A. Latar Belakang
individu
yang
tidak
dapat
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya maka individu itu akan sangat gelisah, cemas, takut, tidak
dapat tidur, tidak enak makan, dan lain sebagainya. Dari uraian tersebut
terlihat bahwa santri juga mengalami permasalahan, sehingga mereka rentan
terhadap permasalahan kesehatan mental.
Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain: faktor
biologis, yang meliputi: otak, system endokrin, genetika, sensori, dan kondisi
ibu selama kehamilan, serta faktor psikologis, yang meliputi: pengalaman
awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan. Adapun yang termasuk faktor
eksternal antara lain: stratifikasi sosial, interaksi sosial, dan kondisi
lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan
sekolah. (Muhyani, 2012: 46). Dalam hal ini dukungan sosial dan pembinaan
keagamaan di pondok pesantren dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
kesehatan mental santri.
Kehidupan santri di pondok pesantren yang jauh dari keluarga
membuat para santri merasa kurang diperhatikan, sehingga membutuhkan
dukungan. Dukungan sosial bagi para santri merupakan hal yang amat
penting, hal tersebut sejalan dengan kodratnya sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial, keberadaannya selalu membutuhkan dan
intensitas
mengikuti
pembinan
keagamaan
juga
dapat
pesantren-pesantren
dan
lembaga-lembaga
agama
yang
khusus
khususnya
tentang
pengaruh
intensitas
mengikuti
pembinaan
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
seseorang, baik dalam bentuk skripsi, buku, dan dalam bentuk tulisan yang
lainnya, maka penulis akan memaparkan beberapa bentuk tulisan yang sudah
ada. Beberapa bentuk tulisan atau hasil penelitian yang penulis paparkan
adalah:
1. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stress Remaja Penghuni
kesehatan Mental Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang. Penelitian dilakukan oleh Ikha Ratna Nofita, 2008. Dalam
penelitian ini terdapat pengaruh positif signifikan antara perhatian
keluarga dan bimbingan rohani Islam terhadap kesehatan mental pasien di
RSI Sultan Agung Semarang, artinya apabila semakin banyak perhatian
yang diberikan oleh keluarga dan semakin banyak pula bimbingan rohani
Islam yang diberikan petugas kerohanian kepada pasien maka semakin
banyak pula pengaruhnya terhadap kesehatan mental pada pasien di RSI
Sultan Agung Semarang.
3. Pengaruh Intensitas Melaksanakan Puasa Ramadlan Terhadap Kesehatan
1.1.
10
sehat ditandai dengan sifat-sifat khas, antara lain: mempunyai kemampuankemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan-tujuan hidup
yang jelas, punya konsep diri yang sehat, ada koordinasi antara segenap
potensi dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi-diri dan integrasi
kepribadian, dan batinnya selalu tenang.
Orang yang sehat mentalnya menurut Marie Jahoda memiliki karakter
utama sebagai berikut:
a. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti ia dapat
mengenal dirinya dengan baik.
b. Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang baik.
c. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan,
dan tahan terhadap tekanan-tekanan yang terjadi.
11
12
1.3.
maupun internal. Yang termasuk faktor internal adalah faktor biologis dan
psikologis, diantaranya:
g. Faktor Biologis
Salah satu faktor yang berpengaruh tehadap kesehatan menta adalah faktor
biologis. Beberapa faktor biologis yang secara langsung berpengaruh
terhadap kesehatan mental, diantaranya: otak, system endokrin, genetika,
sensori, dan kondisi ibu selama kehamilan.
h. Faktor Psikologis
Aspek psikis yang berpengaruh terhadap kesehatan menrtal, yaitu:
pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan (Muhyani, 2012:
46-50).
merupakan
lingkungan
mikrosistem
yang
menentukan
menemukan nilai dan tujuan hidup. Individu yang otonom dan mandiri
dapat bekerja secara interdependen atau kooperatif dengan orang lain
tanpa kehilangan otonominya.
14
b. Memaksimalkan
potensi
diri:
individu
memiliki
orientasi
pada
dan keterbatasannya.
e. Menguasai lingkungan: individu dapat menghadapi dan memengaruhi
15
Intensitas berasal dari kata intens yang artinya hebat, sangat kuat
(tentang kekuatan, efek, dan sebagainya), tinggi (mutu), bergelora, penuh
semangat (perasaan), dan sangat emosional (orang). Dilihat dari sifat intensif
berarti secara sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam mengerjakan
seseuatu hingga memperoleh hasil optimal, sedangkan intensitas merupakan
keadaan tingkatan atau ukuran intensnya (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994: 383).
Menurut Kartono dan Gulo (dalam Nurhidayah, 2011: 33), intensitas
adalah besar atau kekuatan suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang
dibutuhkan untuk merangsang salah satu indera, ukuran fisik dari energi atau
data indera. Jadi intensitas adalah tingkat kesungguhan yang dilakukan oleh
seseorang dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata
intensitas diartikan sebagai kegiatan atau usaha yang dilakukan seseorang
secara terus-menerus dan lebih dari satu kali dengan frekuensi yang lebih
lama semakin meningkat yang di dalamnya mengandung unsur motivasi,
semangat/giat dalam mencapai hasil yang diinginkan.
2.2. Pengertian Pembinaan Keagamaan Islam
16
yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu yang berhubungan dengan
agama (Depdikbud: 1994, 10)
Secara praktis, pembinaan adalah suatu usaha dan upaya yang
dilakukan secara sadar terhadap nilai-nilai yang dilaksanakan oleh orang tua,
seorang pendidik atau tokoh masyarakat dengan metode tertentu baik secara
personal (perorangan) maupun secara lembaga yang merasa punya tanggung
jawab terhadap perkembangan pendidikan anak didik atau generasi penerus
bangsa dalam rangka menanamkan nilai-nilai dan dasar kepribadian dan
pengetahuan yang bersumber pada ajaran agama Islam untuk dapat diarahkan
pada sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
Pengertian agama menurut William James adalah segala perasaan
tindakan pengalaman manusia masing-masing dalam keheningannya,
sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama mempunyai arti
sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu (Depdikbud,
1994: 10).
Pengertian Islam menutut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu agama
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci alQuran, yang diturunkaan ke dunia melalui wahyu Allah SWT (Depdikbud,
1994: 388).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan keagamaan
Islam adalah usaha yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang
berhubungan dengan agama Islam, berpedoman pada al-Quran yang
bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan agama Islam
17
18
19
e) Spirit of change
20
anggota tubuh yang dikaruniakannya, tanpa ketentuan arah jalan yang pasti.
Manusia diberi jalan yang dikehendakinya, sebagaimana firman Allah:
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (Al-Quran dan
Terjemah: 2006, 560).
Jadi dasar ideal pembinaan keagamaan sudah jelas dan tegas yaitu
terdapat dalam al-Quran dan al-Hadits.
2.6. Fungsi dan Tujuan Pembinaan Keagamaan Islam
2.6.1.
21
2.6.2.
kehidupan keagamaannya.
c. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan keagamaan
dirinya yang telah baik agar tetap baik dan atau menjadi lebih baik (Faqih:
2001, 63).
Jadi, tujuan pembinaan keagamaan Islam secara umum yaitu
membantu individu menyelesaikan masalah dan mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
2.6.3.
mengungkapkan cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu
(Piway: 2005, 56). Dalam hubungannya dengan pembinaan keagamaan Islam,
maka metode pembinaan keagamaan berarti cara yang paling cepat dan tepat
dalam melakukan pembinaan keagamaan Islam. Mengenai metode pembinaan
keagamaan tidak jauh berbeda dengan metode dakwah, al-Quran telah
memberikan petunjuk dalam surat al-Nahl ayat 125:
22
Metode dakwah sebagaimana dimaksud dalam ayat 125 dari surat alNahl tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga metode yaitu metode
yang meliputi hikmah, nasehat yang baik dan berdebat dengan cara yang baik.
Al-Nahlawi, meyebutkan ada tujuh pokok metode pembinaan
keagamaan, yaitu dengan metode hiwar, metode kisah Qurani dan nabawi,
metode amtsal, metode keteladanan, metode pembiasaan, metode ibrah dan
mauizah, dan metode targhib, dah tarhib (Ramayulis: 2005, 216).
a. Metode Hiwar
Hiwar (dialog) adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau
lebih mengenai sebuah topik, dan dengan sengaja diarahkan pada tujuan yang
dikehendaki (dalam hal ini seorang pembina).
b. Metode Kisah Qurani dan Nabawi
23
Tuhan
mengajarkan
umatnya
dengan
membuat
perumpamaan
akhirat yang disetai dengan bujukan. Tarhib adalah ancaman karena dosa yang
dilakukan. Targhib bertujuan untuk membuat orang mematuhi peraturan
Allah. Tarhib juga demikian, tapi tekanannya targhib adalah agar untuk
melakukan kebaikan sedangkan tarhib agar menjauhi larangan-Nya.
24
3. Dukungan Sosial
3.1. Pengertian dukungan sosial
teman
kerja
dan
orang-orang
lainnya
(http://artidukungansosial.blogspot.com/2011/02/teori-dukungan-sosial.html,
diunduh, 17 September 2013, pkl, 16:30)
Gottlieb (dalam Nursallam, 2007: 30) menyatakan dukungan sosial
terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata,
atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai
25
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Buchanan (dalam
Videbeck, 2011: 178) menyatakan dukungan sosial merupakan dukungan
emosional yang berasal dari teman, anggota keluarga, bahkan pemberi
perawatan kesehatan yang membantu individu ketika suatu masalah muncul.
Menurut Cohen dan Syme (dalam Prasetyawati: 2011, 96), dukungan
sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh
dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada
orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah
hubungan interpersonal antara individu yang memberi bantuan berupa
bantuan instrumental, emotional, pemberian informasi, dan penilaian.
3.2. Aspek-aspek Dukungan Sosial
d. Dukungan Informatif
27
adanya keyakinan bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan untuk
membantu penyelesaian masalah dan kepastian.
e) Guidance (bimbingan), yaitu adanya seseorang yang memberikan nasehat
28
Intensitas Mengikuti
gangguan-gangguan
jiwa,
fungsi
kuratif
dapat
berfungsi
29
Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka
jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Yang dimaksud dengan penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisis pada data-data
30
2. Definisi Operasional
2.1. Kesehatan Mental
31
dan sebagainya) yang baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya,
4) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan dan berupaya menerapkan tuntunan
32
Dukungan Sosial
membantu dan menolong yang diperoleh dari orang lain yang dapat
dipercaya. Untuk mengukur tingkat dukungan sosial maka digunakan skala
tingkat dukungan sosial. Pengukuran dukungan sosial keluarga dilakukan
dengan menggunakan Skala dukungan sosial yang digunakan merupakan
pengembangan skala yang disusun Bukhori (2006: 28). Skala tersebut disusun
berdasarkan aspek-aspek menurut House (dalam Nursallam: 2007, 29), yang
meliputi:
33
Sumber primer dari penelitian adalah santri di pondok pesantren AlHidayah Plumbon Kec. Limpung Kab. Batang yang mengikuti kegiatan
pembinaan keagamaan Islam. Adapun sumber sekunder dari penelitian ini
adalah petugas pembinaan keagamaan Islam di Pondok Pesantren Al-Hidayah
Plumbon Kec. Limpung Kab. Batang dan perpustakaan.
Adapun jenis data yang dipergunakan yaitu:
a) Data Primer
34
Data sekunder adalah data penunjang dari data primer yang meliputi
data-data tentang pondok pesantren, laporan-laporan pelaksanaan kegiatan
pembinaan keagamaan Islam, dan data santri.
Populasi dalam penelitian ini adalah santri di pondok pesantren alHidayah Plumbon Kec. Limpung Kab. Batang yang mengikuti pembinaan
keagamaan Islam. Kriteria santri yang dijadikan responden adalah sebagai
berikut: santri yang tinggal di pondok pesantren al-Hidayah, mengikuti
pembinaan keagamaan Islam, dan jenjang pendidikan minimal SMP/MTs.
5. Instrumen Pengumpulan Data
35
Tabel 1
Skor Jawaban Item
Jawaban
Favorable
Unfavorabel
SS
TS
STS
36
Tabel 2
Spesifikasi Skala Kesehatan Mental
No
Indikator
Jumlah
Nomor Item
Favorable
Unfavorable
Item
1,12,16,25
5,9,13
kejiwaan
Mampu
2,7,17,20
11,19,26
7
Menyesuaikan Diri
3
Mampu
6,18,27
10,8,15,21
7
Mengembangkan
4
Potensi
Beriman
Tuhan
Kepada
dan
menerapkan tuntutan
37
4,14,23
3,22,24,28
agama
dalam
kehidupan
sehari-
hari
Jumlah
14
14
28
No
Nomor Item
Favorable
Unfavorable
Indikator
Jumlah
Item
Frekuensi
1,7,9
8,6,3
Motivasi
2,11,18
5,10,20
Efek
4, 14, 21
16,24,27
4.
Perhatian
12,17,25
19,26,30
38
5.
Spirit of change
Jumlah
15,23,28
13,22,29
15
15
30
Jumlah
Unfavorable
No
Indikator
Perhatian
3,7,13,21
1,9,18
emosional
Bantuan
2,14,19,28
4,20,25
Instrumental
Pemberian
8, 10,17,24
11,16,22
Informasi
Penilaian
6,12,15,27
5,23,26
16
12
28
Jumlah
39
Item
7
7
7
teknik
Alpha
dari
Cronbach,
dan
penghitungannya
40
Sistematika Penulisan
Sistematika skripsi ini terdiri dari enam bab yang mssing-masing bab
mencerminkan satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan yaitu:
Bab pertama adalah pendahuluan, dalam bab ini, berisi tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, dan sisitematika penulisan.
Bab kedua adalah kerangka teoritik yang menjelaskan tentang
kesehatan mental, intensitas mengikuti pembinaan keagamaan Islam, dan
dukungan sosial. Bab ini dibagi menjadi lima sub bab. Sub bab pertama
menjelaskan tentang pengertian kesehatan mental, faktor-faktor yang
mempengaruhi, dan aspek-aspek kesehatan mental. Sub bab kedua
menjelaskan tentang pengertian intensitas, pengertian pembinaan keagamaan
Islam, pengertian intensitas mengikuti pembinaan keagamaan Islam, aspekaspek, konsep pembinaan keagamaan, fungsi dan tujuan pembinaan
keagamaan Islam, dan metode pembinaan keagamaan Islam. Sub bab ketiga
menjelaskan tentang pengertian dukungan sosial dan aspek-aspek dukungan
41
42