Anda di halaman 1dari 8

Tes Reaksi Ekstrem Moses

Fungsi dan Dasar Pemikiran


Dalam ilmu-ilmu sosial, kita kadang-kadang mengharapkan bahwa suatu kondisi
eksperimental akan menyebabkan beberapa subyek mempertunjukkan tingkah laku ekstrem
dalam satu arah, sementara kondisi itu membuat subyek-subyek lain menunjukkan tingkahlaku ekstrem dalam arah yang berkebalikan. Jadi, kita mungkin berpikir bahwa depresi
ekonomi dan ketidak-stabilan politik akan menyebabkan orang-orang tertentu menjadi
reaksioner ekstrem dan menyebabkan orang-orang lain menjadi golongan kiri yang ekstrem
dalam hal pandangan politik mereka. Atau kita mungkin mengharapkan keresahan
lingkungan akan menciptakan rangsangan ekstrem bagi orang-orang yang tidak sehat
mentalnya, sementara keresahan lingkungan itu menyebabkan adanya penyurutan diri yang
ekstrem pada orang-orang lain.
Tes Moses ini dirancang secara khusus untuk digunakan dengan data (diukur
sekurang-kurangnya pada tingkat skala ordinal) yang dikumpulkan untuk menguji hipotesishipotesis semacam itu. Tes ini harus digunakan bila diharapkan bahwa kondisi eksperimental
akan mempengaruhi beberapa subyek dalam cara tertentu, dan mempengaruhi subyek lain
secara kebalikannya. Dalam kajian-kajian tentang pertahanan perseptual, misalnya, kita
mengharapkan subyek-subyek yang bertindak selaku kontrol menampilkan jawaban
medium atau normal, sementara kita berharap bahwa subyek-subyek eksperimental kita
memberikan jawaban keberjagaan atau represif, dan dengan demikian mereka
mendapatkan skor tinggi atau rendah dalam perbandingan dengan subyek-subyek kontrol.
Tes Moses ini dapat pula diterapkan bila pembuat eksperimen berharap suatu
kelompok akan mendapat skor rendah sedangkan kelompok lain mendapatkan skor tinggi.
Tetapi Moses (1952b) menunjukkan bahwa dalam kasus semacam itu

suatu tes yang

didasarkan atas median atau atas ranking mean, yakni Tes U Mann-Whitney, akan lebih
efisien dan karenanya lebih disukai daripada Tes Moses. Kegunaan pokok Tes Moses ialah
jika ada dasar-dasar apriori untuk percaya bahwa kondisi eksperimentalnya akan
mengakibatkan munculnya skor-skor ekstrem dalam kedua arah.
Tes Moses memusatkan perhatian pada luasan (span) atau penyebaran kasus-kasus.
Jika terdapat nC kasus kontrol dan nE kasus eksperimental, dan skor-skor nC dan nE diatur
dalam urutan dari yang kecil ke besar, atau jika hipotesis-nolnya benar (yakni bahwa C dan E
berasal dari populasi yang sama), maka kita harus berharap bahwa E dan C akar terbaur
secara baik dalam rangkaian berurut. Di bawah Ho kita harus berharap bahwa beberapa yang
lain adalah C, bahwa beberapa skor rendah ekstrem adalah E dan beberapa adalah C, dan
bahwa rangkaian tengah skor akan mencakup baruran E dan C. Tetapi, jika hipotesis alternatif

yang benar (yakni skor-skor E mewakili jawaban penekanan, maka kita akan berharap bahwa:
(a) hampir semua skor E rendah, yakni jawab keberjagaan, atau (b) hampir semua skor E
tinggi, yakni jawab penekanan, atau (c) suatu proporsi cukup besar E mempunyai skor
rendah, dan suatu proporsi cukup besar lainnya mempunyai skor tinggi, yakni: beberapa
jawab E bersifat keberjagaan sementara yang lain bersifat penekanan. Dalam kasus
manapun di antara semuanya itu, skor-skor C akan terlalu berdesakan dan sebagai akibatnya
luasan mereka akan relatif kecil. Jika situasi (a) yang berlaku, maka C akan berdesakan pada
ujung tinggi rangkaian itu; kalau (b) yang berlaku, C akan berdesakan pada ujung rendah
rangkaian itu, dan jika (c) yang berlaku maka C akan berdesakan di bagian tengah rangkaian
itu. Tes Moses ini menetapkan apakah skor-skor C sebegitu ketat terpadatkan atau berdesakan
sehubugan dengan skor-skor nE + nC, sehingga hipotesis-nol, bahwa baik E maupun C berasal
dari populasi yang sama, perlu ditolak.
Metode
Untuk menghitung Tes Moses ini, gabungkanlah skor-skor dari kelompok E dan C,
dan aturlah skor-skor ini dalam suatu rangkaian tunggal berurut. Identitas kolompok masingmasing skor tetap dipertahankan.
Kemudian tentukan luasan skor-skor C dengan mencatat/menandai skor-skor C yang
terendah dan yang tertinggi, serta menghitung banyak kasus di antara mereka, termasuk
kedua-belah sisis ekstremnya. Yaitu, luasannya (span) dilambangkan dengan s, didefinisikan
sebagai angka terkecil skor-skor yang berturutan dalam suatu rangkaian berurut yang
diperlukan agar semua skor C tercakup. Agar perhitungannya mudah, kita dapat memberi
rangking tiap-tiap skor dan menentukan s dari rangkaian berurut rangking-rangking yang
diberikan untuk (nE + nC) kasus.
Sebagai contoh, misalkan kita mendapatkan skor-skor untuk n C = 6 dan nE = 7 kasus.
Jika kasus-kasus itu kita rangking bersama, kita peroleh rangkaian sebagai berikut:

Rangking
Kelompok

1
E

2
E

3
C

4
E

5
C

6
E

7
C

8
C

11 12

13

0
E

Luasan skor-skor C dalam kasus ini meliputi 9 rangking (dari 3 hingga 11 tercakup), dan
dengan demikian s=9.
Perhatikanlah bahwa pada umumnya s sama dengan selisih antara rangkingrangking ekstrem C plus 1. Dalam kasus yang kita bicarakan sekarang ini s = 11 3 + 1 = 9.

Tes Moses menentukan apakah harga observasi s terlalu kecil untuk dianggap
kebetulan saja terjadinya, jika E dan C berasal dari populasi yang sama. Yaitu distribusi
sampling s di bawah Ho diketahui dan dapat dipakai untuk uji signifikansi.
S pada hakikatnya adalah rentang (range) skor-skor C, dan mungkin dia menolak
kegoyahan yang jelas terdapat dalam rangkaian itu membuat s menjadi indeks yang tidak
dapat diandalkan untuk menyatakan penyeberan atau kepadatan skor-skor C. Moses
mengemukakan bahwa biasanya kita perlu memodifikasi s untuk berhati-hati menghadapi
persoalan ini. Modifikasi itu sangat penting kalau n C besar, sebab khususnya dalam kasus
inlah maka lingkup (luasan) C merupakan indeks yang tidak efisien bagi penyebaran
kelompok itu, yang disebabkan oleh fluktuasi sampling.
Modifikasi yang disarankan Moses ini adalah si peneliti, sebelum mengumpulkan
data, secara sembarang memilih bilangan kecil tertentu, h. Sesudah data terkumpul, dia dapat
mengurangkan h skor kontrol pada kedua ujung rentang skor-skor kontrol. Luasan ditemukan
sebagai skor-skor yang masih tinggal. Artinya, luasan ditemukan sesudah h skor kontrol
dihilangkan dari masing-masing uung rangkaian itu.
Misalnya, dalam data yang disajikan di atas, pembuat eksperimen sebenarnya dapat
menetapkan sebelumnya bahwa h = 1. Jika demikian, akan digugurkan rangking 3 dan 11 dari
skor-skor C sebelum dia menetapkan luasannya. Dalam kasus itu, luasan terpotong,
dilambangkan sh, menjadi sh = 9 5 + 1 = 5. Ini ditulis sebagai: sh = 5, h=1. Jadi sh
didefinisikan sebagai: banyak rangking berturutan terkecil yang diperlukan untuk mencakup
semua skor kontrol kecuali h skor terkecil dan h skor terbesar di antaranya.
Perhatikanlah bahwa sh tidak pernah lebih kecil daripada n C 2h dan tidak pernah
dapat lebih besar daripada nC + nE 2h. Dengan demikian, distribusi samplingnya harus
membuat kita mengetahui kemungkinan, di bawah H0, akan mengamati suatu harga sh yang
melebihi harga minimum (nC 2h) dengan suatu harga tertentu.
Jika kita menggunakan lambang g untuk menunjukkan harga terlampauinya (nC 2h)
oleh harga sh observasi, kita dapat menentukan kemungkinan, di bawah H0, akan mengamati
suatu harga sh tertentu atau yang lebih kecil dengan:

p ( s h nC 2 h+ g )=

i=0

i+ nC 2 h2 nE + 2h+ 1i
i
nE i

)(

(1)

nC +n E
Jadi, untuk sembarang harga obserbasi nC dan nE sertu suatu harga h yang ditetapkan
nC
sebelumnya, kita dapat menemukan luasan-terpotong minimum yang mungkin: n C 2h. Lalu

kita menemukan harga g = besar bilangan s h observasi melampaui harga (nC 2h).
Kemungkinan terjadinya harga observasi sh atau yang lebih kecil dari itu, di bawah H 0
diperoleh dengan menjumlahkan suku-suku pembilang pada rumus di atas. Kalau g =1, maka
kita harus menjumlahkan suku-suku pembilang untuk i = 0 dan i = 1. Jika i = 2, maka kita
harus menjumlahkan tiga suku pembilang: untuk i = 0, i = 1, dan i = 2.
Contoh:
Dalam suatu studi rintisan tentang persepsi rasa permusuhan antar-pribadi dalam kisah-kisah
film, pembuat eksperimen membandingkan jumlah permusuhan yang diserap oleh dua
kelompok subyek wanita. Kelompok E adalah para wanita yang data tes kepribadiannya
menunjukkan bahwa mereka mempunyai kesulitan dalam menguasai impuls agresif mereka
sendiri. Kelompok C adalah wanita-wanita yang tes kepribadian yang menunjukkan bahwa
mereka tidak mendapatkan gangguan, atau sedikit saja mendapatkan gangguan, dalam hal
agresi serta kebencian. Masing-masing dari 9 subyek E dan 9 subyek C itu disuguhi kisah
yang difilmkan, dan diminta mencatat banyak agresi dan kebencian yang ditunjukkan oeh
para tokoh dalam cerita itu.
Hipotesisnya ialah bahwa subyek-subyek E akan terlalu sedikit atau terlalu banyak
menyatakan bahwa tokoh-tokoh di film itu menunjukan permusuhan. Atribusi rendah
ditunjukkan oleh suatu skor rendah, sedangkan atribusi berlebihan ditandai oleh skor tinggi.
Diramalkan bahwa skor subyek-subyek C akan lebih moderat daripada skor-skor subyek E,
artinya, C akan lebih sedikit menampilkan kesenjangan dalam persepsi mereka atas
permusuhan antarpribadi.

i.

Hipotesis Nol
H0 : para wanita yang mengalami kesulitan pribadi dalam menguasai impuls
agresif mereka tidak berbeda dari para wanita yang mendapatkan gangguan
yang relatif kecil dalam hal tersebut, dalam banyak permusuhan yang
mereka nyatakan (atributkan) pada tokoh-tokoh film itu.
H1 : para wanita yang mengalami kesulitan pribadi dalam menguasai impuls
agresif lebih ekstrem daripada wanita-wanita lain dalam hal penilaian
mereka mengenai permusuhan dalam tokoh-tokoh film beberapa
memberikan atribusi rendah, beberapa yang lain memberikan atribusi

ii.

berlebihan.
Tes Statistik

Karena reaksi-reaksi (ekstrem) defensif diramalkan, dan karena studi ini


mempergunakan dua kelompok independen, tes Moses cocok untuk menganalisa
iii.

data penelitiannya. Sebelum pengumpulan data, peneliti menetapkan h = 1.


Tingkat Signifikansi
Tetapkan =0,05 . n = 9 dan n = 9.
E

iv.

Distribusi Sampling
Kemungkinan yang berkaitan dengan terjadinya, di bawah H0, sembarang harga
yang sekecil sh observasi diperoleh dengan rumus (1).
Daerah Penolakan
Daerah penolakan terdiri dari semua harga sh yang sedemikian kecil sehingga

v.

kemungkinan yang berkaitan dengan kemunculan harga-harga itu, di bawah H 0


sama dengan atau kurang dari =0,05 .
vi.

Keputusan
Skor-skor untuk atribusi agresi oleh subyek-subyek E dan C dalam tabel 1 yang
menunjukan pula rangking masing-masing skor.
Tabel 2. Data dalam Tabel 1 yang Dituangkan Untuk Tes Moses

Rank
Kelompok

1
E

2
C

3
E

4
C

5
E

6
E

7
C

8
C

9
C

10
C

11
C

12
C

13
E

14
E

15
C

16
E

17
E

Tabel 1. Atribusi Agresi Kepada Tokoh-tokoh Film


Subyek E
Skor
25
5
14
19
0
17
15
8*
8*

Subyek C
Rank
18
3
13
17
1
16
14
6
5

Skor
12
16
6
13*
13*
3
10*
10*
11

Rank
10
15
4
12
11
2
7
8
9

Karena h = 1, rank paling ekstrem pada masing-masing ujung rangkaian C digugurkan; ini
adalah rank 2 dan rank 5. Tanpa kedua rangking ini, luasan terpotong skor C adalah 9, yakni:

sh = 9; h = 1

18
E

Kini, harga minimum sh yang mungkin adalah (nC 2h) = 9 2 = 7. Dengan demikian, besar
harga sh observasi melampaui harga minimum yang mungkin adalah 9 7 = 2. Jadi, g = 2.
Untuk menentukan kemungkinan terjadinya, di bawah H 0, suatu sh 9 jika nC = 9, nE = 9,
dan g = 2, kita substitusikan harga-harga tersebut ke dalam rumus (1).
Karena p = 0,077 lebih besar dari

=0,05 , data tidak mengizinkan kita utnuk menolak H


0

pada tingkat signifikansi yang ditetapkan sebelumnya. Kita simpulkan, berdasarkan data itu,
=0,05

kita tidak dapat mengatakan pada tingkat

bahwa subyek-subyek E secara

signifikan berbeda dari subyek-subyek C dalam atribusi permusuhan yang mereka berikan
kepada tokoh-tokoh film itu. Meskipun demikian, p memang cukup kecil untuk dapat kita
anggap memberikan harapan dalam data studi rintisan semacam itu.

p ( s h nC 2 h+ g )=

i=0

(i+ n 2i h2)( n +n2h+i1i)


C

nC +n E
nC

(i +922
)(9+21i
i
9i )

i=0

(9+9 9)

( 50)(129)+(61)( 118)+(72)(107)
( 189)

( 1 ) ( 220 ) + ( 6 ) ( 165 ) + ( 21 ) (120 )


48620

0,07 7

Langkah-langkah dalam penggunaan Tes Moses:


1. Sebelum pengumpulan data, tetapkan harga h.
2. Kalau skor telah dikumpulkan, berilah rangking dalam suatu rangkaian-tunggal
dengan tetap mempertahankan identitas tiap-tiap rangking.
3. Tentukan harga sh, yakni luasan rangking kontrol sesudah h rangking C paling ekstrem
pada setiap ujung rangkaian itu digugurkan.
4. Tentukan harga g, besar harga sh observasi melampaui harga nC 2h.
5. Tentukan kemungkinan yang berkaitan dengan data yang diobservasi dengan
menghitung harga p sebagai yang didapatkan dengan rumus (1). Kalau angka-angka
terjadi antara kedua kelompok, pisahkanlah angka-angka itu dalam segala cara yang
mungkin dan dapatkan p bagi setiap pemisahan semacam itu; harga rata-rata p ini
dipergunakan selaku p dalam menentukan keputusan.
6. Jika p sama dengan atau lebih kecil dari , tolaklah H0.
Sampel Besar
Kalau n1 dan n2 besar, penghitungan-penghitungan yang harus dilakukan dalam Tes
Randomisasi

mungkin

sangat

merepotkan.

Sungguhpun

demikian,

penghitungan-

penghitungan itu dapat dihindari. Untuk n1 dan n2 yang besar, jika kurtosis sampel-sampel
tergabung kecil, dan kalau perbandingan n1 dan n2 terletak di antara 1/5 dan 5, artinya: jika
sampel yang besar tidak lebih dari 5 kali lebih besar dari sampel yang kecil, maka distribusi

randomisasi untuk hasil-hasil yang mungkin

n1 +n 2
n1

( )

, kira-kira hampir sama dengan

distribusi t. Yaitu, jika kedua syarat yang disebutkan itu (kurtosis kecil dan
terpenuhi, maka:

(2)

t=

B
A

2 + ( A A)
2
(BB)
n A +n B2

1 1
nA nB

1/5

n1
5 )
n2

mendekati distribusi t dengan db = nA + nB 2. Oleh sebab itu, kemungkinan yang berkaitan


dengan terjadinya, di bawah H0, sembarang harga yang seekstrem t observasi dapat ditentukan
dengan memakai Tabel B.
Rumus (2) adalah tes-t yang biasa, tes ini tidak dipakai dalam kasus ini sebagai tes
parametrik, karena anggapan bahwa populasinya berdistribusi normal dengan varian sama
tidak perlu dibuat. Tetapi, penggunaan tes-t itu bukan hanya menuntut kedua syarat itu
dipenuhi, melainkan juga skor-skornya mewakili pengukuran dalam skala yang sekurangkurangnya skala interval,
Kalau n1 dan n2 besar, kemungkinan lain sebagai pengganti Tes Randomisasi ialah
Tes U Mann-Whitney yang dapat dianggap sebagai Tes Randomisasi yang dikenakan atas
harga-harga rangking observasi dan dengan demikian merupakan suatu pendekatan yang baik
untuk Tes Randomisasi ini.
Langkah-langkah dalam penggunaan Tes Randomisasi untuk Dua Sampel
Independen:
1. Tentukan banyak hasil yang mungkin dalam daerah penolakan:
n1 +n 2
n1

( )

2. Nyatakanlah yang termasuk dalam daerah-penolakan banyak hasil yang mungkin


dan paling ekstrem. Hasil-hasil ekstrem adalah yang mempunya selisih
dan

yang terbesar. Untuk tes satu-sisi semua harga itu ada dalam arah

yang diramalkan. Untuk tes dua-sisi, setengah dari hasil-hasil yang mungkin dan
paling ekstrem dalam satu arah dan setengahnya lagi hasil-hasil yang mungkin
dan paling ekstrem dalam arah yang lain.
3. Kalau skor observasi adalah salah satu di antara hasil-hasil yang terdaftar dalam

daerah penolakan, tolaklah H0 pada tingkat signifikansi .

Anda mungkin juga menyukai