1.
2.
KELOMPOK 1:
Nurma Fitrianna
(041414153013)
Vita Octia
(041414153019)
organisasinya.
Pemimpin yang mencoba membuat organisasinya berjalan efektif menghadapi
tekanan lingkungan, akan tetapi ternyata masih banyak saja anggotanya yang
meningkatkan
komunikasi,
hubungan
interpersonal,dan
b) Cambridge at home
Schein tergabung dalam pembuatan organisasi baru yang memperbolehkan
orang tinggal dirumah ketika sudah berusia. Ketika memimpin rapat Schein ingin
memastikan bahwa setiap suara akan didengar meskipun akan memperlambat rapat.
Schein menolak menggunakan Roberts Rule dengan harapan dapan melihat setiap
sudut pandang. Akan tetapi, hal ini malah membagi kelompok tersebut menjadi 2
kubu: yang bisa menerima cara baru rapat dengan yang tidak bisa menerima
perubahan tersebut, dan menganggap rapat yang dipimpin oleh Schein adalah yang
terburuk sejauh ini. Apakah yang terjadi disini?
c) Amaco
Sebuah perusahaan minyak besar yang diakuisisi oleh British Petroleum
memutuskan untuk memusatkan seluruh fungsi engineering menjadi single service
unit. Hal ini membuat teknisi yang sebelumnya karyawan regular penuh akan menjadi
internal consultant yang akan di hire tergantung dengan proyek. Para teknisi tersebut
menolak perjanjian tersebut dan mengancam keluar dari perusahaan. Mengapa
mereka sangat menolak perjanjian baru tersebut?
How Does the Concept of Culture Help?
Bagaimanakah hal pada contoh tersebut dapat dihubungkan dengan culture
perusahaan? Hal pertama yang dilakukan Schein adalah dengan membuat cultural
analysis dimana mempertimbangkan asumsi yang terkumpul dari organisasi atau
kelompok dengan asumsi yang dibuatnya.
Pada kasus DEC, senior manajer dan kebanyakan anggota organisasi memiliki
asumsi bahwa tidak ada penentuan apakah sesuatu valid atau benar sampai ide subjek
tersebut diperdebatkan secara insentif. Hanya jika ide tersebut dapat bertahan
ditengah perdebatan yang dapat diimplementasikan. Anggota member merasa bahwa
yang mereka lakukan adalah yang benar dan tidak perlu bersikap sopan pada anggota
lain. Schein dapat terbantu dengan membuat flip chart ketika rapat dan saat ada yang
menginterupsi, Schein meminta mereka untuk melihat poin dari interupsi tersebut
3
setiap
orang
dalam
meeting
akan
lebih
baik
jika
diimplementasikan.
Di perusahaan Amaco, Schein baru dapat mengerti penolakan dari para teknisi
ketika mempelajari asumsi mereka bahwa good work should speak for itself dan
engineers should not have to go out and sell themselves. Para teknisi dulunya
terbiasa dengan orang yang datang meminta jasa mereka dan tidak ada role model
bagaimana seharusnya menjual diri mereka.
Dari contoh diatas, pada awalnya Schein tidak mengerti hal apa yang sedang
terjadi karena asumsi dasar yang digunakan oleh Schein berdasarkan TRUTH, TURF,
and GROUP RELATION didasarkan pada occupation nya sebagai konsultan
organisasi dan psikolog sosial, sedangkan asumsi dari group dengan berbagai macam
latar belakng mulai dari teknisi, anggota organisasi non profit, dll. Sehingga,
dibutuhkan cultural perspective yang menjadi komponen dari cultural analysis agar
sesuatu yang awalnya misterius, membuat frustasi, dan terlihat bodoh menjadi lebih
masuk akal.
Culture: An Empirically Based Abstraction
Konsep culture telah berkembang lama, Orang awam (laymen) menggunakan
istilah ini untuk menunjukkan kecanggihan, seperti ketika kita bilang seseorang
berbudaya. Budaya juga digunakan oleh antropolog untuk merujuk pada ritual
masyarakat yang terus berkembang dalam sejarahnya. Dan pada beberapa dekade
terakhir para peneliti tentang organisasi dan manager menggunakan itu untuk
4
merujuk pada norma dan praktik yang dikembangkan atau nilai yang dianut oleh
anggota organisasi.
Ketika para manager berbicara mengenai pengembangan culture yang baik
atau culture of quality atau culture of customer service berarti menyarankan
suatu organisasi atas suatu nilai tetap yang para manager inginkan diimplementasikan
dalam organisasinya. Pada literature managerial, sering disampaikan bahwa budaya
penting/ perlu untuk kinerja yang efektif, semakin kuat budaya kerja maka semakin
efektif suatu organisasi.
Para peneliti mendukung pandangan ini bahwa dimensi culture tertentu
memiliki korelasi dengan kinerja ekonomi, akan tetapi penelitian ini susah untuk
dievaluasi karena terlalu banyak definisi dari culture dan banyaknya indeks dari
kinerja yang digunakan. Para konsultan dan peneliti mengutip culture survey dan
mengklaim hal tersebut dapat meningkatkan kinerja organisasi, akan tetapi sering hal
tersebut berdasarkan definisi yang sangat berbeda. Akan kita lihat bahwa baik atau
buruk, efektif atau tidak bukan hanya tergantung dari culture saja tetapi juga
hubungan antara culture dan lingkungan dimana mereka berada.
Karena konsep culture adalah suatu yang abstrak, maka perlu dilakukan suatu
obesrvasi untuk memahaminya. Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan
culture akan tetapi tidak satupun dari istilah berikut yang digunakan sebagai culture
dari suatu organisasi, pekerjaan, atau group diantaranya seperti berikut ini:
Group Norms: standar implisit dan nilai-nilai yang berkembang dalam kerja
kelompok, seperti norma tertentu "pekerjaan dan upah yang adil.
Rules of the game: secara implisit, aturan tidak tertulis untuk pergaulan
dalam organisasi, dimana pendatang baru harus agar diterima sebagai anggota.
Climate: perasaan yang disampaikan dalam kelompok secara fisik dan cara
ketika anggota organisasi berinteraksi dengan yang lainnya, dengan
pelanggan, dan pihak luar lainnya.
Formal rituals and celebrations: cara kelompok dalam merayakan acara yang
mencerminkan nilai penting atau ayat-ayat penting oleh anggota, seperti
promosi, penyelesaian proyek penting, dan milestone.
Penambahan pada budaya di beberapa element kritikal lainnya untuk konsep
bersifat valid dan bekerja di dalam organisasi. Serangkaian asumsi dasar dapat
dipelajari oleh para anggota organisasi. Budaya organisasi mampu bertindak sebagai
pemberi solusi atas masalah organisasi, berperan selaku adaptor terhadap faktorfaktor yang berkembang di luar organisasi, serta dalam melakukan integrasi
internalnya dari para anggotanya.
Culture formally define
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau
dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi
masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan
baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada angota-anggota baru sebagai
cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait degan masalah-
yang
menggambarkan
konteks
makrokultural dalam kelompok yang ada dan yang didapatkan secara luas dan asumsi
dasar tentang realitas, waktu, jarak, sifat alamiah, dan hubungan manusia.
The Process of Socialization or Acculturation
Setelah mengetahui beberapa kelompok organisasi , akan mengetahui unsur
budaya pada generasi baru dari anggota kelompok (Louis, 1980; Schein, 1968; Van
Maanen, 1976; Van Maanen dan Schein, 1979). Sosialisasi sebagai proses
pembentukan budaya yang berlangsung di organisasi baru sebenarnya sejalan dengan
proses pembentukan kelompok, karena esensi dari kebulatan kelompok (groupness)
atau identitas kelompok adalah pola-pola kebersamaan pikiran, kepercayaan,
perasaan, dan nilai-nilai yang dihasilkan oleh pengalaman dan pembelajaran bersama,
hasil yang bebentuk pola-pola asumsi bersama-budaya kelompok tersebut.
Jika pemimpin mengusulkan bekerja, dan terus bekerja, apa yang menjadi asumsi
pemimpin dapat menjadi asumsi bersama. Setelah satu set asumsi dasar bersama yang
dibentuk oleh proses ini, kemudian dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
kognitif baik untuk anggota individu dan kelompok secara keseluruhan. Dengan kata
lain, individu dan kelompok mencari stabilitas dan makna. Sekali tercapai, lebih
mudah untuk mengubah data baru dengan penolakan, proyeksi, rasionalisasi, atau
berbagai mekanisme pertahanan selain perubahan asumsi dasar.
Expoused Beliefs and Values
Tidak hanya kepercayaan dan nilai yang menjalani transformasi. Pertama,
solusi berdasarkan pemberian nilai yang mungkin tidak reliabel. Hanya kepercayaan
dan nilai yang empiris dan disambung dengan pekerjaan yang reliabel dalam
memecahkan masalah kelompok akan ditransformasi menjadi asumsi. Kedua, doamin
nilai yang pasti, kontrol element lingkungan dengan nilai moral. Ketiga, strategi atau
goal organisasi menjadi kategori yang disertai kepercayaan melalui kinerja dan
strategi yang keras. Sosial validasi artinya kepastian kepercayaan dan nilai yng
dikonfirmasi oleh pembagian pengalaman sosial pada kelompok.
Jadi analisis yang menyertai kepercayaan dan nilai, harus dibedakan dengan
hari-hati diantara kongruen dengan dasar asumsi sebagai pedoman kerja, itu adalah
bagian dari ideologi atau filosofi pada organisasi, dan rasionalisasi atau hanya
aspirasi untuk masa depan.
Basic Underlying assumptions
Asumsi dasar yang didefinisikan disini, diambil dari warisan yang ditemukan
sedikit variasi dalam unit sosial. Hasil persetujuan dari pengulangan sukses dalam
implementasi
kepastian
kepercayaan
dan
nilai,
seperti
yang
digambarkan
sebelumnya. Faktanya, jika asumsi dasar datang dengan kuat pada sebuah kelompok,
anggota akan menemukan tingkah laku berdasarkan alasan yang tidak dapat
dibayangkan.
11
12