1 Tahun 2013
*email : adhi_pradana85@yahoo.com
ABSTRAK
the group II were given a single doses of
honey 7.65 mL/kg orally once daily for seven
th
days. On the day 8
the rats were given
concurrently with rifampicin dose of 50 mg/kg
orally. 0.2 mL of blood was taken through the
rats lateral tail vein at 0.25; 0.5, 1.0, 1.5, 2.0,
3.0; 4.0; 6.0; 8, 0; 10.0; 12.0, and 24.0 hours.
Determination of rifampicin levels in plasma
were analyzed by HPLC at a wavelength of
244.6 nm. Parameters obtained from the two
groups were statistically analyzed through
the normality test followed by unpaired t test
with a level of 95%. The results showed that
the pretreatment of honey does not have a
significant effect on the elimination phase of
rifampicin based on t1/2
PENDAHULUAN
Interaksi obat pada fase eliminasi
merupakan hal yang penting untuk diketahui
karena terkait dengan efektivitas proses
metabolism dan atau ekskresi obat. Profil
farmakokinetika eliminasi suatu obat dapat
ABSTRACT
bahkan
interaksi
Rifampicin is one of the first-line drug
for the therapy of Tuberculosis (TB), which is
still commonly used. The aim of the study is
to determine the effect of pretreatment with
honey on the pharmacokinetic profile of
orally administered rifampicin on male Wistar
rats. In this study, animals were divided into
two groups, each group consists of 5 rats.
The group I were given a single dose of
rifampicin 50 mg/kg orally as a control, while
makanan
dan
minuman.
farmakokinetika
merubah
profil
yang
absorbsi,
Hal
dapat
distribusi,
pertama
pengobatan
TB
yang
(Debra
berguna
et
al,
dalam
1999).
18
Gilmans, 2000).
2005).
Pemberian
madu
juga
dapat
Beberapa
uraian
yang
telah
dikemukakan
sebagai
antimikroba,
antiparasit,
antivirus,
antimutagenik,
dan
antitumor,
dengan
diatas
melatarbelakangi
rifampisin
yang
mempengaruhi
profil
dapat
farmakokinetika
daya
tahan
tubuh
pasien
METODE PENELITIAN
sehingga
dimungkinkan
dapat
metabolisme
rifampisin
mempengaruhi
madu
16700
memungkinkan
sehingga
dapat
adanya
interaksi
dan
seperangkat
alat
profil
antituberkulosis
sebelumnya
farmakokinetika
mempengaruhi
mixer
obat
menunjukkan
bahwa
madu
efektifitas
madu
kelengkeng
profil
obat.
Sebuah
terhadap
beberapa
farmakokinetika
Seribu
Bunga,
kalium
solvent
untuk
HPLC,
J.T.Baker),
asam
dan akuabidestilata.
(Laboratorium
Pengujian
Penelitian
Pada
metode
dan
penetapan
kadar
yang
sudah
didapatkan
sebelumnya,
selektivitas rifampisin.
kecepatan
3. Penetapan
10.000
rpm.
Analisis
kadar
persamaan
kurva
baku
rifampisin
disentrifuse
kecepatan
selama
4.000
dari
30
menit
dengan
ditambahkan
rpm.
Darah
diambil
dikurangi
larutan
0,2
volume
ml
stok
kemudian
plasma
larutan
setelah
stock
yang
darah.
Pengerjaan
standar
rifampisin
1. Penetapan
panjang
gelombang
maksimum
konsentrasi.
Linearitas
ditentukan
2004).
pada
spektrofotometer
UV-Vis
dengan
pelarut
nm.
rifampisin
diambil
pada
kecepatan
suhu
4.000
Kadar
2007),
dinyatakan
rifampisin
2-8 C
rpm,
b. Penetapan dosis
selama
sebagai
selama
24.
persen
degradasi
penyimpanan
dalam
sedangkan
dosis
madu
yang
(Trisnawati, 2005).
Penentuan
kriteria
kecermatan
(accurate)
Kadar
dibuat
rifampisin
dalam
darah
ini
sudah
memenuhi
103/KEC-LPPT/V/2013
(Anonim, 2009).
Penelitian
yang
1. Penetapan
diperoleh
dalam
suatu
metode.
Hewan
dari
Coba
Komite
Etik
Laboratorium
panjang
gelombang
maksimum rifampisin
(maks)
7. Penetapan
batas
deteksi
dan
rifampisin
menggunakan
dibaca
spektrofotometer
dengan
UV-Vis.
2.
Gambar 2. Kromatogram rifampisin dalam darah (in vivo) sampel jam ke 8 pada tikus
kontrol 1 dengan fase gerak 0,05 M buffer fosfat : asetonitril (55:45 v/v)
Penetapan
persamaan
rifampisin
5,215
sedangkan
senyawa
diukur
dilakukan
yang
retensi 3,451.
dibawah
3.
kemudian
darah
baku
dalam
kurva
puncak
No
1
2
3
4
5
Seri Kadar
(g/mL)
0,5
1
2
5
10
Luas Area
9959
19153
47880
91928
197905
luas
area
kromatogramnya
5.
adalah y = 19438,99676x+1440,71197;
kromatogram
rifampisin
hasil
dari
ini.
yang
baik
karena
mendekati
satu
(Watson, 2000).
dari
masing-masing
seri
kadar
masih
adalah
LLOQ.
menunjukkan
LOD,
LOQ,
dan
bahwa
metode
yang
kurangdari2.
Tabel 2. Nilai perolehan kembali, kesalahan sistematik, kesalahan acak, dan HORRAT pada
penetapan kadar rifampisin dalam darah
Diketahui
(g/mL)
5
Kadar rifampisin
Luas
Terukur
Area
(g/mL)
79707
81130
80919
RatarataSD
10
201400
200133
200069
RatarataSD
15
RatarataSD
259390
262664
242551
Recovery
(%)
Kesalahan
Sistematik
(%)
4,03
4,10
4,09
80,53
81,99
81,77
19,48
18,01
18,23
4,070,04
81,430,79
18,570,79
10,29
10,22
10,22
102,87
102,21
102,18
-2,87
-2,21
-2,18
10,240,04
102,420,39
-2,420,39
13,27
13,44
13,04
88,47
89,59
82,69
11,54
10,41
17,31
13,040,56
86,913,70
13,093,70
Kesalahan
Acak (%)
HORRAT
0,07
0,01
0,03
0,003
4,73
0,44
Tabel 3. Persentase degradasi rifampisin dalam asetonitril (in vivo) pada pemberian rifampisin 50
mg/kg BB tikus setelah dilakukan penyimpanan dalam lemari pendingin
Jam ke-
Degradasi (%)
Luas area
68872
3,468867
24
66997
3,372411
2,88
rifampisin berkurang,
akurasi.
stabil
Data
rifampisin
untuk
selama
menilai
proses
stabilitas
penyimpanan
penelitian
rifampisin
yang
farmakokinetika
diberikan
peroral
pada
persentase
asetonitril
Parameter
namun
menginterpretasi
perubahan-
dari
kestabilan
terkandung
dimana
atau
rifampisin
freezer
yang
dengan
suhu
5-10 C
parameter
primer,
sekunder,
parameter-parameter
dipengaruhi
oleh
perubahan
dan
tersebut
parameter
suatu
Penetapan
stabilitas
spesimen
biologis
rifampisin
dihitung
dalam
sebagai
variabel
dipengaruhi
oleh
fisiologis,
dosis
dan
sedangkan
kecepatan
Tabel 4. Data kadar rifampisin dalam darah (g/mL) pada kelompok kontrol dan perlakuan (n=5)
Kadar (g/mL)
Waktu sampling
(jam ke-)
Kelompok Kontrol
(Rata-rataSE)
Kelompok Perlakuan
(Rata-rataSE)
0,25
0,490,23
0,090,03
0,5
1,220,53
0,170,03
1,780,58
0,220,05
1,5
2,431,08
0,240,05
1,170,46
0,340,09
4,211,06
0,570,12
1,350,47
0,290,12
1,790,47
0,590,12
2,510,65
0,770,24
10
2,270,90
1,080,09
12
1,400,40
0,910,11
24
0,780,27
0,600,11
Keterangan :
Kelompok kontrol adalah tikus yang diberikan rifampisin secara peroral dengan dosis
50 mg/kgBB
Kelompok perlakuan adalah tikus yang diberikan madu peroral dengan dosis 7,65
mL/kgBB satu kali sehari selama tujuh hari berturut-turut dan pada hari kedelapan
diberikan
bersamaan
dengan
rifampisin
dosis
50
mg/kgBB
Tabel 5. Harga parameter farmakokinetika dan uji t tidak berpasangan untuk rifampisin pada
kelompok kontrol dan perlakuan
Nilai Parameter
Parameter
Farmakokinetika
k
(/jam)
t1/2
(jam)
Kontrol
(Rata-rataSE)
Perlakuan
(Rata-rataSE)
% Beda
Uji t tidak
berpasangan
(nilai P)
0,080,02
0,050,01
-37,50
0,228
11,672,80
18,192,97
+55,87
0,149
0,930,17
1,760,37
+89,25
0,077
ClT
(L/jam)
volume
dipengaruhi
distribusi
oleh
klirens
dan
(Hakim,
2011).
Laju
besarnya
eliminasi
obat
dari
dalam
tubuh.
Laju
waktu
paruh
eliminasi
(t 1/2
fisiologi,
eliminasi,
semakin
maka
semakin
lama
eliminasi.
kontrol,
(p>0,05).
kecil
waktu
nilai
paruh
seperti
tetapi
fungsi
organ
secara
tidak
dalam
signifikan
Hasil
penelitian
menunjukkan
peningkatan
metabolisme rifampisin
karena
2.
menunjukkan
diperlukan
oleh
klirens
total
tidak dipercepat
faktor,
yang
paling
eliminasi
yang
waktu
atau
penelitian,
penelitian
baku,
dapat
sejumlah
tidak
paruh
lamanya
beberapa
ini
diketahui
obat
bahwa
pada
oleh
selain
itu
karena
tidak
itu
perlu
dilakukan
dilakukan
statistik.
3.
pembuatan
obat
tubuh
baku
pada
setiap
tanpa
Eliminasi
proses
jam
mengetahui
obat
dari
kurva
terdiri
dari
Nilai klirens
ke-10
hingga
apakah
jam
ke-24
masih
untuk
terdapat
KESIMPULAN
Hasil
penelitian
pengaruh
praperlakuan
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, K. (2008) Stockleys Drug Interaction.
Eight Edition. USA: Pharmaceutical
Press
Bogdanov S, Jurendic T, Sieber R, Gallmann
P.(2008),
Honey for Nutrition and
Health : A Review. Journal of American
College of Nutrition.; 27(6):677-689
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Welss BG,
Posey LM. (2008) Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach. 7th ed. New York:
Mc Graw Hill Medical. Chapter 116,
Tuberculosis; p.1845