PENDAHULUAN
Umum
Tanaman nilam (Pogostemon
cablin) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri yang terpenting
di Indonesia. Dalam dunia perdagangan
minyak nilam dikenal dengan nama
Patchouly Oil, yang banyak
digunakan sebagai bahan baku, bahan
pencampur dan fiksatif (pengikat
wangi-wangian) dalam industri parfum,
farmasi, dan kosmetika, dan industri
makanan dan minuman. Perdagangan
minyak wangi telah sejak lama
berlangsung dinegara-negara timur
serta Yunani dan Roma kuno. Sejarah
minyak atsiri yang diproses dengan
cara penyulingan yang dilakukan
pertama kalinya terutama dinegara
Mesir, Persia dan India (Guenther E,
1987).
Di Indonesia terdapat tiga jenis
nilam yang dibudidayakan masyarakat
yaitu Pogostemon heyneanus (nilam
Jawa), Pogostemon hortensis (nilam
sabun), dan Pogostemon cablin (nilam
Aceh) (Anonimous, 1994). Dari ketiga
jenis tersebut yang paling banyak
dibudidayakan
adalah
varietas
Pogostemon cablin, karena varietas
inilah yang terbaik ditinjau dari segi
mutu dan kadar minyaknya, sehingga
minyak dari varietas inilah yang lebih
diminati di pasar dunia atau dalam
Permasalahan
1.
2.
3.
Lemahnya
kelembagaan
petani
dan
permodalan
petani
4.
5.
Mutu
nilam
merata
minyak
belum
Kebijakan yang
diambil
Sentra nilam belum Pembangunan
terdatanya
kawasan
Petani nilam sering agribisnis nilam
berpindah lokasi
Mata pencaharian
Peningkatan
petani selalu
produksi
dan
berubah-ubah tidak
keberlanjutan
tergantung pada
nilam
Animo petani
menanam nilam
besar jika harga
tinggi
Harga minyak nilam
di tingkat petani
rendah
Tidak optimalnya
Penguatan dan
fungsi kelembagaan
Pemberdayaan
petani
kelembagaan
Fungsi PPL di
petani
lapangan belum
optimal
Modal usaha petani
sangat terbatas
Belum terbentuknya
Alternatif Pola
pola pengembangan
pengembangan
KIMBUN nilam
agribisnis nilam
Lemahnya jaringan
Penguatan
kerja petani produkerjasama
Net
sen dengan para
working
asosiasi eksportir
atsiri
Belum adanya industri
skala menengah
Serangan penyakit
- Pengembangan
budok
penelitian pe Pengolahan hasil
nyakit budok
masih sangat sedernilam serta
hana
pengendalian
Pencampuran minyak - Pengaturan
nilam dengan bahan
sistem
asing
monitoring dan
pengawasan
produk
Akar permasalahan
Usulan rencana
program/kegiatan
- Pemetaan kawasan
pengembangan
agri-bisnis nilam
- Penetapan luas penanaman
- Pengaturan waktu
dan pola tanam.
- Pengaturan panen
dan pasca panen.
- Pemantapan kelembagaan
tani
dan koperasi
- Meningkatkan sistem perencanaan
- Training para PPL
- Bantuan modal
usahatani
Meningkatnya
hubungan
kerjasama
(networking)
yang
saling
menguntungkan antar subsistem agribisnis
nilam
- Kajian vektor
Penularan
penyakit budok di
lapangan
- Perbanyakan bibit
nilam melalui
kultur jaringan
- Kajian Pengendalian penyakit budok
- Sosialisasi standar
mutu
Tabel 1. Lanjutan
No
6.
7.
8.
Permasalahan
Akar permasalahan
Belum adanya
eksportir nilam yang
mempunyai jaringan
pemasaran ke eropah,
Jepang dan Amerika
Belum digunakannya
informasi pasar
melalui jaringan
internet
Belum
ada Program intensifikasi
sentuhan
dan ekstensifikasi
teknologi dalam
belum terlaksana
budidaya
dan
dalam budidaya
pengolahan
nilam
nilam
Pengolahan nilam
masih memakai ketel
sederhana
Kualitas SDM Kurangnya
petani
nilam
pembinaan bagi
relatif
masih
petani nilam.
rendah
Terbatasnya kegiatan
pelatihan bagi petani
nilam
Terbatasnya kunjungan lapangan oleh
PPL
Lemahnya
sistem
pemasaran
Kebijakan yang
Usulan rencana
diambil
program/kegiatan
Regularisasi
- Kerjasama
peraturan tentang
pemasaran antara
ekspor
produk
produsen dan
perkebunan dan
asosiasi pengekpor
ikutannya
minyak atsiri
- Penyediaan
informasi pasar
Pelaksanaan
- Intensifikasi dan
program
ekstensifikasi
intensifikasi dan
agribisnis nilam
ekstensifikasi
- Pembangunan
agribisnis nilam
pabrik pengolahan
nilam modern
Peningkatan
- Training petugas
SDM petani dan
PPL
petugas pembina - Training kelompok
tani peserta
- Monitoring dan
pengawasan
A. Kebijakan umum
1. Penyediaan lapangan kerja dan
pemberdayaan ekonomi rakyat
yang bertujuan mempercepat
penyelesaian konflik di Aceh.
2. Berupaya menarik investor untuk
mau menanamkan investasinya
pada bidang agribisnis nilam.
3. Menetapkan kawasan pengembangan agribisnis nilam di
beberapa Kabupaten yang potensial
dan sesuai agroklimatnya, seluas
1.000 ha.
4. Mengembangkan
koperasi
agribisnis nilam dan memfasilitasi
kerjasama dalam bentuk kemitraan
dengan pihak investor.
5. Memfasilitasi pembangunan sistem
usaha pengolahan hasil nilam
bersama investor dan stakeholder
lainnya dalam rangka menumbuhkembangkan agroindustri (off
farm).
6. Melakukan promosi terhadap
program yang diluncurkan melalui
workshop
sehari
dengan
mengundang seluruh stakeholder,
investor dan mitra kerja, seperti
pengusaha
pengekspor
atau
pengimpor minyak nilam dalam
dan luar negeri.
7. Meningkatkan koordinasi dengan
instansi terkait dalam pengembangan agribisnis nilam, terutama
Dinas Perkebunan, Industri dan
Perdagangan, Koperasi, BKPMD,
dan Bappeda.
8. Meningkatkan jaringan kerja antara
petani produsen dengan para
asosiasi eksportir minyak nilam
nasional
dan
menyediakan
informasi pasar terhadap perkembangan harga minyak nilam dunia.
9. Pembangunan sarana dan prasarana
pendukung guna memperlancar
akses transportasi dan pemasaran.
B. Kebijakan khusus
1. Mengembalikan sejarah kejayaan
nilam di Aceh dengan menjadikan
nilam sebagai salah satu komoditas
unggulan daerah.
2. Mempertahankan serta meningkatkan kualitas minyak nilam Aceh
melalui teknologi penyulingan
10