupakan badan akreditasi
independen dan nirlaba yang telah memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan standar
pelayanan kesehatan. Rumah sakit yang diakreditasi oleh TJC diberikan izin untuk
berpartisipasi dalam program Medicaid dan Medicare berdasarkan The Social Security
Amendments of 1965. TJC memiliki lebih dari 250 standar elemen kinerja yang digunakan
untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan. Dengan fokus pada hak dan keamanan pasien,
pengendalian infeksi, manajemen pengobatan, koordinasi perawatan, dan aspek lainnya, TJC
telah menjadi pionir dalam validasi komitmen terhadap keselamatan dan mutu pasien.
Proses akreditasi TJC melibatkan beberapa tahapan, termasuk penilaian dasar, Mock Survey,
peningkatan kualitas, dan landasan filosofi akreditasi. Selama survei akreditasi, rumah sakit
dievaluasi berdasarkan standar yang telah ditetapkan, dan laporan komprehensif diberikan
untuk memandu upaya perbaikan. Langkah-langkah penting dalam rencana peningkatan
berkelanjutan melibatkan analisis data, tinjauan standar akreditasi, identifikasi tujuan
perbaikan, rencana aksi, alokasi sumber daya, pemantauan, keterlibatan pemangku
kepentingan, komunikasi, dokumentasi, tinjau, pelaporan akreditasi, dan ulasan eksternal.

DNV Healthcare, yang menetapkan standar akreditasi rumah sakit dengan pendekatan
sertifikasi berbasis risiko, memberikan alternatif bagi rumah sakit yang mencari metodologi
yang eksklusif. DNV telah disetujui oleh CMS dan menawarkan kerangka kerja yang jelas
untuk peningkatan keselamatan pasien dan kualitas layanan. Melalui tim surveyor yang
menggabungkan pengalaman internasional dan pengetahuan lokal, DNV melakukan
kunjungan setiap tahun untuk mengidentifikasi area perbaikan dan menilai risiko. Secara
umum, akreditasi rumah sakit tidak hanya merupakan pencapaian sekali saja, melainkan
sebuah komitmen untuk menjaga kepatuhan dan melibatkan proses akreditasi ulang selama
survei berikutnya. Persyaratan umum akreditasi rumah sakit mencakup jumlah pasien rawat
inap minimal, kemampuan menyediakan rekam medis, dan persyaratan sumber daya. The
Joint Commission dan DNV, dengan fokus pada keselamatan pasien, manajemen risiko, dan
peningkatan berkelanjutan, mewakili dua pendekatan yang berbeda namun sejalan dalam
memastikan bahwa rumah sakit mematuhi standar tertinggi dalam pelayanan kesehatan di
Amerika Serikat.

Healthcare Facilities Accreditation Program (HFAP) adalah suatu lembaga nirlaba yang
bertujuan untuk mendukung organisasi layanan kesehatan dalam mempertahankan standar
perawatan pasien mereka, serta mematuhi regulasi dan lingkungan layanan kesehatan.
Berkantor pusat di Chicago, HFAP berfungsi sebagai organisasi akreditasi yang memiliki
otoritas yang diberikan oleh Pusat Layanan Medicare dan Medicaid (CMS). HFAP
menawarkan program akreditasi yang melibatkan berbagai jenis fasilitas kesehatan, termasuk
rumah sakit, laboratorium klinis, pusat bedah rawat jalan, kantor berbasis bedah, serta rumah
sakit dengan akses kritis. Selain itu, HFAP juga memberikan akreditasi untuk fasilitas
rehabilitasi kesehatan mental dan fisik, serta memberikan sertifikasi untuk pusat stroke
primer. Didirikan pada tahun 1943 oleh American Osteopathic Association, sebuah organisasi
medis yang mewakili dokter osteopati, HFAP adalah program akreditasi rumah sakit tertua
yang diakui oleh CMS. Sebagai lembaga yang memberikan layanan akreditasi dan sertifikasi
dengan efisiensi, HFAP memiliki standar yang didasarkan pada Ketentuan Partisipasi
Medicare. Pihak yang memperoleh akreditasi dari HFAP dianggap memiliki status sertifikasi
Medicare. Penting untuk dicatat bahwa pada tahun 2020, HFAP bergabung dengan Komisi
Akreditasi untuk Perawatan Kesehatan (ACHC), tetapi tetap beroperasi dengan nama HFAP
sebagai merek dalam entitas yang tergabung dengan ACHC.

Selanjutnya, Center for Improvement in Healthcare Quality (CIHQ) merupakan penyedia


akreditasi khusus untuk rumah sakit, termasuk rumah sakit dengan akses kritis. Sebagai
penyedia status akreditasi, CIHQ menyediakan alat dan dukungan yang diperlukan oleh
rumah sakit untuk berhasil meraih akreditasi. Proses ini dijalankan secara kolegial, penuh
hormat, dan pendidikan, sambil memastikan bahwa layanan disediakan dengan biaya yang
wajar. Akreditasi yang diberikan oleh CIHQ memiliki pengakuan dari perusahaan asuransi
besar seperti Anthem BCBS, Humana, United Healthcare, dan Aetna. CIHQ berkomitmen
untuk membantu rumah sakit dalam meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada
pasien. Dengan pendekatan yang memperhatikan kerjasama, hormat, dan pendidikan, CIHQ
bertujuan untuk memastikan bahwa rumah sakit memenuhi standar tinggi dan memberikan
layanan kesehatan dengan biaya yang wajar, yang diakui oleh pihak asuransi besar di industri
kesehatan.

Proses akreditasi rumah sakit, yang melibatkan biaya tinggi dan memakan waktu, seharusnya
menjadi fokus pemerintah untuk mendapatkan hasil yang positif. Prasyarat yang ditetapkan
oleh pemerintah perlu dikerjakan dengan cermat agar rumah sakit melihatnya sebagai suatu
tujuan yang mendukung peningkatan kualitas dan keamanan layanan, bukan sekadar
kewajiban. Disarankan agar pemerintah memulai program akreditasi sebagai inisiatif
sukarela, terutama di negara-negara berkembang. Dengan pendekatan ini, baik rumah sakit
maupun badan akreditasi memiliki kesempatan untuk secara perlahan meningkatkan
kemampuan dan sumber daya mereka. Langkah ini memberikan ruang bagi peningkatan
secara bertahap dalam jumlah rumah sakit yang mencari akreditasi. Seiring waktu, baik
rumah sakit maupun badan akreditasi dapat mengembangkan keahlian mereka. Setelah
tercapai tingkat kesiapan yang memadai, pemerintah dapat mempertimbangkan untuk
menjadikan akreditasi sebagai suatu kewajiban. Pentingnya sistem akreditasi yang efektif
dapat lebih diperkuat dengan integrasinya dalam reformasi pelayanan kesehatan nasional.
Dengan demikian, proses akreditasi tidak hanya menjadi sebuah persyaratan formal, tetapi
juga menjadi bagian integral dari upaya menyempurnakan sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.

Sistem akreditasi di Amerika Serikat dan Indonesia menunjukkan perbedaan yang signifikan
dalam pendekatan dan orientasinya. Di Amerika Serikat, sistem akreditasi lebih berorientasi
pada keuntungan (profit-oriented), sementara di Indonesia, fokusnya masih lebih pada
keterlibatan pemerintah dengan adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Di
Amerika Serikat, pendekatan profit-oriented menjadi ciri khas sistem akreditasi. Ini
mencerminkan adopsi prinsip-prinsip ekonomi pasar dalam penyediaan layanan kesehatan.
Dalam kerangka ini, badan akreditasi biasanya dioperasikan secara independen dan mencari
keuntungan, memberikan layanan akreditasi kepada lembaga kesehatan yang bersedia
membayar untuk memperoleh sertifikasi tinggi. Hal ini menciptakan dinamika di mana
penyedia layanan kesehatan bersaing untuk mendapatkan akreditasi yang dapat meningkatkan
citra mereka di mata konsumen dan memungkinkan mereka menarik lebih banyak pasien.
Sementara itu, di Indonesia, sistem akreditasi masih lebih terkait dengan peran pemerintah
melalui BPJS. BPJS sebagai badan penyelenggara jaminan sosial di Indonesia memainkan
peran sentral dalam mengatur dan mengawasi penyelenggaraan layanan kesehatan. Akreditasi
di Indonesia tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan standar dan kualitas pelayanan,
tetapi juga menjadi instrumen pengelolaan dan pengawasan yang dikelola oleh pemerintah.
Fokus pada pemerintahan dalam sistem ini mencerminkan peran negara yang lebih besar
dalam mengelola dan mengarahkan sektor kesehatan. Perbedaan pendekatan ini juga
mencerminkan perbedaan dalam nilai dan prinsip yang mendasari sistem kesehatan
masing-masing negara. Di Amerika Serikat, pendekatan yang lebih berorientasi pada
keuntungan mencerminkan nilai-nilai pasar dan kompetisi yang kuat. Di sisi lain, di
Indonesia, fokus pada pemerintah mencerminkan kebijakan kesehatan yang lebih terpusat dan
kepedulian terhadap aspek inklusifitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan bagi seluruh
masyarakat. Dalam konteks globalisasi dan keragaman sistem kesehatan, pemahaman
perbedaan ini memberikan wawasan tentang bagaimana nilai dan struktur mendasari sistem
kesehatan dapat membentuk pendekatan akreditasi yang berbeda di setiap negara.

Anda mungkin juga menyukai