0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan1 halaman
Novel berjudul "Sepatu Dahlan" yang mengisahkan masa kecil Menteri BUMN Dahlan Iskan diluncurkan di Surabaya. Penulis novel Khrisna Pabichara mengaku menulis novel ini setelah melakukan wawancara langsung dengan Dahlan Iskan dan keluarganya serta menelusuri latar tempat dan waktu kejadian. Meski belum membaca novelnya, Dahlan Iskan berharap novel ini bisa menginspirasi banyak orang.
Novel berjudul "Sepatu Dahlan" yang mengisahkan masa kecil Menteri BUMN Dahlan Iskan diluncurkan di Surabaya. Penulis novel Khrisna Pabichara mengaku menulis novel ini setelah melakukan wawancara langsung dengan Dahlan Iskan dan keluarganya serta menelusuri latar tempat dan waktu kejadian. Meski belum membaca novelnya, Dahlan Iskan berharap novel ini bisa menginspirasi banyak orang.
Novel berjudul "Sepatu Dahlan" yang mengisahkan masa kecil Menteri BUMN Dahlan Iskan diluncurkan di Surabaya. Penulis novel Khrisna Pabichara mengaku menulis novel ini setelah melakukan wawancara langsung dengan Dahlan Iskan dan keluarganya serta menelusuri latar tempat dan waktu kejadian. Meski belum membaca novelnya, Dahlan Iskan berharap novel ini bisa menginspirasi banyak orang.
SURABAYA - Sebuah novel berjudul "Sepatu Dahlan" yang mengisahkan tentang masa kecil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, diluncurkan di Surabaya, Minggu (20/5). Peluncuran buku bersamaan dengan program car free day tepat di Jalan Raya Darmo. Sebuah panggung kecil dipasang di pinggir jalan dan dikemas dalam bentuk talk show, yang disiarkan langsung di televisi lokal Surabaya.Selain Dahlan Iskan, hadir juga Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, penulis Khrisna Pabichara, serta perwakilan dari penerbit Noura Books. Ratusan warga yang kebetulan menikmati bebas polusi di Jalan Raya Darmo turut menyaksikan peluncuran novel. "Novel ini bukanlah biografis karena unsur fiksinya kuat. Latar tempat dan waktunya nyata. Tapi ada cerita yang difiksikan. Yang pasti, novel ini sangat menginspirasi," ujar Khrisna Pabichara.Ia mengaku mulai berfikir dan menulis sejak pertengahan Januari 2012. Proses penggarapannya mulai dari diskusi di tingkat tim kreatif hingga meminta izin kepada Dahlan Iskan. "Sosok Pak Dahlan Iskan yang menarik dan menginspiratif membuat saya sangat ingin menulisnya. Saya sempat berbincang dan membicarakan rencana ini, syukurlah beliau bersedia," kata dia.Selain wawancara langsung dengan Dahlan di rumahnya di Surabaya, Khrisna juga sering konsultasi melalui telepon dan pesan singkat. Tidak hanya itu saja, ia bahkan ikut merasakan bagaimana rasanya Dahlan Iskan jalan kaki dari rumah menuju sekolah. "Bedanya, dulu Pak Dahlan tidak pakai sepatu atau hanya beralaskan kaki, tapi saya tidak. Sehingga saya bisa membayangkan bagaimana rasanya. Saya juga wawancara dengan teman maupun keluarga Pak Dahlan," tuturnya.Sementara itu, Dahlan Iskan sendiri mengaku belum membaca novel tersebut. Ia mengaku belum siap membacanya sehingga belum mengerti apakah yang ditulis sesuai kenyataan sebenarnya atau tidak. "Terima kasih kepada semua pihak karena telah menulis novel ini. Tapi saya belum membacanya, nanti kalau sudah baru saya tahu. Tapi yang pasti, semoga ini bisa menginspirasi semua," kata Dahlan.Novel ini tebalnya 392 halaman, berukuran 210x140 mm dan beratnya 400 gram. Di sela peluncuran, ratusan buku ludes terjual oleh masyarakat. Bahkan, semua novel yang dibeli ketika peluncuran mendapatkan tanda tangan langsung dari Dahlan Iskan dan Khrisna Pabichara. Tidak hanya itu saja, mantan Direktur Utama PLN yang datang tanpa pengawalan maupun protokoler ketat itu bersedia dimintai foto bersama dengan setiap orang yang mengajaknya foto.(ant/rb) _________________________________________________________________________________________________________ Dibuat pada :18 January 2016 08:38:12