dan Empati
/ 102013004
/ 102013009
/ 102013085
/ 102013158
/ 102013166
/ 102013246
/ 102013274
/ 102013329
/ 102013408
/ 102013422
/ 102013535
C1
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
KRIDA WACANA
Jalan Arjuna Utara No.6
Jakarta 11510
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku secara keseluruhan baik
secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media.(1)
2.1.1
Fungsi
a) Membentuk konsep diri: Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa
diri kita, dan itu hanya dapat kita peroleh dari informasi yang diberikan orang
lain kepada kita. Kita sadar kita adalah manusia karena orang-orang sekitar
menujukkan bahwa kita adalah manusia. Kita mungkin tidak akan sadar kita
laki-laki atau perempuan jika kita tidak pernah berkomunikasi dengan orang
lain. Kita dapat mencintai, mempercayai, menggangap kita cerdas apabila kita
dicintai, dipercayai, dan dianggap cerdas. Kita akan menganggap diri kita
tampan atau cantik bila orang sekitar mengatakan hal demikian.(2)
b) Pernyataan eksistensi-diri: Orang berkomunikasi untuk menujukkan dirinya
eksis. Ini yang disebut aktualisasi-diri atau pernyataan eksistensi-diri. Saya
berbicara, maka saya ada (Rene Descartes, 1610). Bila kita berdiam diri,
orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak ada. Namun ketika
kita berbicara, kita sebenarnya menyatakan kalau kita ada. (2)
c) Untuk
kelangsungan
hidup,
memupuk
hubungan,
dan
memperoleh
f)
2.1.2
Bentuk
a) Komunikasi verbal: Komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan
maupun tulisan. Melalui kata-kata, manusia mengungkapkan perasaan, emosi,
pemikiran, gagasan, atau maksud, menyampaikan fakta, data, dan informasi
serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling
berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal, bahasa memegang
peranan penting.(1)
terpenting adalah dimengertinya pesan dengan benar oleh komunikan dan komunikator
memperoleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya telah dimengerti oleh
komunikan (komunikasi dua arah).(3)
Manfaat utama dari komunikasi yang efektif adalah agar tersampaikannya gagasan,
pemikiran, atau pesan seseorang kepada orang lain dengan jelas dan sesuai dengan yang
dimaksudkan agar dapat menghindari terjadinya salah tafsir / persepsi yang berbeda.(3)
2.2.1
Hambatan
tersebut
dapat
berupa
perbedaan
persepsi,
c) Komunikasi yang berlangsung dua arah, menggunakan bahasa yang baik dan
mudah dimengerti, situasi yang nyaman dan kondusif, saling menghargai dan
tidak otoriter, serta mau mendengarkan pendapat dan saran dari komunikan.(3)
2.2.2
Verbal
a) Jelas dan ringkas: Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek, dan
langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil kemungkinan
terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan bicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas, serta dengan penggunaan contoh. Ulang
bagian yang penting dari pesan yang disampaikan.(4)
2.2.3
Nonverbal
a) Penampilan fisik: Penampilan merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan
selama
komunikasi
interpersonal.
Seseorang
yang
2.3 Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain
pada saat tertentu, dari sudut pandang dan perspektif orang tersebut.(5)
Empati adalah kemampuan kita dalam menyelami perasaan orang lain tanpa harus
tenggelam di dalamnya (Ubaydillah, 2005). Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang
juga berempati terhadap sesama manusia, komunikasi yang menunjukkan adanya saling
pengertian antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini menciptakan interaksi
yang membuat satu pihak memahami sudut pandang pihak lainnya.(3)
2.3.1
e) Sikap awas pada isyarat permintaan pilihan atau saran: Sikap ini
memperlihatkan adanya dukungan atau bantuan yang bisa diharapkan
komunikan dari komunikator.(3)
2.3.2
suatu
usaha
kita
untuk
melakukan
evaluasi
diri
sekaligus
mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan melihat diri orang lain
baik perasaan, pikiran, maupun perilakunya merupakan bagian dari bagaimana
kita merefleksikan keadaan tersebut dalam diri kita.(5)
2.4.1
a) Kader: Kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu
lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer,
yang berfungsi sebagai 'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok
organisasi tersebut
b) Posyandu: Kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu dimulai
terutama untuk melayani balita (imunisasi, timbang berat badan) dan orang
lanjut usia (Posyandu Lansia). Posyandu juga memberikan panduan kesehatan
bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu, Posyandu juga memberi vaksinasi
dan makanan suplemen kepada bayi dan balita, serta menjadi media deteksi
dini kasus-kasus malnutrisi dan kekurangan gizi pada bayi dan balita.
c) Keren: tampak gagah dan tangkas, perlente (berpakaian bagus, berdandan rapi,
dsb).
2.4.2
Rumusan Masalah
a)
b)
2.4.3
Analisis Masalah
2.4.4
Hipotesis
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menggunakan bahasa dan metode
yang tepat yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan lingkungan kader
posyandu.
2.4.5
a)
Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami komunikasi yang efektif.
b) Mahasiswa mampu menggunakan bahasa dan metode yang tepat dalam
berkomunikasi.
c)
d)
2.4.6
Pembahasan
b) Pada presentasi itu ibu tersebut akan menggunakan bahasa yang rumit. Ini juga
merupakan komunikasi yang tidak efektif karena kader posyandu memiliki
latar belakang pendidikan yang berbeda dengan ibu tersebut yang bergelar
Master. Kader posyandu tidak akan mengerti isi dari presentasi tersebut
apabila memakai bahasa-bahasa yang rumit sehingga kader posyandu tidak
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
c) Ibu itu pun memakai bahasa yang rumit agar terlihat pintar dan keren. Ini juga
merupakan komunikasi yang tidak efektif karena ibu posyandu tersebut lupa
dengan tujuan awalnya dalam melakukan presentasi. Presentasi diperuntukkan
untuk para kader posyandu agar mereka mengerti akan tugas mereka sebagai
kader posyandu bukan agar ibu tersebut tampak keren. Apabila ibu tersebut
melakukkan presentasi untuk dirinya, maka tugas posyandu ke depannya akan
terbengkalai.
d) Ibu ini pun tidak melakukan komunikasi yang berempati. Empati berarti ibu
tersebut memposisikan dirinya sebagai kader-kader posyandu yang berasal
dari berbagai macam latar belakang pendidikan, fisik, sosial, dan budaya.
Dengan berempati ibu tersebut seharusnya memberikan presentasi yang cocok
dengan semua kader dan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh
semua kader posyandu, bukan dengan menampilkan bahasa yang rumit agar
terlihat keren atau pintar. Ibu tersebut pun harusnya mengganti metode
penyampaian dengan lebih tepat agar komunikasi dapat berjalan dengan dua
arah, dimana ibu itu dapat menerima masukan dari kader-kader posyandu yang
mungkin lebih mengenal daerah tersebut dan orang-orang di sekitar posyandu.
Kader-kader posyandu pun dapat lebih leluasa untuk bertanya apabila ada halhal yang kurang dimengerti.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi yang efektif dan berempati adalah komunikasi yang berlangsung dua arah,
menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, situasi yang nyaman dan kondusif,
saling menghargai dan tidak otoriter, mau mendengarkan pendapat dan saran dari komunikan,
serta adanya saling pengertian antara komunikator dengan komunikan sehingga membuat
satu pihak memahami sudut pandang pihak lainnya.
Pada skenario di atas, ibu pembina posyandu tidak melakukan komunikasi yang efektif
dan berempati.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
(2) Mulyana, Deddy. 2009. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
(3) Yani, Sulis. 2012. Komunikasi Efektif, Empatik, dan Persuasif. Malang: Bayu Media.
(4) Christina, dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
(5) Muryono, Sigit. 2011. Empati, Penalaran Moral dan Pola Asuh: Telaah Bimbingan