Anda di halaman 1dari 30

ANTARA KEMARIN

DAN HARI INI

PENDAHULUAN
Ikhwanul Muslimin menerbitkan risalah-risalah yang menjelaskan tentang
dakwah, fikrah dan manhaj mereka. Risalah-risalah ini mencakup ushul (prinsip-prinsip)
dan marahil (fase-fase) dakwah serta mengupas hakekat dan sasaran-sasarannya.
Risalah yang ada di hadapan pembaca ini merupakan risalah pertama yang
berjudul "Bainal Amsi wal Yaum" (antara kemarin dan hari ini). Bab ini membahas
tentang perkembangan dan sasaran fikrah islamiyah. Risalah ini telah diterbitkan sejak
awal munculnya fikrah Ikhwan sebelum terjadinya perang dunia II dan telah dibaca oleh
para aktivis dakwah pada saat itu. Di dalamnya ada diskripsi yang bagus tentang mabadi'
(dasar-dasar) Islam serta sarana untuk melakukan ishlah (perbaikan) sebagaimana telah
diserukan kepada kita untuk menerapkannya. Di dalamnya juga dibahas selayang
pandang tentang daulah islamiyah di awal kebangkitannya, saat Al-Qur'an dijadikan
dustur (undang-undang) dalam kehidupan masyarakat, dan Rasulullah sendiri yang
memimpin dan menjadi qudwah (sumber keteladanan) bagi mereka.
Pada risalah ini juga terdapat analisis yang cukup detail tentang faktor-faktor yang
dapat mengacaukan arus kebangkitan umat Islam dan menggeser keberadaan mereka.
Pembaca juga akan mendapatkan untaian kalimat yang berisi taujih (pengarahan) yang
sangat mengena pada penghujung risalah ini. Sungguh, tidak akan shalih generasi akhir
dari umat ini kecuali dengan apa yang menjadikan shalih para pendahulunya.
Kepada Allah-lah kami memohon agar menjadikan amal ini ikhlas karena mencari
ridha-Nya, sehingga dapat membuka hati-hati dan pikiran kaum muslimin agar beramal
sesuai dengan petunjuk agama yang hanif ini.

I. RISALAH NABI YANG TERPERCAYA


Sejak 1376 tahun yang lalu Muhammad bin Abdullah, seorang nabi yang umi
telah berseru di Makkah, di atas bukit Shafa,

"Hai sekalian manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada


kalian. Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. Tidak ada Tuhan selain
Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah
dan Rasul-Nya, seorang nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kalimatkalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk."
(AI-A'raf: 158)
Dakwah yang integral itu merupakan garis pembatas di alam semesta ini, pemisah
antara hari kemarin yang gelap gulita dan masa kini yang indah sejahtera, serta masa
depan yang terang benderang. Dia juga merupakan proklamator yang mendeklarasikan
lahirnya sebuah sistem baru, yang syari' (pencetus syari'at) nya adalah Allah sendiri, Dzat
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Muballighnya adalah Muhammad sang
pemberi kabar gembira dan ancaman. Kitabnya adalah Al-Qur'an yang jelas dan terang.
Para jundi-nya adalah kaum muhajirin dan anshar, dan siapa saja yang ber-itiba' kepada
mereka dengan ihsan. Sistem itu bukan produk manusia, melainkan shibghah Allah.
Adakah shibghah yang lebih baik dari shibghah-Nya?
"Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah AI-Kitab (Al-Qur'an) itu,
dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan AI-Qur'an itu
sebagai cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa saja yang Kami kehendaki
di

antara

hamba-hamba

Kami.

Dan

sesungguhnya

Karni

benar-benar

rnenunjukkan kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya
segala apa yang di langit dan apa yang ada di bumi, Ingatlah, kepada Allahlah
kembalinya semua urusan." (Asy-Syura: 52-53)

II. MANHAJ AL-QUR'AN DALAM PERBAIKAN SOSIAL


Al-Our'an adalah kitab yang sarat dengan asas-asas perbaikan sosial yang syamil
(utuh, menyeluruh). Sejak awal diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., Al-Qur'an
telah mendeklarasikan asas-asas perbaikan itu dari waktu ke waktu, sesuai dengan waqi'
(realitas yang ada).
"Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya (Al-Qur'an) dan
Kami membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah orang kafir itu datang
kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan

kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik penjelasannya." (AI-Furqan: 3233)
Sampai kemudian, sempurnalah wahyu itu dan dipelihara di dalam dada (dihafal)
selama 22 tahun lebih. Sungguh, Allah telah mengumpulkan untuk umat ini sebuah
penjelasan bagi segala sesuatu dan memancangkan asas-asas perbaikan sosial yang
sempurna. Asas-asas perbaikan itu adalah sebagai berikut:
1. Rabaniyah;
2. Ketinggian kualitas jiwa manusia;
3. Penegasan terhadap keyakinan akan adanya jaza' (balasan) atas setiap amal;
4. Deklarasi ukhuwah antar sesama manusia;
5. Bangkitnya laki-laki dan perempuan secara bersama-sama, mengumumkan adanya
takaful dan emansipasi serta menetapkan tugas masing-masing secara rinci;
6. Jaminan kepada masyarakat akan adanya hak hidup, pemilikan, lapangan kerja,
kesehatan, kebebasan, pengajaran dan keamanan bagi setiap individu, serta
menentukan sumber-sumber penghasilan;
7. Penentuan dua macam gharizah (kecenderungan): Kecenderungan untuk memelihara
jiwa dan memelihara keturunan serta mengatur berbagai tuntutan yang terkait dengan
makanan dan pemenuhan kebutuhan seksual;
8. Tegas dalam memerangi berbagai tindak kriminal dan pelanggaran hak-hak asasi
manusia;
9. Penegasan akan pentingnya wihdatul umah dan mengikis habis semua bentuk
perpecahan;
10. Mewajibkan umat untuk berjihad memperjuangkan prinsip-prinsip al haq yang
digariskan oleh sistem ini; dan
11. Menjadikan daulah sebagai sarana bagi perwujudan dan pemeliharaan fikrah,
bertanggung

jawab

mewujudkan

sasaran-sasarannya

di

masyarakat,

dan

mentransformasikannya kepada sekalian manusia.

III. SYIAR-SYIAR TERAPAN DALAM SISTEM INI


Nizham (sistem perundang-undangan) qur'ani berbeda dengan sistem-sistem
perundang-undangan buatan manusia dan teori-teori filsafat. Sistem ini tidak membiarkan

prinsip-prinsip dan ajarannya hanya menjadi teori yang tertanam dalara jiwa, pendapatpendapat yang tertulis dalam buku, atau kata-kata yang dilontarkan dengan lisan. Namun
sistem ini telah membuat penekanan, meneguhkan, dan mengambil manfaat dari
pengaruh serta hasil-hasil yang dicapai oleh teori-teori tadi dalam bentuk yang aplikatif.
Pada saat yang sama (sistem qur'ani) juga mewajibkan umat yang yakin dan percaya pada
untuk menjaga amal-amal terapan tersebut dan mewajibkannya sebagai amal-amal fardhu
yang tidak ada alasan untuk menyia-nyiakannya. Ia bahkan memberi pahala kepada yang
melaksanakan dan menghukum yang meninggalkan dengan sebuah hukuman yang
terkadang bisa mengeluarkan salah seorang dari batas-batas mujtama' islami (masyarakat
Islam) dan mengusirnya ke tempat yang jauh.
Amal-amal fardhu terpenting yang oleh sistem ini dijadikan sebagai pijakan untuk
menanamkan mabadi' (prinsip-prinsip) nya adalah:
1. Shalat, dzikir, taubat, istighfar, dan yang sejenisnya;
2. Shaum, 'iffah, dan hati-hati menjaga diri dari kemewahan;
3. Zakat, shadaqah, dan infaq di jalan kebajikan;
4. Haji, siyahah, rihlah, mengungkap dan menganalisa alam malakut Allah;
5. Mencari penghasilan, bekerja, dan diharamkan minta-minta;
6. Jihad, perang, menyiapkan para tentara, dan merawat keluarga serta kepentingan
mereka setelah mereka menemui ajal;
7. Amru bil ma 'ruf dan memberikan nasihat;
8. Nahyu 'anil munkar dan memboikot pelaku kemungkaran;
9. Berbekal ilmu dan ma'rifah bagi setiap muslim dan muslimah dalam berbagai sisi
kehidupan sesuai dengan kondisi;
10. Melakukan muamalah yang baik dan menjaga kesempurnaan perilaku dengan akhlak
yang utama;
11. Memperhatikan kesehatan tubuh dan menjaga kebaikan indra, serta
12. Solidaritas sosial (yang timbal balik) antara peraimpin dan rakyat, berupa ri'ayah
(dari sang pemimpin) dan ketaatan (dari rakyat) pada waktu yang bersamaan.
Oleh karena itu, seorang muslim dituntut untuk melaksanakan kewajibankewajiban ini dan bangkit dengannya sebagaimana yang telah dirinci oleh nizham
qur'ani. Dalam hal ini seorang muslim tidak boleh mengabaikannya. Kewajiban-

kewajiban ini telah diungkap dalam Al-Qur'an Al-Karim, dijelaskan dengan sederhana
dan praktis oleh amal perbuatan Nabi Muhammad saw., para sahabat, dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan ihsan. Setiap amalan menguatkan dan menegaskan
adanya salah satu prinsip dari teori-teori yang ada dalam nizham ini untuk diwujudkan
dan memberikan nilai guna bagi manusia dengan hasil-hasil dan atsar-atsar-nya.

IV. DAULAH ISLAMIYAH YANG PERTAMA


Di atas pondasi sistem sosial qur'ani yang utama inilah tegak daulah islamiyah
pertama.

Mengimaninya

dengan

kuat,

melaksanakannya

dengan

cermat

dan

menyebarkannya ke seluruh alam. Sampai-sampai Sang Khalifah Pertama (Abu Bakar


Ash-Shiddiq) pernah mengatakan, "Seandainya tali kekang untaku hilang, tentu akan
kudapatkan di dalam Kitab Allah." Beliau juga memerangi para pembangkang yang
tidak mau membayar zakat dan mengategorikan mereka sebagai orang-orang yang sudah
murtad karena telah mengingkari salah satu rukun dari rukun-rukun yang ada dalam
sistem ini. "Demi Allah, seandainya mereka mencegahku (untuk mengeluarkan
zakatnya) anak unta yang dulu pernah dilaksanakan Rasulullah, tentu aku akan
memerangi mereka dengan pedang yang tergenggam di tanganku."
Kesatuan makna dan fenomena yang ada di sistem tadi, melingkupi seluruh
pranata umat yang baru tumbuh ini. Oleh karenanya, kesatuan sosial Islam itu bersifat
utuh dan menyeluruh, yang tergambar dalam integralitas sistem dan bahasa Al-Qur'an.
Kesatuan politik juga bersifat utuh dan menyeluruh di bawah naungan Amirul Mukminin,
dan di bawah kibaran panji khilafah di pusat pemerintahan. Fikrah islamiyah bukan
hanya terpusat pada aspek kemiliteran, baitul maal, atau pada landasan kewajiban para
pemimpin, karena semuanya beramal dengan landasan akidah yang satu dan instruksi
umum yang satu pula.
Prinsip-prinsip qur'ani menolak sistem paganisme mistis di Jazirah Arab dan
Persia,

kemudian

menggusurnya.

la

menolak

konsep

Yahudi

sang

penipu,

mengungkungnya dalam wilayah yang sempit, serta mengikis habis dominasi keagamaan
dan politiknya. la juga melawan dominasi Nasrani, sehingga pengaruhnya terbatas hanya
di dua benua Asia dan Afrika, kemudian meluas ke benua Eropa di bawah naungan
pemerintahan Romawi Timur di Konstantinopel. Saat itulah kewenangan politik dan

spiritual daulah islamiyah memusatkan perhatian pada dua benua besar ini (Asia-Afrika)
dan berusaha menaklukkan benua yang ketiga (Eropa) dengan memerangi Konstantinopel
dari arah timur dan mengepungnya sampai berhasil. Pengaruh Islam juga merambah
Barat dengan menaklukkan Andalusia (Spanyol), bahkan pasukannya yang perkasa bisa
meluaskan pengaruh sampai jantung kekuasaan Perancis dan sebelah barat laut Italia. la
kemudian mendirikan negara kuat yang kaya dengan hasanah ilmu pengetahuan dan
peradaban. Setelah itu disempurnakanlah "petualangan" ini dengan ditaklukkannya
Konstantinopel, yang dengannya terkungkunglah Nasrani di tempat yang sempit di pusat
Eropa ini. Pengaruh Kesultanan Islam bertambah luas sampai melingkupi wilayah yang
ada di Laut Merah dan Laut Tengah, sehingga keduanya menjadi "Laut Islam". Dengan
begitu, kekuatan Islam berhasil rnemegang kendali laut di Barat dan di Timur, sehingga
otoritas kekuasaannya meliputi daratan dan lautan dari barat hingga timur.
Umat Islam telah melakukan hubungan dengan bangsa-bangsa lain dan telah
berhasil mengambil banyak pelajaran dari peradaban mereka. Itu semua dimungkinkan
dengan adanya filter berupa kekuatan iman dan kekokohan sistem nilainya, sehingga
mereka berhasil mempola dan mengkondisikan peradaban-peradaban itu sesuai dengan
bahasa dan agama, dengan keindahan dan dinamika ajaran Islam yang mulia. Memang
umat Islam dibolehkan mengambil pelajaran dari peradaban-peradaban itu semuanya
tanpa harus berpengaruh terhadap komitmen keislamannya, tidak pula terhadap kesatuan
sosial dan politiknya.

V. FAKTOR-FAKTOR PENGHANCUR EKSISTENSI DAULAH ISLAMIYAH


Kendati telah memiliki kekuatan dan kekuasaan yang luas, namun faktor-faktor
penghancur rupanya juga telah menyusup ke sela-sela kehidupan umat qur'ani ini. Unsur
perusak itu tumbuh membesar, mengakar, dan semakin kuat sehingga mampu merobekrobek bangunan besar ini dan mengikis habis pusat daulah islamiyah. Penghancuran yang
pertama pada abad ke-6 hijriyah oleh Bangsa Tartar dan yang kedua pada abad ke-14
hijriyah. Dua peristiwa pengancuran ini telah mewariskan kondisi umat yang berceraiberai, Mereka hidup di negara-negara kecil yang sulit untuk menuju kesatuan dan bangkit
kembali.
Faktor-faktor penghancur itu adalah:

1. Pergolakan politik, fanatisme kesukuan, perebutan kekuasaan, dan ambisi terhadap


kedudukan. Sebenarnya Islam telah memberikan peringatan keras agar menjauhi
semua itu dan menyuruh umatnya zuhud dalam masalah kekuasaan serta tidak
memalingkan pandangan kepada perusak bangsa dan penghancur negara.

"Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi


gentar dan hilang kekuatanmu serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar." (AI-Anfal: 46)

Islam juga berwasiat agar kita selalu berupaya menjaga ke-ikhlasan hanya untuk
Allah, baik ucapan maupua amal perbuatan, serta berusaha memalingkan diri dari
kecintaan terhadap pangkat dan pujian.

1. Pertentangan agama dan madzhab. Banyak dari kita yang lari dari agama sebagai
sistem ideologi dan amal menuju ungkapan-ungkapan filsafat yang mati, tiada
bermakna, dan sama sekali tidak aplikatif. Kita telah mengabaikan Kitab Allah dan
sunah Rasul-Nya, jumud dan ta 'ashub terhadap pendapat dan perkataan, senang
berdebat dan adu argumentasi. Semuanya itu adalah perkara-perkara yang Islam
menyuruh kita untuk mewaspadai dan bahkan melarangnya dengan sangat. Sampaisampai Rasulullah bersabda,

"Tidaklah suatu kaum tersesat setelah datangnya petunjuk, kecuali jika


mereka senang berdebat."

3. Tenggelam dalam aneka bentuk kemewahan dan kenikmatan, respek terhadap


pemenuhan kesenangan dan syahwat. Sampai-sampai hal ini begitu berpengaruh
terhadap para petinggi pemerintahan kaum muslimin pada banyak masa yang tidak
terjadi pada penguasa selain mereka. Padahal mereka membaca dengan seksama
firman Allah,

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah)
tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah
sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian
Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (Al-lsra': 16)

4. Terjadinya transformasi kekuasaan kepada bangsa non Arab, seperti Persia, kemudian
Dailim, bangsa Mamaluk, Turki dan yang lainnya dari bangsa-bangsa yang belum
mengenyam Islam dengan penghayatan yang benar, dan hati-hati mereka juga belum
disinari dengan cahaya Al-Qur'an, karena kesulitan di dalam memahami maknanya.
Padahal mereka membaca firman Allah ta'ala,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil menjadi teman


kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya

menimbulkan

kemudharatan

bagimu.

Mereka

suka

menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami) jika kamu memahaminya." (Ali Imran;
118)

5. Mengabaikan ilmu-ilmu terapan, ilmu-ilmu kauniyah serta membuang-buang waktu


dan potensi untuk bergelut dengan aneka filsafat yang bersifat teoritis serta ilmu fiktif
yang tak bermakna. Padahal Islam telah menganjurkan kepada mereka untuk melihat
alam, memikirkan rahasia-rahasia penciptaan, dan berjalan di muka bumi untuk
kemudian merenungkan kalam Allah,

"Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi." (Yunus: 101)

6. Banyak penguasa yang lengah oleh kekuasaanya, tertipu oleh kekuatannya dan tidak
memeperhatikan perkembangan sosial bangsa-bangsa selain mereka. Sehingga

mereka terlampaui oleh yang lain dalam hal kesiapan dan kehebatan, sementara
mereka tidak menyadari ketertipuannya. Padahal Al-Qur'an menyuruh mereka untuk
senantiasa tetap dalam kebangunan dan mewaspadai sifat alpa. Al-Qur'an
mengkategorikan orang-orang yang alpa itu seperti binatang ternak, bahkan lebih
sesat dari itu.

"Sungguh Kami masukkan ke neraka jahannam banyak dari golongan jin dan
manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak digunakan untuk berpikir,
mempunyai mata tapi tidak digunakan untuk melihat dan mempunyai telinga
tapi tidak digunakan untuk mendengar, mereka itu ibarat binatang ternak,
bahkan lebih sesat. Dan mereka-mereka itu adalah orang yang lupa." (AIA'raf: 179)

7. Tertipu oleh tipu daya musuh-musuhnya, kagum kepada amal perbuatan dan
fenomena-fenomena kehidupan mereka, serta terdorong untuk taklid terhadap apa
yang mereka perbuat yang sesungguhnya berbahaya dan tidak mendalangkan
manfaat. Padahal, Islam melarang meniru mereka, memerintahkan tampil beda
dengan mereka, menjaga pilar-pilar kekuatan umat, serta mewaspadai bahaya taklid.
Sampai-sampai Qur'an memberikan ultimatum,

"Wahai orang-orang yang beriman jika kamu mengikuti sebagian dari orangorang yang diberi AI-Kitab, niscaya mereka akan me-ngembalikan kamu
menjadi orang kafir setelah kamu beriman." (Alilmran: 100)

Pada ayat yang lain Allah berfirman,


"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang kafir itu
niscaya rnereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu
jadilah kamu orang-orang yang rugi." (Ali Imran: 149)

VI. PERGOLAKAN POLITIK


1. Upaya-upaya Penghancuran Umat Islam

Faktor-faktor penghancur ini beroperasi di dalam tubuh daulah islamiyah dan


umatnya. Bangsa-bangsa yang pernah kalah (baca: bangsa Barat) menduga akan
terbukanya kesempatan bagi mereka untuk mengikis habis Daulah Islamiyah yang dulu
pernah menaklukkan negaranya dan mengubah seluruh identitas atau bahkan
menghilangkannya dalam segala aspek kehidupan. Meluncurlah bangsa Tartar bak air
bah untuk menghancurkan daulah islamiyah. Mereka memotong-motong tulang-belulang
daulah ini bagian demi bagian, dan akhirnya bisa sampai ke Baghdad, ibu kota Khilafah
Abasiyah dan menginjakkan kaki-kaki mereka di depan mata Khalifah Al-Mu'tashim.
Saat itu keutuhan daulah terbengkalai, ikatan khilafah untuk pertama kalinya terceraiberai dan bangsa yang besar ini terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil. Setiap
kabilah mempunyai amirul mu'minin dan singgasana ke-amir-an sendiri-sendiri.
Kaum Nasrani memusatkan perhatiannya ke Eropa. Mereka mengkonsolidasikan
semua kekuatan untuk menyerang bangsa Timur yang muslim di wilayah Asia dan Afrika
dengan tujuh gelombang perang salibnya yang melibatkan para prajurit, raja-raja, dan
pembesar-pembesar

terbaiknya.

Kekuatan-kekuatan

aneksator

ini

berhasil

mengupayakan tegaknya "Negara Salib" di Baitul Maqdis dan menakut-nakuti seluruh


bangsa Islam di Barat dan di Timur. Serangan terhadap Mesirlah yang dinilai paling kuat
pada saat itu.

2. Kemenangan yang Beruntun


Allah tidak pernah mengizinkan kemenangan al-bathil atas al-haq berkelanjutan.
Mesir kala itu berhasil mengumpulkan potensi dari negara-negara kecil di sekitarnya dan
secara bersama-sama mereka menghancurkan kaum salib di bawah pimpinan
Shalahuddin Al-Ayyubi. Baitul Maqdis pun berhasil direbut dan berhasil pula
menunjukkan kepada mereka bagaimana kemenangan kaum muslimin di Hittin (tahun
583 H.). Di bawah pimpinan Adh-Dhahir Bibris, kaum muslimin melawan bangsa Tartar
dan berhasil menyingkirkan mereka di Ain Jaluut (tahun 658 H.). Saat itulah khilafah
tegak kembali. Setelah itu rupanya Allah menghendaki tegaknya sebuah negara Islam
yang teduh, kokoh dan kuat, yakni daulah yang bisa menghimpun aspirasi bangsanya dan
mereka bernaung di bawah kibaran panjinya. Ketinggian cita karsa ini enggan berhenti
begitu saja, kecuali harus dilanjutkan dengan memerangi kaum Nasrani di kandang

mereka sendiri. Akhirnya, ditaklukkanlah Konstantinopel. Dengan demikian, pengaruh


kekuasaan kita pada saat itu membentang dari pusat Eropa sampai Wina. Dialah daulah
Utsmaniyah.

3. Benih-benih Kebangkitan Eropa


Daulah islamiyah di bawah panji dinasti Utsmaniyah (Otto-man) merasa tenteram
dengan kekuasaannya. Mereka merasa puas, bahkan cenderung mengabaikan apa saja
yang terjadi di sekitarnya. Sebaliknya, Eropa yang telah disinari cahaya Islam dari Barat
melalui Andalusia dan dari Timur lewat Perang Salib, tidak pernah meluangkan
kesempatan dan tidak pernah lalai untuk mengambil pelajaran berharga dari kasus-kasus
itu. Mereka terus-menerus menghimpun kekuatan dan bergabung di bawah panji dari
orang-orang kulit putih yang berada di negara-negara kunci di sana. Setelah itu mereka
berhasil menciptakan 'arus Barat' dalam rangka memerangi Islam, menyebarkan desasdesus fltnah dalam barisan kaum muslimin Andalusia, dan mengadu domba mereka.
Sampai akhirnya, kaum muslimin berhasil dipukul mundur ke belakang laut, yakni ke
daratan Afrika Utara. Sebagai penggantinya berdirilah negara Spanyol yang kuat. Eropa
terus menerus memperkuat posisinya, menghimpun kekuatan, serta berpikir dan belajar
dari peristiwa demi peristiwa. Mereka melakukan ekspansi, merambah setiap negeri dan
menemukan wilayah-wilayah baru. Penemuan benua Amerika adalah hasil kerja dari
pelayaran orang-orang Spanyol. Penemuan negara Hindia adalah jerih payah negara
Portugal.
Demikianlah, seruan-seruan pembaharuan (Eropa, edt.) itu berlangsung dan para
tokoh pembaharu pun bermunculan serta berinteraksi dengan ilmu alam dan aneka
pengetahuan yang produktif dan mendatangkan manfaat. Gerakan-gerakan pembaharuan
ini mencapai puncaknya pada pembentukan rasa kebangsaan (Nasionalisme) fanatik dan
berdirinya negara kuat, yang semua itu bertujuan untuk merobek-robek eksistensi daulah
islamiyah, yang pada waktu itu memang sudah dikapling-kapling oleh Eropa dan
dimusuhi oleh negara-negara selain Eropa yang ada diAfrika dan Asia.
Negara-negara kuat ini bersekutu dengan bentuk persekutuan yang seringkali
mengarah kepada derajat pengkultusan.

4. Serangan Baru
Pengaruh Eropa semakin mencengkeram, dengan maraknya berbagai penemuan
dan proyek pelayaran melanglang buana sampai pada ujung ufuk yang paling jauh.
Bahkan, mereka sampai kepada mayoritas negara muslim yang sedang berkembang,
seperti India dan wilayah-wilayah yang ada di sekelilingnya. Mereka mulai berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk merobek-robek keutuhan negara muslim yang luas nan
kuat, Untuk itu mereka menetapkan berbagai macam proyek, terkadang dengan dalih
mengentaskan problem bangsa-bangsa Timur atau dengan dalih membagi warisan dari
"The Sick Man" (Eropa menyebut kesultanan Turki yang baru dihancurkan). Setiap
negara memanfaatkan kesempatan, mencari-cari sebab yang tidak masuk akal, dan
seterusnya berusaha menyerang negara peninggalan yang memang sudah tidak punya
nyali dan kekuatan ini. Akhirnya, wilayahnya pun berhasil dicabik-cabik atau bisa
dihancurkan eksistensinya dari satu sisi. Serangan ini terus berlangsung dalam waktu
yang panjang, sampai akhirnya wilayah-wilayah Islam itu terpisah dari daulah
Utsmaniyah dan jatuh ke tangan penguasa Eropa, seperti Maroko dan Eropa Utara.
Sementara itu banyak negara non muslim yang semula di bawah wilayah kekuasaan
daulah Utsmaniyah mendapatkan kemerdekaan, seperti Yunani dan negara-negara di
semenanjung Balkan.
Skenario terakhir dalam pergolakan ini adalah Perang Dunia I tahun 1914-1918,
yang berakhir dengan kehancuran Turki dan sekutu-sekutunya. Dengan begitu,
terbukalah kesempatan yang luas bagi dua negara kuat di Eropa (Inggris dan Perancis)
dan tetangganya, yakni Italia. Mereka pun mencengkeramkan kukunya di atas warisan
besar berupa bangsa-bangsa muslim dan memperluas kekuasaannya dengan nama yang
bermacam-macam, seperti penjajahan, pemakmuran, wasiat (untuk merawat negerinegeri muslim itu) dengan pembagian sebagai berikut:
1. Afrika Utara (Mauritania, Aljazair, dan Tunisia) adalah jajahan Perancis. Mereka
memasukinya dengan menyusup lewat wilayah prestisius yang bernama Thonja dan
lewat daerah penjajahan Spanyol di Maroko.
2. Tripoli (Libya) dan Birqah merupakan jajahan Italia. Italia tidak ingin menyisakan
sesuatu pun dari peninggalan-peninggalan Islam di sana. Mereka memaksa mengubah
kewarganegaraan penduduk setempat dengan kewarganegaraan Italia dan menyebut

Libya dengan sebutan Italia Selatan. Mereka menyerang negara ini bersama keluargakeluarga yang lapar kekuasaan dan manusia-manusia yang bermental serigala.
3. Mesir dan Sudan di bawah kekuasaan Inggris. Tidak ada satu pun di antara keduanya
yang punya kewenangan mengatur negaranya sendiri.
4. Palestina merupakan jajahan Inggris. Inggris dengan kewenangannya menjual
Palestina kepada bangsa Yahudi. Kemudian mereka mendirikan negara Zionis Israel
di sana.
5. Syiria merupakan jajahan Perancis.
6. Iraq menjadi jajahan Inggris.
7. Hijaz, sebuah pemerintahan yang lemah dan rapuh, yang menunggu bantuan dan
terikat dengan perjanjian-perjanjian palsu dan tidak berdasar.
8. Yaman, sebuah negara marginal. Rakyatnya miskin dan selalu terancam oleh perang
dari setiap tempat, setiap saat.
9. Sisa dari bagian negara-negara Arab yang lain berupa emirat yang kecil-kecil, di mana
para amir-nya hidup di bawah perlindungan konsul-konsul Inggris. Mereka
mengambil makan dari penjualan gadis-gadis. Dalam dada mereka berkobar api
kedengkian dan kebencian, ditambah lagi dengan janji-janji dan syarat-syarat berat
yang diputuskan oleh negara-negara sekutu kepada penguasa jazirah, yakni Raja
Syarif Husain. Konon, janji itu adalah mereka mau membantu demi kemerdekaan
bangsa Arab dan menopang berdirinya kekhilafahan Arab.
10.Iran dan Afghanistan, adalah pemerintahan yang mengalami chaos politik
berkepanjangan. Dia diperebutkan oleh berbagai ambisi dari setiap tempat oleh
berbagai golongan. Suatu saat dia berada dalam perlindungan umat ini (kaum
muslimin) dan di saat yang lain di bawah yang lainnya.
11. India, dia adalah jajahan Inggris.
12. Turkistan dan negara-negara kecil yang ada di sekitarnya adalah jajahan Rusia.
Mereka hidup sengsara karena adanya tekanan dari penguasa komunis.

Selain yang tersebut di atas tadi, ada kondisi lain di mana minoritas muslim
tersebar di banyak negara, tidak diketahui lagi negara mana yang menjadi rujukan dan
berkewajiban melindunginya. Adakalanya sebuah pemerintahan yang masih setia

mengangkat senjata melawan pemerintah setempat dalam rangka mempertahankan


identitas keislamannya, seperti kaum muslimin di Ethiopia, China, negara-negara di
semenanjung Balkan, serta negara-negara di Afrika Tengah, Selatan, Timur dan Barat.
Dengan kondisi seperti inilah Eropa memenangkan pergolakan politik dan
melampiaskan semua ambisinya untuk menghancurkan imperium muslim, melenyapkan
daulah islamiyah dan meminggirkannya dari percaturan politik negara-negara besar di
pentas dunia.

5. Menuju Kekuatan Baru


Permusuhan yang berkobar serta pelampiasan hawa nafsu dengan aneka
perjanjian dan keterikatan ini sangat menyesakkan dada dan membelenggu jiwa. Umat ini
pun bangkit menuntut kemerdekaannya, berjuang mengembalikan kebebasan dan harga
dirinya. Karena inilah mereka kemudian menyalakan api perlawanan. Turki bergolak,
Mesir memberontak, umat Islam di Irak dan Syiria juga turut bergerak. Berkali-kali
terjadi pemberontakan di Palestina dan kota-kota di Maroko. Kesadaran jiwa ini ternyata
muncul di mana-mana. Dengan cara ini bangsa-bangsa muslim sampai kepada
kemerdekaan dan pengembalian hak-hak sebagaimana yang mereka inginkan. Turki
merdeka dengan batas teritorial baru. Mesir dan Irak menjadi dua negara yang
independen. Di Hijaz dan Nejd berdiri kerajaan Arab Saudi. Syiria hampir memperoleh
pengakuan akan kemerdekaannya (Setelah itu Syiria benar-benar memperoleh
kemerdekaan. Negara-negara di dunia pun mengakuinya dan Perancis kemudian
hengkang dari sana. Demikian pula, seluruh negara Arab setelah itu juga memperoleh
kemerdekaan). Palestina berhasil memukau pandangan dunia dengan perjuangannya.
Semua ini menunjukkan bahwa kaum muslimin telah meniti langkah-langkah
brilian meski perlahan tapi pasti menuju sasaran mulia yang hendak mereka raih,
yakni merebut kemerdekaan, mengembalikan kemuliaan, dan membangun kembali
kedaulatan mereka. Kendati langkah-langkah ini pada awalnya menuju nasionalisme
sempit di mana setiap bangsa menuntut haknya untuk merdeka sebagai sebuah bangsa
yang independen dan banyak dari para penyeru kebangkitan ini yang melalaikan fikrah
tentang wihdah maka akhir dari langkah-langkah ini -tidak bisa tidak- adalah
terwujudnya persatuan dan kembalinya umat Islam sebagai negara yang menyatu, yang

menghimpun berbagai bangsa muslim di seluruh dunia, mengibarkan panji Islam, dan
mengumandangkan dakwahnya, karena di dunia ini tidak ada satu pun bangsa yang bisa
dipersatukan sebagaimana dipersatukannya kaum muslimin dengan kesatuan bahasa,
kesamaan dalam hal kepentingan-kepentingan (material dan spiritual), senasib
sepenanggungan, dan cita-cita yang sama.

6. Perang Baru
Negara-negara Eropa telah menyelesaikan perang dunia. Sementara benih-benih
kedengkian dan permusuhan masih tertanam di dalam dada mereka. Tibalah saatnya
digelar muktamar perdamaian dan gencatan senjata, yang hal ini dinilai banyak negara
sebagai suatu pukulan telak dan kegagalan yang memilukan, sampai kemunculan
berbagai sistem pemikiran baru dan mabda'-mabda' fanatisme yang sangat ekstrim.
Tidak bisa dipungkiri, hal ini akan membuahkan pertentangan baru dan peperangan
dahsyat yang akan memecah belah persatuan dan kesatuan mereka. Inilah saatnya mereka
kembali kepada jati diri kebenaran dan menghalau kezhaliman.
Tibalah kesempatan sekali lagi bagi umat Islam untuk merapatkan barisan,
menghimpun

kesatuan,

menyempurnakan

kebebasan

dan

kemerdekaan,

serta

mengembalikan negara dan kesatuannya di bawah kibaran panji amirul mu 'minin.


"Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di
bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin serta menjadikan mereka
orang-orang yang mewarisi." (AI-Qashash: 5)

VII. PERGOLAKAN SOSIAL


Peradaban Baru
Bangsa Barat telah berhubungan dengan Islam dan umatnya; di Timur melalui
Perang Salib dan di Barat mereka bertetangga dengan Bangsa Arab di Spanyol. Manfaat
hubungan ini tidak sekedar perasaan yang kuat atau adanya persatuan dan kesatuan politis
saja, tetapi juga membuahkan kebangunan jiwa dan pemikiran serta teraksesnya berbagai
ilmu dan pengetahuan. Oleh karenanya, terjadilah kebangkitan yang meluas di bidang
seni dan pemikiran. Pihak gereja berusaha menghalau fenomena ini dengan segala
kekuatan yang dimilikinya. Para seniman dan cendekiawan harus merasakan berbagai

siksaan. Mereka harus berhadapan dengan Mahkamah Pemeriksaan dan dimusuhi oleh
negara dan bangsa.
Namun, semua itu ternyata tidak berguna. Ajaran-ajaran gereja tidak mampu
bertengger di atas hakikat dan konvensi keilmuan. Bergemalah kebangkitan intelektual
yang mau tidak mau negara dan masyarakat harus menoleh ke sana. Gereja tetap
bersikeras menentangnya sampai akhirnya terjadilah pertentangan antara gereja dan
negara. Sejak saat itu masyarakat Barat melepaskan diri secara total dari segala pengaruh
gereja. Mereka mengusir para pendeta dari campur tangan mereka di berbagai lapangan
kehidupan untuk mendiami tempat-tempat ibadah saja dan memaksa Paus menetap di
Vatikan. Orang Barat membatasi kerja para pendeta hanya pada aspek kehidupan yang
sempit, mereka tidak boleh keluar dan mencurahkan perhatian selain pada aspek itu,
Kristen bagi masyarakat Eropa hanya tinggal sebagai warisan historis, sebagai sarana
untuk mendidik kaum primitif dan rakyat yang bodoh. Selain itu, fungsi agama (Kristen)
adalah sebagai sarana penjajahan dan pemenuhan kepentingan-kepentingan politis.
Pengaruh perkembangan ilmu di kalangan bangsa Eropa semakin besar, medan
penelitian dan penemuan pun semakin meluas. Akibatnya hasil produksi semakin
berlipat, yang membawa kehidupan masyarakat menuju era industialisasi. Hal itu
merambah ke semua sisi kehidupan, bersamaan dengan berdirinya negara adikuasa dan
pelebaran sayap kekuasaannya ke semua negara dan semua wilayah.
Dunia begitu antusias menanggapi kemajuan bangsa Eropa. Kepada merekalah
ditumpahkan segala sesuatu. Banyak dana dari berbagai tempat diinvestasikan ke sana.
Oleh karenanya, secara aksiomatik yang menggejalasetelah ituadalah tegaknya gaya
hidup dan peradaban ala Eropa di atas pondasi pemberangusan nilai-nilai agama dari
kehidupan masyarakat, khususnya yang menyangkut masalah negara, peradilan, dan
pendidikan. Tirani Materialisme dijadikan ukuran dalam segala hal. Sebagai konsekuensi
logis dari hal itu, fenomena peradaban menjadi 'material minded' dan cenderung
menghancurkan semua ajaran agama samawi. Peradaban ini secara diametral
bertentangan dengan asas-asas yang telah digariskan oleh Islam yang telah membangun
paradigma peradabannya dengan bertumpu pada kesesuaian antara spiritual dan material.
Di antara fenomena umum yang menandai bangkitnya peradaban Eropa adalah:

1. Atheisme, keraguan akan adanya Allah, mengingkari alam ruh, melupakan balasan
akhirat, dan terpaku pada batas-batas alam materi yang terlihat mata saja.

"Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." (Ar-Ruum: 7)

2. Permissivisme (paham serba boleh) dan Hedonisme (paham memburu kesenangan)


dalam pemenuhan kelezatan, menempuh segala cara untuk memburu kemewahan,
membebaskan semua keinginan dunia dari batas-batasnya, memenuhi semua ambisi
syahwat (baik syahwat perut maupun kemaluan), melecehkan kedudukan wanita
dengan aneka bentuk fitnah dan rayuan, tenggelam dalam berbagai tindak kriminal
yang menghancurkan jasad dan akal, serta mengikis tatanan keluarga dan
memberangus kebahagiaan rumah tangga.

"Orang-orang kafir itu bersenang-senang di dunia dan mereka makan seperti


makannya binatang-binatang. Neraka adalah tempat tinggal mereka."
(Muhammad: 12)
3.

Munculnya watak egois di kalangan individu. Setiap orang tidak menginginkan


kecuali hanya untuk kebaikan dirinya. Dalam hal tingkatan sosial, setiap kasta
(golongan) merasa lebih tinggi dan berambisi untuk mendapatkan keuntungan lebih
dari yang lain. Dalam skala bangsa, setiap kaum bersikap fanatik dengan sukunya,
cenderung meremehkan pihak lain, dan berusaha untuk mencaplok suku yang paling
lemah.

4.

Maraknya

sistem

ekonomi

ribawi

dan

pembenaran

(legitimasi)

terhadap

keberadaannya secara hukum. Budaya riba ini bahkan dijadikan sebagai asas dalam
interaksi sosial, Pada saat yang sama, mereka merancang berbagai bentuk produk
perbankan yang ribawi kemudian memasyarakatkannya secara intensif di tengah
warga.

Fenomena gaya hidup 'material oriented' di masyarakat Eropa ini telah


membuahkan kerusakan jiwa, dekadensi moral, dan membubungnya angka kriminalitas
dari waktu ke waktu. Dari situ problem-problem kemasyarakatan semakin banyak, aliranaliran sesat bermunculan, dan mengakibatkan terjadinya pemberontakan-pemberontakan
yang merusak. Tatanan ekonomi, sosial, dan politik mengalami kegoncangan serta tidak
pernah mapan dalam satu kondisi. Negara terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok
dan partai-partai. Bangsa-bangsa yang ada saling menjatuhkan demi pemenuhan
ambisidan memperturutkan kedengkian. Sampai di sini, peradaban modern telah
menunjukkan kegagalannya dalam memberikan jaminan ketenteraman hidup kepada
masyarakat manusia. Mereka telah gagal memberikan rasa aman dan damai serta tidak
mampu membahagiakan manusia, walau telah terbuka bagi mereka berbagai hakekat
ilmu dan pengetahuan serta mengalirnya aneka kekayaan dan kemewahan. Peradaban ini
telah gagal, meskipun dalam batas-batas tertentu dia bisa memapankan kekuatan dan
kekuasaan bagi negara-negara pengikutnya di muka bumi. Namun, itu pun belum lagi
berlangsung satu abad.

VIII. TIRANI MATERIALISME DI KALANGAN NEGARA-NEGARA MUSLIM


Bangsa Eropa telah bekerja sungguh-sungguh dalam upaya menggemakan
gelombang kehidupan materialis dengan sikap dan perilakunya yang rusak serta virusvirusnya yang mematikan ke seluruh negara muslim yang berada dalam genggaman
mereka. Mereka menjerumuskan penduduknya menjadi sejelek-sejelek kepribadian
dalam rengkuhan kekuasaan penjajah. Sementara itu, mereka tetap memperhatikan untuk
meraanfaatkan unsur-unsur kemaslahatan dan kekuatan dari berbagai ilmu, pengetahuan,
industri, dan peraturan yang ada pada diri umat ini bagi kepentingan mereka sendiri.
Mereka menetapkan strategi ini dengan sangat rapi, dibantu oleh pakar politik dan
ditopang oleh kekuatan militer, sehingga tercapailah apa yang mereka kehendaki. Mereka
merayu para pembesar kaum muslimin untuk mau berhutang dan melakukan perjanjian
dengan mereka. Mereka memudahkan dan memberikan jalan yang lapang menuju hal itu.
Sebagai imbalannya, mereka berhasil memperoleh hak investasi ekonomi dan memasok
negara-negara muslim dengan harta kekayaan, proyek-proyek ekonomi melalui
perusahaan-perusahaan mereka. Mereka berhasil mengendalikan perilaku ekonomi

seperti yang mereka kehendaki dan melipatgandakan laba serta kekayaan yang besar.
Setelah itu mereka akan semakin leluasa mengubah kaidah-kaidah pendidikan, hukum
pemerintahan dan peradilan, serta mempola sistem politik dan perundang-undangan
sampai pada peradaban kita, persis seperti pola mereka, bahkan terkadang negara muslim
yang paling kuat sekalipun.
Mereka berhasil memasukkan wanita-wanita seronok, khamr, sandiwara, tempattempat dansa, diskotik, novel, koran, legenda, cerita-cerita fiksi dan komedi mereka yang
sarat dengan misi ke dalam negeri-negeri muslim. Mereka melegitimasi berbagai tindak
kriminal yang sebelumnya tidak diperbolehkan di negara mereka sendiri. Kehidupan
dunia yang hiruk pikuk dan tiada menentu, yang dipenuhi dengan noda dan dilingkupi
oleh dosa ini, mereka jadikan sebagai sesuatu yang indah di mata kalangan bawah kaum
muslimin yang tertipu, di mata para orang kaya, para pengendali opini umum, kalangan
selibritis, dan para pemegang tampuk kekuasaan.
Tidak hanya itu, mereka juga mendirikan sekolah-sekolah dan institut-institut
keilmuan dan kebudayaan di negara-negera muslim. Hal ini bertujuan untuk
menanamkan dalam diri pemudanya rasa ragu dan mengingkari keyakinannya, minder
(inferior) dengan identitas keislamannya, meremehkan agama dan negara, melepaskan
diri dari warisan budaya dan ideologi serta mengagungkan apa saja yang berbau Barat.
Mereka yakin bahwa semua yang datang dari Barat adalah tipe ideal dalam hidup ini.
Di sekolah-sekolah ini, para siswa hanya terdiri dari anak-anak kelas menengah
ke atas. Hal ini memang sudah direncanakan khusus untuk mereka, karena anak-anak ini
adalah anak-anak para pembesar dan penguasa, yang setelah itu merekalah pemegang
tampuk kepemimpinan bangsa dan negara.
Jika di institut-institut lokal ini dirasa belum sempurna, maka lewat pengiriman
tugas belajar ke luar negerilah yang akan menjamin kesempurnaannya. Invasi sosial yang
rapi sekaligus kejam ini berhasil dengan gemilang. Sebuah invasi yang begitu mengena di
dalam jiwa, melekat di hati, lama rentang waktunya, dan kuat sekali pengaruhnya. Hal ini
jauh lebih berbahaya daripada invasi politik maupun militer.
Sebagian umat Islam sangat keterlaluan dalam ketidakberdayaannya di depan
peradaban Barat ini, sehingga mereka rela melepaskan shibghah islamiyah-nya. Sampaisampai Turki pun berani menyatakan diri sebagai negera non muslim dan berkiblat tanpa

reserve kepada Barat dalam setiap yang mereka perbuat. Imanullah Khan, seorang raja
Afghanistan berusaha melakukan hal serupa. Namun, upaya ini justru mengakibatkan dia
turun dari tahtanya. Di Mesir, fenomena taklid kepada Barat ini juga semakin memuncak
dan menjadi-jadi. Sampai-sampai salah seorang yang menjadi penentu kebijakan di sana
berani terang-terangan mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada jalan lain untuk maju
kecuali harus mengambil peradaban Barat seluruhnya, yang buruk ataupun yang baik,
yang pahit atupun yang manis, yang disenangi atau yang dibenci dan yang dipuji ataupun
yang dicela.
Dengan cepat peradaban seperti ini menjalar dari Mesir ke negara-negara
tetangganya sampai ke Maroko, dan "kesucian" nya pun dipuja-puja setinggi langit
sampai seantero Hijaz.
Dilihat dari sejauhmana negara-negara muslim tercemari oleh peradaban Barat
dan tirani Materialismenya, kita bisa bagi menjadi tiga klasifikasi:
1. Negara-negara yang tercemari secara menyeluruh sampai pada menyangkut hal-hal
yang bersifat ritual dan spiritual. Di antara negara-negara yang seperti ini adalah
Turki dan Mesir. Naungan fikrah islamiyah telah terpisahkan dari fenomenafenomena sosial. Fikrah islamiyah telah disingkirkan; hanya boleh didengungkan di
masjid,

pojok-pojok

ruangan,

tempat-tempat

kumuh,

dan

diacuhkan

oleh

perkembangan.
2. Negara-negara yang tercemari peradaban ini dalam hal-hal yang formal dan birokratis,
tetapi tidak sampai mempengaruhi hal-hal yang bersifat spiritual. Negara seperti ini
antara lain Iran, Maroko, dan Afrika Utara.
3. Negara-negara yang tidak terimbas oleh peradaban Barat kecuali kelompok tertentu
dari kalangan intelektual dan penguasanya saja, bukan kalangan umum dan
rakyatnya. Contoh negara seperti ini adalah: Syiria, Irak, Hijaz (baca: Saudi Arabia),
bagian-bagian jazirah Arab, dan kerajaan-kerajaan Islam kecil yang lain.
Kendati demikian, gelombang itu menyebar secepat kilat sampai di tempat-tempat
yang belum terjamah sebelumnya dan menyentuh jiwa anggota masyarakat di seluruh
tingkatan sosial. Musuh-musuh Islam berhasil menipu kaum intelektual muslim.
Mereka juga meletakkan tabir penghalang di depan mata umat manusia dengan cara
menggambarkan Islam dengan gambaran yang parsial, dalam masalah-masalah yang

menyangkut akidah, ibadah, dan akhlak, kemudian dibandingkan dengan ritual-ritual


mistik, khurafat dan fenomena-fenoman keagamaan yang kering tak jelas sumbernya.
Tipu daya mereka ini didukung oleh kebodohan kaum muslimin terhadap agama mereka,
sehingga sebagian besar mereka merasa senang, tenteram, dan puas dengan persepsi ini.
Demikianlah persepsi ini melekat begitu lama di kalangan mereka, sampai sulit rasanya
memahamkan salah seorang di antara mereka bahwa Islam adalah sebuah sistem sosial
sempurna yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Dengan bukti itu kita bisa mengatakan bahwa peradaban Barat dengan prinsipprinsip materialisnya telah berhasil memenangkan sebuah pergolakan sosial melawan
peradaban Islam dengan serangkaian landasan yang kokoh, menyeluruh, serta menyentuh
aspek spiritual dan material secara bersamaaan. Lebih tragis lagi kemenangan peradaban
barat ini justru terjadi di bumi Islam, dalam sebuah peperangan habis-habisan yang
taruhannya adalah jiwa, ruh, akidah, dan akal pikiran kaum muslimin, sebagaimana
peradaban itu telah jaya di medan politik dan militer. Memang tidak perlu heran dalam
hal ini, karena fenomena-fenomena kehidupan itu utuh tidak terpotong-potong.
'Kekuatan' adalah kekuatan di dalam fenomena kehidupan itu semuanya dan 'kelemahan'
juga demikian halnya.
"Dan masa (kemenangan atau kehancuran) itu Kami gilirkan antara
manusia (agar mereka mengambil pelajaran)." (Ali Imran: 140)
Meski pada hakekatnya, prinsip-prinsip dan ajaran Islam itu tetap kuat
eksistensinya, merambah ke seluruh penjuru, tumbuh subur, dan dinamis. Dia berhasil
menarik simpati dengan ketakjuban dan keindahannya. la akan senantiasa demikian
karena Islam itu adalah haq, Kehidupan manusia tidak mungkin bisa tegak dengan
sempurna tanpa Islam. Mengapa? Karena Islam merupakan produk ilahi dan senantiasa
berada dalam pemeliharaan-Nya.
"Sesungguhnya Kami yang menurunkan A!-Qur'an, dan Kami pula yang
akan menjaganya." (AI-Hijr: 9)
"Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya,
meski orang-orang kafir membencinya." (At-Taubah: 32)

Kebangkitan

Sebagaimana halnya invasi politik berpengaruh dalam menumbuhkan semangat


rasialisme, maka tirani sosial juga akan merangsang bangkitnya fikrah islamiyah,
sehingga bergemalah suara-suara yang menuntut untuk kembali kepada Islam, memahami
hukum-hukumnya, dan merealisasikan sistemnya. Sudah barang tentu hari itu kian dekat,
suatu hari di saat istana peradaban Barat akan runtuh tepat mengenai kepala para
pengikutnya. Saat itulah mereka akan merasakan bara kegersangan spiritual yang
menyala-nyala dalam hati dan jiwanya. Mereka tidak akan mendapatkan makanan, obat,
dan kesembuhan kecuali mulia ini, yakni Al-Qur'an.
"Wahai manusia telah datang kepadamu mau'idhah dari Rabb-mu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk bagi
orang-orang yang beriman. Katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu
lebih baik daripada apayang mereka kumpulkan." (Yunus; 57-58)

IX. DAKWAH KAMI, DAKWAH KEBANGKITAN DAN PENYELAMATAN

1. Warisan Tugas Berat


Demikianlah wahai para aktivis Ikhwan, Allah berkenan mewariskan kepada kita
tugas berat yang sarat dengan beban. Allah berkehendak memunculkan cahaya dakwah
kalian di tengah-tengah kegelapan ini, dan Dia menyiapkan kalian sebagai generasi yang
akan meninggikan kalimat-Nya, memenangkan syariat-Nya, dan menegakkan daulahNya kembali.
"Dan sungguh Allah akan menolong orang yang membela (agama)-Nya.
Sesungguhnya, Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (AI-Hajj: 40)

2. Sasaran-sasaran Umum Dakwah Kami


Apa yang kita inginkan wahai Ikhwan? Apakah kita ingin menumpuk harta,
padahal ia adalah kenikmatan yang cepat sirna? Ataukah kita menginginkan kedudukan,
padahal ia sesuatu yang tidak abadi? Ataukah kita menghendaki kekuasaan di muka
bumi?

"Sesungguhnya bumi ini milik Allah, diwariskan kepada siapa yang


dikehendaki-Nya." (AI-A'raf: 128)
Sedangkan kita telah mebaca firman Allah swt.,
"Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa." (AI-Qashash: 83)
Sungguh, Allah Maha Menyaksikan bahwa kami tidak menginginkan hal itu.
Bukan karena hal itu kami beramal dan bukan itu pula tujuan dakwah kami. Namun
perhatikanlah selalu, bahwa ada dua sasaran asasi yang ingin kita capai:
1. Agar negara muslim merdeka dari setiap dominasi asing. Hal itu merupakan hak asasi
bagi setiap manusia. Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang zhalim lagi
durhaka, atau para penjajah durjana.
2. Agar tegak di negara ini sebuah daulah islamiyah merdeka yang menerapkan hukum
Islam, merealisasikan sistem sosial-nya, mendeklarasikan prinsip-prinsipnya yang
lurus, dan menyampaikan dakwahnya yang bijak kepada seluruh manusia. Selama
daulah ini belum tegak, maka seluruh kaum muslimin berdosa. Mereka bertanggung
jawab di hadapan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung, karena pengabaian
mereka untuk menegakkannya dan keengganan mereka untuk mewujudkannya. Di
antara kedurhakaan manusia dalam kondisi yang tidak menentu ini adalah saat tegak
sebuah daulah yang menggemakan prinsip-prinsip zhalim, menyerukan misi-misi
kejam, dan tiada seorang pun yang berupaya menegakkan daulah kebenaran,
keadilan, dan kedamaian. Kita ingin merealisasikan dua sasaran ini di lembah sungai
Nil (baca: Mesir), di negara-negara Arab, dan di setiap negara yang telah
disejahterakan oleh Allah dengan akidah islamiyah, karena Islam merupakan agama,
kemasyarakatan, dan akidah yang mempersatukan seluruh pemeluknya.

3. Sasaran-sasaran Khusus Dakwah Kami


Setelah dua sasaran umum di atas, ada sasaran khusus bagi kita, di mana tidak
mungkin dapat tegak masyarakat islami yang sempurna, kecuali dengan merealisasikan
keduanya. Ketahuilah wahai Ikhwan bahwa enam puluh persen penduduk Mesir hidup di
bawah garis kemiskinan. Bahkan bisa dibilang kesejahteraannya lebih rendah dari pada

binatang sekalipun. Agar bisa mendapatkan makanan yang cukup, mereka harus bekerja
sangat berat.
Mesir terancam oleh kelaparan yang mematikan, dan pada saat yang sama dia
juga harus menghadapi berbagai kerumitan masalah ekonomi Tiada yang tahu bagaimana
akhirnya selain Allah.
Di Mesir terdapat 320 buah perusahaan asing yang memonopoli segala
kepentingan umum dan kebutuhan pokok rakyat di seluruh penjuru negeri. Pusat-pusat
bisnis, industri-industri hulu, dan sumber-sumber ekonomi penting semuanya berada di
tangan para investor asing. Kepemilikan kekayaan dengan cepat berpindah dari penduduk
pribumi kepada mereka.
Sementara itu, Mesir termasuk deretan pertama negara di dunia yang banyak
menderita wabah penyakit dan hama. Lebih dari sembilan puluh persen penduduk Mesir
menderita kelemahan fisik, cacat indrawi, dan berbagai macam penyakit lainnya. Hingga
kini, Mesir juga masih tergolong negara dengan angka buta huruf yang besar, tidak
sampai dua puluh persen penduduknya yang bisa menikmati bangku sekolah, Hal ini
terbukti, lebih dari lima ratus ribu penduduknya hanya sampai pada pendidikan dasar,
yang targetnya hanya agar bisa baca-tulis (setara dengan kejar paket A dan B di
Indonesia, edt.).
Angka kriminalitas juga meningkat drastis, sampai-sampai penjara-penjara yang
ada di sana mengalumnikan para napi lebih banyak daripada lulusan yang dialumnikan
oleh sekolah-sekolah yang ada. Dalam bidang pertahanan, hingga kini Mesir belum
berhasil membentuk pasukan militer yang handal.
Data-data dan gambaran di atas ternyata juga dijumpai di rata-rata negara muslim.
Oleh karena itu, sasaran kalian adalah berbuat untuk membenahi kurikulum pendidikan
dan pengajaran, memerangi kemiskinan, kebodohan, memberantas penyakit, mengikis
tindak kriminal, dan membentuk sebuah masyarakat ideal yang loyal kepada syari'at
Islam.

4. Perangkat Umum Dakwah Kami


Bagaimana kita bisa sampai kepada sasaran-sasaran ini? Khutbah, tulisan, materi
pelajaran, ceramah, identifikasi penyakit dan pemberian obat, itu saja belum cukup dan

tidak akan berarti. Itu semua tidak akan bisa merealiasikan tujuan dan tidak sampai pada
sasaran yang diinginkan. Namun, dakwah mempunyai wasail (perangkat) yang harus
dipegangi dan dilaksanakan. Perangkat umum dakwah yang kita pegangi dalam hal ini
tidak mungkin akan berubah atau diganti dan tidak akan bisa terlepas dari tiga masalah
berikut:
1. Iman yang dalam,
2. Takwin (pembentukan pribadi muslim) yang jeli, dan
3. Amal yang berkesinambungan.
Inilah perangkat umum kalian wahai Ikhwan! Yakinlah dengan fikrah kalian,
berhimpunlah di bawah naungannya, beramallah untuknya, dan teguhlah dalam
memegang prinsipnya.

5. Perangkat Tambahan
Selain perangkat umum, masih ada perangkat tambahan yang juga harus dipegang
dan dilaksanakan. Ada wasail yang bersifat negatif dan ada yang positif, ada yang sesuai
dengan adat kebiasaan ada pula yang keluar dari tradisi, bertentangan, dan bahkan
berseberangan. Ada perangkat lunak, ada pula perangkat keras. Kita harus
mempersiapkan diri untuk menghasung dan menyiapkan semua perangkat ini, sehingga
ada jaminan keberhasilan. Kadang-kadang kita dituntut berseberangan dengan tradisi dan
adat kebiasaan, keluar dari aturan dan kondisi yang biasa ada dan telah dikenal oleh
manusia. Memang, dakwah ini pada hakekatnya tidak lain adalah keluar dari tradisi,
mengubah adat kebiasaan dan kondisi (dari yang buruk menuju yang baik). Siapkah
kalian wahai Ikhwan, untuk melakukan itu semua?

6. Penggembosan
Sebagian besar manusia akan bertanya, Apa yang anda maksudkan dengan
perangkat ini? Apa perannya dalam membangun umat dan memperbaiki masyarakat
dengan berbagai problem yang ada di dalamnya dan dengan status quo yang di sana
terkandung berbagai kerusakan? Bagaimana mungkin kalian akan bisa membenahi
masalah ekonomi dengan tidak berlandaskan riba? Apa yang bisa kalian perbuat dalam

memecahkan problem kewanitaan? Bagaimana mungkin kalian akan mendapatkan hak


tanpa punya kekuatan dan otoroitas?
Ketahuilah wahai Ikhwan, aneka bisikan syetan selalu diluncurkan ke dalam
angan-angan para penyeru perbaikan. Sungguh, Allah akan menghapus bisikan syetan ini,
kemudian menggantinya dengan menggariskan ayat-ayat-Nya. Sesungguhnya, Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Katakan kepada mereka, bahwa sejarah telah
bercerita kepada kita tentang kisah bangsa-bangsa terdahulu dan bangsa-bangsa sekarang
dengan ibrah (hikmah) dan pelajaran yang ada di dalamnya. Bangsa yang bersikeras
ingin hidup tidak mungkin akan mati.

7. Kendala-kendala di Jalan Kami


Saya ingin berterus-terang kepada kalian bahwa dakwah yang kita emban ini
belum banyak diketahui orang. Nanti, di saat mereka telah mengetahui dan memahami
tujuan dan sasarannya, niscaya akan terjadi pemusuhan dan penentangan dari mereka. Di
depan kalian akan terbentang berbagai kesulitan dan kalian akan menemui banyak
kendala. Saat itu berarti kalian telah memulai meniti jalan para aktivis dakwah yang
sesungguhnya. Kini kalian masih belum dikenal. Kalian baru masuk pada fase persiapan
untuk memasuki jalan dakwah dan merealiasikan tuntutannya, berupa jihad dan
perjuangan.
Kebodohan umat akan hakekat Islam merupakan batu sandungan di jalan kalian.
Kalian akan mendapatkan sebagian ahli agama dan ulama 'resmi' yang merasa asing
dengan pemahaman kalian terhadap Islam, bahkan kemudian mereka ingkar terhadap
wajibnya jihad di atas jalan ini. Para penguasa, pemimpin, dan pengambil kebijakan akan
menaruh kebencian terhadap kalian. Semua bentuk pemerintahan yang ada akan
berseberangan dengan kalian. Setiap rezim (penguasa) akan berusaha memandulkan
aktivitas kalian dan menebar duri-duri penghalang di jalan kalian.
Para pemberangus akan berupaya dengan berbagai cara untuk melawan dan
memadamkan lentera dakwah kalian. Untuk itu, mereka akan meminta bantuan para
penguasa yang lemah, dengan moralitasyang rapuh dan meminta bantuan kepada tangantangan yang bisa mengulurkan bantuan kepada mereka, sementara kepada kalian mereka
selalu berpikir negatif dan memusuhi. Semua orang akan menaburkan debu-debu syubhat

(keragu-raguan) dan berbagai tuduhan keji terhadap dakwah kalian. Mereka akan
berusaha mengaitkannya dengan setiap kekurangan dan menampakkannya kepada
manusia dengan sejelek-jelek gambaran. Mereka lakukan itu semua atas nama kekuatan
dan kekuasaan, serta bernaung di bawah harta kekayaan dan jabatan.
"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupuyn orang-orang kafir tidak menyukai." (At-Taubah: 32)
Tidak bisa dipungkiri, dengan kondisi seperti itu kalian akan memasuki medan
ujian dan cobaan yang berat. Kalian akan dipenjara dan ditahan, diusir, dan dideportasi.
Kepentingan-kepentingan kalian akan dikebiri, kalian akan diberhentikan dari pekerjaan,
dan rumah-rumah kalian akan digeledah dan diawasi. Ujian dan cobaan ini kemungkinan
akan sangat panjang rentang waktunya.
"Apakah

manusia

itu

mengira

bahwa

mereka

dibiarkan

(saja)

mengatakan, 'Kami telah beriman,' sedang mereka tidak diuji lagi?" (AI-Ankabut:
2)
Akan tetapi, Allah berjanji akan memenangkan para mujahid dan memberikan
balasan berharga bagi para aktivis dakwah yang telah berbuat ihsan.
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah Aku tunjukkan kepada kalian
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? ...
Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap
musuh-nnusuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." (AshShaff: 10-14)

8. Faktor-faktor Keberhasilan
Di atas berbagai kendala ini, kita harus sebutkan satu hal bahwa kita berdakwah
dengan dakwah Allah, dan itu merupakan dakwah yang tertinggi. Kita menyeru dengan
fikrah islamiyah, sebuah fikrah yang terkuat. Kita suguhkan kepada manusia syariat AlQur'an dan itu merupakan syari'at yang paling adil.
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada
Allah?"(AI-Baqarah: 138)

Dunia ini membutuhkan dakwah kita. Segala yang ada di dalamnya akan
mendukung dan menyiapkan jalannya. Sementara kita -alhamdulillah- berlepas diri dari
ambisi-ambisi dan jauh dari kepentingan-kepentingan pribadi. Kita tidak menginginkan
kecuali wajah Allah dan kemaslahatan manusia. Kita tidak akan beramal kecuali hanya
ingin meraih ridha-Nya. Kita menantikan dukungan dan kemenangan hanya dari Allah.
Barangsiapa yang dimenangkan oleh-Nya, maka tak seorang pun yang kan bisa
mengalahkannya.
"Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orangorang yang beriman dan sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai
pelindung." (Muhammad: 11)
Oleh karena itu, kekuatan dakwah, kebutuhan manusia akan keberadaannya,
kemuliaan tujuan dan dukungan Allah kepada kita, merupakan faktor-faktor penentu
keberhasilan yang tidak mungkin digagalkan oleh kendala apapun dan tidak bisa
dihalangi dengan rintangan yang bagaimana pun.
"Dan Allah berkuasa terhadap urusan-NYa, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahuinya." (Yusuf:21)

X. WASIAT
Wahai segenap aktivis Ikhwanul Muslimin, dengarlah! Dengan kata-kata saya ini,
saya ingin meletakkan fikrah di depan penglihatan kalian. Barangkali akan terjadi saatsaat sulit yang memisahkan saya dengan kalian semua, sehingga saya tidak bisa lagi
berbincang-bincang atau menulis untuk kalian. Saya pesankan kepada kalian hendaknya
merenungkan kata-kata saya. Jika memungkinkan, hendaknya dihafal dan agar kalian
mau ber-ijtima' (bersatu) dalam rengkuhannya. Sesungguhnya di balik setiap kata itu
terdapat berbagai macam makna.
Wahai ikhwan! Kalian bukanlah perkumpulan sosial, bukan partai politik, dan
bukan pula sebuah organisasi temporer yang berorientasi untuk meraih tujuan-tujuan
pragmatis tertentu. Namun, kalian adalah ruh baru yang mengalir di hati umat ini, maka
ia pun akan menghidupkannya dengan Al-Qur'an. Kalian adalah cahaya baru yang tengah
merekah. Cahaya itulah yang menyingkap tabir kegelapan Materialisme dan
menggantikannya dengan ma 'rifatullah, Kalian adalah suara yang melengking tinggi

dan senantiasa menyenandungkan dakwah Rasulullah saw. Tidaklah berlebihan jika


kalian merasa bahwa kalian telah mengemban amanat dakwah ini di saat semua orang
tidak sudi melakukannya.
Jika dikatakan kepada kalian, "Ke mana kalian mengajak?" Katakanlah, "Kami
mengajak kepada Islam yang diturunkan kepada Muhammad saw. Pemerintahan adalah
bagian darinya dan kemerdekaan adalah salah satu (kewajiban) di antara sekian banyak
kewajibannya." Jika dikatakan bahwa pernyataan ini berbau politik, maka katakanlah,
"Itulah Islam, dan kami tidak mengenal pemilahan-pemilahan yang parsial seperti itu."
Jika dikatakan kepada kalian, "Kalian adalah para da'i (penyeru) yang
revolusioner", maka katakanlah, "Kami adalah para da'i (penyeru) kebenaran dan
kedamaian. Kami yakin dengan kebenaran itu dan bangga dengan segala atributnya. fika
kamu menyatakan perlawanan kepada kami dan menghalangi jalan kami, maka sungguh
Allah telah mengizinkan kami untuk membela diri. Dan kamulah sesungguhnya para
pemberontak yang lalai." Jika dikatakan, "Kalian minta perlindungan para tokoh dan
lembaga," maka katakanlah, "Kami beriman kepada Allah saja dan mengkafiri apa saja
yang telah engkau persekutukan." Dan jika mereka kembali dengan permusuhannya,
maka katakanlah,
"Kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang
jahil," (AI-Qashash: 55)

KEWAJIBAN-KEWAJIBAN
Wahai Ikhwan!
Berimanlah kepada Allah, milikilah 'izzah (kewibawaan) dengan ma 'rifah
kepada-Nya, dan bersandarlah kalian hanya kepada-Nya. jangan takut kepada selain Dia,
laksanakan apa-apa yang diperintahkan-Nya, dan jauhilah larangan-larangan-Nya.
Berakhlaklah dengan segala keutamaan dan berpegang teguhlah dengan
kebenaran. Jadilah kalian orang-orang yang kuat dengan akhlak, orang-orang yang punya
'izzah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian berupa keimanan orangorang mukmin, dan kemuliaan orang-orang yang taqwa lagi shalih.
Terimalah Al-Qur'an dengan ketekunan mempelajarinya, dan sambutlah sirah
Rasulullah yang suci dengan selalu mengingatnya. Jadilah kalian para pelaku amal dan

bukan orang-orang yang hanya pintar berdebat. Sungguh, jika Allah memberi hidayah
kepada suatu kaum, tentu Dia akan mengilhamkan kepada mereka untuk beramal
(merealisasikannya). Tidaklah tersesat suatu kaum setelah datangnya petunjuk, kecuali
mereka yang suka berdebat.
Hendaklah kalian saling mencintai satu sama lain. Jagalah selalu persatuan dan
kesatuan, karena ia merupakan rahasia kekuatan dan penentu keberhasilan kalian.
Teguhlah dalam prinsip, sampai Allah membukakan al-haq di antara kalian dan di tengah
kalian. Dia-lah sebaik-baik pembuka.
Dengar dan taatilah qiyadah (pemimpin) dalam kondisi sulit maupun mudah,
dalam keadaan giat ataupun malas. Itulah syi'ar dari fikrah kalian dan mata rantai
hubungan di antara kalian.
Setelah itu, tunggulah pertolongan dan dukungan Allah. Tidak diragukan lagi,
peluang itu pasti datang.
"Dan di hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena
pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang," (Ar-Ruum: 4- 5)
Semoga Allah berkenan memberikan taufiq kepada kita atas apa yang dicintai dan
diridhai-Nya, membimbing kita untuk meniti jalan mereka yang terpilih dan
mendapatkan petunjuk, menghidupkan kita dengan kehidupan orang-orang yang punya
'izzah dan sejahtera, serta mematikan kita dengan kematian para mujahid dan syuhada.
Sesungguhnya, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.

Anda mungkin juga menyukai