Anda di halaman 1dari 44

Perawatan pasien dalam kondisi

terminal dan Home care


Lucy Widasari

Penyakit terminal
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang
tidak bisa disembuhkan lagi.Kematian adalah
tahap akhir kehidupan.

Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa


peringatan atau mengikuti periode sakit yang
panjang.
Terkadang kematian menyerang usia muda
tetapi selalu menunggu yang tua.

Kondisi Terminal
Kondisi terminal merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami sakit atau
penyakit yang tidak mempunyai harapan
untuk sembuh dan menuju pada proses
kematian dalam < 6 (enam) bulan.
Kematian bisa disebabkan oleh penyakit
degeneratif seperti kanker dan stroke atau
kecelakaan

Respon terhadap penyakit yang mengancam hidup


dibagi kedalam 4 fase, yaitu (Doka,1993):

1. Fase Prediagnostik
Terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor risiko
penyakit.
2. Fase Akut
Terpusat pada kondisi krisis. Pasien dihadapkan
pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi
medis, interpersonal, maupun psikologis.

3. Fase Kronis
Pasien bertempur dengan penyakit dan
pengobatannya.

4. Fase Terminal
Dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya
kemungkinan, tetapi pasti terjadi

Pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis
tidak stabil,yang memerlukan perawatan
intensif ,dengan bantuan alat2 ventilasi
,monitoring, dan obat2 vasoakif.
Misalnya pasien bedah kardiotorak,atau
pasien shock septik.

Pasien Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pemantauan di ICU.
Pasien ini berisiko sehingga memerlukan
terapi segera,karenanya pemantauan intensif
menggunakan metoda seperti pulmonary
arteri cateteter sangat menolong.
Misalnya pada pasien penyakit
jantung,paru,ginjal, setelah mengalami
pembedahan mayor.

Pasien Prioritas 3
Pasien kelompok ini sakit kritis dan tidak stabil,
dimana status kesehatan sebelumnya,penyakit
yang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik
masing2 atau kombinasinya,kecil kemungkinan
sembuh dan atau mendapat manfaat dari terapi
ICU.
Contoh pasien ini adalah
Pasien dengan keganasan metastasik disertai penyulit
infeksi pericardial tamponade
Sumbatan jalan napas
Pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat

Pemberian Informasi Pada Pasien


Dapat menimbulkan macam2 ekspresi
Pertimbangkan perlu/tidaknya pasien
mengetahui perjalanan penyakitnya yang
mengalami perburukan
Memberikan informasi pada keluarga

Bayangkan jika anda/keluarga dekat anda adalah


pasien dengan kondisi penyakit terminalapa
yang anda rasakan?

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi


terminal, akan menjalani hidup, merespons terhadap
berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai
kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada
kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh
rasa nyeri yang menyakitkan
tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan
akan perpisahan, & atau kehilangan orang yang
dicintai

Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi


akibat kondisi terminal dan menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai
kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan.
Sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang
akan mempersatukannya dengan orang-orang
yang dicintai (pasrah menerimanya)

Sedangkan yang lain beranggapan takut akan


perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan,
kesepian, atau mengalami penderitaan
sepanjang hidup.

Perubahan Psikologis
Dokter harus peka dan mengenali kecemasan
yang terjadi pada pasien terminal, dapat
mengenali ekspresi wajah yang ditunjukkan
(sedih/depresi/marah).
Problem psikologis lain pada pasien terminal
antara lain : ketergantungan, kehilangan
harga diri & harapan.

Menurut Kubler Ross (1969) seseorang dengan penyakit terminal


menunjukan 5 tahapan, yaitu :
1. Denial (menolak)
Pada tahap ini individu menyangkal & bertindak seperti tidak
terjadi sesuatu, dia mengingkari bahwa dirinya dalam kondisi
terminal.
Pernyataan seperti tidak mungkin, hal ini tidak akan terjadi
pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini umum
dilontarkan pasien.
Petugas kes perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan
denial dengan cara mananyakan tentang kondisinya shg
pasien dapat mengekspresikan perasaan2nya.

2. Anger (Marah)
Individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat bertindak
pada seseorang atau lingkungan di sekitarnya seperti tidak
mau minum obat, menolak tindakan medis, tidak ingin
makan adalah respon yg mungkin ditunjukkan pasien.
Petugas kes perlu membantu pasien agar mengerti bahwa
masih mrp hal yang normal dalam merespon perasaan
kehilangan menjelang kamatian.

Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan pada petugas kes


sebagai orang yg dapat dipercaya shg membantu pasien
dalam menumbuhkan rasa aman.

3. Bargaining (Tawar Menawar)


Individu berupaya membuat perjanjian dengan cara
yang halus atau jelas untuk mencegah kematian.
Seperti Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut
nyawaku, saya akan berbuat baik & mengikuti
program pengobatan.
Pada fase ini petugas kesehatan perlu mendengarkan
segala keluhan & mendorong pasien untuk dapat
berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah &
takut yg tidak masuk akal.

4. Depresion (Depresi)
Saat kondisi semakin memburuk pasien merasa sangat
kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan,
banyak berdiam diri dan menyendiri,, dan sering bertanya
tentang kondisi penyakitnya.
Pada fase ini petugas kesehatan selalu hadir di dekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien.
Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksireaksi non verbal dari pasien shg menumbuhkan rasa aman

bagi pasien.

Pasien yang berada pada tingkat akhir hidupnya


memerlukan pelayanan yang berfokus akan
kebutuhannya yang unik.
Pasien dalam tahap ini dapat menderita gejala lain
yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi
kuratif atau memerlukan bantuan berhubungan
dengan faktor psikososial, agam , dan budaya yang
berhubungan dengan proses kematian.
Keluarga dan pemberi layanan dapat diberikan
kelonggaran melayani pasien tahap terminal dan
membantu meringankan rasa sedih dan kehilangan.

Menurut Martocchio, rentang pola hidup sampai


menjelang kematian sebagai berikut :
1. Pola Puncak dan lembah
Karakteristik pola ini periodik yang sangat tinggi (puncak)
dan periode krisis (lemah). Pada kondisi puncak, pasien
benar-benar merasakan harapan yang tinggi atau besar.
Sebaliknya pada periode lemah, pasien merasa sebagai
kondisi yang menakutkan sampai bisa menimbulkan
depresi.
2. Pola dataran yang turun
Karakteristik pola ini adalah adanya sejumlah tahapan
kemunduran yang terus bertambah dan tidak terduga, yang
terjadi selama atau setelah periode kesehatan yang stabil
serta berlangsung pada waktu yang tidak bisa dipastikan.

3. Pola tebing yang menurun


Karakteristik pola ini adalah adanya kondisi
penurunan yang menetap atau stabil, yang
menggambarkan semakin buruknya kondisi.
Kondisi ini dapat diramalkan dalam waktu yang
bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau
hari. Kondisi ini lazim ditemui di Intensive Care
Unit.

4. Pola landai yang turun sedikit-sedikit


Karakteristik pola ini kehidupan yang mulai surut
dan hampir tidak teramati sampai akhirnya
menuju maut.

Klasifikasi tentang kematian menurut umur


Bayi 5 tahun
Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa
mati adalah tidur atau pergi yang temporer.
5-9 tahun
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat
dihindari.
9-12 tahun
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan
dan tidak dapat dihindari, dapat mengekspresikan
ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang
tua atau dewasa lainnya.

12-18 tahun
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadangkadang memikirkan tentang kematian yang dikaitkan
dengan sikap religi.
18-45 tahun
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh
religi dan keyakinan
45-65 tahun
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian
merupakan puncak kecemasan
65- tahun ke atas
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung
beberapa makna : terbebasnya dari rasa sakit dan reuni
dengan anggota keluarga yang telah meninggal.

Gambaran problem yang dihadapi pada


kondisi terminal antara lain:
1. Problem Oksigenisasi
Respirasi irregular, cepat atau lambat, sirkulasi perifer
menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan
darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.

2. Problem Eliminasi Konstipasi


Dampak pengobatan atau imobilitas memperlambat
peristaltik, kurang diet serat dan asupan makanan juga
mempengaruhi konstipasi.

3. Problem Nutrisi dan Cairan


Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun,
distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecahpecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.

4. Problem suhu
Ekstremitas dingin, menyebabkan harus memakai
selimut/penghangat
5. Problem Sensori
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada
kornea, kemampuan konsentrasi menurun, pendengaran
berkurang, sensasi menurun.

6. Problem nyeri
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri
dilakukan secara intra vena, pasien harus selalu
didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyaman.
7. Problem Kulit dan Mobilitas
Seringkali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal
memerlukan perubahan posisi yang sering.

8. Masalah Psikologis
Pasien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa
seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal
antara lain ketergantungan, hilang kontrol diri, tidak
mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri
dan harapan, kesenjangan komunikasi/ barrier komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual
Pasien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan.

Inti Tatalaksana
Inti dari penanganan pasien yang menghadapi
kondisi terminal adalah memberikan
perawatan yang tepat seperti memberikan
perhatian yang lebih terhadap pasien
sehingga pasien dan keluaga lebih sabar dan
ikhlas dalam menghadapi kondisi yang
dihadapi.

Tatalaksana kegiatan pelayanan pada tahap


terminal akhir hidup di rumah sakit antara lain :
1) Menghormati keputusan dokter untuk tidak
melanjutkan pengobatan dengan persetujuan
pasien dan atau keluarganya
2) Melakukan penilaian dan pengelolaan yang
sesuai terhadap pasien dalam tahap
terminal.

Problem yang berkaitan dengan kematian


antara lain:
a) Problem fisik berkaitan dengan kondisi atau penyakit
terminalnya
b) Problem psychology, ketidakberdayaan, kehilangan
kontrol, ketergantungan, dan kehilangan diri dan harapan.
c) Problem sosial isolasi dan perpisahan
d) Problem spiritual
e) Ketidak sesuaian antara kebutuhan dan harapan dengan
perlakuan yang didapat ( dokter, perawat, keluarga dan
sebagainya )

3)

Memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien tahap


terminal dengan hormat dan respect
4) Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri, secara primer
atau sekunder serta memberikan pengobatan sesuai permintaan
pasien dan keluarga
5) Menyediakan akses terapi lainnya yang secara realistis diharapkan
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien, yang mencakup terapi
alternatif atau terapi non tradisional
6) Melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek
budaya pasien dan keluarga.
7) Melakukan asesmen status mental terhadap keluarga yang
ditinggalkan serta edukasi terhadap mekanisme penanganannya.
8) Peka dan tanggap terhadap harapan keluarganya
9) Menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan atau
tindakan medis lainnya.
10) Mengikutsertakan keluarga dalam pemberian pelayanan

Tugas dan Tanggung Jawab


1) Tujuan menyelamatkan kehidupan
2) Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan
komplikasi melalui observasi dan monitoring ketat
disertai kemampuan menginterprestasikan setiap
data yang didapat dan melakukan tindak lanjut.
3) Meningkatkan kualitas hidup pasien dan
mempertahankan kehidupan.
4) Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh
pasien.
5) Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien
kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien.

Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi


terminal antara lain:
a. Peningkatan Kenyamanan Kenyamanan bagi pasien
menjelang kematian termasuk pengenalan dan peredaan
distress psikobiologis.

Petugas kesehatan harus memberikan bimbingan kepada keluarga


tentang tindakan penenangan bagi pasien sakit terminal.

Kontrol nyeri penting karena mengganggu tidur, nafsu makan,


mobilitas, dan fungsi psikologis.

Pemberian kenyamanan bagi pasien terminal juga mencakup


pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi.

Pasien mungkin akan bergantung pada perawat dan keluarganya


untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga petugas kesehatan
dapat memberikan bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang
bagaimana cara memberikan kenyamanan pada pasien.

b. Pemeliharan Kemandirian Tempat perawatan yang tepat


untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain
adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan
komprehensif di rumah.
Perawat harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada
keluarga dan pasien.
Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri dalam melakukan
aktivitasnya.
Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti
mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat pasien.
Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi pasien terutama jika
ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi
sulit.
Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk
membiarkan pasien membuat keputusan.

c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi membutuhkan


kesabaran dan pengalaman untuk merespons secara
efektif terhadap pasien menjelang kematian.
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori,
perlu meningkatkan kualitas lingkungan.
Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik,
keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat
mencegah kesepian.
Keluarga atau penjenguk diperbolehkan bersama
pasien menjelang kematian sepanjang waktu.
Petugas kesehatan memberikan bimbingan kepada
keluarga untuk tetap/ selalu bersama pasien saat
terakhir hidupnya.

d. Peningkatan Ketenangan Spiritual


Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, pasien
sering mencari ketenangan.
Perawat dan keluarga dapat membantu pasien mengekspresikan
nilai dan keyakinannya.
Pasien menjelang kematian mungkin mencari untuk menemukan
tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada
kematian. Pasien mungkin minta pengampunan baik dari yang
maha kuasa atau dari anggota keluarga.
Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, empati, berdoa dengan
pasien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.

e. Dukungan untuk keluarga yang berduka


Anggota keluarga harus didukung melewati waktu
menjelang kematian dari orang yang mereka cintai.
Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada
pasien harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu
nafas atau pacu jantung.
Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien
terminal harus dijelaskan pada keluarga.

Perawatan Paliatif Pasien Terminal


Perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh diberikan terhadap penderita melalui pendekatan
multidisiplin keahlian yang terintegrasi.
Tujuan pelayanan perawatan adalah
untuk mengurangi penderitaan
memperpanjang umur
meningkatkan kualitas hidup
memberikan support kepada keluarga, meski pada akhirnya
pasien meninggal, yg terpenting sebelum meninggal pasien
sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres
menghadapi penyakit yang dideritanya

Prinsip terapi Paliatif

Menghargai setiap kehidupan


Menganggap kematian sebagai proses yang normal
Tidak mempercepat atau menunda kematian
Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan
Menghilangkan gejala
Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam
perawatan pasien dan keluarga
Menghindari tindakan medis yang sia-sia
Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap
aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat
Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka
cita

Peran Care Givers (dokter /dokter


keluarga)
1) Membuat strategi untuk merubah kebiasaan
2) Mempelajari hubungan faktor psikologis dan faktor
kebiasaaan pada penyakit yg diderita
3) Membentuk kelompok yg dapat membantu
kesembuhan pasien
4) Memantau faktor psikologis dan kebiasaan
(therapy)
5) Membantu anggota keluarga dalam pengobatan
(therapy)
6) Memelihara hubungan personal
7) Penilaian indeks coping

Peran dokter keluarga


Bantuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis :
kebersihan diri, mengontrol rasa sakit, membebaskan
jalan nafas, bergerak, nutrisi
Terhadap timbulnya dampak psikologis : adanya
kegiatan yang memberikan support/ dukungan bagi
pasien
Penerimaan terhadap regimen pengobatan
Bantuan untuk memenuhi kebutuhan sosial :
meningkatkan dukungan keluarga
Bantuan untuk memenuhi kebutuhan spritual :

Menanyakan tentang harapan-harapan hidupnya dan


rencana2 selanjutnya menjelang kematian.
Menanyakan perlunya mendatangkan pemuka agama dalam
hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
Membantu dan mendorong pasien untuk melaksanakan
kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya.

Aspek Keperawatan Pasien Terminal

- Mengontrol nyeri dan gejala lain


- Memelihara kemandirian
- Mengurangi kecemasan & ketakutan
- Memberi kenyamanan
- Memberikan dukungan psikologis

Kesimpulan
Aspek sosial tidak dapat dihindari
Aspek sosial dapat menjadi faktor utama
dalam intervensi
Dokter keluarga harus memahami aspek sosial
(pada kondisi penyakit terminal) dalam upaya
peningkatan penatalaksanaan komprehensif
bagi pasien

Anda mungkin juga menyukai