E-JOURNAL
Oleh
Ajitama Wirastyawan
NIM 09603141025
cedera, salah satunya seperti aktivitas olahraga baik saat melakukan pemanasan, bertanding, ataupun saat
melakukan olahraga rekreasi. Cedera yang terjadi saat melakukan aktivitas olahraga akan
berdampak
menimbulkan berbagai macam permasalahan seperti halnya cedera akut yang dapat berdampak dislokasi
ataupun fraktur (Paul M. Taylor dan Diane K. Taylor, 2002: 9-10).
Cedera merupakan masalah yang sulit dihindari oleh olahragawan baik di dalam kompetisi maupun di
saat latihan, seperti beberapa kasus cedera membuat seorang olahragawan terpaksa harus pensiun dini dari
dunia olahraga prestasi (BM Wara Kushartanti dkk, 2009: 1-2). Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan
Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk (2010: 56), bahwa cedera bisa menyebabkan fungsi organ atau sendi
mengalami penurunan dengan adanya tanda peradangan seperti nyeri, panas, merah, bengkak, dan
functiolaesa. Pemain sepak bola beresiko mengalami cedera, seperti hasil penelitian National Electronic Injury
Surveillance System (NEISS) di Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa pada tahun 1997 tercatat 148.913
kasus cedera akibat sepak bola.
Cedera yang sering dialami oleh pemain sepak bola yaitu cedera ankle, lutut, panggul, pinggang, dan
hamstring. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Uyung Pramudiarja (2010: 19), bahwa bagian tubuh yang
paling rentan cedera pada pemain sepak bola yaitu kaki dengan persentase mencapai 77%, dibandingkan lutut
yang hanya 21%, dan ankle sebesar 18%. Sementara itu, kerusakan otot paling banyak terjadi di bagian paha
(groin) yakni 53%. Otot lain yang sering sobek dalam permainan sepak bola adalah hamstring 42% dan
quadriceps atau otot paha di sisi depan 5%. Hal serupa telah diteliti oleh Extrand et. al, (2013:_), pada
pesepakbola Eropa, yang menyebutkan bahwa rata-rata setiap musim seorang pemain mengalami 2 kali
cedera muskuloskeletal (otot, ligament, sendi, tulang). Kasus terbanyak adalah cedera hamstring sebanyak
12%, diikuti oleh ligamen lutut 9% dan otot quadricep 7% (Nanang Tri W, 2013: 1).
Upaya penyembuhan cedera pada pemain sepak bola dapat dilakukan dengan memberikan terapi
masase. Salah satu terapi masase yang dapat digunakan dalam penyembuhan cedera adalah terapi masase
frirage. Terapi masase frirage dapat digunakan dalam penyembuhan cedera karena dapat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan setelah penanganan medis maupun sebelum penanganan medis, dan sebagai salah
satu cara pencegahan serta perawatan tubuh dari cedera (Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi, 2012: 8).
Penyembuhan cedera pada pemain sepak bola juga dapat didukung dengan memberikan exercise
therapy karena exercise therapy mempunyai manfaat dalam pengembalian fungsi gerak (Novita Intan Arovah,
2010: 90), selain itu Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi (2012: 75) juga berpendapat bahwa exercise
therapy merupakan pengobatan menggunakan aktivitas olahraga yang memerlukan latihan terukur dengan
pengawasan dokter olahraga dan instruktur olahraga.
Cedera hamstring juga sering terjadi pada pemain sepak bola Jakatama FC Sleman. Penyembuhan
cedera hamstring dengan terapi masase frirage, exercise therapy, maupun gabungan antara masase frirage
dan exercise therapy belum ada yang meneliti. Atas dasar hal tersebut maka perlu adanya penelitian tentang
penanganan cedera hamstring pada pemain sepak bola Jakatama FC Sleman dengan masase frirage dan
exercise therapy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan masase frirage
dan exercise therapy dalam menyembuhkan cedera hamstring pada pemain sepak bola Jakatama FC Sleman.
B. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Experimental Pretest-Postest Design dengan memodifikasi
menjadi tiga kelompok Soegiyono (2008: 108). Pada penelitian ini kelompok diukur sebelum dan sesudah
mendapat perlakuan masase frirage, exercise therapy dan gabungan antara masase frirage dan exercise
therapy.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Desember sampai 30 Desember 2012 di lapangan sepak bola
grhasia pakem, di markas jakatama fc, dan di Physical Therapy Clinic FIK UNY.
3. Subjek Penelitian
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik sampling yang penentuan
sampelnya berdasarkan pertimbangan tertentu. Jumlah pemain sepak bola yang memenuhi kriteria sampel
yaitu pemain pemain sepak bola yang mengalami cedera hamstring sebanyak 30 orang, dan berusia 16-18
tahun.
4. Prosedur
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa jangka dan busur sebagai alat pengukur
Range Of Movement (ROM ) serta stop watch sebagai alat pengukur lamanya waktu exercise therapy.
Pengumpulan data ini ada dua macam, yaitu sebelum diberi penanganan dites awal dan setelah
penanganan dites akhir. Tes tersebut dilakukan dengan mengukur derajat Range Of Movement (ROM)
sendi panggul dan lutut menggunakan jangka dan busur.
5. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran derajat ROM dianalisis dengan menggunakan uji-t (beda)
dengan taraf signifikansi 5%. Data dianalisis menggunakan program SPS Sutrisno Hadi versi 2005.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian ini adalah data yang diamati berdasarkan peningkatan ROM meliputi flexion straight
knee, extension, abduction, adduction dan knee flexion. Data ROM tersebut diamati sebanyak dua kali
pengukuran yaitu sebelum dan sesudah penerapan perlakuan masase frirage dan exercise therapy. Data
penelitian dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memberikan gambaran data penelitian serta untuk
mempermudah penyajian data penelitian.
Hasil pengukuran ROM terhadap 30 subyek penelitian tersaji pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Perbandingan Nilai Rerata Pretest dan Posttest pada Perlakuan Masase Frirage
No
ROM
Pretest
Posttest
Peningkatan
59,50
77,00
17,50
29,41
Extension
5,30
8,20
2,90
54,71
Abductio
21,00
34,60
13,60
64,76
Adductio
19,30
32,60
13,30
68,91
Knee flexion
104,40
122,10
17,70
16,95
Lebih memperjelas penyajian tabel diatas maka dapat dilihat dari diagram batang pada gambar dibawah ini:
Gambar 1. Perbandingan Peningkatan Derajat ROM Hamstring pada Perlakuan Masase Frirage.
Tabel 2. Perbandingan Nilai Rerata Pretest dan Posttest pada Perlakuan Exercise Therapy
ROM
Pretest
Posttest
59,70
72,60
12,90
21,60
Extension
5,40
7,00
1,60
29,62
Abductio
21,90
28,60
6,70
30,59
Adductio
20,50
27,60
7,10
34,63
Knee flexion
104,20
116,80
12,60
12,09
No
1
2
3
4
5
Peningkatan
Lebih memperjelas penyajian tabel diatas maka dapat dilihat dari diagram batang pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2. Perbandingan Peningkatan Derajat ROM Hamstring pada Perlakuan Exercise Therapy.
Tabel 3. Perbandingan Nilai Rerata Pretest dan Posttest pada Perlakuan Masase Frirage dan Exercise Therapy
ROM
Pretest
Posttest
54,80
83,30
28,50
52,00
Extension
5,00
9,20
4,20
84,00
Abductio
21,60
40,00
18,40
85,18
Adductio
20,50
38,20
17,70
86,34
Knee flexion
103,10
132,30
29,20
28,32
No
1
2
3
4
5
Peningkatan
Lebih memperjelas penyajian table diatas maka dapat dilihat dari diagram batang pada gambar dibawah ini:
Gambar 3. Perbandingan Peningkatan Derajat ROM Hamstring pada Perlakuan Masase Frirage dan Exercise
Therapy.
Uyung
Pramudiarja.
(2010).
Cedera Usai
Bermain
Sepak
Bola.
Jurnal
Penelitian.
http://www.ilunifk83.com/t228p270-kesehatan-tulang-dan-otot yang diakses jumat 11 mei 2012 pukul
09.40 WIB.
BM. Wara Kushartanti, dkk. (2009). Penerapan Model Terapi Latihan untuk Rehabilitasi Cedera Olahragawan.
Yogyakarta: FIK UNY.
Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk. (2010). Masase Olahraga-Pendukung Prestasi dan Terapi Cedera Olahraga.
Jakarta: Kemenpora.
Nanang
Tri W. (2012). Cara Jitu Mencegah Cedera Sepak Bola. Jurnal Penelitian. http:
//dokternanang.blogspot.com/2012/04/cara-jitu-mencegah-cedera-sepak-bola.html, diakses jumat 11
mei 2012 pukul 17.01 WIB.
PERSETUJUAN
Naskah journal yang berjudul Tingkat Keberhasilan Masase Frirage dan Exercise Therapy dalam
Penanganan Cedera Hamstring pada Pemain Sepak Bola Jakatama Football Club Sleman yang disusun
oleh Ajitama Wirastyawan, NIM 09603141025 ini telah disetujui oleh pembimbing dan reviewer.