LP Hidrosefalus
LP Hidrosefalus
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan
dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih
ventrikel atau ruang subarachnoid.
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi
dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut
higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi
pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Selain itu beberapa lesi
intrakranial menyebabkan peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus.
Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral.
Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh tiga faktor:
a. peninggian tekanan intraventrikuler
b. penambahan volume CSS
c. dilatasi rongga CSS.
Tahap ke I
Pembentukan ultrafiltrat plasma oleh tekanan hidrostatika, melalui celah endotel kapiler
koroid di dalam stroma jaringan ikat di bawah epitel vili.
Tahap ke II; perubahan ultrafiltrat plasma ke dalam bentuk sekresi oleh proses metabolisme
aktif di dalam epitel khoroid. Mekanisme dari proses ini belum diketahui secara pasti, tetapi
diduga merupakan aktivasi pompa Na-K-ATPase dengan bantuan enzim karbonik anhidrase.
Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-0,5% volume total per menit dan
ada yang menyebut 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi
pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumlah total CSS
berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150cc pada orang dewasa.
Pada hakekatnya susunan CSS sama seperti cairan interselular otak, ventrikel dan ruang
subarakhnoid. CSS setelah diproduksi oleh pleksus khoroideus pada ventrikel lateralis akan
mengalir ke ventrikel III melalui foramen Monroe. Selanjutnya melalui akuaduktus serebri
(Sylvius) menuju ventrikel IV. Dari ventrikel IV sebagian besar CSS dialirkan melalui foramen
Luschka dan Magendie menuju ruang subarakhnoid, setinggi medulla oblongata dan hanya
sebagian kecil CSS yang menuju kanalis sentralis. Dalam ruang subarakhnoid CSS selanjutnya
menyebar ke segala arah untuk mengisi ruang subarakhnoid, serebral maupun spinal.
Absorpsi CSS dilakukan oleh vili-vili arakhnoid yang jumlahnya sangat banyak pada permukaan
hemisferium serebri, basis serebri dan sekeliling radiks nervi spinalis
HIDROSEFALUS
A. Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah
penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau
akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang
subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
B. Epidemiologi
Banyak jenis hidrosefalus dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya disertai oleh gangguan
perkembangan lainnya, seperti malformasi Chiari, spina bifida, atau meningo(mielo)kel, dan
lain-lain. Prevalensi hidrosefalus pada tiga bulan pertama kehidupan postnatal adalah 0.1-0.4%
C. Etiologi
Penyebab hidrosefalus masih tidak dapat dimengerti. Hidrosefalus dapat terjadi sebagai akibat
dari abnormalitas genetik (seperti defek genetik penyebab stenosis aqueductal) atau gangguan
perkembangan (contohnya neural defek termasuk spina bifida dan encephalocele).
Kemungkinan lainnya termasuk komplikasi kelahiran premature seperti perdarahan
intraventricular, penyakit meningitis, tumor, trauma kepala, atau perdarahan subarachnoid,
yang dapat menyumbat aliran keluar cairan serebrospinal dari ventrikel-ventrikel ke sisterna
atau mempersulit aliran tersebut
D. Patofisiologi
pada fase awal. Abnormalitas klinis dan histologist yang disebabkan oleh hidrosefalus hanya
dapat berkurang jika tekanan intraventrikel dikembalikan ke keadaan normal secepat mungkin.
F. Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Dinamik.
Hidrosefalus dikatakan aktif jika tekanan intraventrikular terus menerus meningkat. Ada dua tipe
hidrosefalus aktif. Pada hidrosefalus aktif terkompensasi, ukuran ventrikel serta tanda dan
keluhan pasien tetap konstan seiring perjalanan waktu; pada hidrosefalus aktif tidak terkontrol,
kondisi pasien memburuk, sedangkan ventrikel terus membesar. Hidrosefalus aktif tidak sama
dengan hidrosefalus bertekanan normal, yaitu tekanan LCS hanya meningkat secara intermiten.
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1. Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
a. Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang
mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan
disebabkan oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran dan
lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus adalah sindrom
Dandy-Walker, Atresia foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang
(Eksudat, infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam
sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).
b. Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan
(Gangguan diluar sistem ventrikel).
Radang meningeal
Kongenital :
Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
Gangguan pembentukan villi arachnoid
Papilloma plexus choroideus
2. Berdasarkan Etiologinya
a. Kongenital
1) Stenosis akuaduktus serebri
kehidupan
fetal;
stenosis
kongenital
sejati
adalah
sangat
jarang.
mengobati
hidrosefalus
yang
berhubungan
dengan
tumor
adalah
dari perdarahan subarachnoid, trauma kepala, infeksi, tumor, atau komplikasi pembedahan.
Namun, hidrosefalus jenis ini dapat terjadi walau tanpa memiliki faktor-faktor resiko dengan
etiologi yang tidak diketahui.
Pada dewasa dapat timbul hidrosefalus tekanan normal akibat dari:
a) Perdarahan subarachnoid
b) Meningitis
c) Trauma kepala
d) Idiopathic.
Dengan trias gejala:
a) Gangguan mental (dementia)
b) Gangguan koordinasi (ataksia)
c) Gangguan kencing (inkontinentia urin)
Hidrosefalus ex-vacuo terjadi saat stroke atau trauma yang menyebabkan kerusakan otak.
Dalamkeadaan ini, jaringan otak dapat mengkerut.
G. Manifestasi Klinis
Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya ukuran lingkar kepala
anakdibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar kepala terus bertambah besar, suturasutura melebar demikian juga fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang.
Beberapa penderita hidrosefalus congenital dengan ukuran kepala yang besar saat dilahirkan
sehingga sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa kasus memerlukan operasi
seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe ini dilahirkan dengan
ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan secara cepat terjadi perubahan
proporsi ukuran kepalanya. Akibat penonjolan lobusfrontalis, bentuk kepala cenderung menjadi
brakhisefalik, kecuali pada sindrom Dandy-Walker dimana kepala cenderung berbentuk
dolikhosefalik, karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior. Sering
dijumpai adanya Setting Sun Appearance/ Sign, yaitu adanya retraksi dari kelopak mata dan
sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah dari isi ruang orbita, serta
gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti matahari terbenam. Kulit
kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan. Pada perkusi kepala
anak akan terdengar suara cracked pot, berupa seperti suara kaca retak. Selain itu juga dijumpai
gejala-gejala lain seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental,
kegagalan untuktumbuh secara optimal. Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai
adanya papil edema, tapi pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur.
Secara pelan sikap tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai.
Gerakan anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangatsulit dan mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit
yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
6. CT scan kepala
a. Pada hidrosefalus obstruktif
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya
penurunan densitas olehkarena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
b. Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistemventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
Keuntungan CT scan :
a. Gambaran lebih jelas
b. Non traumatik
c. Meramal prognose
d. Penyebab hidrosefalus dapat diduga
7. USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG
pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan
sistemventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem ventrikelsecara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT scan.
J. Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan
daripleksus khoroid atau upay meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang
tidak gawat,terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada. Obat
yang seringdigunakan adalah :
a. Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai
maksimal 1.200 mg/hari
b. FurosemidCara pemberian dan dosis; Per oral; 1,2mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari.
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi
2. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum
diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS
secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih
mudah.
Kraniosinostosis
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada Gangguan Hidrocephalus
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data demografi
1) Nama
2) Usia : Kebanyakan terjadi pada anak-anak pada usia infant
3) Jenis Kelamin : Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki laki
4) Suku/ bangsa
5) Agama
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Alamat
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang berhubungan dengan kelahiran
prematur
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
2. Pengkajian persistem
B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi
B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat
pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer,
strabismus, tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes, kejang
B4 (Bladder) : Oliguria
B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan
B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Dari riwayat pertumbuhan dan perkembangan ini, kami mengambil kasus pada anak yang
antara 0-3 bulan.
No
Bayi Normal
1
Mengangkat kepala setinggi 450
Bayi Hidrosefalus
Sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke
5
6
7
8
B. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi cairan
serebrospinal.
Tujuan: Tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria Hasil:
Kesadaran Komposmetis
TTV normal
Intervensi Rasional :
a. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah, lethargi, lelah,
apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer strabismus,
Perubahan pupil)
b. Pantau terus tingkat kesadaran anak
c. Pantau terus adanya perubahan TTV
d. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pembedahan, untuk mengurangi
peningkatan TIK
1) Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
2) Penurunan keasadaran menandakakan adanya peningkatan TIK
3) Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan aliran oksigen ke otak
4) Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan cairan cerebrospinal berkurang,
sehingga TIK menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus oksipitalis dan tidak
terjadi pembesaran pada kepala
Intervensi Rasional
a. Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
1) Membantu ADL pasien
2) Membantu orientasi tempat
3) Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll dipasang
agar tidak cedera )
b. Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu
1) Ketidakmampuan dalam penglihatan tidak bertambah parah, klien tidak mengalami
disorientasi tempat, Klien merasa nyaman dan aman
2) Klien tidak banyak bergantung pada orang lain
3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
a. Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
b. Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
c. Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
d. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti 1.
Keluarga dapat mengemukakan perasaannya sehinnga perasaan orang tua dapat lebih
lega
e.
Pengetahuan orang tua bertambah mengenai penyakit yang di derita oleh anaknya
sehinnga kecemasan orang tua dapat berkurang
f.
g. Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi
4.
Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
a. Posisikan klien posisi semifowler
b. Pemberian oksigen
c.
d.
Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan
warna kulit )
b. Lakukan rawat luka
c. Pantau asupan nutrisi
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
1) Mengetahui penyebab terjadinya infeksi
2) Mencegah timbulnya ifeksi
3)