Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan
dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih
ventrikel atau ruang subarachnoid.
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi
dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut
higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi
pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Selain itu beberapa lesi
intrakranial menyebabkan peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus.
Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral.
Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh tiga faktor:
a. peninggian tekanan intraventrikuler
b. penambahan volume CSS
c. dilatasi rongga CSS.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


A. Anatomi
Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu bangunan-bangunan dimana CSS
berada.
Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis
1. Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel lateralis berhubungan
dengan ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis (Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus dengan adhesio
interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke anterior,
dan recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal. Ventrikel III berhubungan
dengan ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri)
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara cerebellum dan medulla
serta membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-masing recessus
berakhir pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medulla
reanterior terdapat apertura mediana Magendie.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang korda spinalis,
dilapisi sel-sel ependimal. Melanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia membuka ke
dalam ventrikel IV.
B. Fisiologi Cairan Serebrospinal (CSS)
Sebagian besar (80-90%) CSS dihasilkan oleh pleksus khoroidalis pada ventrikel lateralis
sedangkansisanya (10-20%) di ventrikel III, ventrikel IV, juga melalui difusi pembuluhpembuluh ependim dan piamater. Proses pembentukan CSS melalui dua tahap, yaitu:

Tahap ke I
Pembentukan ultrafiltrat plasma oleh tekanan hidrostatika, melalui celah endotel kapiler
koroid di dalam stroma jaringan ikat di bawah epitel vili.
Tahap ke II; perubahan ultrafiltrat plasma ke dalam bentuk sekresi oleh proses metabolisme
aktif di dalam epitel khoroid. Mekanisme dari proses ini belum diketahui secara pasti, tetapi
diduga merupakan aktivasi pompa Na-K-ATPase dengan bantuan enzim karbonik anhidrase.

Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-0,5% volume total per menit dan
ada yang menyebut 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi
pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumlah total CSS
berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150cc pada orang dewasa.

Pada hakekatnya susunan CSS sama seperti cairan interselular otak, ventrikel dan ruang
subarakhnoid. CSS setelah diproduksi oleh pleksus khoroideus pada ventrikel lateralis akan
mengalir ke ventrikel III melalui foramen Monroe. Selanjutnya melalui akuaduktus serebri
(Sylvius) menuju ventrikel IV. Dari ventrikel IV sebagian besar CSS dialirkan melalui foramen
Luschka dan Magendie menuju ruang subarakhnoid, setinggi medulla oblongata dan hanya
sebagian kecil CSS yang menuju kanalis sentralis. Dalam ruang subarakhnoid CSS selanjutnya
menyebar ke segala arah untuk mengisi ruang subarakhnoid, serebral maupun spinal.
Absorpsi CSS dilakukan oleh vili-vili arakhnoid yang jumlahnya sangat banyak pada permukaan
hemisferium serebri, basis serebri dan sekeliling radiks nervi spinalis

HIDROSEFALUS

A. Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah
penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau
akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang
subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
B. Epidemiologi
Banyak jenis hidrosefalus dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya disertai oleh gangguan
perkembangan lainnya, seperti malformasi Chiari, spina bifida, atau meningo(mielo)kel, dan
lain-lain. Prevalensi hidrosefalus pada tiga bulan pertama kehidupan postnatal adalah 0.1-0.4%
C. Etiologi
Penyebab hidrosefalus masih tidak dapat dimengerti. Hidrosefalus dapat terjadi sebagai akibat
dari abnormalitas genetik (seperti defek genetik penyebab stenosis aqueductal) atau gangguan
perkembangan (contohnya neural defek termasuk spina bifida dan encephalocele).
Kemungkinan lainnya termasuk komplikasi kelahiran premature seperti perdarahan
intraventricular, penyakit meningitis, tumor, trauma kepala, atau perdarahan subarachnoid,
yang dapat menyumbat aliran keluar cairan serebrospinal dari ventrikel-ventrikel ke sisterna
atau mempersulit aliran tersebut

D. Patofisiologi

Gangguan sirkulasi cairan serebrospinal-hidrosefalus


Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi dan
gangguansirkulasi CSS. Adapun keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan terjadinya
ketidak seimbangan tersebut adalah:
1. Disgenesis serebri
46% hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan yang terbanyak adalah
malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral akibat kegagalan dalam proses
pembentukan otak dapat menyebabkan penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak
terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjadi
akibat kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri.
2. Produksi CSS yang berlebihan
Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering adalah
papiloma pleksus khoroideus, hidrosefalus jenis ini dapat disembuhkan.
3. Obstruksi aliran CSS
Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam kategori ini. Obstruksi dapat terjadi di
dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi dapat disebabkan beberapa kelainan
seperti: perdarahan subarakhnoid, post trauma, atau meningitis, dimana pada kedua
proses tersebut terjadiinflamasi dan eksudasi yang mengakibatkan sumbatan pada
akuaduktus Sylvius atau foraminapada ventrikel IV. Sisterna basalis juga dapat tersumbat
oleh proses arakhnoiditis yang mengakibatkan hambatan dari aliran CSS. Tumor fossa
posterior juga dapat menekan dari arah belakang yang mengakibatkan arteri basiliaris
dapat menimbulkan obstruksi secara intermiten, dimana obstruksi tersebut berhubungan
dengan pulsasi arteri yang bersangkutan.
4. Absorpsi CSS berkurang
Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorpsi CSS, selanjutnya
terjadi penimbunan CSS. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan kejadian tersebut
adalah:
a. Post meningitis
b. Post perdarahan subarakhnoid
c. Kadar protein CSS yang sangat tinggi
5. Akibat atrofi serebri
Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul penimbunan CSS
yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi tersebut

E. Aspek umum pathogenesis.


Banyak penyakit menyebabkan ketidak seimbangan produksi dan resorpsi LCS. Jika LCS
dihasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit diresorpsi, sistem vestrikuler menjadi membesar
(hidrosefalus). Peningkatan tekanan LCS di ventrikel menyebabkan pergeseran, dan akhirnya
atrofi, substasia alba periventrikularis, sedangkan substantia grisea tidak terpengaruh, setidaknya

pada fase awal. Abnormalitas klinis dan histologist yang disebabkan oleh hidrosefalus hanya
dapat berkurang jika tekanan intraventrikel dikembalikan ke keadaan normal secepat mungkin.
F. Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Dinamik.
Hidrosefalus dikatakan aktif jika tekanan intraventrikular terus menerus meningkat. Ada dua tipe
hidrosefalus aktif. Pada hidrosefalus aktif terkompensasi, ukuran ventrikel serta tanda dan
keluhan pasien tetap konstan seiring perjalanan waktu; pada hidrosefalus aktif tidak terkontrol,
kondisi pasien memburuk, sedangkan ventrikel terus membesar. Hidrosefalus aktif tidak sama
dengan hidrosefalus bertekanan normal, yaitu tekanan LCS hanya meningkat secara intermiten.
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1. Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
a. Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang
mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan
disebabkan oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran dan
lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus adalah sindrom
Dandy-Walker, Atresia foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang
(Eksudat, infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam
sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).
b. Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan
(Gangguan diluar sistem ventrikel).

Perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu menimbulkan


blokade villiarachnoid.

Radang meningeal

Kongenital :
Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
Gangguan pembentukan villi arachnoid
Papilloma plexus choroideus

2. Berdasarkan Etiologinya
a. Kongenital
1) Stenosis akuaduktus serebri

Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau perdarahan


selama

kehidupan

fetal;

stenosis

kongenital

sejati

adalah

sangat

jarang.

(Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).


2) Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya
tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia
vermis serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara
dilatasi ventrikelIV dan rongga subarachnoid yang tidak adekuat; dan hal ini dapat
tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam 3 bulan pertama.
Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis
korpus kalosum,abiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
3) Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak dan
cerebelum mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar menuju
canalis spinalis.
4) Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak dapat
dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen
mengalir di atas akuaduktus Sylvii menggembung dan membentuk kantong
aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
5) Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong CSS.
b. Didapat (Acquired)
1) Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis, menyebabkan radang pada selaput (meningen) di
sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari
infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui
akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi
arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis
meliputi demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk.
Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang.
Dapat diobati dengan antibiotik dosis tinggi.
2) Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
3) Hematoma intraventrikuler

Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir


dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan
hidrosefalus berkembang disebabkan oleh penyumbatan atau penurunan kemampuan
otak untuk menyerap CSS.
4) Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70% tumor
initerjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor
otakyangdapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus
yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus (termasuk papiloma dan
carsinoma). Tumor yangberada di bagian belakang otak sebagian besar akan
menyumbat aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik
untuk

mengobati

hidrosefalus

yang

berhubungan

dengan

tumor

adalah

menghilangkan tumor penyebab sumbatan.


5) Abses/granuloma
6) Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista
arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran
arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel
otakatau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan
hidrosefalus nonkomunikans dengan cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel
khususnya ventrikel III Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat
menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada
tempat yang tidak dapat dioperasi(dekat batang otak), dokter dapat memasang shunt
untuk mengalirkan cairan agar bisadiserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan
kista dan melindungi batang otak.
3. Berdasarkan Usia
a. Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
b. Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
Selain pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis
Hidrosefalus Tekanan Normal; sesuai konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk tanda dan
gejala peninggian TIK, seperti kepala yang besar dengan penonjolan fontanel. Akhir-akhir ini,
dilaporkan temuan klinis hidrosefalus yang tidak bersamaan dengan peninggian TIK.
Seseorang bisa didiagnosa mengalami hidrosefalustekanan normal jika ventrikel otaknya
mengalami pembesaran, tetapi hanya sedikit atau tidak ada peningkatan tekanan dalam
ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien usia lanjut, dan sebagian besar disebabkan aliran CSS
yang terganggu dan compliance otak yang tidak normal. Hal ini dapat terjadi sebagai hasil

dari perdarahan subarachnoid, trauma kepala, infeksi, tumor, atau komplikasi pembedahan.
Namun, hidrosefalus jenis ini dapat terjadi walau tanpa memiliki faktor-faktor resiko dengan
etiologi yang tidak diketahui.
Pada dewasa dapat timbul hidrosefalus tekanan normal akibat dari:
a) Perdarahan subarachnoid
b) Meningitis
c) Trauma kepala
d) Idiopathic.
Dengan trias gejala:
a) Gangguan mental (dementia)
b) Gangguan koordinasi (ataksia)
c) Gangguan kencing (inkontinentia urin)
Hidrosefalus ex-vacuo terjadi saat stroke atau trauma yang menyebabkan kerusakan otak.
Dalamkeadaan ini, jaringan otak dapat mengkerut.
G. Manifestasi Klinis
Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya ukuran lingkar kepala
anakdibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar kepala terus bertambah besar, suturasutura melebar demikian juga fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang.
Beberapa penderita hidrosefalus congenital dengan ukuran kepala yang besar saat dilahirkan
sehingga sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa kasus memerlukan operasi
seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe ini dilahirkan dengan
ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan secara cepat terjadi perubahan
proporsi ukuran kepalanya. Akibat penonjolan lobusfrontalis, bentuk kepala cenderung menjadi
brakhisefalik, kecuali pada sindrom Dandy-Walker dimana kepala cenderung berbentuk
dolikhosefalik, karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior. Sering
dijumpai adanya Setting Sun Appearance/ Sign, yaitu adanya retraksi dari kelopak mata dan
sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah dari isi ruang orbita, serta
gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti matahari terbenam. Kulit
kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan. Pada perkusi kepala
anak akan terdengar suara cracked pot, berupa seperti suara kaca retak. Selain itu juga dijumpai
gejala-gejala lain seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental,
kegagalan untuktumbuh secara optimal. Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai
adanya papil edema, tapi pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur.

Secara pelan sikap tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai.
Gerakan anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.

H. Manifestasi pada dewasa.


Pada anak denan sutura yang tertutup, dan pada dewasa hidrosefalus timbul dengan manifestasi
hipertensi intracranial, yang meliputi sakit kepala, mual dan muntah (terutama muntah-muntah
pagi hari dan muntah proyektil), dan tanda-tanda iritasi meningeal, antara lain kaku kuduk, head
tilt, opistotonus, dan fotofobia. Ketika kondisi berlanjut, manifestasi lain dapat meliputi fatigue,
penurunan kognitif, gaya berjalan tidak seimbang, deficit saraf kranial (terutama kelumpuhan
nervus abdusens), sindrom Parinaud, papiledema, dan gangguan kesadaran.
I. Diagnosa
1. Gejala klinis
2. Foto kepala, didapatkan
a. Tulang tipis
b. Disproporsi kraniofasial
c. Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a) Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
b) Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgenkepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
3. Transiluminasi; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm,
oksipital 1cm
4. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel/ punksi fontanela mayor.
Menentukan
a. Tekanan
b. Jumlah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
c. Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan.
d. Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan antibiotik.
5. Ventrikulografi; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel.Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras

dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau

oksipitalis. Ventrikulografi ini sangatsulit dan mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit
yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

6. CT scan kepala
a. Pada hidrosefalus obstruktif

CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari

ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya
penurunan densitas olehkarena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
b. Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistemventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
Keuntungan CT scan :
a. Gambaran lebih jelas
b. Non traumatik
c. Meramal prognose
d. Penyebab hidrosefalus dapat diduga
7. USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG
pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan
sistemventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem ventrikelsecara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT scan.

J. Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan
daripleksus khoroid atau upay meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang
tidak gawat,terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada. Obat
yang seringdigunakan adalah :
a. Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai
maksimal 1.200 mg/hari
b. FurosemidCara pemberian dan dosis; Per oral; 1,2mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari.
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi
2. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum
diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS
secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih
mudah.

Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada hidrosefalus


yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-intraventrikular dan meningitis
TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan
atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending herniation)
Cara:
a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4 dan
CSSdibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap LP CSS
dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP
diperjarang (2-3hari).
d. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.
e. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3 minggu
berturut-turut.
f.

Tindakan ini dianggap gagal jika :


-

Dilatasi ventrikel menetap

Cortical mantel makin tipis

Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks

Dilatasi ventrikel yang progresif

Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi hipoproteinemia dan gangguan


elektrolit
3. Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang
menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2g/kgBB/hari yang diberikan
dalam jangka waktu 10-30 menit
a. Third Ventrikulostomi/ Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan
endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir
keluar.
b. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
a) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara. Misalnya:
pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
b) Internal.
1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.

a) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)


b) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
c) Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
d) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
e) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
f) Ventrikulo - Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
2) Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan
operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Komplikasi Shunting
a. Infeksi
b. Hematoma subdural
c. Obstruksi
d. Keadaan CSS yang rendah
e. Asites
f.

Kraniosinostosis

ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada Gangguan Hidrocephalus

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data demografi
1) Nama
2) Usia : Kebanyakan terjadi pada anak-anak pada usia infant
3) Jenis Kelamin : Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki laki
4) Suku/ bangsa
5) Agama
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Alamat
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang berhubungan dengan kelahiran
prematur
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
2. Pengkajian persistem
B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi
B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat
pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer,
strabismus, tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes, kejang
B4 (Bladder) : Oliguria
B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan
B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Dari riwayat pertumbuhan dan perkembangan ini, kami mengambil kasus pada anak yang
antara 0-3 bulan.

No
Bayi Normal
1
Mengangkat kepala setinggi 450

Bayi Hidrosefalus
Sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke

Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke


tengah

Melihat dan menatap wajah anda

Mengoceh spontan atau bereaksi dengan


mengoceh
Suka tertawa keras
Bereaksi terkejut terhadap suara keras
Membalas tersenyum ketika diajak
bicara/tersenyum
Mengenal ibu dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran

5
6
7
8

atas bahkan kesulitan menggerakkan kepala


Tidak dapat menatap ke atas, memiliki
penglihatan ganda, alis mata dan bulu mata ke
atas sehingga sclera telihat seolah olah di
atas Iris
Tidak mampu menatap dengan pandangan
yang jelas,tidak dapat menatap ke atas
Tidak ada tanda-tanda untuk bicara
Diam, muram
Tidak ada respon terhadap stimulus apapun
Tidak menunjukkan reaksi
Kurang bisa mengenali orang terdekat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi cairan
serebrospinal.
Tujuan: Tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria Hasil:

Kesadaran Komposmetis

Tidak terjadi nyeri kepala

TTV normal

Intervensi Rasional :
a. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah, lethargi, lelah,
apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer strabismus,
Perubahan pupil)
b. Pantau terus tingkat kesadaran anak
c. Pantau terus adanya perubahan TTV
d. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pembedahan, untuk mengurangi
peningkatan TIK
1) Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
2) Penurunan keasadaran menandakakan adanya peningkatan TIK
3) Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan aliran oksigen ke otak
4) Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan cairan cerebrospinal berkurang,
sehingga TIK menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus oksipitalis dan tidak
terjadi pembesaran pada kepala

2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena


meningkatnya TIK
Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak
Kriteria Hasil :

Penurunan visus tidak bertambah lebih parah

Anak bisa mengenali lingkungan sekitarnya

Intervensi Rasional
a. Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
1) Membantu ADL pasien
2) Membantu orientasi tempat
3) Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll dipasang
agar tidak cedera )
b. Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu
1) Ketidakmampuan dalam penglihatan tidak bertambah parah, klien tidak mengalami
disorientasi tempat, Klien merasa nyaman dan aman
2) Klien tidak banyak bergantung pada orang lain
3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
Kriteria Hasil :

Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat berkurang

Orang tua mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan dan perubahan


pola hidup yang dibutuhkan

Intervensi Rasional
a. Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
b. Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
c. Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
d. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti 1.
Keluarga dapat mengemukakan perasaannya sehinnga perasaan orang tua dapat lebih
lega
e.

Pengetahuan orang tua bertambah mengenai penyakit yang di derita oleh anaknya
sehinnga kecemasan orang tua dapat berkurang

f.

Pengetahuan kelurga bertambah dan dapat mempersiapkan keluarga dalam merawat


klien post operasi

g. Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi

4.

Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif
Kriteria Hasil :

Anak tidak sesak napas

Tidak terdapat ronchi

Tidak retraksi otot bantu pernapasan

Pernapasan teratur, RR dalam batas normal

Intervensi Rasional
a. Posisikan klien posisi semifowler
b. Pemberian oksigen
c.

Observasi pola dan frekuensi napas

d.

Auskultasi suara napas


1) Klien merasa nyaman dan tidak merasa sesak napas
2) Suplai oksigen klien dapat tercukupi sehingga klien tidak mengalami hipoksia
3) Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas
4) Untuk mengetahui adanya kelainan suara

5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala


Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Kriteria Hasil :
Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan sesuai dengan
tahapan usia
Intervensi Rasional
a. Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan
b.

Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak

c. Mempertahankan berat badan agar tetap stabil


d.

Agar perkembangan klien tetap optimal

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt


Tujuan: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )
Kriteria Hasil:

TD dalam batas normal

Tidak terdapat perdarahan

Tidak terdapat kemerahan

Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan
warna kulit )
b. Lakukan rawat luka
c. Pantau asupan nutrisi
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
1) Mengetahui penyebab terjadinya infeksi
2) Mencegah timbulnya ifeksi
3)

Asupan nutrisi dapat membantu menyembuhkan luka

4) Antibiotik dapat mencegah timbulnya infeksi

Anda mungkin juga menyukai