Anda di halaman 1dari 10

PENTINGNYA PERANAN FISIOTERAPI TERHADAP

OLAHRAGA SEPAKBOLA

I Nyoman Krisna Wijaya


1202305043
Shoulder

Universitas Udayana

2012
Pentingnya Peranan Fisioterapi Terhadap Olahraga Sepakbola

Sepakbola merupakan sebuah olahraga yang sangat populer dikalangan

masyarakat. Sepakbola populer dikarenakan bisa dimainkan oleh semua kalangan.

Tidak peduli tua, muda, anak-anak, wanita semua pun bisa memainkan olahraga

sepakbola. Sepakbola pun banyak juga disiarkan oleh statiun televisi. Dalam

olahraga ini sepakbola biasanya dimainkan oleh dua kelompok atau dua team

berlawanan yang masing-masing berjuang memasukan bola ke gawang kelompok

lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan 11 orang pemain, dan karenanya

kelompok tersebut dinamakan kesebelasan. Tim yang mencetak paling banyak gol

adalah pemenang dari sebuah pertandingan biasanya dalam jangka waktu 90

menit. Tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang apabila dalam 90

menit hasilnya masih seri, dengan melajutkan babak tambahan ketika hasilnya

masih seri, pertandingan dilanjutkan dengan adu penalty.

Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain

kecuali penjaga gawang tidak boleh menyentuh bola dengan tangan. mereka

selama masih dalam permainan. Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang

wasit dan dibantu oleh dua orang asisten wasit. Wasit mempunyai wewenang

penuh untuk menjalankan pertandingan dan keputusan-keputusan pertandingan

dikeluarkan dianggap sudah final, dalam banyak pertndingan wasit juga dibantu

oleh seorang ofisial keempat yang dapat menggantikan seorang ofisial lainnya jika

diperlukan.

Pada umumnya pada pemain sepak bola sangat membutuhkan Kekuatan,

panjang tungkai, koordinasi, keseimbangan, kecepatan reaksi, daya ledak, dan


kecepatan berlari. Khusus bagi pemain depan yang tergolong penyerang, harus

memiliki daya ledak dan kecepatan berlari yang baik untuk melampaui pemain

belakang dalam beradu kecepatan gerak.

Pada saat kita menonton sepakbola kita pasti sering melihat dan dengar di
lapangan saat ada kejadian benturan antar pemain, atau jatuhnya pemain yang
kemudian pemain itu merintih atau berteriak  kesakitan sambil memegang bagian
dari tubuhnya yang sakit, tidak lama kemudian pemain itu dihampiri oleh rekan-
rekannya, setelah melihat bagian mana yang sakit salah seorang rekannya
mengatakan bahwa dia mengalami cedera.

Kata cedera memang tidak pernah jauh dari yang namanya sepakbola,
mengingat sepakbola merupakan sebuah permainan yang banyak mengunakan
kerja otot dan benturan fisik antar para pemain sepakbola yang sangat keras.
Terjadinya cedera yang dialami oleh para pemain atau atlet akan berdampak
kurang baik seperti: gangguan prestasi, fisik, atau psikisnya. Di dalam
olahraga sepak bola cedera dapat terjadi pada saat latihan atau pertandingan
yang disebabkan oleh beberapa hal misalnya: faktor alam, misalnya cuaca atau
lapangan yang tidak rata, pembebanan latihan yang berlebihan, kesalahan
pemilihan sepatu/perlengkapan sepak bola, teknik atau taktik yang dilakukan
salah, bodycontac, sleeding-tacle dan teknik jatuhan yang salah, kurangnya
pemanasan, penguluran atau pendinginan yang sesuai dengan olahraga yang
dilakukan, ketidakmampuan persendian terhadap gerakan yang dilakukan, atau
ketidakmampuan persendian di dalam menahan berat badan. Cedera yang
dialami oleh seorang pemain atau atlet dapat membuat prestasi seorang
pemain atau atlet sepakbola menjadi mundur, trauma, gangguan psikologi, fisik
menurun dan cacat permanen.

Sebenarnya cedera itu dapat dicegah atau kita minimalisir dengan


pencegahan melalui lingkungan yang dimaksud adalah sebelum bertanding atau
memulai latihan sebaiknya seorang pemain atau seorang pelatih harus
mempersiapkan lapangan dan sarananya, baik kelayakan situasi lapangan, cuaca
dan kebersihan lapangan sehingga aktifitas dapat dilakukan dengan aman dan
nyaman. Pemilihan perlengkapan yang dipakai oleh para pemain. Seperti
pemilihan dan penggunaan pakaian, sepatu atau perlengkapan lainya harus
disesuaikan dengan kondisi lapangan atau cuaca. Pakaian harus bisa
menyerap panas dan keringat sedangkan pemilihan jenis sepatu yang baik
disesuaikan dengan kondisi tanah atau lapangan. Pencegahan melalui latihan
Latihan merupakan proses untuk meningkatkan dan menyempurnakan
keterampilan dan otomatisasi gerakan sehingga tubuh akan adaptif, fisik,
kekuatan, dan daya tahan tubuh meningkat. Dengan meningkatnya adaptasi
tubuh tersebut kemungkinan terjadinya cedera dapat dicegah atau diminimalisasi.
Pencengahan dengan melakukan pemanasan, penguluran dan pendinginan.
Dengan melalui pemanasan, penguluran, dan pendinginan (sebelum dan sesudah
latihan) memberikan banyak manfaat seperti menyiapkan organ tubuh,
mempersingkat waktu istirahat (recovery), mengurangi ketegangan otot dan
stress/tekanan jiwa. Pemanasan-penguluran dan pendinginan yang baik
diharapkan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya cedera. Pencegahan
melalui keterampilan adalah pengusaan tingkat keterampilan, teknik maupun
taktik baik secara individu maupun kerja sama tim yang dilakukan dengan baik
dan benar diharapkan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya cedera.
Pencegahan melalui Pola dan Pemilihan Makanan. Sebaiknya makanan dan
minuman yang sesuai adalah makan yang baik, menyehatkan dan dapat segera
diserap oleh tubuh sebagai sumber tenaga dan pengganti ion/cairan tubuh
dapat mencegah dan mengurangi terjadinya cedera. Sepakbola juga sangat
membutuhkan kondisi fisik dan mental yang prima terlebih-lebih jika tujuannya
adalah suatu prestasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pencapaian
kondisi fisik yang prima adalah kemampuan berlari cepat seorang pemain, sebab
sepak bola membutuhkan gerakan-gerakan yang penuh dengan tenaga dan
kecepatan. Oleh sebab itu, seorang pemain membutuhkan daya ledak otot yang
bagus agar dapat menunjang setiap gerakan dalam bermain sepak bola. Faktor
inilah yang akan berpengaruh besar terhadap kemampuan pemain dalam berlari
cepat atau sprint. Pada laki-laki, daya ledak otot dan kecepatan berlari lebih baik
dibandingkan perempuan, dan daya ledak otot dan kecepatan berlari pemain dapat
dimaksimalkan pada usia 21- 45 tahun. Pada zaman modern ini, olahraga bukan
hanya sekedar mencapai kesenangan dan kepuasan melainkan telah
diperlombakan untuk mencapai prestasi puncak. Untuk mencapai prestasi
puncak, para atlet harus memiliki kebugaran jasmani yang tinggi, profesional,
serta didukung oleh "team work" yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.

Salah satu disiplin ilmu yang ikut berperan dalam membentuk atlet
yang lebih berprestasi adalah Fisioterapi. Fisioterapi berasal dari kata ''Fisio''
yang berarti fisik. Fisik yang dimaksud disini adalah tubuh dan anggota
geraknya. Kata "Terapi" yang dimaksud adalah pengobatan atau pemulihan.
Fisioterapi secara umum adalah suatu upaya umum pelayanan kesehatan
profesional yang bertanggung jawab atas kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional yang dilaksanakan dengan tindakan terarah dan berorientasi pada
pemecahan dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang dilandasi oleh etika
profesi. Dengan demikian yang menjadi garapan fisioterapi adalah gerak dan
fungsi yang dimanifestasikan dalam kemampuan fungsional tiap individu .
Fisioterapi mempunyai banyak spesialisasi yang mencakup Cardiopulmonary,
Geriatrik, mengenai ilmu penyakit syaraf, Orthopaedic dan ilmu kesehatan anak-
anak untuk menyebut sebagian dari area yang semakin umum.

Sedangkan Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal


fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan
tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian lainnya,
Fisioterapis adalah staf yang bertugas membantu pemulihan pemain. Ketika ada
pemain yang mengalami cedera, seorang fisioterapis akan menganalisa cedera
tersebut serta menyusun program latihan yang diperlukan sang pemain akan dapat
segera kembali berlaga/bermain. Dalam tugas fisioterapis, saat ini banyak sekali
orang salah mengerti mengenai fungsi fisioterapi itu sendiri dikarenakan
seringkali hanya diartikan untuk kegiatan memijat otot terkilir atau jika orang
terlalu capai. Padahal fisioterapi itu gunanya untuk mengatasi segala gangguan
gerak. Menurut beberapa pihak, jasa Tukang Pijat (Masseur) justru berpotensi
memperparah cedera pemain. Fisioterapis bukan hanya sebatas itu (Perihal pijat-
memijat). Tugas fisioterapis itu adalah mendiagnosis cedera dan menyusun
program latihan supaya pemain yang cedera itu cepat pulih. Tapi, jika ada pemain
yang mengalami demam, diare, atau sakit lainnya, itu bagian dokter. Ada
perbedaan jelas antara tugas Dokter Tim dan Fisioterapis. Selain melakukan
program penyembuhan cedera otot, seorang Fisioterapis juga bisa membantu
terapi masa trauma, dan terapi pasca operasi.

Fisioterapi yang sudah menjadi salah satu dari team work suatu klub
sepakbola, telah diakui juga keberadaannya. Fisioterapi bukan hanya terbatas
berperan pada upaya penyembuhan dan pemulihan, tetapi juga berperan
bagaimana seorang pemain dapat meraih prestasi puncak. Bentuk upaya yang
dapat diberikan oleh seorang fisioterapis diantaranya yaitu melakukan serangkaian
tes atau evaluasi tingkat kebugaran pemain, termaksud melakukan analisa tentang
kelebihan dan kekurangan dari tiap pemain, salah satunya dengan melakukan
analisa daya ledak otot dengan kemampuan lari speed. Yang dapat dilakukan pada
atlet professional maupun atlet non profesional.

Sebenarnya fisioterapis menjalankan profesi dalam banyak bidang, seperti


di Klinik rawat jalan, Fasilitas Rehabilitasi Pasien yang dirawat di Rumah Sakit,
Pusat penelitian, Sekolah, Industri, Pusat kebugaran dan fasilitas pelatihan
olahraga. Di Indonesia profesi Fisioterapis sangat jarang kita temui, bahkan di
TimNas Indonesia baru-baru ini saja digunakan (Saat pagelaran AFC),
sebelumnya TimNas hanya menggunakan jasa Dokter dan Tukang Pijat
(Masseur), "Padahal di Eropa tiap klub profesional pasti memiliki 2 -3
fisioterapis" menurut Mathias Ibo (Fisioterapis di TimNas Indonesia, Lulusan
Universitas Thim Van Der Laan, Utrecht, Belanda, jurusan sport
physiotherapists).

Untuk saat ini mungkin profesi Fisioterapis di Indonesia belum begitu


diperhatikan atau dihargai, namun seiring dengan perkembangan dunia olahraga
dan semakin banyaknya kontak fisik dalam olahraga ini, bukan tidak mungkin
seorang Fisioterapis akan banyak di cari, bukan hanya di sepakbola namun juga di
cabang olah raga yang lain.

Bila pemain sepakbola ingin mencapai kondisi fisik yang prima dan untuk
meminimalisir cedera yang dialami oleh atlet atau pemain sepakbola. Disinilah
peran fisioterapi sangat dibutuhkan oleh pemain untuk memaksimalkan kondisi
tubuh pemain dan memberikan kontribusi yang besar kepada pemain untuk
mendapatkan kondisi yang prima serta bisa meminimalisir cedera-cedera pada
seorang pemain sepakbola itu sendiri. Selain itu juga fisioterapis juga melakukan
program penyembuhan cedera otot, seorang Fisioterapis juga bisa membantu
terapi masa trauma, dan terapi pasca operasi. Fisioterapi berperan juga
mengajarkan latihan-latihan aktif atau mobilisasi sendi, mendesign latihan
penguluran pada otot- otot sendi dan memberikan latihan penguatan.

Salah satu dari sekian banyak modalitas yang digunakan oleh profesi Fisioterapi
di Indonesia. Fisioterapi adalah salah satu dari tenaga medis yang bergerak dalam
hal mempebaiki gerak dan fungsi. TENS merupakan kepanjangan dari
transcutaneus electrical nerve stimulation yang merupakan suatu cara penggunaan
energi listrik yang berguna untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan
kulit dan terbukti efektif untuk mengurangi berbagai tipe nyeri.
TENS mampu mengaktivasi baik serabut saraf berdiameter besar maupun
berdiameter kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke sistem
saraf pusat. Efektivitas TENS dapat diterangkan lewat teori kontrol gerbang (gate
control )nya Melzack dan Wall yang diaplikasikan dengan intensitas comfortable.
Lewat stimulasi antidromik TENS dapat memblokir hantaran rangsang dari
nociceptor ke medulla spinalis. Stimulasi antidromik dapat mengakibatkan
terlepasnya materi P dari neuron sensoris yang akan berakibat terjadinya
vasodilatasi arteriole yang merupakan dasar bagi terjadinya triple responses.
Mekanisme lain yang dapat dicapai oleh TENS ialah mengaktivasi system saraf
otonom yang akan menimbulkan tanggap rangsang vasomotor yang dapat
mengubah kimiawi jaringan. Postulat lain menyatakan bahwa TENS dapat
mengurangi nyeri melalui pelepasan opioid endogen di SSP. TENS dapat juga
menimbulkan efek analgetik lewat sistem inhibisi opioid endogen dengan cara
mengaktivasi batang otak. Stimulasi listrik yang diberikan cukup jauh dari
jaringan yang cidera /rusak, sehingga jaringan yang menimbulkan nyeri tetap
efektif untuk memodulasi nyeri itu.
Pada penggunaan TENS perlu diperhatikan beberapa hal yaitu tentang indikasi
dan kontra indikasi pada penggunaan TENS. Indikasinya dibagi menjadi 2 yaitu
nyeri akut dan nyeri kronis, indikasinya meliputi : Nyeri akibat trauma,
musculoskeletal, sindroma kompresi neurovaskuler, neuralgia, causalgia.
Sedangkan kontra indikasi dari TENS yaitu pada penderita dengan alat pacu
jantung, alat-alat listrik yang ditemukan pada tubuh pasien.
Efek samping dari TENS yang sering timbul adalah alergi pada kulit dimana
elektroda ditempelkan. Reaksi tersebut biasanya disebabkan oleh gel pada waktu
menempelkan elektroda. Selanjutnya itu fisioterapis juga agar dapat menyarankan
melakukan X-ray untuk menegakkan diagnosis bagi sang pasien. Selain itu juga
sang fisioterapis akan memberikan home instruksi dan edukasi. Untuk
meminimalisir agar tidak rentan terhadap cedera.
Daftar Pustaka

Swenson EJ. Diagnosing and managing meniscal injuries in athletes. J


Musculoskel Med. 1995; 12(5):35–45.

Seneviratne A, Rodeo SA. . Mengidentifikasi dan mengelola cedera meniscal J


Musculoskel Med 2000;. :690-697 17.

Irfan, 2012. cara mencegah cedera dalam bermain bola


(http://irfanbucuu.blogspot.com/2012/02/cara-mencegah-cedera-
dalam- bermaun-bola.html, diakses 28 Agustus 2012)

Hadianto Wibowo. (1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera


Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Sarachai S, Kitti J, Thanathep B. KKU knee compression rotation test for


detection of meniscal tears: a comparative study of its diagnostic accuracy
with McMurray test. J Med Assoc Thailand. 2007; 40:718–723.

Anda mungkin juga menyukai