Mekanisme Molekul Edema Tumor Otak
Mekanisme Molekul Edema Tumor Otak
c,d
G.T.
pertautan endotel tumor. Baru-baru ini telah dinyatakan bahwa saluran membran
protein aquaporin-4 (AQP4) juga berperan dalam menyebabkan edema tumor
otak. Kekurangan AQP4 pada beberapa tikus menunjukkan perubahan
keseimbangan air pada otak pada berbagai kondisi, termasuk implantasi tumor.
AQP4 diregulasikan di sekitar tumor otak manusia yang membahayakan dan
berhubungan dengan
membatasi aliran cairan ekstraseluler dari dasar tumor menuju parenkim otak.
Penghilangan cairan berlebih yang bocor ke dalam parenkim otak memerlukan
perjalanan yang melintasi tiga penghalang-AQP4 yang banyak: a) limitan glia
externa, b) limitan glia interna/ependyma, dan c) blood-barrier brain. Melalui
modulasi dari tanda fungsi protein pada pertautan endotel dan aquaporin dapat
memberikan kunci pilihan terapetik baru dalam mengurangi edema tumor otak.
Kata kunci: Aquaporin, penghalang darah otak, tight junction, edema vasogenik,
saluran air.
cairan intraseluler (1100-1300 ml) dan ruang interstitial (celah), dan CSF (75-100
ml) serta ruang darah (75-100 ml). Pertukaran cairan antar kompartemen ini
terjadi saat merespon terhadap gaya osmotik dan hidrostatik yang berhubungan
dengan kompartemen (membran sel) intraseluler dan ekstraseluler, darah dan otak
(BBB), CSF dan otak (ventrikular ependyma, glia limitans), dan darah serta CSF
yang berdekatan dari spesies berbeda. Menariknya, beberapa sifat astrosit yang
memengaruhi BBB ditiru oleh kortikosteroid (Underwood et al., 1999; Antonetti
et al., 2002; Romero et al., 2003), yang digunakan secara klinis untuk mengurangi
edema tumor otak. Tidak adanya perisit otak pada beberapa mencit yang
kekurangan reseptor faktor pertumbuhan berasal dari platelet dihubungkan
dengan proliferasi sel endothelial dan permeabilitas mikrovaskuler yang
meningkat (Hellstrom et al., 1999, 2001).
Permeabilitas vaskuler yang meningkat pada tumor otak manusia telah
ditunjukkan dengan pengukuran tomografik yang diukur dari permeabilitas
penghalang tumor darah (Groothuis et al., 1991) dan dengan deteksi
immunohistochemical terhadap protein plasma dalam parenkim tumor (Seitz dan
Wechsler, 1987). Kebocoran penghalang tumor darah terutama terjadi karena
kerusakan pada pertautan antar endotel, walaupun mungkin ada hal lain yang
memperbesar ketidaknormalan dalam proses pinositosis dan penetrasi endotel
(Long, 1979; Nir et al., 1989; Shibata, 1989). Ketidaknormalan dalam bentuk
pertautan pada glioma manusia berhubungan dengan tingkatan bahayanya.
(Shibata, 1989). Pada manusia, tumor yang bermetastasis gagal membentuk
pertautan antar pembuluh darah (Long, 1979) dan memperlihatkan karakteristik
berupa jaringan induk seperti aquaporin (AQP) 1 (Saadoun et al, 2002). Hal ini
menarik karena tumor yang bermetastasis dapat menembus sel-sel endotel dari
sekitar otak untuk membentuk pembuluh darah sendiri. Sel-sel endotel otak yang
memperdarahi tumor otak kemungkinan merespon secara berbeda sebagai
jawaban atas sinyal yang dihasilkan oleh sel-sel tumor di sekitar. Sel-sel endotel
(jaringan internal) yang dibiakkan dari otak (Dropulic dan Masters, 1987; Stolz
dan Jacobson, 1991) dan organ-organ lain (Stolz dan Jacobson, 1991) dapat
dipaksa untuk menghilangkan karakteristik ciri dari jaringan asalnya dengan
memakai fenotip belum lengkap dengan mengubah media kultur dan faktor-faktor
pertumbuhan.
Tidak ada pernyataan umum tentang apakah pembuluh kecil dari otak di
sekitar tumor dalam keadaan bocor. Long (1979) tidak menjumpai bukti
morfologi mengenai permeabilitas yang meningkat dalam pembuluh mikro di
sekitar adenocarsinoma metastatik, sedangkan Stewart et al., (1985) melaporkan
dengan sekresi VEGF oleh sel-sel meningioma (Yoshioka et al., 1999; Paek et al.,
2002; Pistolesi et al., 2002). Dapat dikatakan bahwa VEGF memasuki ruang
peritumoral (di sekeliling tumor) dan menyebabkan pembentukan suplai darah
(piamater) menuju tumor (Yoshioka et al., 1999; Peak et al., 2002; Pistolesi et al.,
2002). Sel-sel endotel peri-meningioma manusia menunjukkan perubahan
morfologis, seperti pembesaran inti dan banyak vesikel-vesikel pinositosis (Vaz et
al., 1998). Pembuluh darah mikro yang berasal dari otak/pial mengalami
kekurangan pertautan memungkinkan edema otak berkembang dengan cara yang
sama karena seperti pada gliomas dan metastase tumor yang agresif.
Aliran cairan edema dalam ECS otak
Gradien tekanan hidrostatik (tekanan arteri sistemik dikurang TIK)
adalah gaya utama yang menggerakkan cairan edema vasogenik untuk masuk ke
dalam ECS. Setelah melintasi penghalang darah tumor yang rusak, cairan edema
memasuki ECS dasar tumor. Dibanding dengan jaringan otak yang normal,
sejumlah tumor otak manusia yang agresif seperti GBM dan medulloblastoma
memiliki volume ECS yang mengembang (Bruehlmeier et al., 2003; Vargova et
al., 2003), mungkin dapat mengakibatkan nekrosis, bentuk sel tumor yang
abnormal dan matrik ECS yang rusak. Volume ECS yang bertambah dapat
memberikan jalan resistensi yang rendah yang memudahkan aliran cairan edema
melalui dasar tumor.
Sebelum memasuki ECS parenkim otak, cairan edema harus melintasi
permukaan glia reaktif di sekeliling tumor (Zhang dan Olsson, 1997). Peran
gliosis reakif dalam biologi tumor otak kurang dipahami, tetapi dapat membatasi
cairan berlebih yang memasuki parenkim otak. Jaringan gliotik menghadirkan
sebuah penghalang yang penting untuk mengalirkan cairan ekstraseluler (Roitbak
dan Sykova, 1999), kemungkinan karena kepadatan tinggi dari proses astrosit
hipertrofi dan meningkatkan pembentukan matriks ekstraseluler. Setelah luka
tusukan pada bagian depan otak pada mencit, gliosis memperlihatkan
pengurangan permeabilitas BBB, infiltrasi leukosit, dan kematian neuron (sel
syaraf) (Bush et al., 1999).
Gambar 2. Komponen AQP4 (warna coklat) pada otak manusia dan tumor otak
-syntrophin (Amiry-
Moghaddam et al., 2003) atau dystrophin (Vajda et al., 2002), yang secara
tambahan menunjukkan perubahan penyebaran AQP4 otak. Lain halnya,
penghapusan AQP4 disebabkan pertambahan pembekakan otak dalam tiga model
edema otak vasogenik: infusi (pemasukan) cairan intraparenkim, luka beku fokal
10
dan tumor otak (Papadopoulos et al., 2004). Infusi cairan intraserebral menirukan
fase resolusi pembekakan otak karena menghasilkan sejumlah edema otak yang
tidak terkontrol tanpa berpotensi memberikan perubahan permeabilitas BBB.
Luka dingin adalah sebuah model yang sangat dapat dihasilkan dari edema otak
vasogenik yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas BBB dan peresapan
cairan. Dalam model tumor ini, sel melanoma secara stereotaktis ditanam ke
dalam otak. Percobaan ini memberikan bukti bahwa penghilangan AQP4
membatasi pembengkakan otak dalam edema sitotoksis, tetapi memperburuk
pembengkakan otak dalam edema vasogenik.
melalui ependyma ke dalam ventrikel, dan melalui BBB dan proses kaki astrosit
ke dalam darah (Reulen et al., 1977; Marmarou et al., 1994; Gbr 5).
Pada beberapa tumor otak, AQP4 bisa juga dilibatkan dalam membatasi
masuknya cairan edema dari alas tumor ke dalam parenkim otak. Bukti tidak
langsung menyatakan sebuah korelasi antara ukuran ECS dan tingkat tanda AQP4,
dengan jaringan gliotik penanda AQP4 (Saadoun et al., 2002b) dengan
memperkenalkan
(Roitbak dan Sykova, 1999). Dalam beberapa minggu pertama setelah kelahiran,
volume ECS otak tikus menurun (Lehmenkuhler et al., 1993) secara paralel untuk
meningkatkan tanda AQP4 (Wen et al., 1999). Terdapat tanda AQP4 yang kuat
dalam glia limitan (Nielsen et al., 1997; Saadoun et al., 2003), yang terdiri dari
proses kaki astrosit yang terbungkus rapat (Brightman, 2002). Mencit yang tidak
memiliki AQP4 memiliki volume ECS lebih tinggi dibanding dengan kontrol (D.
K. Binder, pengamatan yang tidak dipublikasikan). Dilaporkan bahwa AQP4 yang
meningkat dalam astrosit reaktif peritumoral (Saadoun et al., 2002b) oleh
karenanya dapat mengurangi volume ECS dalam lingkaran gliotik peritumoral. Ini
akan memperlambat aliran cairan edema dari alas tumor ke dalam ECS otak.
Baru-baru ini telah dilaporkan bahwa AQP1 ditandai dalam sel tumor dan
astrosit peritumoral pada gliomas manusia bernilai tinggi (Saadoun et al., 2002a;
Oshio et al., 2003a). Pengamatan ini menggugah rasa ingin tahu karena AQP1
tidak ditemukan secara normal dalam astrosit; tandanya terbatas pada pleksus
koroid, dimana ia memberikan jalan utama untuk pengeluaran CSF (Oshio et al.,
2003b). Hal ini tidak diketahui apakah AQP1 yang mengiringi tumor fungsional
atau apakah ia berperan dalam patofisiologi edema tumor otak. Beberapa
percobaan membandingkan edema tumor otak pada mencit dengan AQP1
terhadap kontrol kemungkinan untuk menjelaskan peran AQP1 dalam edema
tumor otak.
12
KESIMPULAN
Edema tumor otak diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara pergerakan air
kedalam dan keluar otak. Dua penemuan baru-baru ini telah memberi pemahaman
kami tentang kedua proses. Pertama, ketidaknormalan molekuler pertautan
endotel tumor yang meningkatkan permeabilitas penghalang darah tumor, dengan
demikian mempercepat laju air masuk ke dalam otak. Kedua, penghilangan air
berlebih dari otak yang dikontrol oleh AQP4 saluran air. Oleh karena itu kami
menyatakan bahwa protein pertautan endotel dan AQP4 menunjukkan suatu
sasaran untuk rancangan obat-obat baru dalam mengobati edema tumor otak.
Campuran tersebut dapat memperlambat pembentukan cairan edema (dengan
peningkatan occludin, claudin-1 dan claudin-5 dalam sel-sel endothelial) atau
meningkatkan pengurangan cairan edema (dengan mekanisme upregulasi AQP4
dalam astrosit).
REFERENSI
1. Aarabi B, Long DM (1979) Dynamics of cerebral edema: the role of an
intact vascular bed in the production and propagation of vasogenic brain
edema. J Neurosurg 51:779784.
2. Agre P, Kozono D (2003) Aquaporin water channels: molecular mechanisms
for human diseases. FEBS Lett 555:7278.
3. Amiry-Moghaddam M, Otsuka T, Hurn PD, Traystman RJ, Haug FM,
Froehner SC, Adams ME, Neely JD, Agre P, Ottersen OP, Bhardwaj A
(2003) An alpha-syntrophin-dependent pool of AQP4 in astroglial end-feet
confers bidirectional water ow between blood and brain. Proc Natl Acad
Sci USA 100:21062111.
4. Amiry-Moghaddam M, Ottersen OP (2003) The molecular basis ofwater
transport in the brain. Nat Rev Neurosci 4:9911001.
5. Andreeva AY, Krause E, Muller EC, Blasig IE, Utepbergenov DI (2001)
Protein kinase C regulates the phosphorylation and cellular localization of
occludin. J Biol Chem 276:3848038486.
6.
Antonetti DA, Barber AJ, Hollinger LA, Wolpert EB, Gardner TW (1999)
Vascular endothelial growth factor induces rapid phosphorylation of tight
junction proteins occludin and zonula occluden 1: a potential mechanism for
vascular permeability in diabetic retinopathy and tumors. J Biol Chem
274:2346323467.
7.
13
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Brightman MW (2002) The brains interstitial clefts and their glial walls.
J Neurocytol 31:595603.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Gilbert JJ, Paulseth JE, Coates RK, Malott D (1983) Cerebral edema
associated with meningiomas. Neurosurgery 12:599605.
22.
Goldman CK, Bharara S, Palmer CA, Vitek J, Tsai JC, Weiss HL, Gillespie
GY (1997) Brain edema in meningiomas is associated with increased
vascular endothelial growth factor expression. Neurosurgery 40:12691277.
23.
24.
Groothuis DR, Lapin GD, Vriesendorp FJ, Mikhael MA, Patlak CS (1991) A
method to quantitatively measure transcapillary transport of iodinated
compounds in canine brain tumors with computed tomography. J Cereb
Blood Flow Metab 11:939948.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
15
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
16
45.
Meinild AK, Klaerke DA, Zeuthen T (1998) Bidirectional water uxes and
specicity for small hydrophilic molecules in aquaporins 05. J Biol Chem
273:3244632451.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
Plate KH, Breier G, Weich HA, Mennel HD, Risau W (1994) Vascular
endothelial growth factor and glioma angiogenesis: coordinate induction of
VEGF receptors, distribution of VEGF protein and possible in vivo
regulatory mechanisms. Int J Cancer 59:520529.
55.
17
56.
57.
58.
59.
60.
Rubin LL, Staddon JM (1999) The cell biology of the blood-brain barrier.
Annu Rev Neurosci 22:1128.
61.
62.
63.
64.
Sage MR, Wilson AJ, Scroop R (1998) Contrast media and the brain: the
basis of CT and MR imaging enhancement. Neuroimag Clin North Am
8:695707.
65.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
Zhang M, Olsson Y (1997) Hematogenous metastases of the human braincharacteristics of peritumoral brain changes: a review. J Neurooncol 35:81
89.
20