Daul
Daul
Daul
3.6.1
PEMBAHASAN
Tok-tok 7 buah
Kendang
Gong
Rebana
Kenong tello
klenengan, dan kenong bisa sampai 3 bulan jika cepat, paling lambatnya 5 bulan.
Karena asal muasal daul itu awalnya dari musik tok-tok Bangkalan yang
kemudian di Jember menciptakan kesenian patrol dan di bawa kembali ke Madura
menjadi daul. Sekarang fungsi musik daul itu sendiri adalah sebagai hiburan,
terutama untuk acara-acara hitanan, pernikahan, untuk membangunkan orang
sahur ketika bulan ramadhan. Musik Daul ini tumbuh sejak sekitar 11 tahun yang
lalu yaitu pada tahun 2004. Awalnya hanya dimanfaatkan untuk metode
memanggil merpati.
2.3 Jenis akustik dari masing-masing instrumen daul
Keunikan Daul di kabupaten Bangkalan dibanding dengan kabupaten
lainnya yaitu terdapat pada tok-toknya (lebih dikenal tong-tong oleh kabupaten
lainnya). Konon kata orang jaman dahulu cara pembuatan tok-tok itu adalah
dengan memilih pohon nangka yang baru disambar petir, kemudian seluruh
bagian batang pohon diproses menjadi 7 bagian. Dipercaya suara yang dihasilkan
bisa maksimal. 7 tok-tok yang dipakai itu mencakup:
-
Pangorbhih
Paneros
: Sebagai rhythm
Pancer
: Sebagai Tempo
Ngetol
: Sebagai Penyela
Takatek
Katek
Selain itu, Setiap instrument tok-tok memiliki pola masing-masing, berikut contoh
pola dasar permainan Daul:
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cara pembuatan tok-tok itu adalah dengan memilih pohon nangka yang
baru disambar petir, kemudian seluruh bagian batang pohon diproses menjadi 7
bagian. Faktanya di kabupaten Bangkalan musik daul yang diciptakan lebih
menonjolkan instrumen tok-tok sebagai identitas lokal genius.
Tok-tok terbuat dari kayu nangka yang konon kata orang jaman dahulu
tok-tok tersebut cara mendapatkan bahannya dengan memilih pohon nangka yang
baru disambar petir kemudian di potong menjadi 7 buah. Ini disebabkan oleh
batang nangka yang sudah tua betul dan tinggi, sehingga petir ketika menyambar
akan menyambar ke pohon yang paling tinggi. Selain itu, hasil sambaran petir itu
akan membuat karakter suara dari tok-tok itu lebih cerah dan khas. Pembuat atau
pengrajin tok-tok tersebut sudah meninggal, dan keahlian membuat tok-tok
tersebut tidak diturunkan ke generasi penerusnya. Dan di Bangkalan khususnya
sudah tidak ada lagi pembuat tok-tok. Pengrajin tok-tok yang masih ada dan bisa
kita temui yaitu di kota Sampang dan Sumenep,
Bedanya tok-tok Madura dengan tok-tok Jawa yaitu terletak pada fer atau
suspend yang biasa ada di tok-tok Jawa yang berfungsi membuat getarannya lebih
tahan lama dan dengunganya semakin keras, sedangkan tok-tok Madura asli
mendengung keras tanpa adanya fer dan suara lebih pulen dari tok-tok Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjana, Suka. 1983. Estetika Musik. Jakarta: Depdikbud
Soedarsono, 1999. Seni pertunjukan dan Pariwisata. Yogyakarta: Badan Penerbit
ISI Yogyakarta