PENDAHULUAN
Kesehatan menurut Kemenkes pada tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut World Health Organication
tahun 2020, Kesehatan ialah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
utuh dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Pamungkas (2013) futsal adalah permainan yang dimainkan oleh dua tim,
yang masing masing beranggotakan lima orang. Sprain ankle adalah cedera
muskuloskeletal umum yang melibatkan peregangan atau robekan (sebagian atau
seluruhnya) ligamen pergelangan kaki. Hal itu terjadi ketika pergelangan kaki
bergerak diluar jangkauan gerak normalnya dan sebagian besar ada pada sports
populations[1]. Cedera ankle sprain sering terjadi pada atlet olahraga yang banyak
menggunakan kaki dalam bermain, berlatih dan bertanding.
Angka kejadian ankle sprain di USA terdapat 2.285 atlet dan 1.216 (53.2%)
diantaranya terkena ankle sprain. DI iran menunjukan bahwa dari 106 atlet, 48 orang
(45,3%) pemain basket dan 58 orang (54,7%) pemain sepak bola terkena ankle
sprain (Farzin Halabachi dkk, 2016). Di Indonesia penduduk yang terkena cedera
pada tahun 2018 adalah 67,9% dibagian anggota gerak bawah dari kurang lebih
3.000 penduduk (RISKESDAS, 2018). Mohammad Shariff (2014) sebanyak 39%
pemain futsal mengalami cedera ankle. Selain itu dari hasil penelitian yang dilakukan
Bimantoro Setyo Nuhgroho 2016 “Sebanyak 16 pemain futsal (53%) memiliki
pengetahuan kurang tentang cedera ankle, sebanyak 14 pemain (46,7%) memiliki
pengetahuan sedang tentang cedera ankle.
Jenis sprain ankle yang paling umum adalah cedera ligamen lateral yang
membentuk sekitar 85% dari semua case sprain ankle dan yang paling jarang adalah
sprain ankle medial dan sindesmotik akut dengan wanita memiliki tingkat kejadian
sprain ankle tertinggi daripada pria dan anak-anak. (Doherty C dkk, 2014 Ja;(1):123-
40)
Menurut Lacerda D (2022 h.197-203) Sprain ankle dapat diklasifikasikan
menurut berbagai sistem penilaian dan masing – masing memiliki kekuatan dan
kelemahan spesifik. Salah satu sistem penilaian yang digunakan untuk
mengklasifikasikan sprain ankle berfokus satu ligamen adalah Grade I menunjukan
sedikit peregangan dan kerusakan pada serat ligamen, grade II merupakan robekan
sebagian ligamen, grade III merupakan ruptur ligamen yang lengkap (Bernstain J,
2003, h.242)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada Sprain ankle pada atlet diatas penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah latihan Lateral Running, Side to Side Drill’s dapat meningkatkan
kelincahan atlet pasca sprain ankle?
2. Apakah latihan Lateral Running Side to Side Drill’s dapat meningkatkan
keseimbangan pada atlet pasca sprain ankle?
3. Apakah latihan Lateral Running Side to side Drill’s dapat meningkatkan daya
tahan otot atlet pasca sprain ankle?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah latihan Lateral Running, Side to Side Drill’s dapat
meningkatkan agility, ballance dan daya tahan otot pada atlet pasca sprain ankle.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Fisioterapi
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian atau
menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan
lebih lanjut mengenai penanganan dan intervensi peningkatan agility atlet pada
kasus sprain ankle.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti sehubungan
dengan manfaat pemberian Lateral Running, Side to Side Drill’s terhadap
pneingkatan agility atlet pada kasus sprain ankle.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi mengenai penanganan dan intervensi fisioterapi yang
digunakan dalam peningkatan Agility atlet pasca sprain ankle. Dan agar bisa
dikembangkan lebih dalam lagi mengenai penanganan dan intervensi yang lebih
baik untuk meningkatkan Agility atlet pasca sprain ankle.
4. Bagi Pembaca
Sebagai pengetahuan terkait kondisi Sprain ankle dan mengetahui peran
fisioterapi dalam penanganannya.