Anda di halaman 1dari 118

TUGAS AKUNTASI

MANAJEMEN

Disusun oleh

NADIA NOVIYANTI
11070100

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN


UNIVERSITAS SURYADARMA
2014
PEMBAHASAN I
KARAKTERISTIK AKUNTANSI MANAJEMEN
I.

Ruang Lingkup Akuntansi Manajemen


1. Pengertian Akuntansi dan Sistem Akuntansi
A.
Pengertian Akuntansi:

1. Proses pencatatan (recording), penggolongan (classifying), pengikhtisaran


(summarizing) dan pelaporan (reporting) data keuangan (financial data)
dari suatu perusahaan untuk kemudiaan dilakukan analisis/interpretasi
(interpreting)
2. Suatu sistem yang memberikan informasi yang kuantitatif mengenai
bisnis-bisnis

ekonomi, terutama sifat-sifat keuangan, yang ditujukan

untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.


3. Proses pengolahan data keuangan untuk menghasilkan

informasi

keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambil keputusan


melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam pengambilan
keputusan.
Kalau kita mencoba menarik intisari dari pengertian diatas, maka akuntansi
dapat dilihat dari dua sudut, yaitu :
a.
Dari sudut kegunaannya (emphasis on use )
Akuntansi merupakan suatu disiplin yang menyediakan informasi yasng
esensial sehingga memungkinkan adanya penilaian jalannnya perusahaan
secara efisien.
Informasi akuntansi berguna untuk:
1.
Perencanaan dan pengendaliaan perusahaan
yang efektif serta sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh
manajemen.
2. Untuk
pertanggungjawaban

(accountability)

kepada

investor

kreditor,pemerintah dll.
Dari sudut kegiatannya (emphasis on activity)
Akuntansi terdiri kegiatan-kegiatan:
1. Mengidentifikasi (identify) data yang berkaitan dan relevan untuk
b.

keputusan yang akan dibuat.


2. Memproses atau menganalisa (process or analyze ) data yang relevan.
3. Memindahkan (transform) data tersebut kedalam bentuk informasi yang
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
Jadi

Akuntansi

menginformasikan
sekaligus

merupakan
kondisi

memberikan

alat

keuangan
konstribusi

bagi
dan
bagi

para

kemajuan

manajer
perusahaan

penyusunan

untuk
dan

perencanaan,

pengendaliaan operasi dan pengambilan keputusan..


B.
Sistem Akuntansi ( Accounting System)
Adalah: Suatu metode, prosedur dan standar yang digunakan dalam
mengumpulkan, mengklasifikasikan, mencatat dan meringkas peristiwa-

peristiwa bisnis dan transaksi untuk menghasilkan

keluaran berupa

informasi akuntansi yang didistribusikan kepada para pemakai yang


digunakan sebagai alat untuk pengambilan keputusan.
Sarana Utama:
Data Akuntansi

Data Pemecahan Masalah

Tujuan Utama:
Membantu
Keputusan
1. Manager untuk strategi perencanaan
dan keputusan khusus

Data pencatatan hasil


Data pengarahan perhatian
Data pemecahan masalah

2. Manager untuk perencanaan dan


pengendalian operasi rutin

Data pencatatan hasil

3. Pihak luar untuk penanam modal,


petugas pajak, pengatur, dan lain-lain

Tabel 1-1. Sarana dan tujuan Sistem Akuntansi


Sebagai salah satu sistem pengolahan informasi keuangan, akuntansi
dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu: akuntansi

keuangan

dan

akuntansi manajemen.
Akuntansi Keuangan
Adalah:
Bagian dari akuntansi yang mengolah dan memberikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan mengenai
posisi keuangan dan hasil operasi bisnis.
Akuntansi Manajemen
Adalah: Bagian dari akuntansi yang mengolah dan memberikan informasi
kepada manajer dalam suatu organisasi, membantu dalam perencanaan,
pengambilan keputusan, dan pengawasan.
Akuntansi Manajemen sebagai suatu sistem pengolahan informasi
keuangan dapat dibedakan menjadi dua tipe:
1. Akuntansi Manajemen sebagai suatu tipe Akuntansi
2. Akuntansi Manajemen sebagai suatu tipe Informasi
2.

Pengertian Manajemen
1. Gabungan dari bidang-bidang kebijakan dan administrasi serta orangorang yang mengadakan pengawasan dan mengambil keputusan yang

perlu untuk melaksanakan tujuan bisnis pemilik dan mencapai


stabilitas serta pertumbuhan.
Perumusan kebijakan memerlukan analisa dari semua faktor yang
mempunyai pengaruh

terhadap laba jangka pendek dan jangka

panjang.
Pelaksanaan kebijakan dilakukan oleh pejabat eksekutif utama,staf
terdekatnya

dan

didelegasikan

siapa

oleh

saja

pejabat

yang

yang

memiliki

mempunyai

wewenang

yang

tanggung

jawab

pengawasan.
Manajemen puncak disebut manajemen senior: melaporkan kepada
pemilik perusahaan,dewan direksi,direktur utama dan pejabat senior
lainnya.
Penerapan

prinsisp-prinsip

ilmiah

untuk

pembuatan

keputusan

dinamakan ilmu manajemen.


Ada 2 fungsi utama Manajemen:
1. Manajemen administratif: lebih berurusan dengan penetapan tujuan
dan

kemudiaan

(organizing)

perencanaan
penyusunan

(planning),

kepegawaian

pengorganisasian
dan

pengawasan

( controlling) kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai


tujuan.
2.

Manajemen operatif lebih mencakup kegiatan


memotivasi,supervise dan komunikasi dengan para karyawan untuk
mengarahkan mereka mencapai hasil-hasil secara efektif.

Konsep Manajemen
Dapat diuraikan dalam frase seperti: mengambil keputusan,memberi
perintah,menetapkan

kebijakan,

memberi

pekerjaan

dan

imbalan

serta

memperkerjakan orang-orang untuk melaksanakan kebijakan tersebut.


Agar tujuan tercapai, manajemen harus efektif dalam melaksanakan
fungsi-fungsi dasar yaitu : Planning, Organizing dan Controlling.
Planning & Organizing merupakan fungsi dasar manajemen eksekutif.
Controlling merupakan wewenang manajemen operasi
Pegelolaan suatu badan usaha biasanya dilaksanakan oleh sejumlah personel
yang tergabung dalam:
1. Kelompok Manajemen operasi

Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan


mengawasi tenaga-tenaga operasional. Disebut juga Manajemen Lini.
Contohnya: mandor, kepala seksi yang langsung membawahi tukang ketik
dll.
Berurusan dengan keputusan jangka pendek.
2. Kelompok Manajemen Menengah
Membawahi dan mengarahkan kegiatan manajer manajer lainnya dan
kadang-kadang karyawan operasional. Disebut juga Manajer Departemen.
Berurusan dengan keputusan jangka menengah.
Contohnya: Kepala bagian, manajer divisi dan manajer cabang.
3. Kelompok Manajemen eksekutif
Klasifikasi Manajemen tertinggi dalam organisasi , yg bertanggung jawab
atas keseluruhan Manajemen organisasi.Berurusan dengan keputusan
jangka panjang.
Contohnya: Direktur, eksekutif, Presiden, Presiden senior dll..
Perencanaan Dan Pengendaliaan
Merupakan fungsi Manajemen yang sangat penting. Perencanaan dan
pengendalian tidak dapat dipisahkan, keduanya membentuk proses yang
jalin-menjalin. Pengendalian adalah suatu kegiatan yang terjadi bersamasama dengan perencanaan untuk siklus selanjutnya dari kegiatan yang
sama, dan terjadi bersama-sama dengan perencanaan dan pengendalian
dari kegiatan lainnya.
Rencana disusun untuk masa kini dan masa mendatang, tindakan yang
terkendali dilaksanakan, umpan balik (evaluasi) diperoleh dari operasi,
rencana disesuaikan demikian terjadi berulang-ulang.
Perencanaan
Inti dari proses Manajemen adalah membuat keputusan, memilih diantara
beberapa alternatif tindak pelaksanaan dipandang dari suatu tujuan
tertentu.
Pengambilan keputusan adalah dasar dari pembagian proses manajemen
menjadi dua yaitu :
1. Perencanaan: menetapkan sasaran dan sarana untuk mencapainya.
Apa yang dikehendaki? Kapan dan bagaiman memperolehnya?
2. Pengendaliaan : tindakan dan evaluasi., berarti implementasi dari
perencanaan dan penggunaan umpan balik agar tujuan dicapai secara
optimal.

Putaran umpan balik adalah segi utama dari setiap control. Tindakan
yang cepat dan sistematis adalah sarana utama untuk memperoleh
umpan balik yang berguna.
Pengendalian Merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai
tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana
dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang
penting.
Perencanaan dan control terjalin begitu erat, sehingga sukar sekali kita
membuat garis pemisah diantara keduanya.
Manajemen Dengan Pengecualian ( Management by Exeption )
Akuntansi merumuskan perencanaan dengan mengungkapkannya dalam
bahasa angka-angka, berupa anggaran/budget. Akuntansi merumuskan
control sebagai laporan pelaksanaan, yang memberi umpan balik
dengan jalan memperbandingkan hasil-hasil tehadap rencana semula dan
dengan menyoroti penyimpangan-penyimpangan( Variances), yaitu
hal-hal yang menyimpang dari rencana.
Jadi Manajemen By Exeption :
1. Konsep atau kebijakan dimana manajemen menghabiskan waktunya
untuk melakukan penyelidikan / investigasi keadaan dimana hasil yang
sesungguhnya berbeda dengan hasil yang direncanakan.
2. Perhatian dan usaha para eksekutif dipusatkan pada penyimpangan
hasil-hasil terhadap apa yang diharapkan, dan bahwa sistem informasi
harus menyoroti bidang-bidang yang memerlukan pemeriksaan.
Manajemen Dengan Tujuan ( Management by Objective )
Sistem penilaian kinerja yang memiliki beberapa karakteristik:
1. Masing-masing manajer harus mengambil langkah-langkah tertentu
yang telah ditetapkan dan melengkapi dokumen-dokumen tertulis
tertentu.
2. Manajer dan
menyetujui

bawahan

target-target

mendiskusikan
kinerja

deskripsi

jangka

tugas

pendek,

bawahan,

mendiskusikan

kemajuan yang dibuat kearah pencapaian target dan secara periodik


melakukan evaluasi atas kinerja , serta memberikan umpan balik.

Contoh:

table

Pengawasan.

1-2

Kerangka

Akuntansi

untuk

Perencanaan

dan

Rencana Dikoreksi dan Direvisi

MANAJEMEN LINI

SISTEM AKUNTANSI
INTERN

PERENCANAAN
MEMUTUSKAN

ANGGARA
N

Sumber
Dokumentasi
, mis: Faktur

Catatan dan
ukuran tindakan

Buku Besar
dan Buku
Harian

Pengelompokan
Tindakan

Laporan
Pelaksanaan

Laporan
Tindakan,
Perbandingan
anggaran dengan
hasilnya

TINDAKAN
(PELAKSANAAN
)

EVALUASI
(UMPAN BALIK)

3. Pengorganisasian
Yaitu : merupakan

pembentukan

suatu

kerangka

kerja

bagi

pelaksanaan kegiatan yang diperlukan.


Pengorganisasian memerlukan:
1. Penyusunan berbagai unit fungsional perusahaan kedalam suatu
struktur yang dpt dipahami.
2. Penetapan wewenang dan tanggung jawab pada orang-orang
tertentu.
Wewenang

Authority

Tanggung gugat
( accountability)
Pada perusahaan

),

kecil,

Tanggung

kegiatan

Jawab

(Responsibility)

perencanaan

dan

dan

pengendaliaan

biasanya dilaksanakan oleh satu orang tanpa membuat analisis terinci.

Perusahaan besar menetapkan fungsi-fungsi tersebut pada lebih dari satu


orang, sehingga laporan dan setiap tindakan perbaikan dapat terkait dengan
kegiatan yang bersangkutan.
Wewenang: kekuasaan untuk memerintah orang lain guna melaksanakan / tdk
melaksanakan suatu kegiatan.
Merupakan kunci bagi tugas-tugas manajerial dan merupakan dasar tanggung
jawab.
Wewenang berasal dari manajemen eksekutif dan melimpahkannya dalam
berbagai tingkatan manajerial.
Tanggung Jawab ( Responsibility )
Tanggung jawab timbul dalam hubungan antara atasan-bawahan. Karena atasan
mempunyai

wewenang

untuk

meminta

agar

pekerjaan

dikerjakan

oleh

bawahannya, maka bawahan menerima kewajiban dan melaksanakan tanggung


jawab ( aspek pencapaian hasil kerja )
Tanggung gugat ( Accountability)
Pelaporan hasil kerja pada atasan

yang

berwenang.

Pelaporan

ini

memungkinkan dilakukannnya sejumlah pengukuran guna menentukan sejauh


mana pencapaian sasaran dalam satuan jumlah, mutu dan biaya.
Semua subbagian perusahaan yang langsung bertanggung jawab untuk
memimpin kegiatan-kegiatan dasar disebut bagian Lini.
Yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dasar organisasi
disebut staf
Konsep Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan
dua fungsi pokok manajemen: perencanaan dan pengendalian aktivitas
perusahaan.
Informasi akuntansi manajemen dihasilkan oleh sistem pengolahan
informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen.
Informasi akuntansi manajemen disajikan kepada manajemen perusahaan
dalam berbagai laporan keuangan seperti anggaran, laporan penjualan,
laporan biaya produksi, laporan biaya menurut aktivitas, laporan biaya
menurut pusat pertanggungjawaban dan laporan biaya mutu (quality cost
report), laporan biaya daur hidup produk ( product-life-cycle cost ), biaya
penambah dan bukan penambah ) value-and non-value-added cost ), laporan
biaya pemasaran.
Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan oleh manajemen berbagai
jenjang organisasi, untuk menyusun aktivitas perusahaan dimasa yang akan
datang.

Kegiatan

perencanaan

meliputi

pengambilan

keputusan

pemilihan

alternatif tindakan dari berbagai alternatif yang mungkin dilaksanakan di


masa yang akan datang. Pengambilan keputusan itu sendiri pada dasarnya
meliputi kegiatan perumusan masalah, penentuan berbagai alternative
tindakan untuk memecahkan masalah tersebut, analisis konsekuensi setiap
alternatif tindakan yang mungkin akan dilakukan dan pembandingan
berbagai alternative tindakan tersebut sehingga dapat dilakukan pemilihan
alternative yang terbaik yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang.
Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi manajemen
terutama pada tahap analisis konsekuensi setiap alternatif yang mungkin
dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Hal ini memungkinkan
manajemen melakukan pengambilan keputusan untuk memilih alternatif
tindakan yang terbaik diantara alternatif tindakan yang dipertimbangkan.
Jadi prinsip akuntansi manajemen:
1. membantu
manajer menjalankan peran mereka dalam melakukan
kegiatan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.
2. Informasi akuntansi
manajemen untuk mengidentifikasi

dan

menyelesaikan masalah, dan untuk mengevaluasi kinerja


II.

Tujuan Organisasi
Organisasi adalah : Proses kerjasama atau kumpulan orang-orang dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Sesuatu yang ingin
dicapai dalam sebuah organisasi disebut : tujuan/sasaran.
a.
Penetapan Tujuan
Para pemilik perusahaan menanamkan uang mereka dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan dari investasi tersebut. Jadi, tujuan
utama perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan ini
juga ditambah dengan beberapa tujuan lain, seperti memelihara
reputasi, pengembangan perusahaan, juga berguna bagi lingkungan
sosial dan ekologi di tempat mereka melakukan usaha.
Para pemilik tidak ingin terjun langsung dalam operasi sehari-hari,
karenanya mereka membuat suatu tujuan menyeluruh organisasi
untuk dilaksanakan oleh pimpinan perusahaan yang mereka sewa.
Jadi, walaupun pimpinan tersebut harus memenuhi tujuan utama
yaitu memperoleh keuntungan, ia harus pula memenuhi tujuan-tujuan
b.

lainnya yang telah ditetapkan.


Perencanaan Strategis

Penerapan tujuan-tujuan organisasi disebut Perencanaan Strategis.


Perencanaan Strategis ini terbagi dalam 2 fase:
1.
Menentukan produk / jasa yang akan dibuat (Strategi
Produk)
2. Menentukan strategi pemasaran / produksi yang akan dijalankan
agar produk / jasa tersebut bisa diterima oleh konsumen yang
tepat (Strategi Pemasaran)

c.

Siklus Perencanaan dan Kontrol

Planning
(Long term & short
Term)
Evaluating
Differences between
plans and actual
performance
(Controlling)

Decision
Making

Implementing the
plans (organizing
and directing)

Manufacturing
Performance
(Controlling)
Gambar diatas menerangkan aliran dari aktifitas manajemen, mulai
dari

perencanaan,

pengorganisasian,

pengarahan,

dan

pengontrolan, dan kembali pada perencanaan lagi. Semua aktifitas


ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan.
III.

Fungsi Manajer/Peranan Kontroler/Kepala Eksekutif

Manajemen

Akuntansi Didalam Organisasi


Kontroler : manajer eksekutif yang bertanggung jawab atas fungsi akuntansi
perusahaan.
Tugas Kontroller:
1. Perencanaan dan pengendalian untuk mencapai sasaran perusahaan.
2. Menentukan keefektifan pelaksanaan kebijakan.
3. Menyusun struktur dan prosedur organisasi.
4. Bertanggung jawab mengamati perencanaan dan pengendalian,
mengusulkan perencanaan dan pengendalian .
5. Melakukan pengawasan terhadap departemen biaya.
Kontroller

memberikan

informasi

kepada

manajemen

yang

kemudian

menggunakan informasi ini untuk merencanakan masa depan perusahaan dan


mengendalikan kegiatan hariannya.
Pengendalian biaya yang efektif akan tergantung pada komunikasi yang baik
antar informasi akuntansi dengan manajemen.
Contohnya: melalui penerbitan laporan prestasi kerja, controller memberi saran
kepada berbagai tingkatan manajemen mengenai tindakan yang diperlukan dan
mengemukakan penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan.

Perbedaan Kontroller dengan Treasurer (Direktur Keuangan ):


Kontroller :
1. Perencanaan & Kontrol
2. Pelaporan dan interpretasi
3. Pembuatan evaluasi dan konsultasi
4. Administrasi pajak
5. Pelaporan kepada pemerintah
6. perlindungan harta
7. Penilaian segi ekonomis
Direktur Keuangan :
1. Penyediaan modal
2. Hubungan dengan penanam modal
3. Pembiayaan jangka pendek
4. Urusan bank, penyimpanan harta
5. Kredit dan Tagihan
6. Investasi
7. Asuransi
IV.

Perbandingan Antara Akuntansi keuangan Dengan Akuntansi

Manajemen
Sebagai salah satu sistem pengolahan informasi keuangan, akuntansi
dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu: akuntansi

keuangan

dan

akuntansi manajemen.
Akuntansi Keuangan
1.
Bagian dari akuntansi yang mengolah dan memberikan informasi
yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan mengenai posisi
keuangan dan hasil operasi bisnis.
2. Pengembangan
dan
pemakaian

informasi

akuntansi

yang

menggambarkan posisi keuangan yang sesungguhnya dan hasil


operasi perusahaan.
3. Akuntansi keuangan

berhubungan

dengan

penyiapan

laporan

keuangan untuk pengguna eksternal, seperti kreditur,investor dan


pemasok.
4. Laporan keuangan meliputi : neraca,laporan laba-rugi dan laporan
perubahan posisi keuangan.
Akuntansi Manajemen
1. Bagian dari akuntansi yang mengolah dan memberikan informasi
kepada

manajer

dalam

suatu

organisasi,

membantu

perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengawasan.


2. Mengembangkan dan menginterpretasikan informasi

dalam

akuntansi

tertentu sesuai dengan kebutuhan manajemen perusahaan. Atau

proses

identifikasi,

pengukuran,

akumulasi,

analisa,

persiapan,

interpretasi dan pemberitahuan informasi keuangan yang digunakan


oleh manajemen untuk menyusun perencanaan, melakukan evaluasi
dan kontrol dalam suatu organisasi.
Akuntansi yang berkaitan dengan penyediaan informasi bagi para manajer
internal yang ditugasi mengarahkan, merencanakan, mengendalikan operasi
dan pengambilan keputusan-keputusan manajemen.

PEMBAHASAN II
PRINSIP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
I.

Management

Information

Manajemen
Merupakan
sistem

manual

System
atau

(MIS),

berdasarkan

Sistem

Informasi

computer

yang

mentransformasikan data-data menjadi informasi yang bermanfaat dalam


mendukung pengambilan keputusan.
MIS bisa dikelompokkan berdasarkan tiga fungsi berikut:
1.
Untuk menghasilkan laporan-laporan
Misalnya: laporan keuangan, laporan status persediaan,laporan
2.

kinerja yang dibutuhkan secara rutin atau tidak.


Untuk menjawab pertanyaan What-if yang dikemukakan oleh
manajemen,
Misalnya : apa yang terjadi dengan aliran kas apabila perusahaan
merubah persyaratan kreditnya bagi pelanggan?bisa dijawab

3.

dengan MIS. Jenis MIS ini disebut Simulation


Untuk mendukung pengambilan keputusan.
Bentuk MIS ini disebut Sistem pendukung keputusan (Decision
Support System,DSS). DSS mencoba mengintegrasikan pengambil
keputusan, gudang data, dan model kuantitatif yang digunakan.

II.

Kebutuhan Manajemen Akan Informasi


Sebagai suatu sistem pengolahan informasi keuangan dapat dibedakan
menjadi dua tipe:
3. Akuntansi Manajemen sebagai suatu tipe Akuntansi
4. Akuntansi Manajemen sebagai suatu tipe Informasi
A. Pengertian Dan Perkembangan Akuntansi Manajemen Sebagai
Suatu Tipe Akuntansi
1. Akuntansi manajemen sebagai suatu tipe Akuntansi
Akuntansi

manajemen

dibandingkan
karateristik

dengan
yang

sebagai
akuntansi

berlainan

suatu

tipe

keuangan

yang

akuntansi
karena

disebabkan

pemakai/pengguna informasi keuangan.


Akuntansi Keuangan diperlukan untuk

oleh

memenuhi

dapat

mempunyai
perbedaan
informasi

keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen puncak dan pihak luar


perusahaan.
Akuntansi Manajemen

diperlukan

untuk

memenuhi

keperluan

manajemen (laporan yang berbeda untuk Manajer yang berbeda)


dalam melaksanakan perencanaan dan pengendaliaan perusahaan.
Informasi akuntansi manajemen tidak didistribusikan untuk pihak luar
perusahaan.
Oleh Karena karakteristik keputusan yang dibuat oleh pihak luar
berbeda dengan karakteristik keputusan yang dibuat oleh manajer,
maka

hal ini

informasi

berdampak pada karakteristik

akuntansi

yang

menghasilkan

sistem pengolahan

informasi

keuangan.

Perbedaannya terletak pada :


a. Dasar pencatatan
b. Fokus informasi
c. Lingkup informasi
d. Sifat Laporan yang dihasilkan
e. Keterlibatan dalam perilaku manusia
f. Disiplin Sumber Yang Memadai
g. Badan Usaha yang melaporkan
h. Periode pelaporan

AKUNTANSI
Dasar Pencatatan

KEUANGAN
Menggunakan

AKUNTANSI
MANAJEMEN
prinsip Tidak
terikat

dengan

akuntansi

yang

yang prinsip

diterima

umum, tetapi

lebih

Generally

Accepted manfaat.

Accounting

Principles pengalaman.

(GAAP)
Informasi

Fokus Informasi

akuntansi

ke

umum,

didasarkan

Logika

dan

keuangan Informasi keuangan masa

masa lalu

lalu dan masa yang akan


datang.

Lingkup Informasi

Informasi

keuangan Informasi keuangan pada

perusahaan

secara bagian-bagian tertentu dari

keseluruhan

perusahaan

Sifat Laporan yang Ringkasan dan informasi Laporan


dihasilkan

yang teliti

yang

relevan
yg

rinci

dan

dengan

masalah

dihadapi

oleh

pengambil keputusan
Berfokus pada estimasi
hasil

yang

diharapkan

pada periode berikutnya.


Keterlibatan

dalam Lebih

perilaku manusia

mementingkan Pengukuran

pengukuran

kejadian- manajemen

kejadian ekonomi

kinerja
diberbagai

jenjang organisasi

Disiplin sumber yang Ilmu ekonomi

Ilmu ekonomi dan psikologi

memadai

sosial

Badan

usaha

yang Perusahaan

melaporkan

yang Subbagian

dianggap sebagai

satu seperti:

kesatuan
Periode Pelaporan

Periode
(terakhir)
perbandingan
sebelumnya.

bisnis

departemen,

lini

poduk atau jenis aktivitas


berjalan Pertahun,

perkuartal,

dgn perbulan,

perminggu,

periode harian.
Biasanya

pertahun,perkuartal,perb
ulan

dari

Walaupun terdapat perbedaan diantara keduanya , namun terdapat


persamaan-persamaan antara akuntansi keuangan dengan akuntansi
manajemen yaitu:
1. Prinsip akuntansi yang diterima umum dalam akuntansi keuangan
kemungkinan besar juga merupakan prinsip pengukuran yang relevan
dalam akuntansi manajemen.
2. Akuntansi keuangan dan akuntansi

manajemen

menggunakan

informasi operasi yang sama sebagai bahan baku untuk menghasilkan


informasi yang diisajikan kepada para pemakainya.
2. Perkembangan

Akuntansi

manajemen

sebagai

suatu

tipe

Akuntansi
Dibagi menjadi tiga tingkat perkembangan :
a.
Pencatat Skor ( Score keeping )
b.
Penarik Perhatian manajemen ( Attention Directing )
c.
Penyedia informasi untuk pemecahan masalah
( Problem Solving)
a. Pencatat Skor ( Score keeping )
Untuk memenuhi fungsi sebagai pencatat skor bagi manajemen,
akuntansi manajemen harus memenuhi persyaratan : teliti,relevan dan
andal (reliable).
- Ketelitian: Ketelitian sangat mutlak diperlukan, karena informasi
yang
-

disajikan

kepada

manajemen

akan

digunakan

untuk

mengevaluasi kinerja mereka.


Relevansi: Relevansi informasi dengan keputusan yang dilakukan
oleh

pemakai

dilakukan

informasi

dipengaruhi

oleh

akuntan

manajemen

dalam

oleh

pendekatan

yang

mengolah

data

akuntansi.
Manajemen menempuh 2 pendekatan:
1. The historical communication approach
Dalam hal ini Akuntansi manajemen bertujuan untuk menghasilkan
informasi historis untuk memenuhi segala macam tujuan. Dalam
pendekatan

ini,

akuntansi

manajemen

didominasi

oleh

pengumpulan dan penyajian secara teliti informasi biaya yang telah


terjadi di masa lalu, dan pemakai laporan dipersilahkan untuk
melakukan penyesuaian
(adjustment) terhadap informasi akuntansi yang diterima sesuai
dengan kebutuhan.

2. The User Decision Model Approach


Dalam hal ini akuntansi manajemen berpusat pada keputusankeputusan

potensial

yang

akan

dipengaruhi

oleh

informasi

akuntansi. Akuntan manajemen disamping mempertimbangkan


relevansi informasi dengan alternatif yang dipertimbangkan oleh
pengambil keputusan, juga mempertimbangkan biaya dan manfaat
-

informasi tersebut.
Andal (reliable)
Sebagai pencatat score yang baik, informasi akuntansi manajemen
harus bebas dari kecenderungan yang memihak pada manajer

tertentu dalam menyajikan laporannnya.


b. Penarik Perhatian Manajemen ( Attention Directing )
Sebagai penarik perhatian manajemen, akuntansi harus menyajikan
informasi penyimpangan pelaksanaan rencana yang memerlukan
perhatian manajemen, sehingga manajemen dapat merumuskan
tindakan untuk mencegah berlanjutnya penyimpangan yang terjadi.
c. Penyedia Informasi Untuk Pemecahan Masalah ( Problem
Solving)
Untuk mengurangi ketidakpastian ketika manajemen menghadapi
masalah yang harus diputuskan pemecahannya, maka manajemen
memerlukan informasi,diantaranya informasi akuntansi dari akuntan
manajemen.
B Akuntansi Manajemen Sebagai Suatu Tipe Informasi
Informasi merupakan suatu fakta, data, pengamatan, persepsi atau
sesuatu yang lain yang menambah pengetahuan. Diantara berbagai tipe
informasi, akuntansi merupakan salah satu informasi kuantitatif, dan
akuntansi manajemen merupakan salah satu tipe informasi akuntansi
diantara dua tipe informasi yang lain : yaitu informasi operasi dan
informasi akuntansi keuangan.
Mengapa informasi kuantitatif?
Informasi kuantitatif lebih berperan dalam mengurangi ketidakpastian bila
dibandingkan dengan informasi nonkuantitatif.
Mengapa informasi akuntansi?
Akuntansi merupakan alat untuk berfikir bisnis ( ekonomis rasional ) dan
untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran bisnis manajer kepada bawahan
dan atasannya, kepada manajer lain dan kepada pihak luar.

Keterbatasan pengetahuan manajer tentang akuntansi sebagai bahasa


bisnis akan mengakibatkan tidak dimilikinya ketajaman analisis bisnisnya
dalam mengelola perusahaannya.
Penggolongan Informasi Akuntansi
1. Informasi Operasi
Informasi ini merupakan bahan baku untuk mengolah tipe informasi
akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Contohnya:
jumlah kilogram bahan baku yang dipakai dalam produksi, jumlah
sediaan produk jadi yang ada digudang.
2. Informasi Akuntansi keuangan
Informasi akuntansi keuangan diperlukan oleh pihak luar untuk
pengambilan keputusan guna menentukan hubungan antara pihak luar
tersebut dengan perusahaan.
Informasi Akuntansi Keuangan juga dibutuhkan oleh manajemen
puncak.Informasi
Pengolahan

akuntansi

Informasi

keuangan

Akuntansi

dihasilkan

Keuangan.

oleh

Informasi

Sistem

akuntansi

keuangan umumnya disajikan kepada pihak luar perusahaan dalam


bentuk

laporan

keuangan

neraca,

laporan

perubahan ekuitas dan laporn arus kas.


3. Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi akuntansi manajemen disajikan

laba-rugi,laporan

kepada

manajemen

perusahaan dalam berbagai laporan keuangan seperti: anggaran,


laporan penjualan,laporan biaya produksi,laporan biaya menurut pusat
pertanggunganjawaban,laporan biaya menurut aktifitas,laporan biaya
mutu, laporan biaya pemasaran dan lain-lain.
Informasi Akuntansi Manajemen diperlukan oleh manajemen untuk
melaksanakan dua fungsi pokok manajemen:
a. Perencanaan : menetapkan sasaran

dan

sarana

untuk

mencapainya.
b. Pengendaliaan (kontrol) aktivitas perusahaan: implementasi dari
perencanaan dan penggunaan umpan-balik (evaluasi ) supaya
sasaran dapat dicapai secara optimal.
III.

Tipe Informasi Akuntansi Manajemen


Informasi akuntansi manajemen dapat dihubungkan dengan tiga hal :
1. Objek Informasi
Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek
informasi, seperti produk, departemen atau aktifitas maka akan
dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh.

2. Alternatif yang akan dipilih


Jika informasi akuntansi dihubungkan dengan alternative yang akan
dipilih , yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan
keputusan, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi
diferensial.
3. Wewenang Manajer
Jika informasi akuntansi dihubugjkan dengan wewenang manajer, yang
sangat bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam
organisasi. Maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi
pertanggungjawaban.
A.
Manfaat Tipe Informasi Akuntansi Manajemen
1. Informasi Akuntansi Penuh (Full Accounting Information)
Informasi akuntansi penuh mencakup informasi masa lalu maupun
informasi masa yang akan datang ,mencakup informasi aktiva ( Full Asset
Information) , pendapatan

( Full Revenue Information )dan biaya.( Full

cost Information)
Informasi akuntansi penuh masa lalu bermanfaat untuk :
b. Pelaporan informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak
luar perusahaan
c. Analisa untuk kemampuan menghasilkan laba
d. Penentuan harga jual dalam cost type contrak,
e. Jawaban atas pertanyaan berapa biaya yang telah dikeluarkanuntuk
sesuatu
Informasi penuh masa yang akan datang bermanfaat untuk :
a. Penyusunan program
b. Penentuan harga jual normal
c. Penentuan harga transfer
d. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah
2. Informasi Akuntansi Diferensial ( Diferential Accounting
Information )
Informasi akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva,
pendapatan dan biaya dalam alternatif tindakan tertentu dibandingkan
dengan alternatif tindakan lain.
Informasi akunrtansi diferensial terdiri dari aktiva, pendapatan dan biaya.
Informasi akuntansi diferensial yang hanya bersangkutan dengan biaya
disebut biaya diferensial ( diferential costs )
Informasi akuntansi diferensial yang hanya bersangkutan
pendapatan
revenues )

disebut

pendapatan

diferensial

dengan

diferential

Informasi akuntansi diferensial yang hanya bersangkutan dengan aktiva


disebut aktiva diferensial ( diferential Assets )
Informasi Akuntansi Diferensial mempunyai dua unsur pokok:
b.
Informasi masa yang akan datang dan berbeda diantara
alternatif tindakan yang dihadapi oleh pengambil keputusan.
Informasi ini bermanfaat oleh manajemen dalam pengambilan keputusan
mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatifalternatif yang tersedia.
c.
Informasi akuntansi yang bermanfaat adalah informasi
akuntansi yang berbeda diantara tiap-tiap alternatif yang akan dipilih.
3. Informasi

Akuntansi

Pertanggungjawaban

Responsibility

Accounting Information )
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva,
pendapatan,

dan

biaya

yang

dihubungkan

dengan

manajer

yang

bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.


Manfaat Informasi akuntansi pertanggungjawaban dimasa yang
akan datang
Untuk penyusunan
merencanakan

anggaran:

setiap

aktiva,pendapatan

dan

manajer

dalam

biaya

yang

organisasi
menjadi

tanggungjawabnya dibawah koordinasi manajemen puncak.


Manfaat Informasi akuntansi pertanggungjawaban dimasa lalu :
a. Untuk menganalisis kinerja manajer
b. Untuk memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana yang
dituangkan dalam anggaran.
B.
Trend Yang Mempengaruhi Akuntansi Manajemen
Diawal perkembangannya sampai akhir tahun 1914,

akuntansi

manajemen berorientasi pada penentuan kos produk dengan penelusuran


profitabilitas produk secara individual dan penggunaan informasi tersebut
untuk

pengambilan

keputusan

strategik. Informasi

yang

dihasilkan

dimanfaatkan oleh pemilik sekaligus pemimpin perusahaan dan pemakai


intern yang lain.
Perubahan orientasi akuntansi manajemen dari pemakai intern ke
penyediaan informasi keuangan bagi pihak luar perusahaan berlangsung
sampai awal tahun 90-an.
Trend yang menyebabkan perubahan akuntansi manajemen adalah:

2. Kemajuaan teknologi informasi : Akuntan manajemen mampu


melakukan rekayasa

informasi

yang

sebelumnya

tidak

mungkin

dilakukan secara manual.


3. Implementasi Just-in time (JIT) manufacturing: Perusahaan hanya
memproduksi atas dasar permintaan,tanpa memanfaatkan tersedianya
sediaan dan tanpa menanggung biaya sediaan.
4. Meningkatnya tuntutan mutu: Konsep pengendalian menyeluruh
/total quality control (TQC),merupakan konsep pengendaliaan yang
meletakkan tanggungjawab pengendaliaan disetiap pundak karyawan
yang terlibat mulai dari proses pembuatan produk, disain ,proses
produksi sampai dengan produk dibeli oleh pembeli.
5. Meningkatnya diversifikasi dan kompleksitas
semakin

pendeknya

daur

hidup

produk:

produk,serta

dengan

peralatan

modern, pabrik akan menghasilkan produk yang kompleks. Semakin


pendeknya daur hidup produk semakin memerlukan perancangan yang
matang atas pendapatan dan biaya sehingga investasi yang dilakukan
oleh perusahaan untuk disain dan pengembangan produk dapat
diperkirakan.
6. Diperkenalkannya

Computer

integrated

manufacturing

pabrik-pabrik modern mampu melakukan inovasi yang luar biasa


cepatnya dan mampu menghasilkan produk-produk dengan desain
yang sempurna.
1.

Kebutuhan Manajemen Akan Informasi Akuntansi


Perkembangan teknologi informasi mempunyai dampak terhadap sistem
pengolahan informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan manajemen
yaitu:
1. Informasi Biaya produk yang lebih cermat :
Tujuannya:
- Customer tidak dibebani biaya bukan penambah niilai
- laba yang diperoleh adalah rendah sehingga hanya perusahaan
-

yang cost effective saja yang mampu bersaing.


Manajemen memerlukan semua informasi biaya yang mencakup
semua fase pembuatan produk: fase desain,fase produksi dan fase

distribusi.
2. Informasi biaya overhead yang cermat
Biaya overhead pabrik yang besar memerlukan teknologi pengelolaan
biaya yang dirancang untuk memungkinkan manajemen memantau

konsumsi sumberdaya dalam dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan


produk.
3. Informasi biaya daur hidup produk
Manajemen memerlukan
informasi product-life-cycle

costs,

yang

memungkinkan manajemen melakukan strategic cost analsysis pada saat


mempertimbangkan

peluncuran

produk

baru,

penghentian

produksi

produk yang telah ada dan product profitability analysis.


2.

Respon Akuntansi Manajemen Terhadap Kebutuhan Manajemen

Akan Informasi Akuntansi


Untuk memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi dadalam
perusahaan-perusahaan

yang

menggunakan

teknologi

informasi

maju,

akuntansi manajemen melakukan berbagai perubahan mendasar sebagai


berikut:
1. Akuntansi manajemen memfokuskan perekayasaan informasi akuntansi
untuk memenuhi kebutuhan manajemen. Informasi biaya yang dihasilkan
akuntansi manajemen tidak sekedar ditujukan kepada manajemen untuk
memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan (financial reporting) bagi pihak
luar, namun untuk manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity
2.

management) berdasekan informasi biaya.


Akuntansi manajemen memenfaatkan

teknologi

computer

untuk

merekayasa informasi biaya produk yang lebih cermat. Pemanfaatan


komputer memungkinkan pembebanan biaya overhead (overhead cost
assignment) kepada produk menjadi lebih cermat, sehingga memungkinkan
manajemen melakukan analisis kemampuan laba (product profitability
3.

analysis) dan keputusan penetapan harga jual (pricing decision).


Akuntansi manajemen berusaha mencerminkan konsumsi sumber daya
dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk dengan menerapkan

4.

activity based cost system.


Akuntansi manajemen menciptakan target costing untuk memungkinkan
manajemen menerapkan market-driven strategy dalam memesuki pasar

5.

dunia.
Akuntansi manajemen menyajikan informasi product-life-cycle cost untuk
memungkinkan manajemen melakukan strategic cost analysis.

PEMBAHASAN III
ISTILAH BIAYA, KONSEP DAN PERTANGGUNGANNYA
A. Pengertian Biaya ( Cost )
1. Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,yang telah terjadi atau yang
kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu.
2. Pengurangan aktiva bersih akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan
pendapatan pada saat ini atau masa mendatang.
3. Pengorbanan yang diukur dengan harga yang dibayar, untuk memperoleh,menghasilkan, atau
mempertahankan barang-barang dan jasa.
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan moneter, misal : rupiah atau dollar
3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan
5. Suatu aktiva. Biaya digunakan ketika menunjuk pada penilaian barang dan jasa yang
diinginkan.
Untuk membantu membuat keputusan, para manajer perlu mengetahui berapa biaya yang
menyangkut suatu hal Sesuatu yang ada biayanya disebut sasaran biaya ( cost objective ), yang
bisa dirumuskan sebagai suatu kegiatan yang memerlukan adanya suatu jumlah biaya tertentu.
Sistem akuntansi biaya pada umumnya :
1. Mengakumulasikan biaya dengan beberapa klasifikasi alamiah seperti: bahan baku atau
upah
2. Mengalokasikan biaya pada sasaran sasaran biaya .
Istilah biaya(cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban ( expense).
Beban mencakup:
1. Biaya yang telah habis dipakai (expired) yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
2. Biaya dalam manfaat yang habis/berakhir. Expense yang tidak berkaitan dengan manfaat
disebut: Loss.
Dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas,pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva disebut dengan istilah Harga Pokok. Istilah harga pokok
juga digunakan untuk menunjukan pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku
menjadi produk. Harga pokok produksi akan berubah menjadi biaya dan dipertemukan dengan
pendapatan penjualan pada saat produk terjadi.
Jika pengorbanan sumber ekonomi tidak menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut
merupakan rugi. Jika seorang pengusaha telah mengeluarkan biaya, tetapi pengorbanannya tidak
mendatangkan pendapatan (revenues), maka pengorbanan ini disebut rugi.
Objek Biaya
Objek biaya didefinisikan sebagai beberapa unit, kegiatan, atau fenomena dimana rencana dibuat
untuk mengakumulasi dan mengukur biaya.Konsep obyek biaya terletak pada apa yang dimaksud
dengan biaya.Pemilihan obyek biaya memberikan jawaban pada pertanyaan yang paling
mendasar mengenai biaya, yaitu : Biaya untuk apa?

Mengapa informasi Biaya Diperlukan?


Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan guna menghasilkan
informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah kegiatan
usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha. Akuntansi biaya juga menghasilkan informasi
biaya yang dapat dipakai oleh manajemen sebagai dasar untuk merencanakan alokasi sumber
ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran.
Tanpa informasi biaya maka :
1. Manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi
yang lebih rendah daripada nilai keluarannya, sehingga tidak memiliki informasi apakah kegiatan
usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha sangat diperlukan untuk mengembangkan dan
mempertahankan eksistensi perusahaan.
2. Manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang
dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lain.
Jadi Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang memungkinkan manajemen melakukan
pengelolaan alokasi berbagai sumber ekonomi untuk menjamin dihasilkannya keluaran yang
memiliki nilai ekonomis yang lebihtinggi dibandingkan dengan nilai masukan yang yang
dikorbankan.
B. Sistem Informasi Akuntansi Biaya
Untuk mengelola perusahaan, diperlukan informasi biaya yang sistematik dan komparatif serta
data analisis biaya dan laba. Informasi ini membantu manajemen untuk:
1. Menetapkan Sasaran laba perusahaan.
2. Menetapkan target departemen yang menjadi pedoman manajemen menengah dan operasi
menuju pencapaian sasaran akhir.
3. Mengevaluasi keefektifan rencana
4. Mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan dalam bentuk tanggung jawab yang spesifik
5. Menganalisa serta memutuskan pengadaan penyesuaian dan perbaikan agar seluruh
organisasi tetap bergerak maju secara seimbang menuju tujuan yang ditetapkan
Guna mencapai tujuan ini, system harus dirancang untuk memberikan informasi yang tepat
waktu.Informasi harus dikomunikasikan secara efektif.
Dalam merancang sistem informasi akuntansi biaya diperlukan pemahaman yang menyeluruh
atas struktur organisasi perusahaan dan jenis informasi biaya yang dibutuhkan oleh semua
tingkatan manajemen.
Sistem informasi akuntansi biaya harus terkait erat dengan pembagian wewenang, sehingga
setiap manajer dapat dianggap bertanggung jawab atas biaya yang terjadi didepartemennnya.
Sistem tersebut harus dirancang untuk mengembangkan konsep manajemen berdasarkan
penyimpangan (management by exeption)yaitu, yang dapat memberikan informasi bagi
manajemen untuk segera mengambil tindakan perbaikan. Sistem tersebut juga harus
mencerminkan prosedur pabrikasi dan administrasi bagi perusahaan yang menggunakannya.
Sistem informasi tersebut harus mengarahkan perhatian manajemen.Informasi yang disajikan
kepada manajer haruslah bersifat tepat guna, dan keterbatasannya harus diungkapkan.Kegunaan
system informasi harus dikembangkan apabila memungkinkan.

C. Klasifikasi Biaya
C.1

Klasifikasi Biaya Produksi (Manufakturing) :


Produksi (manufacturing) adalah : transformasi (mengubah bentuk) bahan baku menjadi barang
lain melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas pabrik.
1. Bahan Baku Langsung ( Direct Material ) adalah:
Semua bahan baku yang secara fisik bisa diidentifikasi sebagai bagian dari barang jadi dan
yang dapat ditelusuri pada barang jadi itu secara sederhana dan ekonomis / yang dapat
dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk.
Contoh : kayu untuk membuat peralatan mebel, minyak mentah untuk membuat bensin.
2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour) adalah :
Seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara fisik pada barang jadi dengan cara yang
ekonomis/tenaga kerja yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi produk
jadi.
Contoh : upah operator mesin dan perakitan, gaji karyawan yang dikerahkan pada produk
tertentu.
3. Overhead Pabrik (Factory Overhead )
Semua biaya selain bahan baku langsung atau upah langsung yang berkaitan dengan proses
produksi.
Istilah lain dari overhead pabrik adalah: beban pabrik,overhead produksi,pengeluaranpengeluaran produksi dan biaya produksi tidak langsung. Ada 2 kategori dari overhead
pabrik:
a.Overhead pabrik variable / bahan tidak langsung (indirect material)
Bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk,tetapi pemakaiannya
sedemikian kecil, sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan langsung yang tak
langsung mempengaruhi pembentukan barang jadi
Contoh: energi, perlengkapan, dan sebagian besar upah tidak langsung
b.

Overhead pabrik tetap/ pekerja tidak langsung ( indirect labour )


Sebagai para karyawan yang dikerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi
pembentukan barang jadi.
Contoh: gaji mandor,pajak kekeyaan,sewa,asuransi,dan penyusutan.

Biaya Utama (Prime Cost) terdiri dari : biaya bahan baku langsung + biaya tenaga kerja langsung.
Biaya Konversi (Conversion Cost) terdiri dari: biaya overhead + biaya upah langsung. Biaya ini
mencerminkan biaya pengubahan bahan langsung menjadi barang jadi.
C.2

Klasifikasi Biaya dalam Hubungannya dengan Produk :

Dalam perusahaan pabrikasi, total biaya operasi terdiri dari :


1. Biaya Produk (Product Cost) atau Biaya Pabrikasi (Factory Cost )/Manufacturing Cost
Adalah : jumlah dari tiga unsur Biaya yaitu : bahan baku langsung, pekerja langsung dan
overhead pabrik.
Biaya produk dikenal sebagai barang-barang yang diproduksi atau dibeli untuk dijual kembali.
Biaya produk itu pertama-tama dikenal sebagai bagian dari barang persediaan yang ada,yang
pada gilirannya biaya produk(biaya persediaan) akan menjadi pengeluaran dalam bentuk harga
pokok penjualan., bila barang sudah terjual.
2. Biaya Komersial atau Biaya non pabrikasi (non manufacturing cost) atau Biaya Perioda
(period cost)
Biaya komersial dibagi dalam dua kelompok besar

a.

b.

Biaya pemasaran (distribusi distribusi dan penjualan )


Biaya pemasaran dimulai pada saat biaya pabrik berakhir,yaitu pada saat proses
pabrikasi diselesaikan dan barang-barang sudah dalam kondisi siap dijual.
Biaya ini meliputi biaya penjualan dan pengiriman.
Biaya administrasi (umum dan administrasi )
Biaya administrasi meliputi biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan
mengendalikan organisasi.
Misal: Direktur yang ditugaskan bekerja di pabrik,dialokasikan sebagai biaya pabrikasi
dan direktur yang ditugaskan di bagian pemasaran dialokasikan sebagai biaya
pemasaran.
Barang-barang yang sudah terjual, biayanya berubah menjadi pengeluaran (expense)
dalam bentuk biaya barang yang sudah dijual yang disebut juga harga pokok
penjualan.
Biaya administrasi disebut juga biaya perioda. Karena dikurangkan dari angka
pendapatan sebagai suatu pengeluaran,tanpa pernah dianggap sebagai bagian dari
barang persediaan.

Tabel 3.1 : Klasifikasi Biaya dalam hubungannya dengan Produk pabrik

Bahan langsung

Pekerja Langsung

Biaya Utama (prime cost)


+

Bhn tdk Langsung


Meliputi :
Perlengkapan pabrik
Minyak pelumas

Pekerja tdk langsung


Meliputi :
Kepenyeliaan
Pengawasan
Pemeriksaan
Gaji buruh pabrik
Hasil kerja yang cacat
Pekerjaan eksperimen

Biaya tdk lgs lainnya

Meliputi :
Sewa
Asuransi kebakaran
Pajak bumi dan
bangunan
Penyusutan
Pemeliharaan dan
reparasi
Sumber tenaga
Penerangan
Pemanasan
Pajak penghasilan
pemilik
Perkakas kecil
Overhead pabrik lainnya

Overhead pabrik

Biaya Pabrikasi
Beban Pemasaran
Meliputi:
Gaji penjualan
Komisi staf penjualan
Pajak penghasilan pekerja
Iklan
Contoh barang gratis
Hiburan
Ongkos perjalanan
Sewa
Penyusutan
Pajak Bumi dan Bangunan
Telepon dan telegraf
Alat tulis menulis dan
cetak
Benda-benda pos
Ongkos angkut
Beban penjualan ruparupa

Beban Administrasi
Meliputi:
Gaji administrasi dan kantor
Pajak penghasilan pekerja
Sewa
Penyusutan
Pajak Bumi dan bangunan
Beban pemeriksaan
akuntansi
Beban urusan hukum
Piutang yang tak tertagih
Telepon + Telegraf
Alat tulis menulis dan cetak
Benda-benda pos
Beban administrasi ruparupa

+
Beban Komersial

Total Biaya Operasi

Tabel 3-2 Kaitan Biaya Produk dan Biaya Perioda


Perusahaan Dagang
(Pengecer / Grosir) :

NERACA

PERHITUNGAN RUGI LABA


Penjualan
minus

Biaya
Pembelian
Produk
Barang
(Persediaan) Dagangan

Persediaan
Barang
Dagangan

terjual

Harga Pokok
Penjualan
(suatu biaya)
= Marjin Bruto
minus
Biaya
Penjualan
dan
Biaya
Administrasi

Biaya
Perioda

= Laba Operasional

Perusahaan
Produksi :

NERACA

Pembelian
Bahan Baku
Langsung

PERHITUNGAN RUGI LABA

Persediaan
Bahan Baku
Langsung

Biaya
Produk
(Persediaan)

Penjualan
Upah
Langsung
Overhead
Pabrik

Persediaan
Barang
Dalam
Proses

minus
terjual

Harga Pokok
Penjualan
(suatu biaya)
= Marjin Bruto
minus
Biaya
Penjualan
dan
Biaya
Administrasi
= Laba Operasional

Biaya
Perioda

C.3

Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Volume Produksi :

1. Biaya Variabel
Ciri-ciri biaya variable:
a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan volume
b. Biaya perunit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan
c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi yang cukup mudah dan tepat
d. Dapat dikenndalikan oleh seorang peyelia/supervisor operasi
Biaya biaya ini contohnya :
a. Bahan Langsung
b. Pekerja Langsung
c. Beberapa overhead pabrik, seperti : perlengkapan (supplies), bahan baker,perkakas
kecil,bahan
kerusakan,limbah
dan
pemanfaatan
kembali,biaya
penerimaan
barang,royalty,biaya komunikasi,upah lembur,pengangkutan dalam pabrik.
2. Biaya Tetap
Ciri-ciri biaya tetap :
a. Jumlah keseluruhan tetap dalam rentang (range) yang relevan
b. Penurunan biaya perunit bila volume bertambah dalam rentang yang relevan
c. Dapat dibebankan kepada departemen-departemen berdasarkan keputusan manajerial
atau menurut metode alokasi biaya
d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen eksekutif
daripada penyelia operasi
Biaya-biaya ini contohnya :
a. Gaji eksekutif produksi
b. Penyusutan
c. Pajak Bumi dan Bangunan
d. Amortisasi paten
e. Asuransi-aktiva tetap
f. Gaji satpam & pesuruh pabrik
g. Pemeliharaan dan perbaikan bangunan & tanah
h. Sewa
3. Biaya Semi Variabel
Yaitu : biaya yang mengandung unsur-unsur tetap dan variabel. Biaya semivariabel ini
mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dan bagian lainnya bervariasi sebanding dengan
perubahan jumlah keluaran.
Biaya-biaya ini contohnya :
a.
Kepenyeliaan (supervisi)
b.
Pemeriksaan
c.
Jasa departemen penggajian
d.
Jasa departemen personalia
e.
Jasa administrasi pabrik
f.
Jasa pengelolaan bahan & persediaan
g.
Jasa departemen biaya
h.
Asuransi kerugian
j.
Pajak penghasilan

C.4

Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Departemen Pabrikasi


Untuk tujuan administratif, perusahaan dapat dibagi kedalam segmen yang bervariasi namanya.
Pembagian sebuah pabrik menjadi beberapa departemen,proses,pusat biaya,atau himpunan biaya
(cost pool) yang menjadi dasar untuk mengelompokkan dan mengakumulasikan biaya-biaya
produk serta menetapkan tanggung jawab atas pengendalian biaya.
Untuk pencapaian tingkat pengendalian yang tinggi, manajer harus mengembangkan anggaran
departemen atau pusat biaya. Pada akhir suatu periode pelaporan, efisiensi departemen, dan
keberhasilan manajer dalam mengendalikan biaya dengan membandingkan biaya actual terhadap
biaya yang dianggarkan.
Departemendepartemen dalam sebuah pabrik dapat digolongkan dalam dua kategori:
1.
Departemen produksi
Dalam departemen produksi, operasi secara manual atau dengan mesin, seperti merakit &
membentuk dilaksanakan langsung terhadap produk atau bagian-bagiannya. Biaya yang
dikeluarkan departemen semacam ini dibebankan pada produk tersebut.
2.
Departemen Jasa
Departemen jasa memberikan jasa/pelayanan yang bermanfaat bagi departemen lainnya.
Pada umumnya jasa bermanfaat bagi departemen produksi atau departemen lainnya.
Biayanya merupakan bagian dari total overhead pabrik dan harus dimasukkan dalam biaya
produk.Biayanya meliputi pemeliharaan,pembayaran gaji,akuntansi biaya,pemrosesan data
dan peyediaan makanan.

C.5

Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Periode Akuntansi :


1.

Belanja Barang Modal (Capital Expenditure)


Belanja barang modal disebut juga sebagai pengeluaran modal.
Yaitu: Pengeluaran yang digunakan untuk mendapatkan atau menyempurnakan aktiva
modal, seperti bangunana dan peralatan. Atau pengeluaran dana-dana oleh suatu
perusahaan yang diharapkan menghasilkan manfaat selama periode waktu lebih dari
satu tahun.
Pengeluaran modal dilakukan dengan beberapa alasan :
(i)
Untuk ekspansi tingkat operasi, biasanya melalui akuisisi aktiva tetap.
Suatu perusahaan yang sedang tumbuh seringkali mengganggap penting
untuk mendapatkan aktiva tetap baru dengan cepat,kadang-kadang
meliputi pembelian fasilitas-fasilitas fisik tambahan, seperti pabrik dan
properti.
(ii)
Untuk penggantian. Karena pertumbuhan suatu perusahaan lambat maka
dilakukan penggantian atau memperbaharui aktiva-aktiva yang telah
usang.
(iii)
Memperbaharui sebagai alternative penggantian
(iv)
Untuk tujuan-tujuan lain,seperti pengeluaran untuk iklan,riset dan
pengembangan, konsultan manajemen & produk-produk baru.

2.

Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)


Yaitu : Pengeluaran yang memberikan manfaat yang digunakan atau dikonsumsi
hanya pada periode berjalan.Diperlakukan sebagai biaya yang akan disesuaikan
/dicocokan dengan penerimaan.

C.6

Klasifikasi Biaya Dalam Hubungan Biaya Dengan Sesuatu Yang Dibiayai


Dalam hubungannya dengan produk, Biaya produksi dibagi dua :
(i)
Biaya langsung (direct cost)
(ii)
Biaya tidak langsung (indirect cost )
Dalam hubungannya dengan departemen. Biaya dapat dibagi menjadi dua :
(i)
Biaya langsung departemen (direct departemental cost)
(ii)
Biaya tidak langsung departemen (indirect departemental cost)
(i)

Biaya langsung (direct cost)


Yaitu : biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya karena ada sesuatu
yang dibiayai.Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan
terjadi.
Contoh : Biaya bahan baku langsung & Biaya tenaga kerja langsung
(ii)
Biaya langsung departemen (direct departemental cost)
Yaitu: Semua biaya yang langsung terjadi dalam departemen tertentu.
Contoh : Biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan merupakan
biaya langsung dalam departemen pemeliharaan, Biaya depresiasi mesin yang dipakai
dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut.
(iii)
Biaya Tidak Langsung ( indirect cost )
Yaitu : Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut biaya overhead
pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk
tertentu.
Contoh : Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A,B,C merupakan biaya tidak
langsung bagi produk A,B,C karena gaji mandor itu terjadi tidak hanya karena
memproduksi ketiga jenis produk tersebut.
(iv) Biaya tidak langsung departemen
Yaitu : Biaya yang terjadi dalam departemen,tetapi manfaatnya dinikmati oleh
lebih dari satu departemen.
Contoh : biaya yang terjadi dalam departemen pembangkit tenaga listrik. Biaya ini
dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan
maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang mengkonsumsi listrik.
Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya departemen
pembangkit tenaga listrik merupakan biaya tidak langsung departemen.
C.7
Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Keputusan Yang Diusulkan,
Pelaksanaan Dan Evaluasi
Biaya yang berhubungan dengan beberapa tindakan atau alternatif untuk mengidentifikasikan biaya
(pengurangan biaya & penghematan biaya) dengan pendapatan yang relevan dengan keputusan
pilihan tersebut, dikenal beberapa biaya yaitu:
(i)
Biaya Diferensial (Differential Cost): Salah satu nama dari biaya yang relevan
dengan pilihan di antara berbagai alternatif. Biaya diferensial disebut juga Biaya
Marjinal (marginal cost) atau biaya incremental (incremental cost)
(ii)
Biaya tunai (out of pocket): sejumlah biaya dikeluarkan jika satu alternatif tertentu
dipilih.
(iii)
Biaya kesempatan (opportunity cost): Sejumlah pendapatan atau manfaat lain akan
hilang bila alternatif tersebut dipiih.
(iv)
Biaya tertanam (sunk Cost): Biaya yang telah dikeluarkan dan ternyata tidak relevan
dengan keputusan itu.

(v)
(vi)

Biaya yang tak dapat terhindari (unavoidable cost): Biaya produk atau divisi untuk
tidak melanjutkan suatu produk atau divisi .
Biaya yang dapat dihindari (avidable cost): Biaya yang relevan dengan keputusan

Dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja manajer dikenal beberapa biaya yaitu :
(i)
Biaya yang dapat dikendalikan (Controllable cost ) oleh manajer
(ii)
Biaya yang tidak dapat dikendalikan (Uncontrollable cost) : Biaya yang tidak dapat
dikendalikan oleh manajer karena tidak relevan dengan evaluasi prestasi kerja
manajer dan seharusnya manajer tersebut tidak diberikan tanggung jawab.

Arus Biaya Dalam Perusahaan Industri


Jumlah biaya asuransi
Rp. 2.000.000

Kegiatan Pabrik
Rp. 1.500.000

Jmh
Rp.1.500.000
masuk dalam
proses produksi
sebagai bagian
biaya produksi
Jmh
Rp.1.500.000
bergerak
perlahan masuk
ke barang
selesai. Barang
selesai
menunggu
penjualan
Akhirnya ,
secara
perlahan
Rp.
1.500.000
itu masuk
ke harga
pokok
barang yang
dijual

Keg.Penjualan
dan administrasi
Rp.500.000

Proses
Produksi
aAss((((((a((
Assets

Barang Selesai
(Assets )

Harga pokok barang


yang dujual

Biaya
asuransi

Jumlah Rp.500.000 langsung masuk


kedalam ledger biaya periodik

Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi


Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya :
1.
Biaya Produksi : Biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku
menjadi produk.
Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga
pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam
proses.
2.
Biaya Non Produksi : Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatn non
produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum.
Biaya nonproduksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total total harga
pokok produk.
Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Cara memproduksi
produk ada 2 macam :
1. Produksi atas dasar pesanan : Perusahaan melaksanakan pengolahan produksinya atas
dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contohnya : Perusahaan percetakan, perusahaan
mebel, dll.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga
pokok produksi persatuan produk dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
pesanan dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
2. Produksi massa : Perusahaan melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi
permintaan di gudang, umumnya produknya berupa produk standar. Contohnya : Perusahaan
semen, pupuk,makanan ternak dan bumbu masak dan tekstil.
Dalam metode ini pengumpulan harga pokok produksi dengan menggunakan metode harga
pokok process (process cost Method).Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk periode tertentu dan harga pokok produksi persatuan produk yang dihasilkan dalam
periode tsb dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut
dengan jumlah satuan yang dihasilkan dalam periode tertentu.
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah : Cara memperhitungkan unsur-unsur biaya
kedalam harga pokok produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi melalui 2 pendekatan,
yaitu :
1. Full Costing
Full Costing : merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua
unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi , yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Full costing :
Biaya bahan baku
XX
Biaya tenaga kerja langsung
XX
Biaya produksi
Biaya overhead pabrik variabel
XX
Biaya overhead pabrik tetap
XX
Harga pokok produksi
XX
Biaya pemasaran
XX
Biaya non produksi/by.komersial
Biaya administrasi & umum
XX

Total harga pokok produk

XX

Ikhtisar Harga Pokok Produksi Dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode
Full Costing :
Prime Cost

= Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga kerja

Conversion Cost = Biaya Tenaga Kerja + By.Overhead Pabrik tetap + By. Overhead Pabrik
Variabel
Harga Pokok Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga kerja+ By.Overhead Pabrik tetap +
By. Overhead Pabrik Variabel
Biaya Komersial = Biaya Adm & Umum + Biaya Pemasaran
Total Harga Pokok Produk = Harga Pokok Produksi + Biaya Komersial
2. Variable Costing
Variable
Costing : merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke kedalam harga pokok produksi , yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang
berperilaku variabel. .
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Variable costing :
Biaya bahan baku
XX
Biaya tenaga kerja langsung
XX Biaya produksi
Biaya overhead pabrik variabel
XX
Harga pokok produksi
XX
Biaya pemasaran
XX
Biaya non produksi/by.komersial
Biaya administrasi & umum
XX
Total harga pokok produk
XX
Ikhtisar Harga Pokok Produksi Dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode
Variable Costing :
Harga Pokok Produksi Variabel = Biaya Bahan Baku + By.Tenaga Kerja + By. Overhead pabrik
Variabel
By. Periode = By.Overhead pabrik tetap + By. Adm & umum Tetap + By. Pemasaran Tetap
Total Harga Pokok Produk = Harga Pokok Produksi Variabel + By Adm & Umum Variabel +
By. Pemasaran Variabel + By. Periode

Perbandingan Laporan Rugi laba perusahaan Manufaktur Dengan Laporan Rugi Laba
Perusahaan Dagang
Perusahaan Dagang:
Kegiatannya berupa pembelian barang dagangan dari perusahaan lain dan penjualan barang
dagangan tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur.
Perusahaan dagang tidak melakukan pemrosesan terhadap barang dagangan yang dibeli .
Untuk menjalankan usaha dagangnya, perusahaan dagang mengeluarkan sumber ekonomi
untuk memperoleh barang dagangannya, mengeluarkan biaya administrasi dan umum, serta
biaya pemasaran.
Pegorbanan sumber ekonomi yang disajikan dalam laporan rugi laba dikelompokkan ke dalam 3
golongan :
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangan dari perusahaan lain.
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : Harga Pokok Penjualan
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran barang dagangan . Pengorbanan ini
dikelompokkan dengan judul : Biaya Pemasaran.
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain perolehan barang dagangan dan
pemasaran barang dagangan . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : Biaya
administrasi dan umum.
Perusahaan Manufaktur:
Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut
kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain.
Kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi memerlukan 3 kelompok pengorbanan
sumber ekonomi :
1. Pengorbanan bahan baku
2. Pengorbanan jasa tenaga kerja
3. Pengorbanan jasa fasilitas
Dalam pendekatan Full costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan dalam laporan
rugi laba yang dikelompokkan dalam 3 gol:
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : Biaya produksi yang dirinci menjadi
:biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi . Pengorbanan ini
dikelompokkan dengan judul : Biaya Pemasaran.
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk .
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : Biaya administrasi dan umum.
Dalam pendekatan Variable costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan dalam
laporan rugi laba menurut perilakunyan dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya dalam laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable costing disajikan dalam
dua kelompok biaya variabel & biaya tetap.

Gb. Laporan Laba Rugi Perusahaan Dagang


PT. Eliona Sari
Laporan Laba-rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 19X1
Pendapatan Penjualan
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal
Pembelian
Harga Pokok Barang yang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir
Harga Pokok Penjualan
Laba bruto
Biaya Usaha:
Biaya administrasi & umum
Biaya pemasaran
Laba bersih usaha
Pendapatan di luar usaha
Biaya di luar usaha
Laba bersih sebelum pajak
Pajak penghasilan 35 %
Laba bersih setelah pajak

Rp. 500.000
Rp. 25.000
Rp.290.000
Rp.315.000
Rp. 20.000
Rp. 295.000
Rp. 205.000
Rp. 56.000
Rp. 75.000
Rp. 131.000
Rp. 74.000
Rp.
Rp.

4.000
7.000

Rp. 3.000
Rp. 71.000
24.850
Rp. 46. 150

Gb. 1.6. Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur dengan pendekatan Full Costing
PT. Karya Puspita
Laporan Laba Rugi dengan pendakatan Full Costing
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 19X1
Pendapatan penjualan
Harga pokok penjualan :
Persediaan awal produk jadi
Harga pokok produksi :
Persediaan awal produk dalam proses
Biaya produksi :
Biaya bahan baku
Rp. 50.000
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. 60.000
Biaya overhead pabrik
Rp. 75.000
Persediaan akhir produk dalam proses
Harga pokok produksi
Harga Pokok produk yang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir produk jadi
Harga Pokok Penjualan
Laba Bruto
Biaya usaha:
Biaya adm & umum
Biaya Pemasaran
Laba bersih usaha
Pendapatan di luar usaha
Biaya di luar usaha
Laba bersih sebelum pajak
Pajak Penghasilan 35%
Laba bersih setelah pajak

Rp. 500.000
Rp. 25.000
Rp. 10.000

Rp.185.000
Rp. 195.000
Rp. 15.000
Rp.180.000
Rp.205.000
20.000
Rp.195.000
Rp.305.000
Rp. 56.000
Rp. 175.000
Rp. 231.000
Rp. 74.000
Rp.
Rp.

4.000
7.000

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

3.000
71.000
24.850
46.150

Gb. Laporan Laba-Rugi Perusahaan manufaktur dengan pendekatan Variable Costing


PT. Karya Puspita
Laporan Laba-Rugi Dengan Pendekatan Variable Costing
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 19X1
Pendapatan penjualan
Biaya Variabel :
Harga pokok penjualan variabel:
Persediaan awal produk jadi
Harga Pokok Produksi variabel :
Persediaan awal produk dlm proses
Biaya Produksi Variabel :
Biaya bahan baku
Rp. 50.000
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. 60.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 45.000

Rp. 500.000
Rp. 20.000
Rp. 20.000

Rp. 155.000
Rp. 175.000
Rp. 10.000

Persediaan akhir produk dalam proses


Harga pokok produksi variabel
Harga pokok produksi yang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir produk jadi
Harga Pokok penjualan variabel
Biaya administrasi & umum variabel
Biaya pemasaran variabel
Total biaya variabel
Laba kontribusi
Biaya Tetap:
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya Adm&umum
Biaya pemasaran tetap
Total biaya tetap
Laba bersih

Rp. 165.000
Rp. 185.000
Rp. 15.000
Rp. 170.000
Rp. 70.000
Rp. 90.000
Rp. 330.000
Rp. 170.000

Rp. 20.000
40.000
30.000
Rp. 90.000
Rp. 80.000

Daftar Pustaka:
1.
Managerial Accounting, Ray H.Garrison, Fourth Edition, Business Publications INC.
2.
Pengantar Akuntansi Manajemen, Charles T. Horngrer, Jilid I edisi 6, Penerbit Erlangga.
3.
Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian, Milton F. Usry & Lawrence H. Hammer,
Jilid I edisi 10, Penerbit Erlangga.
4.
Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat & Rekayasa, Mulyadi-UGM, edisi 3, Penerbit
Salemba empat.

PEMBAHASAN IV
METODE HARGA POKOK PESANAN-FULL COSTING
I.

Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur


Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan
usaha tersebut. Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai dengan pembelian barang dagangan
tanpa pengolahan lebih lanjut dan diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan tersebut.
Dalam perusahaan ini, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok barang
dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajiaan harga pokok barang yang dijual. Tujuan
akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah untuk menyajikan informasi harga pokok
barang yang dijual,biaya administrasi & umum, serta biaya pemasaran.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan jasa dimulai dengan persiapan penyerahan
jasa & berakhir dengan penyerahan jasa kepada pemakainya. Siklus akuntansi biaya pada
perusahaan jasa dimulai dengan pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir
dengan disajikannya harga pokok jasa yang diserahkan.Tujuan Akuntansi biaya dalam
perusahaan jasa adalah menyajikan informasi harga pokok persatuan jasa yang diserahkan
kepada pemakai jasa.
Gambar 4.1 Sikllus pembuatan produk
SIKLUS PEMBUATAN PRODUK
Pebelian dan
penyimpanan bahan
baku

Pegolahan Bahan
baku menjadi
Produk Jadi

SIKLUS AKUNTANSI BIAYA


Penentuan Harga pokok
Bahan baku yang dibeli

Biaya Tenaga
Kerja Langsung

Penentuan
Harga Pokok
Bahan Baku
Yang Dipakai

Biaya
Overhead
Pabrik

Pengumpulan
Biaya
Produksi

Penyimpanan Produk
Jadi dalam Gudang
Penentuan
Harga Pokok
Barang Jadi

Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian
produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke gudang. Siklus akuntansi biaya dimulai
dengan pencatatan harga pokok yang dimasukkan dalam proses produksi, pencatatan biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi serta berakhir dengan

disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahan ke bagian gudang. Akuntansi biaya dalam
perusahaan manufaktur bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok produksi persatuan
produk jadi yang diserahkan ke bagian gudang.
Siklus akuntansi biaya dapat pula digambarkan melalui hubungan rekening-rekening buku
besar. Untuk menampung biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi, didalam buku besar dibentuk rekening-rekening berikut ini:
Barang dalam Proses/WIP

Persediaan Bahan Baku


Gaji dan upah

Biaya ohead pabrik


Persediaan Produk Jadi

Persediaan Bahan
baku

Digunakan untuk mencatat biaya bahan baku,biaya tenaga


kerja langsung dan biaya overhead pabrik (debit), dan
harga pokok produk jadi yang ditransfer ke bagian gudang
(kredit).
Digunakan untuk mencatat harga pokok bahan baku yang
dibeli (debit) dan harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam produksi (kredit)
Rekening ini merupakan rekening antara (clearing
account) yang digunakan untuk mencatat utang gaji
&upah(debit) dan upah langsung yang digunakan untuk
mengolah produk (kredit)
Digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi (debit) dan yang dibebankan kepada
produk beradsarkan tarif (kredit)
Digunakan untuk mencatat harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke bagian gudang (debit), dan harga pokok
produk yang dijual (kredit)
Barang Dalam Proses

Gaji & upah

Gambar 4.2 Aliran biaya produksi dalam rekening buku besar


Biaya overhead pabrik

Persediaan Produk Jadi

II.

Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan


Karakteristik Usaha Perusahaan Yang produksinya Berdasarkan Pesanan
1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai
dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya.
2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Pesanan yang
satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.
3. Produksi ditujukan untu memenuhi pesanan,bukan untuk memenuhi persediaan digudang.
Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
1. Perusahaan meproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan
setiap jenis produk dihitung harga pokok produksinya individual.
2. Biaya produksi harus digologkan menjadi biaya produksi langsung & biaya produksi
tidak langsung
3. Biaya produksi lansung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu
berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,sedangkan biaya overhead pabrik dihitung
kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
4. Harga pokok produksi perunit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara
membagi jumlah biaya produsi yang dikeluarkan untuk pesanan dengan jumlah unit
produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

III.

Manfaat Informasi Harga Pokok Pesanan


1.
2.
3.
4.
5.

Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.


Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
Memantau realisasi biaya produksi.
Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan
dalam neraca.

1. Menentukan Harga Jual Yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan


Perusahaan yang produksinya bedasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan
spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Biaya produksi pesanan yang satu berbeda
dengan biaya produksi pesanan yang lain.Harga jual yang dibebankan kepada pemesan
sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk pesanan
tersebut.
Formula untuk menentukan harga jual yang dibebankan kepada pemesan adalah:
Taksiran biaya produksi untuk pesanan
Taksiran biaya nonproduksi untuk pesanan
Taksiran total biaya pesanan
Laba yang diinginkan

Rp. XX
Rp. XX +
Rp. Y
Rp. Z +

Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan

Rp. YZ

Taksiran biaya produksi :


a. Taksiran biaya bahan baku
b. Taksiran biaya tenaga kerja langsung
c. Taksiran biaya overhead pabrik
Taksiran biaya produksi

Rp. XX
Rp.XX
Rp. XX +
Rp.XX

2. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan


Manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang memberikan
perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan manajemen tidak
mengalami kerugian.
Total harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya adalah:
Biaya Produksi Pesanan :
Taksiran biaya bahan baku
Taksiran biaya tenaga kerja langsung
Taksiran biaya overhead pabrik
Taksiran total biaya produksi

Rp. XX
Rp. XX
Rp. XX +

Biaya Non produksi


Taksiran biaya administrasi & umum
Taksiran biaya Pemasaran
Taksiran total biaya non produksi
Taksiran total harga pokok pesanan

Rp. XX
Rp. XX +
Rp. XX +

Rp. XX

Rp XX

3. Memantau realisasi biaya produksi


Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan informasi biaya
produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam memenuhi pesanan tertentu.Perhitungan
biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan dengaan
formula berkut ini:
Biaya bahan baku sesungguhnya
Biaya tenaga kerja sesunggunya
Taksiran biaya overhead pabrik
Total biaya produksi sesungguhnya

Rp. XX
Rp. XX
Rp. XX +
Rp. XX

4. Menghitung laba atau rugi bruto tiap pesanan


Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap
pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh
karena itu, metode harga pokok pesanan yang digunakan oleh manajemen untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk pesanan
guna menghasilkan informasi laba atau rugi tiap pesanan dapat dihitung sebagai berikut :

Harga jual yg dibebankan kepada pemesan

Rp. XX

Biaya produksi pesanan tertentu :


Biaya bahan baku sesungguhnya
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya
Taksiran biaya overhead pabrik
Total biaya produksi pesanan
Laba bruto

Rp. XX
Rp. XX
Rp. XX +
Rp. XXRp. XX

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca
Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan
harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut,
manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan.
Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan manajemen dapat menentukan biaya
produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada pada
tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan.
Berdasarkan catatan biaya tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang
melekat pada pesanan yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan.Biaya
yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi namun pada tanggal neraca
belum diserahkan kepada pemesan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok
persediaan produk jadi. Biaya yang melekat pada pesanan yang belum selesai pada
tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam
proses.
IV.

REKENING KONTROL DAN REKENING PEMBANTU


Rekening pembantu atau Subsidiary Account dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan
rekening kontrol (Controlling Account) di dalam buku besar. Rekening kontrol menampung
data yang bersumber dari jurnal sedangkan rekening pembantu digunakan menampung data
yang bersumber dari rekening sumber. Gambar berikut menjelaskan hubungan antara
rekening kontrol dengan rekening pembantu.
Dokumen

Sumber

Jurnal

Buku Besar

Rekening
kontrol
Rekonsiliasi
Buku Pembantu

Rekening
Pembantu

Gambar 4.3. Rekening kontrol dan Rekening pembantu


Rekening kontrol dan rekening pembantu digunakan untuk mencatat biaya sebagai berikut:
Rekening Kontrol

Rekening Pembantu

Persediaan Bahan Baku


Persediaan Bahan penolong
Barang dalam proses
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya
Biaya Administrasi dan umum
Biaya Pemasaran
Persediaan produk jadi

Kartu Persediaan
Kartu Persediaan
Kartu Harga Pokok
Kartu Biaya
Kartu Biaya
Kartu Biaya
Kartu Persediaan

Setiap melakukan penjurnalan, harus ditunjuk nama rekening kontrol yang bersangkutan
dalam buku besar. Untuk mencatat biaya produksi, dalam buku besar dibentuk rekening
kontrol barang dalam proses. Rekening ini dipecah menurut unsur biaya produksi, sehingga
ada 3 macam rekening barang dalam proses yaitu:
- Barang dalam proses Biaya Bahan Baku
- Barang dalam proses Biaya Tenaga Kerja Langsung
- Barang dalam proses Biaya Overhead Pabrik
Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, Rekening Barang dalam Proses
dirinci menurut departemen dan unsur biaya produksi, sebagai contoh :
-

Barang dalam proses Biaya Bahan Baku Departemen A


Barang dalam proses Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A
Barang dalam proses Biaya Overhead Pabrik Departemen A

Barang dalam proses Biaya Bahan Baku Departemen B


Barang dalam proses Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen B
Barang dalam proses Biaya Overhead Pabrik Departemen B

Untuk mencatat biaya non produksi, di dalam buku besar dibentuk Rekening Kontrol Biaya
Administrasi dan Umum, dan biaya Pemasaran. Rekening biaya pemasaran digunakan untuk
menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan Rekening Biaya
Administrasi dan Umum digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi di fungsi
administrasi dan umum.
Untuk mencatat pemakaian bahan baku yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, jurnal
yang dibuat adalah:
DR. Barang dalam proses
CR. Persediaan bahan baku
Dan BUKAN jurnal berikut:
DR. Biaya bahan baku
CR. Persediaan bahan baku
Karena rekening biaya bahan baku tidak diselenggarakan dalam buku besar melainkan dalam
buku pembantu kartu harga pokok.
Untuk mencatat biaya-biaya digunakan Rekening Kontrol sebagai berikut:

DR. Biaya overhead pabrik sesungguhnya


CR. Akumulasi depresiasi gedung
(Untuk mencatat depresiasi gedung pabrik)
DR. Biaya Administrasi dan Umum
CR. Kas
(Untuk mencatat biaya telex)
DR. Biaya Pemasaran
CR. Akumulasi depresiasi kendaraan
(Untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan bagian pemasaran)
V.

KARTU HARGA POKOK (JOB ORDER COST SHEET)


Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok pesanan.
Kartu harga pokok berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan
pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan
biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi
langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu
tarif tertentu.
Contoh kartu harga pokok dapat dilihat pada gambar berikut:

PT. WARDATI ELOK


JAKARTA
KARTU HARGA POKOK
No. Pesanan
: E-212
Jenis Produk
: Jam Dinding
Tgl. Pesan
: 2 Januari 2005
Tgl. Selesai
: 22 Januari 2005
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
No.
No. Kartu
Tgl
Ket
Jml
Tgl
Jml
BPBG
jam kerja

VI.

Pemesan
: PT. Yayu
Sifat Pesanan : Segera
Jumlah
: 500 unit
Harga jual
: Rp. 5.000.000,Biaya Overhead Pabrik
Jam
Tgl
Tarif
Jml
Mesin

METODE HARGA POKOK PESANAN


Pembahasan metode harga pokok produksi diawali dengan uraian prosedur pencatatan biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan pencatatan harga pokok
produk jadi yang ditransfer ke bagian gudang dari bagian produksi. Berikut ini adalah contoh
pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan dan
pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi.
Contoh 1 :

PT. Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan
spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima.
Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi adalah Full
Costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap
dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang
bersangkutan. Dalam bulan November 19X1, PT. Eliona mendapat pesanan untuk mencetak
undangan sebanyak 1.500 lembar dari PT. Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan
tersebut adalah Rp. 3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima
pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak Rp. 20.000 per lembar dari PT.OKI, dengan
harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp. 1.000 perlembar. Pesanan dari
PT.Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT.OKI diberi nomor 102. Berikut ini adalah
kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.
1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong
Pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut
ini :
Bahan Baku :
Kertas jenis X
85 ream @ Rp. 10.000
Rp. 850.000
Kertas jenis Y
10 roll @ Rp. 350.000
Rp.3.500.000
Tinta Jenis A
5 kg @ Rp. 100.000
Rp. 500.000
Tinta Jenis B
25 kg@ Rp. 25.000
Rp. 625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli
Rp.5.475.000
Bahan Penolong :
Bahan penolong P
17 kg @ Rp. 10.000
Bahan penolong Q
60 liter @ Rp. 5.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli
Jumlah total

Rp. 170.000
Rp. 300.000
Rp. 470.000
Rp.5.945.000

Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh bagian pembelian. Bahan tersebut
kemudian disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses produksi untuk
memenuhi pesanan tersebut. Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk
mencatat persediaan bahan :Persediaan bahan baku dan persediaan bahan
penolong . Pembelia bahan baku dan bahan penolong dijurnal sbb :
Jurnal 1 :
Dr. Persediaa bahan baku
Rp. 5.475.000
Cr. Hutang dagang
Rp. 5.475.000
Jurnal 2 :
Dr. Persediaa bahan baku
Cr. Hutang dagang

Rp.470.000
Rp. 470.000

2. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam produksi


Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam pesanan, perusahaan
menggunakan dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.
Dokumen ini diisi oleh bagian produksi dan diserahkan kepada bagian gudang untuk
meminta bahan yang diperlukan oleh bagian produksi. Bagian gudang akan mengisi
jumlah bahan yang diserahkan kepada bagian produksi pada dokumen tersebut, dan
kemudian dokumen ini dipakai sebagai dokumen sumber untuk dasar pencatatan
pemakaian bahan.

Bahan baku untuk pesanan 101 :


Kertas jenis X
85 ream @ Rp. 10.000
Tinta jenis A
5 Kg@ Rp.100.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 101

Rp.850.000
Rp.500.000
Rp.1.350.000

Bahan baku untuk pesanan 102 :


Kertas jenis Y
10 roll Rp. 350.000
Tinta jenis B
25 Kg@ Rp.25.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 102
Total bahan baku yang dipakai

Rp.3.500.000
Rp. 625.000
Rp.4.125.000
Rp.5.475.000

Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong
sbb:
Bahan penolong P
10 kg @ Rp. 10.000
Rp. 100.000
Bahan penolong Q
40 liter @ Rp. 5.000
Rp.
200.000
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi
Rp. 300.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku sbb : (jurnal 3)
Dr. Barang Proses-Biaya Bahan Baku
Rp. 5.475.000
Cr.
Persediaan Bahan Baku
Rp. 5.475.000
Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan:
a. Mendebet rekening barang dalam proses
b. Mengkredit persediaan bahan baku atas dasar dokumen bukti permintaan dan
pengeluaran barang gudang.
c. Pendebetan rekening barang dalam proses diikuti dengan pencatatan rincian bahan
baku yang dipakai dalam kartu harga pokok pesanan .
PT. Eliona Yogyakarta
KARTU HARGA POKOK PESANAN 101
No. Pesanan
Jenis Produk
Tgl.Pesan
Tgl Selesai

: 101
: Undangan
: 2 November 1986
: 22 November 1986

Pemesan
: PT. Rimendi
Sifat pesanan : Segera
Jumlah
: 1.500 exemplar
Harga Jual
: Rp. 4.500.000

BIAYA BAHAN BAKU

BIAYA TENAGA
KERJA

BIAYA OVERHEAD PABRIK

Tgl

Tgl

Tgl

No

Ket

Jumlah

Kertas X
Tinta A

850.000
500.000

Jumlah

1.350.000

No.
Kartu
Jam
Kerja

Jmh

Jumlah Total Biaya Produksi adalah

Jumlah

Dasar

Tarif

Jumlah

900.000

B. Tng
Kerja
Langsung

150
%

1.350.000

900.000

Jmh

1.350.000
3.600.00

PT. Eliona Yogyakarta


KARTU HARGA POKOK PESANAN 102
No. Pesanan
Jenis Produk
Tgl.Pesan
Tgl Selesai

: 102
: Pamflet iklan
: 15 November 1986
: 16 Desember 1986

BIAYA BAHAN BAKU

Tg No
l

Ket

Jumlah

Kertas X
Tinta B

3.500.000
625.000

Jumlah

4.125.000

Pemesan
: PT. Oki
Sifat pesanan : Biasa
Jumlah
: 20.000 Lembar
Harga Jual
: Rp. 20.000.000

BIAYA TENAGA KERJA

BIAYA OVERHEAD PABRIK

Tgl

Tgl

No.
Kartu
Jam
Kerja

Jumlah

5.000.000
Jmh

5.000.000

Dasar

Tarif

Jumlah

B.
Tng
Kerja
Langsung
Jmh

150
%

7.500.000

Jumlah Total Biaya Produksi adalah

7.500.000
16.625.000

Dalam metode harga pokok pesanan :


1. Harus dipisahkan antara biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
2. Bahan penolong yag merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dicatat
pemakaiannya dengan Mendebet rekening kontrol biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Rekening Barang Dalam Proses didebet untuk mencatat
pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong sbb: (jurnal 4)
Dr. Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp. 300.000
Cr.Persediaan bahan penolong
Rp. 300.000
3.
Pencatatan biaya tenaga kerja
Dalam metode harga pokok pesanan :
1. Harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dangan upah kerja tak langsung.
2. Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebet rekening barang dalam proses dan
dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
3. Upah tenaga kerja tak langsung dicatat dengan mendebet rekening biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya.
Dari contoh diatas biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam departemen produksi sbb::
Upah langsung untuk pesanan 101 : 225 jam @ Rp. 4.000
Upah langsung untuk pesanan 101 : 225 jam @ Rp. 4.000
Upah tidak langsung
Jumlah upah
Gaji karyawan administrasi dan umum
Biaya gaji karyawan bagian pemasaran
Jumlah gaji
Jumlah biaya tenaga kerja

Rp. 900.000
Rp. 5.000.000
Rp. 3.000.000
Rp. 8.900.000
Rp. 4.000.000
Rp. 7.500.000
Rp. 11.500.000
Rp. 20.400.000

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut :


1. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
2. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
3. Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Dari data diatas, jurnal untuk mencatat biaya tenaga : (jurnal 5)
1. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
DR. Gaji dan upah
Rp. 20.400.000
CR. Utang gaji dan upah
Rp. 20.400.000
2. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
Karena biaya tenaga kerja terdiri dari berbagai unsur biaya, maka perlu diadakan
distribusi biaya tenaga kerja sbb:
Biaya Tenaga Kerja Langsung : dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dengan
mendebit rekening barang dalam proses dan mencatatnya dalam kartu harga pokok
pesanan yang bersangkutan.
Pencatatan pembayaran gaji dan upah :
Merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dan dicatat sebagai unsur biaya overhead
pabrik serta didebetkan dalam rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.
Biaya Tenaga Kerja Nonproduksi :
Merupakan unsur biaya nonproduksi dan dibebankan ke dalam rekening kontrol biaya
administrasi dan umum atau biaya pemasaran.
Jurnal distribusi biaya tenaga kerja diatas jurnal 6
Dr. Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.900.000
Dr. Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp. 3.000.000
Dr. Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp. 4.000.000
Dr. Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp. 7.500.000
Cr. Gaji dan upah
Rp. 20.400.000
Pencatatan pembayaran gaji dan upah (jurnal 7)
Dr. Utang gaji dan upah
Rp. 20.400.000
Cr. Kas
Rp. 20.400.000
5.
Pencatatan biaya overhead pabrik
Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua :
a. Pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan
tarif yang ditentukan dimuka dan pencatatan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi.
b. Pembebanan produk dengan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang dicatat
dengan mendebet rekening barang dalam proses dan mengkredit rekening biaya
overhead pabrik yang dibebankan.
c. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet
rekening kontrol biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Secara periodik (misalnya akhir bulan ) biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang dihitung berdasarkan tarif
dihitung selisihnya . Perbandingan ini dilakukan dengan menutup rekening biaya
overhead yang dibebankan ke dalam rekening biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya.
Dari contoh diatas , misalnya biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada
produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan

demikian biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung
sbb:
Pesanan 101: 150 % X Rp. 900.000
= Rp. 1.350.000
Pesanan 102: 150% X Rp. 5.000.000
= Rp. 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrikk yang dibebankan
Rp. 8.850.000
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan
sbb: (jurnal 8)
Dr. Brg Dlm Proses-Biaya Overhead pabrik 8.850.000
Cr.Biaya overhead pabrik yang dibebankan
8.850.000
Misalnya biaya overhead yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan
penolong Rp. 300.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.
3.000.000. seperti tersebut dalam jurnal 4 dan 6 :
Biaya depresiasi mesin
Rp. 1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik
Rp. 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp. 700.000
Biaya pemeliharaan mesin
Rp. 1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung
Rp. 500.000
Jumlah
Rp. 5.700.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sbb:
(jurnal 9)
Dr. By. Overhead pabrik sesungguhnya
Rp. 5.700.000
Cr. Akumulasi depresiasi mesin
Rp. 1.500.000
Cr. Akumulasi depresiasi gedung
Rp. 2.000.000
Cr. Persekot asuransi
Rp. 700.000
Cr.Persediaan suku cadang
Rp. 1.000.000
Cr.Persediaan bahan bangunan
Rp. 500.000
Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan tarif menyimpang
dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening biaya overhead pabrik yang
dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.Jurnal penutup adalah
sbb:
Jurnal 10 :
Dr. Biaya overhead pabrik yang dibebankan
Cr. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya

Rp. 8.850.000
Rp. 8.850.000

Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo rekening
biaya overhead pabrik yang sesunggguhnya.
Setelah jurnal diatas (jurnal 10) dibukukan saldo rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
adalah sbb:
Debit :
Jurnal 4
Rp.300.000
Jurnal 6
Rp.3.000.000
Jurnal 9:
Rp.5.700.000
Jumlah debet
Rp. 9.000.000
Kredit :
Jurnal 10
Rp. 8.850.000

Selisih pembebanan

150.000

Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening selisih biaya overhead pabrik.
Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal :
Jurnal 11:
Dr. Biaya overhead pabrik
Rp.150.000
Cr. Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.150.000
5.Pencatatan harga pokok produk jadi
Pesanan yang telah selesai diproduksiditransfer ke bagian oleh bagian produksi. Harga pokok
pesanan yang telah selesai diproduksi dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Harga pokok pesanan 101 :
Biaya bahan baku
Rp. 1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. 900.000
Biaya overhead pabrik
Rp. 1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan 101
Rp. 3.600.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sbb:
Jurnal 12 :
Dr. Persediaan Produk jadi
Rp. 3.600.000
Cr.Barang dalam proses-By. Bhn baku
Rp. 1.350.000
Cr.Barang dalam proses-By. Tenaga kerja langsung
Rp. 900.000
Cr.Barang dalam proses-By. Overhead pabrik
Rp. 1.350.000
6.Pencatatan harga pokok produk dalam proses
Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi . Biaya
yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan.Kemudiaan dibuat jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses dan
mengkredit rekening barang dalam proses.
Jurnal 13:
DR.Persediaan Produk Dalam Proses
Rp. 6.625.000
CR.BDP-By bhn baku
Rp. 4.125.000
CR.BDP-By Tenaga kerja langsung
Rp. 5.000.000
CR.BDP-By overhead pabrik
Rp. 7.500.000
7.Pencatatan harga pokok produk yang dijual
Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dalam rekening harga pokok
penjualan dan rekening persediaan produk jadi.
Jurnal 14 :
Dr.Harga pokok penjualan
Rp. 3.600.000
CrPersediaan produk jadi
Rp. 3.600.000

8.Pencatatan pendapatan penjualan produk


Pada awal contoh ini telah disebutkan disebutkan bahwa pesanan 101 berupa pesanan 101 berupa
pesanan 1500 lbr undangan dengan harga harga jual Rp. 1500 perlembar atau total harga Rp.
4.500.000. Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang kepada pemesan sbb :
Jurnal 15 :
Dr. Piutang Dagang
Rp. 4.500.000

Cr.Penjualan

Rp. 4.500.000
PEMBAHASAN V
METODE HARGA POKOK PROSES

I.

Pengertian & Karakteristik Metode Harga Pokok Proses


Merupakan metode pengumpulan biaya produksi digunakan oleh perusahaan yang mengolah
produknya secara massa. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka
waktu tertentu, dan biaya produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi dalam proses tertentu selama periode tertentu dengan jumlah satuan yang dihasilkan
dari proses selama jangka waktu yang bersangkutan.
Karakteristik produksinya adalah :
1.
Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2.
Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan sama.
3.
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi
rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.

II.
1.
2.

3.

4.

III.

Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan
Perbedaan
Pengumpulan
biaya
produksi
Perhitungan
harga
pokok
produksi
persatuan.

Harga pokok pesanan


Berdasarkan pesanan
Membagi total biaya yang
dikeluarkan untuk pesanan dgn
jmh satuan produk yang
dihasilkan.Perhitungan
dilakukan
setelah
pesanan
diproduksi.

Penggolongan
produksi.

biaya Harus dipisahkan mjd biaya


langsung &tdk langsung. Biaya
langsung
dibebankan
kpd
produk berdasakan biaya yang
sesungguhnya
terjadi,by
produksi
tdk
langsung
dibebankan
kpd
produk
berdasrkan tarif dimuka.
Unsur biaya yang By overhead pabrik terdiri dari
dikelompokkan dalam biaya bahan penolong, biaya
biaya overhead pabrik tenaga kerja tidak langsung dan
biaya produksi lain selain by
bhn baku & tenaga kerja
langsung. Pembebanan by.
Overhead pabrik berdasarkan
tarif yang ditentukan dimuka.

Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

Harga pokok proses


Perdepartemen per periode
akuntansi
Membagi total biaya produksi
yang dikeluarkan selama periode
tertentu dgn jmh satuan produk
yang dihasilkan selama periode
yang bersangkutan. Perhitungan
dilakukan
setelah
periode
akuntansi.
Pembedaan Biaya produksi
langsung & tdk langsung sering
kali tdk diperlukan. Pembebanan
by overhead pabrik kpd produk
atas
dasar
biaya
yang
sesungguhnya terjadi, krn harga
pokok produk dihitung setiap
akhir bulan.
By overhead pabrik dibebankan
kpd produk sebesar biaya yang
sesungguhnya
slm
periode
akuntansi.

Informasi harga pokok produksi untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen
untuk:
a.
Menentukan harga jual produk.
Formula penetapan harga jual produk sbb:
Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu
Rp.XX
Taksiran biaya non produksi untuk jangka waktu tertentu
Rp.XX +
Taksiran total biaya untuk jangka waktu tertentu
Rp. XX
Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu
Rp. XX :
Taksiran harga pokok produk persatuan
Rp. XX
Laba perunit produk yang diinginkan
Rp. XX+
Taksiran harga jual perunit yang dibebankan kepada pembeli Rp. XX

Unsur-unsur biaya produksi terdiri dari:


Taksiran biaya bahan baku
Taksiran biaya tenaga kerja langsung
Taksiran biaya overhead pabrik
Taksiran biaya produksi

Rp. XX
Rp. XX
Rp. XX +
Rp. XX

2. Memantau realisasi biaya produksi.


Formula perhitungan biaya produksi yang sesungguhnya adalah:
Biaya produksi sesungguhnya bulan
Biaya bahan baku sesungguhnya
Biaya tenaga kerja sesungguhnya
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Total by produksi sesungguhnya bulan

i.

Rp. XX
Rp. XX
Rp. XX +
Rp. XX

Menghitung laba atau rugi periodik.


Formula perhitungan laba atau rugi bruto yang sesungguhnya adalah:
Hasil penjualan (harga jual persatuan x volume produk yg dijual
Rp XX
Persediaan produk jadi awal
Rp.XX
Persediaan produk dalam proses awal
Rp.XX
Biaya produksi :
Biaya bahan baku sesungguhnya
Biaya tenaga kerja sesungguhnya
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Total biaya produksi
Persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok produksi
Harga pokok produk yang tersedia untuk dijual
Persediaan produk jadi akhir
Harga pokok produk yang dijual
Laba Bruto

Rp.XX
Rp.XX
Rp.XX +
Rp.XX +
Rp.XX
Rp.XXRp. XX +
Rp. XX
Rp. XX Rp. XXRp. XX

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
Berdasarkan catatan biaya produksi manajemen dapat menentukan biaya produksi
yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan.
Biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal
neraca disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya
produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses
pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam
proses.
3.

Metode Harga Pokok Proses-Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk Dalam


Proses Awal
Variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses yang diuraikan dalam bab ini :
a. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah hanya melalui satu departemen produksi.
b. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
c. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi persatuan, dengan anggapan :
1. Produk hilang pada awal proses.
2. Produk hilang pada akhir proses.
a.

Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah hanya melalui satu departemen produksi.

Contoh 1 :
Misalkan PT. Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 19X1 disajikan dalam gbr. 5.1.
Biaya bahan baku
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead pabrik

Rp. 5.000.000
Rp. 7.500.000
Rp. 11.250.000
Rp. 16.125.000 +
Rp. 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut


Produk jadi
2.000 kg
Produk dalam proses pada akhir bulan, dgn tkt. penyelesaian sbb:
Biaya bahan baku : 100%, Biaya Bahan Penolong 100%,Biaya Tenaga Kerja 50%,Biaya
overhead pabrik 30%
Bulan Januari 19X1
Masuk dalam proses : 2.500 kg.
Gambar 5.2

Produk jadi
2.000 kg
Produk dalam Proses akhir
500 kg
Data produksi PT. Risa Rimendi bulan Januari 19X1

Perhitungan biaya produksi perkilogram produk yg diproduksi dalam bulan Januari 19X1 dilakukan
dengan membagi tiap unsur biaya produksi (biaya bahan penolong,biaya tenaga kerja,dan biaya
overhead pabrik ) seperti dalam gb. 3.3
Unsur
Biaya produksi

Total Biaya

(1)
Bahan Baku
Bahan Penolong
Tenaga Kerja
Overhead pabrik
Total

Unit Ekuivalensi

(2)

Biaya Produksi persatuan


(2) : (3)

(3)

Rp.5.000.000
2.500
Rp.2.000
Rp.7.500.000
2.500
Rp.3.000
Rp.11.250.000
2.250
Rp.5.000
Rp.16.125.000
2.150
Rp.7.500
Rp.39.875.000
Rp.17.500
Gambar 5.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Persatuan

Harga pokok produk jadi : 2.000 X Rp.17.500


Rp.35.000.000
Harga Pokok persediaan produk dalam proses:
Biaya Bahan Baku
100% x 500xRp.2.000=Rp.1.000.000
Biaya Bahan Penolong 100% x500x Rp.3000=Rp.1.500.000
Biaya Tenaga Kerja
50%x500xRp.5.000=Rp.1.250.000
Biaya Overhead pabrik 30%x500xRp.7.500=Rp.1.125.000
Rp.4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan Januari 19X1
Rp.39.875.000
Gambar 5.4. Perhitungan Harga pokok Produk Jadi dan Persediaan produk dalam proses
Perhitungan tersebut kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi pada gambar 5.5
PT. Risa Rimendi
Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 19X1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan

2.500 kg
2.000 kg
500
2.500 kg

Biaya yang dibebankan bulan Januari 19X1


Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik

Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
(2.000 kg@Rp.17.500)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku
Rp.1.000.000

Total
Rp. 5.000.000
Rp.7.500.000
Rp.11.250.000
Rp.6.125.000
Rp.39.875.000

Rp.35.000.000

Per kg
Rp.2000
Rp.3000
Rp.5.000
Rp.7.500
Rp.17.500

Biaya bahan penolong


Rp.1.500.000
Biaya tenaga kerja
Rp.1.200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.1.125.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan bulan Januari
Gambar 5.5

Rp. 4.875.000
Rp.39.875.000

Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 19X1

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi


1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-Biaya Bahan Baku
Persediaan bahan baku

Rp.5.000.000
Rp.5.000.000

7.

Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:


Barang dalam proses-Biaya Bahan Penolong
Rp.7.500.000
Persediaan bahan penolong
Rp.7.500.000

8.

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:


Barang dalam proses-Biaya Tenaga Kerja
Gaji & upah

9.

Rp.11.250.000
Rp.11.250.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:


Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik
Rp.16.125.000
Berbagai rekening yang dikredit
Rp.16.125.000

10.
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang :
Persediaan produk jadi
Rp.35..000.000
Barang dalam proses-Biaya Bahan Baku
Rp.4.000.000
Barang dalam proses-Biaya Bahan Penolong
Rp.6.000.000
Barang dalam proses-Biaya Tenaga Kerja
Rp.10.000.000*
Barang dalam proses-Biaya Overhead Pabrik
Rp.15..000.000**
2000kg x Rp.5.000 *
2000kg X Rp.7.500 **
11.
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan dalam proses yang
belum selesai diolah pada akhir bulan Januari 19X1 :
Persediaan produk dalam proses
Rp.4..875.000
Barang dalam proses-Biaya Bahan Baku
Rp.1.000.000
Barang dalam proses-Biaya Bahan penolong
Rp.1.500.000
Barang dalam proses-Biaya Tenaga kerja
Rp.1.200.000
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik
Rp.1.125.000

B.

Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, maka perhitungan biaya
produksi persatuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama adalah sama
dengan yang telah dibahas dalam contoh diatas.
Perhitungan biaya produksi persatuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif, krn produk yang
produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah produk jadi dari
departemen berikutnya, yang membawa biaya produksi dari departemen sebelumnya,maka
harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
1.
Biaya produksi dibawa dari departemen berikutnya.
2.
Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah
departemen pertama.
Contoh :
PT. Eliona Sari memiliki dua departemen produksi: Departemen A&B untuk menghasilkan
produknya. Data produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari 19X1
disajikan dalam gbr. 5.6
Departemen A
Dimasukkan dalam proses
Produk selesai yg ditransfer ke Departemen B
Produk selesai yg ditransfer ke Gudang
akhir bulan
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19X1:
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Overhead pabrik
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku
Biaya konversi

Departemen B

35.000 kg
30.000 kg
24.000kg
5.000 kg

Rp.248.000

6.000

Produk dalam proses

kg

Rp.70.000
Rp.155.000
Rp.405.000
100%
20%

Rp.0
Rp.270.000

50%

Perhitungan Harga Pokok Produksi Di Departemen A


Untuk menghitung biaya produksi persatuan yang dikeluarkan oleh departemen A, perlu dihitung
unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi departemen A dalam bln Januari 19X1 sbb:
1.
Biaya bahan baku sebesar Rp.70.000 digunakan untuk menyelesaikan produk jadi
sebanyak 30.000 kg dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya bahan baku 100%. Unit ekuivalensi biaya bahan baku :
30.000+(100%X5.000) = 35.000 kg.
2.
Biaya konversi Rp.155.000 dpt menghasilkan 30.000 kg produk jadi dan 5.000kg produk
dalam proses dgn tingkat penyelesaian biaya konversi 20%. Unit ekuivalensi biaya
konversi: 30.000 + (20%X5.000) = 31.000 kg
3.
Perhitungan biaya produksi perkilogram produk yg dihasilkan oleh dep.A dlm bln Januari
19X1 dilakukan dgn membagi tiap unsur biaya produksi dgn unit ekuivalensi.
Unsur Biaya produksi
Total Biaya Unit Ekuivalensi
Biaya produksi per kg
(1)
(2)
(3)
(2):(3)
Bahan baku
Rp.70.000
35.000 kg
Rp. 2
Tenaga Kerja
Rp.155.000
31.000 kg
Rp. 5
Overhead pabrik
Rp.248.000
31.000 kg
Rp. 8

Biaya

Total

Rp.473.000
Gambar 5.7

Rp.15

Perhitungan harga pokok produksi persatuan departemen A

Setelah biaya produksi persatuan dihitung, maka dpt dihitung harga pokok produk selesai yg akan
ditransfer ke dep. B. juga dpt dihitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Dep. A
pd.akhir bln Jan.19X1 sbb:
Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke Dep.B: 30.000 kgXRp.15
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
By.Bhn Baku
: 100% X 5.000 X Rp2=
Rp.10.000
By.Tenaga Kerja : 20% X 5.000 X Rp5=
Rp.5.000
By.overhead
: 20% X 5.000 X Rp8=
Rp.8.000
Jumlah biaya produksi Dep.A bln Jan 19X1

Rp.450.000

Rp.23.000
Rp.473.000

Perhitungan tsb kemudian disajikan di dalam laporan biaya produksi sbb:


PT.Eliona Sari
Laporan by produksi departemen A bln Januari 19X1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan

35.000 kg
30.000 kg
5.000 kg
35.000 kg

Biaya yg dibebankan Dep.A bln Jan 19X1 sbb:


Total

Per kg.

Biaya bahan baku


Biaya Tenaga kerja
Biaya Oberhead pabrik
Jumlah

Rp. 2
Rp. 5
Rp. 8
Rp. 15

Rp. 70.000
Rp.155.000
Rp.248.000
Rp.473.000

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer keDepartemen B:30.000 kg@Rp.15
Rp.450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
By.Bhn Baku
: 100% X 5.000 X Rp2=
Rp.10.000
By.Tenaga Kerja : 20% X 5.000 X Rp5=
Rp.5.000
By.overhead
: 20% X 5.000 X Rp8=
Rp.8.000
Rp.23.000
Jumlah biaya produksi Dep.A bln Jan 19X1
Rp.473.000
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A:
1.

Jurnal untuk mencatat bahan baku:


Barang Dalam Proses-Biaya bahan baku Departemen A
Persediaan Bahan Baku

2.

Jurnal mencatat biaya tenaga kerja

Rp.70.000
Rp.70.000

Barang Dalam Proses-Biaya tenaga kerja Dep.A


Gaji & upah
3.

Rp.155.000
Rp.155.000

Jurnal mencatat biaya overhead pabrik


Barang Dalam Proses-Biaya overhead pabrik Dep.A
Berbagai rekening yang dikredit

4.

Jurnal mencatat harga pokok produk jadi yg ditransfer oleh dep A ke dep B
Barang Dalam Proses Biaya bahan baku Dep.B
Brg Dalam Proses-By.bhn.baku dep A
Brg Dalam Proses-By.tenaga kerja dep A
Brg Dalam Proses-By.overhead pabrik dep A

*
**
***

Rp.248.000
Rp.248.000

Rp.450..000
Rp.60.000*
Rp.150.000**
Rp.240.000***

30.000kg X Rp.2
30.000kgXRp5
30.000ggXRp.8
5.

Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yg blm selesai diolah
dalam Dep.A pd akhir bulan Januari 19X1
Persediaan produkl dalam Dep. A
Brg Dalam Proses-By.bhn.baku dep A
Brg Dalam Proses-By.tenaga kerja dep A
Brg Dalam Proses-By.overhead pabrik dep A

Rp.23.000
Rp.10.000*
Rp. 5.000
Rp.8.000

Perhitungan Harga Pokok Produksi Di Departemen B


Kembali ke contoh soal PT.Eliona Sari, untuk menghitung biaya produksi persatuan yg ditambahkan
oleh departemen B dlm bln Januari,perlu kita menghitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi
yang ditambahkan oleh departemen B ,dgn perhitungan sbb:
Biaya konversi yg terdiri dr by. tenaga kerja & by.overhead yg ditambahkan oleh dept.B dlm bln
Januari untuk memproses 30.000 kg produk yg diterima sebesar dep A sebesar Rp.155.000, dpt
menghasilkan 24.000 kg produk jadi & 6.000 kg produk dalam proses yg tkt penyelesaian by
konversinya sebesar 50%.
Hal ini berarti bahwa biaya konversi tsb tlh digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak
24.000 kg dan 3.000 kg(6.000x50%) persediaan produk dalam proses. Dgn demikian unit ekuivalensi
by konversi adalah 27.000 kg, yg dihitung sbb: 24.000+(50%x6.000)= 27.000 kg.
Unsur
Biaya Produksi Per kg
(1)

Total biaya

Tenaga kerja
Overhead pabrik
Total

Rp.270.000
405.000
Rp.675.000

(2)

Unit Ekuivalensi
(3)
27.000
27.000

Biaya Produksi
(2): (3)
Rp.10
15
Rp.25

Gbr. Perhitungan by produksi persatuan yg ditambahkan dlm departemen B

Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang:


Harga pokok dari deprtemen A:24.000xRp.15
Rp.360.000
Biaya yang ditambahkan oleh Departemen B
600.000
(24.000XRp.25)
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Rp.960.000
(24.000XRp.40)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Harga pokok dari departemen A : 6.000XRp.15
Rp. 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep.B:
BTK: 50%X6.000XRp.10=Rp.30.000
BOH:50%X6.000XRp.15=Rp.45.000
Rp. 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dep.B
Rp.165.000
Jumlah by produksi kumulatif dep.B bln Januari 19X1
Rp.1.125.000
GBr. Perhitungan Harga Pokok Produk jadi dan Produk dalam Proses Dep.B
Perhitungan tsb.diatas disajikan dalam Laporan biaya produksi Dep.B pd gbr. Dibawah ini
PT. Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 19X1
Data Produksi
Diterima dari Departemen A
30.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
24.000 kg.
Produk dalam proses akhir
6.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan
30.000 kg
Biaya kumulatif yang dibebankan Dep.B dalm bln Jan.19X1
Total
Harga pokok dari Dep A (30.000)
Biaya yg ditambahkan Dep.B
Rp.450.000
BTK
BOH
Jml by yg ditambahkan Dep.B
Total by.kumulatif di Dep.B

Per kg
Rp.15

Rp.270.000
405.000
Rp.675.000
RP.1.125.000

Rp.10
15
Rp.25
RP.40

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yg ditransfer ke gudang 24.000 kg X @Rp.40

Rp.960.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:


Harga pokok dari departemen A Rp.15X6.000
Biaya yg ditambahkan Dep B:
BTK
BOH

Rp.165.000

Rp.90.000
30.000
45.000

Jumlah by.produksi kumulatif yg dibebankan Dep.B bln Jan.19X1

Jurnal pencatatan Biaya produksi Departemen B

Rp.1.125.000

1.

2.

3.

4.

Mencatat penerimaan produk dr. Dep A


Barang dalam proses-Biaya Bahan baku Dep. B
BDP-BBB Dep A
BDP-BTK Dep A
BDP-BOH Dep A

Rp. 450.000
Rp.60.000
Rp.150.000
Rp. 240.000

Mencatat biaya tenaga tenaga kerja:


BDP-BTK Dep B
Gaji & upah

Rp.270.000
Rp.270.000

Mencatat biaya Overhead pabrik:


BDP-BOH Dep B
Berbagai rekening di kredit

Rp.405.000
Rp.405.000

Mencatat harga pokok produk jadi yg ditransfer oleh Dep. B ke gudang :


Persediaan Produk jadi
Rp.960.000
BDP-BBB Dep B
Rp.360.000*
BDP-BTK Dep B
Rp240.000**
BDP-BOH Dep B
Rp.360.000***
* 24.000 X Rp. 15( harga pokok produksi per kg dr. Dep A)
** 24.000 X Rp. 10( BTK yang ditambahkan o/ Dep B)
***
24.000 XRp.15( BOH yg ditambahkan o/ Dep A)

5.

Mencatat harga pokok persediaan produk dlm proses yg blm selesai diolah dlm Dep.
B akhir bln Jan 19 X1:
Persediaan Produk dalam proses-dep B
Rp.165.000
BDP-BBB Dep B
Rp.90.000
BDP-BTK Dep B
Rp30.000
BDP-BOH Dep B
Rp.45.000

PEMBAHASAN VI
INFORMASI AKUNTANSI PENUH
I.

1. Konsep Informasi Akuntansi Penuh


Selalu bersangkutan dengan objek informasi, berupa : produk, keluarga produk, aktifitas,
departemen, divisi perusahaan secara keseluruhan.
Informasi akuntansi penuh :
Seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh atau seluruh sumber yang dikorbankan suatu
objek informasi.
Jadi dapat ditarik kesimpulan , Informasi Akuntansi penuh :
1. Unsur yang membentuk informasi akuntansi penuh adalah total aktiva, total pendapatan dan
total biaya.

Inf.Akt. penuh berupa aktiva disebut Aktiva penuh (Full Assets)

Inf.Akt. penuh berupa pendapatan disebut Pendapatan penuh (Full Revenues)

Inf.Akt. penuh berupa seluruh sumber yang dikorbankan disebut Biaya penuh
(Full Costs)
2. Informasi akuntansi selalu berhubungan dengan objek informasi

Dalam hubungannya dengan objek informasi, informasi akuntansi penuh


merupakan informasi akuntansi langsung ditambah dengan informasi tidak langsung yang terjadi
dalam objek informasi .

Jika informasi akuntansi penuh berupa aktiva, maka aktiva penuh adalah :
aktiva lansung ditambah dengan aktiva tidak langsung yang berhubungan dengan objek
informasi.

Jika informasi akuntansi penuh berupa pendapatan, maka pendapatan penuh


adalah : pendapatan lansung ditambah dengan pendapatan tidak langsung yang berhubungan
dengan objek informasi.

Jika informasi akuntansi penuh berupa biaya, maka biaya penuh adalah :
biaya lansung ditambah dengan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan objek informasi.
2.Perbedaan Full Accounting Information, Full Costs dan Full Costing

Full Accounting Inf. Terdiri dari unsur : Full Assets, Full Revenues dan Full Costs.
Full Cost merupakan salah satu unsur dari Full Acc.Inf.
Full Cost merupakan total biaya yang bersangkutan dengan objek informasi . Jika objek
informasi berupa produk, maka full cost merupakan total biaya yang bersangkutan dengan
produk tersebut.
Perhitungan full cost suatu produk dipengaruhi oleh metode penentuan kos produk yang
digunakan : Full costing, variable costing, activity based costing.
Full costing : merupakan salah satu metode penentuan biaya produk, yang membebankan
seluruh biaya yang berperilaku variabel maupun tetap.
Jika perusahaan menggunakan pendekatan Full costing dalam penentuan biaya produksinya
maka Full Cost:
Total Biaya produksi + Total biaya Non Produksi =
( By.Bhn Baku + By. Tenaga kerja Langsung + By Overhead Tetap + By.
Overhead Variabel ) + By.Adm & Umum + By.Pemasaran
Full Cost dengan metode penentuan cost produk Full Costing

. Variable costing :merupakan salah satu metode penentuan biaya produk, yang
membebankan hanya biaya yang berperilaku variabel.
Jika perusahaan menggunakan pendekatan Variable costing dalam penentuan biaya
produksinya maka Full Cost:
(Total Biaya produksi Var + Total biaya Non Produksi Var )+Tot.By.tetap =
( By.Bhn Baku+ By.Tenaga kerja Langsung + By Overhead Variabel + By.Adm & umum Var.
+ By.pemasaran Var. ) + By. Tetap (By.overhead pabrik tetap+by.Adm & umum tetap + By.
Pemasaran tetap )
Full Cost dengan metode penentuan cost produk Variable Costing

3.Activity Based Costing

Merupakan metode penentuan kost produk (product Costing) yang ditujukan untuk
mengajukan informasi harga produk secara cermat bagi kepentingan manajemen dengan
mengukur secara cermat konsumsi sumberdaya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk.
Dengan pendekatan activity-based costing, aktivitas pembuatan produk dibagi menjadi tiga
fase: Fase desain dan pengembangan, fase produksi dan fase dukungan logistik (logistic
support )
Jika Perusahaan menggunakan pendekatan activity based costing dalam penentuan total
produksinya maka full cost of product mencakup :
(By.Tahap desain & pengembangan) +( by tahap produksi) +(By dukungan logostik) =
(By.desain+ By.pengujian produk) +(By. Facility sustaining activity cost + By.product
sustaining activity cost + batch related activity cost + unit level activity cost ) + ( By.iklan+
By.distribusi + By. Garansi produk )
Full Cost dengan metode penentuan cost produk Activity based costing
4.Perbedaan Conventional costing method dengan Activity based costing

Full cost dan Variable cost, merupakan metode penentuan kost produk konvensional,yang
dirancang berdasarkan kondisi teknologi masa lalu.

Activity- based costing, mempergunakan teknologi informasi dalam proses pengolahan


produk dan pengolahan informasi keuangan.
Full Costing
Variable Costing
Activity-Based Costing
Biaya Produksi
By. Variabel
Unit-level activity
By.Adm& umum
By.pemasaran

Batch related activity cost


Product-sustaining activity cost
By.Tetap

Facility-sustaining activity cost

Gb. Perbedaan unsur biaya produk dalam pendekatan Full Costing,Variable costing, dan
Activity Based Costing
Tujuan

Conventional costing method


Inventory Valuation

Activity Based Costing


Product Costing

Lingkup

Tahap pruduksi

Tahap desain, tahap produksi,


dan tahap dukungan logistik

Fokus

By bahan baku, by tenaga kerja Biaya overhead pabrik


langsung
Periode
Daur hidup produk
Periode akuntansi
Teknologi
Informasi
Komputer telekomunikasi
Yang Digunakan
Metode manual
Gb. Perbedaan Conventional Costing Method dengan Activity Based Costing Method
Rincian biaya setiap jenis aktivitas desain, produksi distribusi produk dalam lingkungan manufaktur
maju adalah sbb:
1. Unit level Activity Costs

Biaya ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk

Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan.

Contoh : Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi dan biaya bahan
baku
2. Batch Related Activity Costs

Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi

Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh
fungsi produksi

Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap
order produksi

Contoh : by angkutan bahan baku dalam pabrik, by inspeksi,by oreder pembelian,by


setup cost : merupakan by yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan ekuipmen sebelum
suatu oerder produksi diproses.
3. Product Sustaining Activity cost

Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biayabiaya untuk mempertahankan produk agar tetap dipasarkan.

Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk yang diproduksi dan jumlah batch
produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual.

Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk tertentu
yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut (Product Life Cycle)

Contoh: biaya desain produk, desain proses pengolahan produk , pengujian produk.
4. Facility Sustaining Activity Costs
Biaya ini berhubungan dengan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang
dimiliki oleh perusahaan.
Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilakan pada
kapasitas normal divisi penjual.
Contoh : Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji.
5.Manfaat Informasi Akuntansi penuh

1.Pelaporan Keuangan

Pihak Intern
1. Manajemen Puncak
2. Tidak Harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim
3. Pendapatan penuh terdiri dari pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk dan
jasa kepada pihak luar dan antar divisi / intern perusahaan.
4. Pendapatan penuh dan biaya penuh dapat disajikan dengan metode Full & Variable
costing
5. Biaya penuh terdiri dari biaya langsung divisi ditambah dengan biaya biaya kantor
pusat yang dialokasikan kepada divisi.

Pihak ekstern
1.
Perusahaan lain dan publik
2.
Harus sesuai dengan prinsip yang lazim
3. Pendapatan penuh dan biaya penuh harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang
lazim dan disajikan dengan metode Full costing
2.Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)
Untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba dihitung dengan :
a.
Return On Investment/ROI/kembalian investasi :
Pendapatan penuh Biaya penuh
Aktiva Penuh
b.

Residual Income / RI
Pendapatan Penuh
Rp. XX
Biaya Penuh
Rp. XX Laba bersih
Rp. XX
Beban modal= y% X aktiva penuh
Rp. XXResidual Income
Rp. XX

3.Jawaban atas pertanyaan berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu ?
Peranan biaya penuh bagi manajemen dalam :
a. Evaluasi konsumsi sumberdaya yang dikorbanakan untuk sesuatu
b. Struktur biaya perusahaan pesaing
c. Pengambilan keputusan membeli / membuat sendiri
d. Penentuan harga jual produk/jasa
e. Biaya aktivitas bukan penambah nilai
f. Biaya daur hidup produk/jasa
g. Biaya mutu
h. Cost reimburstment
i. Inventory costing
4. Penentuan harga jual dalam Cost-type contract
Cost Type Contract : kontrak pembuatan produk/jasa, pihak pembeli setuju membeli
produk/jasa dadasarkan pada total biaya sesungguhnya oleh produsen ditambah laba sebesar
presentase dari total biaya sesungguhnya.
Biaya Penuh sesungguhnya
Laba % (XX)
Harga yang harus dibayar pembeli
5.

Penyusunan Program

XX
XY +
Z

Adalah : Proses pengambilan keputusan mengenai program-program yang dilaksanakan oleh


organisasi dan penaksiran jumlah sumber daya yang akan dialokasikan kepada setiap program
tersebut.
Penentuan harga jual normal
Harga jual = By.Produksi +By. Non Produksi + Laba yang diharapkan
Dengan pendekatan Full Costing, harga jual dihitung dengan rumus :
By.Non Produksi + Laba yang diharapkan
Mark Up = --------------------------------------------------------By. Produksi
By.Non Produksi + ( Y% X aktiva penuh )
Mark Up = --------------------------------------------------------By. Produksi

Harga jual = By.Produksi + Mark Up


Dengan pendekatan Variable Costing, rumus penentuan harga jual sbb :
Harga jual = By.Variabel + By.tetap + laba yang diharapkan
Biaya tetap + ( Y% X aktiva penuh )
Mark Up = --------------------------------------------------------By. Variabel
Hasil penjualan :
Harga jual perunit X volume
Biaya Variabel:
Biaya varibel perunit X volume
Laba kontribusi
Biaya tetap
Laba bersih yang diinginkan
Penentuan Harga jual Normal :
i.

XX
XX
XX
XX
XX

Dasar Harga
Mark up

Full Costing : Biaya penuh terdiri dari by.Produksi


dan By. Non Produksi
b.Variable Costing : Biaya penuh terdiri dari by. Variabel dan by. tetap
Penentuan harga transfer
1.Transfer atas biaya (Cost-based transfer price)
2.Transfer atas dasar harga pasar (market-based transfer price)
Penentuan harga jual yang ditentukan dengan peraturan pemerintah.

Listrik,air,telp,telegraf

Berdasar by penuh masa datang + laba yang diharapkan


Contoh :

Untuk menghasilkan air diperlukan investasi sebesar Rp. 2.000.000.000 untuk pembelian
mesin & ekuipmen serta modal kerja. Taksiran biaya produksi air Rp. 300/liter. Volume
produksi Rp. 50.000.000/thn. By.Non produksi (By. Pemasaran + By.Adm +umum) Rp.
1.100.000.000. Laba wajar 20 % dari investasi.
Ditanya:
Harga jual dan bukti perhitungan harga jual yang menghasilkan kembalian investasi semula
Jawab:
By.Adm+umum+By.Pemasaran + Laba yang diharapkan
1. Presentase Mark Up = ---------------------------------------------------------------------By.Prod penuh/unit X Volume produksi dlm unit

=
=

1.100.000.000 + (20% X 2.000.000.000)


---------------------------------------------------Rp. 300 X 50.000.000 unit
10 %

Harga jual air /liter dihitung sbb :


By. Produksi air per liter
Mark Up 100% X Rp. 300
Target harga jual air / liter
2.

= Rp. 300
= Rp. 30
Rp. 330

Perusahaan air bersih X


Lap.L/R projeksi Thn 20X1
Target pendapatan penjualan 50 jt X Rp. 330
Taksiran By. Produksi
50 Jt X Rp.330
Laba bruto
By. Adm & umum
Aktiva penuh
Kembalian aktiva

Rp. 16.500.000.000
Rp. 15.000.000.000
Rp. 1.500.000.000
Rp. 1.100.000.000
Rp.
400.000.000
2.000.000.000
20 %

PEMBAHASAN VII
INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL
( DIFFERENTIAL ACCOUNTING INFORMATION )
I.

Konsep Informasi Akuntansi Differensial


Informasi akuntansi differensial merupakan informasi akuntansi yang dihubungkan
dengan pemilihan alternatif.Informasi akuntansi diferensial merupakan taksiran
perbedaan aktiva, pendapatan, dan atau biaya dalam alternatif tindakan tertentu
dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain. Informasi ini diperlukan oleh
manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang
terbaik diantara alternatif yang tersedia.
Informasi akuntansi diferensial mempunyai dua unsur pokok :
1.
Merupakan informasi yang akan datang
2.
Berbeda diantara alternatif yang yang dihadapi oleh pengambil keputusan.

Informasi akuntansi diferensial terdiri dari biaya,


pendapatan dan aktiva. Informasi akuntansi diferensial
yang hanya berkaitan dengan aktiva disebut aktiva
diferensial (diferential assets), yang hanya berkaitan
dengan pendapatan disebut pendapatan diferensial
(diferential revenues) dan yang berkaitan dengan biaya
disebut biaya diferensial ( diferential costs).

Perbedaan biaya penuh dengan biaya diferensial

Full costs

Diferential costs

Unsur biaya

Biaya langsung + By tdk langsung

Sumber informasi

Catatan akuntansi reguler

Biaya berbeda dalam kondisi


yg berbeda.
Contoh: jika pengambilan
keputusan berkaitan dengan
pemanfaatan kapasias produksi
maka biaya diferensial yg
sangat penting dalam
pengambilan keputusan adalah
perubahan biaya dalam
hubungannnya dengan
perubahan volume kegiatan.
Dengan merancang sistem

perusahaan

Perspektif waktu
II.

Masa lalu dan masa mendatang

akuntansi yang dapat


memisahkan biaya menurut
perilakunya dan memisahkan
biaya menurut hubungan biaya
dengan cost objectives
sehingga memudahkan
penaksiran biaya diferensial
sesuai dengan masalah yang
dihadapi oleh pengambil
keputusan.
Masa mendatang

Manfaat Informasi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan


Manfaat informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka
pendek.Umummya manajemen menghadapi 4 macam pengambilan keputusan jangka pendek
yaitu :
1.
Membeli atau membuat sendiri ( Make or buy decision )
2.
Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk ( Sell or process further )
3.
Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha suatu
bagian perusahaan ( stop or continue product line )
4.
Menerima atau menolak pesanan khusus ( special order decision )
1.

Membeli atau membuat sendiri ( Make or buy decision )

Keputusan membeli atau membuat sendiri dapat dibagi menjadi dua macam :
1.
Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh perusahaan yang
sebelumnya memproduksi sendiri produknya, kemudian mempertimbangkan akan
membeli produk tersebut dari pemasok. (Tipe 1)
2.
Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh perusahaan
yang sebelumnya membeli produk tertentu dari pemasok luar, kemudian
mempertimbangkan akan memproduksi sendiri produk tersebut. (Tipe 2)

a.

Tipe 1 umumnya merupakan keputusan manajemen jangka pendek, yang tidak


menyangkut investasi jangka panjang. Dua kemungkinan yang dihadapi oleh
manajemen dalam pengambilan keputusan ini :
Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi tidak dapat dimanfaatkan jika produk
dihentikan produksinya karena manjemen memilih alternatif membeli dari luar. Untuk
pengambilan keputusan, manajemen perlu memperhitungkan pengorbanan dan
manfaat dari pemilihan alternatif membeli atau membuat sendiri. manfaat dari
pemilihan alternatif membeli dari luar yaitu besarnya biaya diferensial yang berupa
biaya yang terhindarkan (avoidable cost) jika kegiatan membuat sendiri dihentikan.
Pengorbanan dari pemilihan alternatif membeli dari luar yaitu : sebesar biaya
diferensial yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk dari pemasok
luar.
Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar lebih
menguntungkan jika dipilih.
Jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar sebaiknya
tidak dipilih.

b.

a.

b.

fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat dimanfaatkan untuk usaha lain
yang mendatangkan laba, jika produk dihentikan produksinya, karena manajemen
memilih alternatif membeli dari luar. Jika perusahaan sebelumnya membuat sendiri
kemudian mempertimbangkan akan membeli dari luar, manfaat dari pemilihan
alternatif membeli dari luar adalah besarnya biaya diferensial, yang berupa biaya yang
terhindarkan (avoidable cost) jika kegiatan membuat sendiri dihentikan dan
pendapatan diferensial dari pemanfaatan fasilitas dalam usaha bisnis lain.
Pengorbanan dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah sebesar biaya
diferensial yang berupa biaya yang dikelurkan untuk membeli produk dari pemasok
luar.
Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar lebih
menguntungkan jika dipilih. Jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan, alternatif
membeli dari luar sebaiknya tidak dipilih.
Tipe 2 umumnya merupakan keputusan manajemen jangka panjang, karena
kemungkinan menyangkut investasi dana dalam jumlah yang besar untuk pengadaan
mesin dan perlengkapan produksi.
Dua kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan ini :
Keputusan membuat sendiri tidak memerlukan tambahan fasilitas produksi, karena
manajemen dapat memanfaatkan kapasitas yang masih menganggur dari mesin dan
ekuipmen yang telah dimiliki sebelumnya.
Jika perusahaan sebelumnya membeli dari luar dan kemudian mempertimbangkan akan
membuat sendiri, manfaat dari pemilihan alternatif membuat sendiri adalah besarnya
biaya diferensial yang berupa biaya yang terhindarkan (avoidable cost) sebagai akibat
membeli produk dari pemasok luar.
Pengorbanan dari pemilihan alternatif membuat sendiri adalah sebesar biaya diferensial
yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sendiri produk tersebut.
Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membuat sendiri lebih
menguntungkan jika dipilih. Sebaliknya jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan
alternatif membuat sendiri sebaiknya tidak dipilih.
Keputusan membuat sendiri akan mengakibatkan manajemen memerlukan tambahan
investasi dalam mesin dan ekuipmen . Jika perusahaan sebelumnya membeli dari luar
dan kemudiaan mempertimbangkan akan membuat sendiri, serta memerlukan mesin
dan ekuipmen untuk memproduksi sendiri,manfaat dari pemilihan alternatif membuat
sendiri adalah besarnya biaya diferensial yang berupa biaya yang terhindarkan
(avidable cost) sebagai akibat membeli produk dari pemasok luar. Pengorbanan dari
pemilihan alternatif membuat sendiri adalah sebesar biaya diferensial yang berupa
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sendiri produk tersebut.
Manfaat bersih yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi dalam mesin
dan ekuipmen (aktiva penuh) untuk memutuskan apakah manfaat bersih yang diperoleh
sebanding dengan investasi yang akan dilakukan.

Lampiran 7-1
Berbagai kemungkinan alternatif dalam keputusan membeli atau membuat sendiri

Perusahaan sekarang
membuat dan
mempertimbangkan
akan membeli dari
pemasok luar

(outsourcing)

Membuat
atau
Membeli?

Fasilitas yang digunakan untuk membuat dihentikan


pemakaiannya
Biaya diferensial berupa biaya terhindarkan
Biaya diferensial berupa harga beli dari pemasok luar

A
B

Keputusan
Jika A > B, alternatif membeli dapat dipilih
Jika A < B, alternatif membeli tidak dapat dipilih
Fasilitas yang digunakan untuk membuat dapat disewakan
atau dioperasikan untuk kegiatan bisnis yang lain
Biaya diferensial berupa biaya terhindarkan
A
Pendapatan diferensial
B
Biaya diferensial berupa harga beli dari pemasok luar
C
Keputusan

Jika (A+B) > C, alternatif membeli dapat dipilih


Jika (A+B) < C, alternatif membeli tidak dapat
dipilih
Tidak diperlukan tambahan fasilitas produksi
Biaya diferensial : harga beli yang dapat dihindari
Biaya diferensial : biaya untuk membuat
Perusahaan sekarang
membeli dari pemasok
luar dan
mempertimbangkan
akan membuat

sendiri (in-house
sourcing)

A
B

Keputusan

Jika A > B, alternatif membuat dapat dipilih


Jika A < B, alternatif membuat tidak dapat dipilih

Diperlukan tambahan fasilitas produksi


Biaya diferensial : harga beli yang dapat dihindari
Biaya diferensial : biaya untuk membuat

A
B

Aktiva diferensial berupa investasi dalam fasilitas

Keputusan
Jika selama umur ekonomis fasilitas produksi jumlah nilai
tunai (A-B) > C, alternatif membuat sendiri dapat dipilih

Latihan soal : By. Diferensial dalam alternatif pengambilan keputusan membeli atau membuat
sendiri
1.
PT.Yogyakarta berusaha dalam perakitan. Suku cadang A dari produk rakitannya selama ini
diproduksi sendiri dalam pabriknya. Kebutuhan suku cadang tersebut berjumlah 100.000 buah
setahun.Biaya produksi suku cadang A disajikan pada gambar 7.4. Perusahaan tersebut menerima
tawaran dari perusahaan lain untuk membeli suku cadang A tersebut dengan harga Rp. 25 perbuah.
Ditinjau dari biaya, manajemen puncak perusahaan perlu mempertimbangkan keputusan membeli
suku cadang tersebut atau tetap memproduksi sendiri.
Perbuah
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja variabel
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik tetap terhindarkan
(avoidable fixed factory overhead )
Biaya overhead pabrik tetap bersama
(jion fixed factory overhead )
Jumlah biaya produksi

100.000 buah

Rp. 5
Rp.10
Rp. 3
Rp. 4

Rp. 500.000
1.000.000
300.000
400.000

Rp. 5

500.000

Rp. 27

Rp. 2.700.000

Gbr. 7.4 Biaya produksi penuh (Full Costs of production) suku cadang A
Jawab:
Manfaat :
Biaya diferensial (Biaya terhindarkan )
Biaya-biaya variabel (biaya bahan baku,biaya tenaga kerja variabel
dan overhead variabel )
Biaya tetap terhindarkan
Jumlah biaya terhindarkan jika membeli dari luar
Pengorbanan :
Biaya Diferensial
Harga beli jika membeli dari luar
Kerugian jika membeli dari luar

Rp.18
Rp. 4
Rp. 22

Rp.25
Rp. 3

Dari data tersebut jelas terlihat bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri yang
menguntungkan, karena jika membeli dari luar pengorbanan yang dikeluarkan adalah
Rp. 25 perbuah.
Sedangkan penghematan yang diperoleh ( berupa biaya
terhindarkan ) hanya sebesar Rp. 22 perbuah.
2. PT. X berusaha dalam bidang perakitan. Suku cadang A dari produk rakitannya selama ini
dibeli dari pemasok luar dengan harga Rp. 35 persatuan. Kebutuhan suku cadang tersebut
berjumlah 100.000 satuan setahun. Manajemen perusahaan tersebut mempertimbangkan

untuk memproduksi sendiri suku cadang tersebut.Taksiran biaya produksi suku cadang A jika
diproduksi sendiri disajikan dalam gambar 7.5.
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja variabel
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik tetap terhindarkan
(avoidable fixed factory overhead )
Jumlah biaya produksi

Perbuah
Rp. 5
Rp.10
Rp. 3
Rp. 9

100.000 buah
Rp. 500.000
1.000.000
300.000
900.000

Rp.

Rp. 2.700.000

27

Jawab:
Manfaat :
Biaya diferensial (Biaya terhindarkan )
Harga beli jika membeli dari luar

Rp. 35

Rp.3.500.000

27

Rp.2.700.000

Rp. 12

Rp. 1.200.000

Pengorbanan :
Biaya Diferensial
Taksiran biaya produksi suku cadang A
Keuntungan jika memproduksi sendiri

Dari data tersebut jelas terlihat bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri yang
menguntungkan, karena jika membeli dari luar pengorbanan yang dikeluarkan adalah
Rp. 35 perbuah atau Rp.3.500.000 pertahun. Sedangkan taksiran biaya produksi jika
suku cadang tersebut dibuat sendiri hanya sebesar Rp. 27 per buah Rp. 2.700.000.
2 . Menjual atau Memproses Lebih Lanjut Suatu Produk
Manajemen puncak dihadapkan pada pilihan menjual produk tertentu pada kondisinya
sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk lain yang lebih tinggi harga jualnya.
Dalam pengambilan keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan
oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif
memproses lebih lanjut dipilih.
Untuk menggambarkan manfaat informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan
menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk berikut ini disajikan contoh :
Produk A mempunyai harga jual sebesar Rp. 10.000 persatuan pada kondisinya sekarang.
Biaya penuh ( full costs ) persatuan produk A dihitung seperti disajikan pada gbr:
Persatuan
10.000 satuan
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya Adm& umum tetap

Rp. 2.000
Rp. 1.000
Rp. 1.500
Rp. 1.300
Rp.

500

Rp. 20.000.000
Rp. 10.000.000
Rp. 15.000.000
Rp. 13.000.000

Rp. 5.000.000

Biaya overhead pabrik variabel


Rp. 750
Rp. 7.500.000
Total biaya penuh persatuan produk A
Rp. 7.050
Rp. 70.500.000
Produk A mampu menghasilkan laba bersih Rp. 29.500.000 (Rp.100.000.000-Rp.70.500.000)
pada volume penjualan 10.000 satuan.

Misalnya:
Di pasar telah terjadi perkembangan baru meningkatnya permintaan customer terhadap produk
A-1 pada harga jual Rp.18.500 persatuan. Produk A-1 merupakan hasil pengolahan lebih lanjut
produk A. Jika dilihat tambahan pendapatan jika produk A diolah lebih lanjut menjadi produk
A-1, perusahaan akan memperoleh pendapatan diferensial Rp. 8.500 persatuan. Namun dalam
pertimbangan pengambilan keputusan ini, informasi pendapatan diferensial perlu ditandingkan
dengan informasi biaya diferensial.
Dalam perhitungan biaya diferensial jika alternatif pengolahan lebih lanjut produk A menjadi
produk A-1 dipilih, perlu dipertimbangkan kondisi berikut ini:
1. Apakah pengolahan lebih lanjut produk A-1 tsb memerlukan investasi pada fasilitas mesin &
ekuipmen? Jika jawabannya tidak, maka pengambilan keputusan ini bersifat jk pendek dan
informasi yang relevan untuk dipertimbangkan adalah pendapatan diferensial dan biaya
diferensial. Jika pendapatan diferensial lebih tinggi dari biaya diferensial maka alternatif untuk
mengolah lebih lanjut suatu produk dapat dipilih. Sebaliknya jika pendapatan diferensial lebih
kecil dari biaya diferensial maka alternatif untuk mengolah lebih lanjut suatu produk ditolak.
2. Jika pengolahan lebih lanjut produk A menjadi produk A-1 memerlukan investasi dalam
mesin & ekuipmen, maka hal ini menyangkut pengambilan keputusan investasi yang bersifat
jangka panjang. Dalam pengambilan keputusan ini informasi yang relevan tidak hanya
pendapatan & biaya diferensial tp menyangkut juga aktiva diferensial.
Contoh :
Misalkan pengolahan lebih lanjut produk A menjadi A-1 tersebut tidak memerlukan investasi
dalam mesin & ekuipmen, namun hanya memerlukan biaya pengolahan lebih lanjut (biaya
diferensial) sebesar Rp. 5.000 persatuan, maka perhitungan informasi akuntansi diferensial
adalah sbb:
Pendapatan diferensial
(Rp. 18.500-Rp.10.000) x 10.000 satuan
Biaya difernsial
Laba diferensial

Rp. 85.000.000
Rp. 50.000.000
Rp. 35.000.000

Lampiran 7-2
Berbagai kemungkinan alternatif dalam keputusan menjual atau memproses lebih lanjut

Tidak diperlukan
tambahan fasilitas
produksi

Menjual atau
memproses
lebih lanjut

Pendapatan diferensial

Rpxx

Biaya diferensial

Rpxx -A

Keputusan
Jika A positif, pilih alternatif memproses lebih lanjut
Jika A negatif, jangan pilih alternatif memproses lebih lanjut

Diperlukan
tambahan
fasilitas

produksi

Pendapatan diferensial
Biaya diferensial
Aktiva diferensial

Rpxx
Rpxx -A
B

Keputusan
Jika jumlah nilai tunai A selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih besar
daripada B, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya dipilih
Jika jumlah nilai tunai A selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih kecil
daripada B, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya tidak dipilih

3 . Menghentikan atau Melanjutkan Produksi Produk Tertentu atau Kegiatan


Usaha Departemen Lain
Dalam perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam keluarga produk (product line )
atau yang memilki berbagai departemen penghasil laba,
Adakalnya manajemen puncak menghadapi salah satu keluarga produknya atau salah satu
departemennya mengalami kerugian usaha yang akan diperkirakan akan berlangsung terus.
Dalam menghadapi kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan
atau tetap melanjutkan produksi produk atau kegiatan usaha departemen yang mengalami
kerugian.
Informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ini adalah biaya
difernsial dan pendapatan diferensial.
Dengan dihentikannya produksi produk tertentu atau kegiatan departemen tertentu perusahaan
akan kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan dari produk /departemen
tertentu( foregone revenues ). Pendapatan hilang ini merupakan informasi pendapatan
diferensial dan merupakan pengorbanan yang ditanggung karena pemilihan alternatif
menghentikan produksi produk atau departemen tertentu.
Dilain pihak, dengan dihentikannya usaha departemen tertentu, perusahaan menikmati manfaat
berupa biaya terhindarkan yang mrp informasi akuntansi diferensial . Jika biaya terhindarkan
(yg mrp manfaat yg diperoleh ) lebih besar dari pendapatan yang hilang ( yg mrp pengorbanan)
akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan usaha departemen tertentu, maka alternatif
penghentian sebaiknya dipilih. Jika biaya terhindarkan lebih kecil dari dari pendapatan yang
hilang akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan usaha departemen tertentu, maka
alternatif penghentian tsb tidak dipilih.
Contoh : Suatu toko memiliki 3 departemen : departemen kosmetika ,departemen pakaian,
departemen bahan kelontong. Laporan laba-rugi tiap departemen tahun anggaran 20x4
disajikan Sbb:
Kosmetika
Pakaian
Brg Kelontang
Hasil Penjualan
Rp. 50.000.000
Rp. 25.000.000
Rp.25.000.000
Biaya Variabel
Rp. 25.000.000
Rp. 10.000.000
Rp. 12.000.000
Laba Kontribusi
Rp. 25.000.000
Rp. 15.000.000
Rp. 13.000.000
Biaya tetap terhindarkan
Rp. 10.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 11.000.000
By tetap tidak terhindarkan
Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000
Jmh by tetap
Rp. 13.000.000
Rp. 13.000.000
Rp. 14.000.000
Laba (rugi) bersih
Rp. 12.000.000
Rp. 4.000.000
(Rp. 1.000.000)
Gb. Laporan Laba-rugi perdepartemen thn anggaran 20X4
Manfaat :
Biaya diferensial berupa biaya yang terhindarkan dengan ditutupnya

Kegiatan usaha Departemen barang kelontang:


Biaya variabel
Biaya tetap terhindarkan
Total manfaat (benefit)
23.000.000

Rp. 12.000.000
Rp. 11.000.000
Rp.

Pengorbanan
Pendapatan diferensial yang berupa pendapatan
Penjualan yang hilang dengan ditutupnya kegiatan
Usaha departemen barang kelontong
Rp. 25.000.000

Manfaat lebih kecil dari pengorbanan jika alternatif menghentikan kegiatan


Usaha departemen brg kelontong dipilih
Rp

2.000.000

Lampiran 7-3
Berbagai kemungkinan alternatif dalam keputusan menghentikan produksi atau kegiatan

Fasilitas produksi yang


lama dihentikan

pemakaiannya
Menghentikan atau
melanjutkan
produksi / kegiatan

Biaya diferensial:
biaya terhindarkan

Rpxx

Pendapatan diferensial:
foregone revenues

Rpxx -A

Keputusan
Jika A positif, penghentian produksi produk sebaiknya dipilih
Jika A negatif, penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih

Fasilitas produksi
lama dapat
dimanfaatkan dalam
kegiatan bisnis yang
lain

Biaya diferensial:
* Biaya terhindarkan
* Biaya kesempatan
Jumlah biaya diferensial
Pendapatan diferensial:
foregone revenues

Rpxx
Rpxx Rpxx
Rpxx A

Keputusan
Jika A positif, penghentian produksi produk sebaiknya dipilih
Jika A negatif, penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih

4.

Menerima atau Menolak Pesanan Khusus

Dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak (pesanan khusus), informasi akuntansi
adalah pendapatan diferensial dan biaya diferensial. Jika pendapatan diferensial (yaitu
tambahan pendapatan dengan diterimanya pesanan khusus tersebut) lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya diferensial (yaitu tambahan biaya karena memenuhi pesanan khusus tersebut)
maka pesanan khusus tersebut sebaiknya diterima. Dilain pihak , jika pendapatan diferensial
lebih rendah dibandingkan dengan biaya difernsial, maka pesanan khusus sebaiknya ditolak.
Contoh :
PT. Oki memproduksi produk X dalam pabrik yang berkapasitas 200.000 satuan pertahun .
Untuk tahun anggaran 20X1 perusahaan merencanakan akan memproduksi dan menjual

produk X sebanyak 150.000 satuan dengan harga jual sebesar Rp.1.250 persatuan. Anggaran
biaya untuk tahun tsb sbb:
Persatuan
Total
Biaya Variabel:
By. Produksi variabel
Rp.400
Rp.60.000.000
By.komersial variabel
120
18.000.000
Biaya Tetap:
By.Produksi tetap
300
45.000.000
By. Komersial tetap
150
22.500.000
Rp.970
Rp.145.000.000
Gb: Data biaya persatuan dan total biaya produk X
Misal perusahaan menerima pesanan khusus ( diluar pesanan yang reguler ) sebanyak 30.000
satuan produk X dari perusahaan lain. Harga yang diminta oleh pemesan Rp.750 perpesanan.
Pendapatan diferensial :
Biaya diferensial:
By. Produksi Variabel
By. Komersial Variabel

30.000 satuan x Rp.750

Rp.22.500.000

Rp.12.000.000
Rp. 3.600.000
Rp.15.600.000

Laba Diferensial

Rp. 6.900.000

Gb. Pendapatan & biaya diferensial yang dipertimbangkan dalam pengambilan


keputusan Menerima atau menolak pesanan khusus.

Berdasarkan informasi akuntansi diferensial seperti disajikan diatas maka sebaiknya PT. Oki
menerima pesanan khusus tersebut.

PEMBAHASAN VIII
INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
I.

Konsep Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban


Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban merupakan aktiva,pendapatan,dan atau biaya yang
dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap pusat pertanggungjawaban
tertentu. Dalam hubungannya dengan wewenang yang dimiliki oleh seorang manajer
Aktiva,pendapatan dan biaya dikelompokkan menjadi 2 golongan :
1.
Aktiva,pendapatan dan biaya yang terkendalikan
Yaitu : Aktiva,pendapatan dan biaya yang secara signifikan dipengaruhi oleh seorang manajer
dalam jangka waktu tertentu.
Aktiva yang terkendalikan
Aktiva terkendalikan bagi seorang manajer pusat pertanggungjawaban adalah :
Aktiva yang pemerolehan & penggunaannya berada dibawah wewenang manajer
pusat pertanggungjawaban
Aktiva yang penggunaannya berada didalam wewenang manajer pusat
pertanggungjawaban, kadangkala pemerolehan aktiva suatu pusat pertanggungjawaban berada
didalam wewenang manajer puncak
Pendapatan yang terkendalikan
Dapat diperoleh atau tidaknya pendapatan oleh suatu pusat pertanggungjawaban sangat
tergantung atas kemampuan pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan. Karena pendapatan
mudah diidentifikasikan dengan manajer yang bertanggung jawab untuk memperolehnya.
Biaya yang terkendalikan
Biaya-biaya yang terkendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang disajikan dalam
laporan biaya dan dimintakan pertanggungjawabannya.
Pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab
seorang manajer pusat pertanggungjawaban adalah sbb:
1. Jika seseorang manajer memiliki wewenang , baik dalam pemerolehan maupun penggunaan
jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut.
Contoh : manajer pemasaran yang mempunyai wewenang memutuskan media promosi dan
jumlah biayanya, bertanggung jawab penuh terhadap terjadinya biaya.
2. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui
tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut
Seorang manajer mungkin tidak mempunyai wewenang dalam memutuskan pemerolehan
barang dan jasa baik harga maupun jumlahnya namun dapat secara signifikan mempengaruhi
jumlah pemakaiannya.
Contoh : Harga dan jumlah bahan baku yang dibeli ditentukan oleh manajer bagian
pembelian, sedangkan pemakaiannya ditentukan oleh bagian produksi.Dengan menggunakan
harga standar, manajer pembelian bertanggung jawab terhadap harga pemerolehan bahan
baku. Sedangkan manajer produksi bertanggung jawab terhadap biaya bahan baku.
3. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu
melalui tindakan langsungnya sendiri, ia juga dapat dibebani biaya tersebut, jika manajemen
puncak menghendaki agar manajer tersebut membantu manajer lain bertanggung jawab
untuk mempengaruhi biaya tersebut.
Contoh : Biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab bagian bengkel.
Namun ada dua faktor yang mempengaruhi biaya tersebut : (1) efisiensi pemakaian tenaga

kerja bengkel yang menjadi tanggung jawab manajer bengkel. (2) Pemakaian mesin dan
ekuipmen yang menjadi tanggung jawab manajer bagian produksi.
2.
Aktiva,pendapatan dan biaya yang tidak terkendalikan
Aktiva,pendapatan dan biaya yang tidak terkendalikan tidak tepat untuk menggambarkan
aktiva,pendapatan dan biaya yang tidak dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer
tertentu.Tetapi istilah yang tepat yaitu terkendalikan oleh seseorang (controllable by someone)
dan terkendalikan oleh manajer lain(controllable by others)
Pemisahan aktiva, pendapatan dan biaya ke dalam aktiva, pendapatan, dan biaya yang
terkendalikan dan tidak terkendalikan selalu berhubungan dengan :
(1). Tingkat manajemen
Dalam organisasi, pada dasarnya tidak ada aktiva, pendapatan dan biaya yang tidak
terkendalikan. Aktiva, pendapatan dan biaya yang tidak terkendalikan oleh manajer tertentu, pasti
dapat dikendalikan oleh manajer lain atau manajer diatasnya dalam organisasi. Aktiva,
pendapatan dan biaya yang tidak terkendalikan oleh manajer tertentu, atau oleh manajer lain atau
manajer diatasnya merupakan aktiva,pendapatan dan biaya yang dapat terkendalikan oleh oleh
manajer departemen yang membawahinya atau manajer lain dalam organisasi.
(2). Jangka waktu
Dalam jangka waktu yang cukup panjang, semua aktiva,pendapatan dan biaya akan
terkendalikan oleh seseorang dalam organisasi, sebaliknya dalam jangka pendek hanya sedikit
aktiva,pendapatan dan biaya yang dapat dikendalikan.
Anggaran Biaya Sebagai Tolak Ukur Pengendalian Biaya
Untuk tujuan pengendalian biaya :
1. Organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga jelas wewenang dan tanggungjawab tiaptiap manajer. Anggaran menghendaki adanya organisasi yang baik, jika terjadi sesuatu yang
yang tidak sesuai dengan yang direncanakan dalam anggaran, akan dengan mudah tahu siapa
yang bertanggung jawab.
2. Anggaran biaya harus disusun sesuai dengan tingkat manajemen dalam organisasi.Tiap-tiap
manajer harus mengajukan rancangan anggaran biaya yang berada dibawah
tanggungjawabnya kemudian dikombinasikan dan diselaraskan satu sama lain oleh komite
anggaran. Jika ada perubahan terhadap rancangan anggaran tersebut maka harus
dirundingkan dan diberitahukan kepada manajer penyusun anggaran biaya sehingga
menciptakan peran serta dan komitmen dalam mencapai target yang ditetapkan.
3. Setiap manajer berpartisipasi dalam penyusunan anggaran oleh karena itu masing-masing
akan dimintai pertanggungjawaban mengenai realisasi anggarannya.
Terkendalikan Biaya Versus Variabilitas Biaya
Variabilitas biaya : perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Jika terkendalikan biaya dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan. Biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan:
1. Biaya dalam jangka pendek tidak dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer lain yang
berwenang. Biaya ini dibagi menjadi : engineered variable costs dan committed fixed
costs.
Dalam jangka pendek, engineered variable costs tidak dipengaruhi secara signifikan oleh
manajer pusat pertanggungjawaban produksi. Misalnya, karena jenis biaya ini sangat
ditentukan oleh teknologi.

Contoh : setiap mobil yang dirakit oleh departemen perakitan harus dipasang 5 roda, sehingga
biaya roda adalah enginered cost didepartemen tersebut. Bagi manajer departemen perakitan ,
biaya roda tersebut merupakan biaya tidak terkendalikan., karena biaya wewenang yang
dimiliki oleh manajer departemen perakitan tidak cukup untuk mempengaruhi secara
signifikan besarnya biaya tersebut.
Committed fixed costs adalah biaya tetap yang timbul dari pemilikan pabrik,ekuipmen.
Biaya ini tetap dikeluarkan guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
tujuan tujuan jangka panjang. Contoh: biaya depresiasi,pajak bumi dan bangunan,biaya
asuransi,sewa dll.
2. Biaya dalam jangka pendek dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer lain yang
berwenang. Biaya ini adalah biaya kebijakan. Biaya ini dibagi menjadi : Discretionary
variable costs dan Discretionary fixed costs. Biaya ini berperilaku variabel atau tetap atas
kebijakan manajemen, sehingga dalam jangka pendek biaya ini secara signifikan dipengaruhi
oleh wewenang yang dimiliki manajemen.

Egineered
variable costs

Hubungan
variabilitas
biaya
dengan
wewenang

By yg dlm
jk pendek
tidak
terkendalik
an

Committe
d fixed
costs
Discretionary
variable costs

By yg dlm
jk pendek
terkendalik
an

Discretiona
ry fixed
costs

Gbr.8.1. Hubungan biaya terkendalikan dengan variabilitas biaya

II.

Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban


Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan tahap perkembangan mutakhir cara
pengendalian biaya yang tidak hanya terbatas pada pengendalian biaya produksi saja,namun
meliputi pengendalian biaya nonproduksi. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban,
informasi akuntansi dihubungkan dengan manajer yang memiliki wewenang terjadinya informasi
tersebut untuk dimintakan pertanggungjawaban kepada manajer yang bersangkutan.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat dibagi 2 tahap perkembangan:
1.
Akuntansi pertanggungjawaban tradisional
2.
Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas (activity-based responsibility
accounting)

Akuntansi pertanggungjawaban tradisional adalah :


Suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan
biaya dan atau pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam
organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang
bertanggungjawab atas penyimpangan biaya atau pendapatan yang dianggarkan.
Akuntansi pertanggungjawabanberdasarkan aktivitas adalah :
Suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan & pelaporan
biaya dilakukan menurut aktivitas penambah dan bukan penambah nilai (Value & Non Value
Added Activities ).Digunakan dalam menghadapi lingkungan manufaktur maju (advanced
manufacturing environment)
Informasi akuntansi pertanggungjawaban dapat berupa informasi historis yang berupa aktiva,
pendapatan, biaya masa lalu. Dapat pula berupa informasi masa yang akan datang.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa yang akan datang
bermanfaat :
1. Untuk penyusunan anggaran
Informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa yang lalu bermanfaat :
1. Untuk penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
2. Pemotivasi manajer
Dalam Activity based responsibility system, informasi akuntansi manajemen-terutama biaya,
dihubungkan dengan aktivitas-penambah dan bukan penembah nilai. Informasi ini bermanfat
bagi manajemen :
1. Mengelola aktivitas, dengan cara mengarahkan usaha manajemen dalam mengurangi dan
akhirnya menghilangkan biaya bukan penambah nilai (non value added costs)
2. Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas.
Manfaat Informasi akuntansi pertanggungjawaban Tradisional :
1.Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran (role setting)
dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan.
Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan
sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang
disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya pelaksanaan perannya.
Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkannya manajer berperan dalam usaha
pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar berupa informasi
akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia
informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai sumberdaya yang
disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan dalam tahun anggaran.
Dengan demikian anggaran berisi :
informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumberdaya yang disediakan
selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan.
Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban berfungsi
sebagai : alat pengirim peran (role sending device) kepada manajer yang diberi peran dalam
pencapaian yang sasaran perusahaan, sehingga akan menimbulkan komitmen yang tinggi
dalam diri manajer untuk berprestasi sesuai yang tercantum dalam anggaran (kotak 5).

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai peran informasi akuntansi


pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran, berikut ini diuraiakan suatu model aspek
motivasi dalam perilaku individu menurut Porter-Lawler.
Kinerja (kotak 6) seorang manajer ditentukan oleh 3 faktor :
1.Kemampuan dan bakat yang tinggi dalam bidangnya (kotak 4)
2.Usaha yang tinggi (kotak 3)
3. Persepsi yang jelas mengenai peran manajer tersebut dalam pencapaian tujuan
Usaha manajer untuk berprestasi ditentukan oleh dua faktor :
1. Keyakinan manajer terhadap kemungkinan kinerja mendatangkan penghargaan (no. 2)
2. Nilai penghargaan (no.1)
Jika seorang manajer berkeyakinan bahwa kinerja mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk
diberi penghargaan , maka akan mempertinggi uasahanya, sebaliknya jika kinerja mempunyai
kemungkinan kecil untuk mendapatkan penghargaan maka hal ini akan menurunkan usaha
seseorang untuk berprestasi.
Jika seorang memperoleh kepuasan (no.9) dengan penghargaan (no.7) yang diterimanya, karena
penghargaan yang diterimanya dirasakan pantas dan adil (no.8), hal ini akan menyebabkan
meningkatkan usaha untuk berprestasi.Sebaliknya jika seseorang tidak merasakan keadilan dalam
menerima penghargaan atas kinerja yang dicapainya maka hal ini akan menurunkan usaha untuk
menghasilkan kinerja.

Nilai
penghargaan (1)

Kinerja
(6)

Usaha (3)

Kemungkinan
usaha akan diberi
penghargaan (2)

Peghargaan yang
dirasa pantas (8)

Kemampuan
dan bakat (4)

Peghargaan

(7)

Kepuasan
(9)

Persepsi
terhadap
peran (5)

Inf.Akt.Pertanggu
Inf.Akt.pertangungjawaban masa yang akan datang berperan sebagai role sending
device
ngjawaban
masa
Inf.Akt.pertangungjawaban masa yang akan datang berperan sebagai role sending device
lalu berperan
sebagai pengukur
kinerja

Inf.Akt.pertangungja
waban masa yang
akan datang berperan
sebagai role sending
device

pertangungjawab
an masa yang
akan datang
berperan sebagai
role sending
device

Gb 8.2. Model aspek motivasi dalam perilaku individu menurut Porter-Lawler dan peran
informasi akuntansi sebagai pemotivasi
2.Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut menekankan
hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
realisasinya.
Pengenadalian dapat dilakukan dengan cara memberikam peran bagi setiap manajer untuk
merencanakan pendapatan /biaya yang menjadi tanggungjawabnya, dan kemudian menyajikan
informasi realisasi pendapatan /biaya tersebut.
Dalam proses penyusunan anggaran , setiap manajer diberi peran untuk mencapai sasaran
perusahaan dan untuk memungkinkan pelaksanaan peran, ketangan setiap manajer yang diberi
peran dialokasikan berbagai sumberdaya yang diukur denagn satuan uang.pelaksanaan peran
berarti berarti konsumsi berbagai sumber daya yang harus diukur dalam satuan uang .
Informasi akuntansi yang dihubungkan dengan manajer yang memiliki peran digunakan untuk
mengukur kinerja setiap manajer. Informasi akuntansi tersebut disebut informasi akuntansi
pertanggungjawaban.
3.Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi manajer
Motivasi: proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan bertujuan.
Pemotivasi : sesuatu yang digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa seseorang untuk
melakukan tindakan secara sadar dan bertujuan.
Jika dalam struktur penghargaan ( reawrd structure) perusahaan, informasi akuntansi merupakan
bagian yang signifikan , maka informasi ini akan berdampak terhadap motivasi manajer melalui :
1. Menimbulkan pengaruh langsung terhadap motivasi manajer dengan mempengaruhi
kemungkinan usaha diberi penghargaan.(no 2). Manajer berkeyakinan bahwa kinerjanya
yang diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban (masa lalu) akan diberi
penghargaan yang sebagian besar didasarkan atas informasi masa lalu.
2. Secara tidak langsung informasi akuntansi pertanggungjawaban berdampak terhadap
motivasi melalui nilai penghargaan (no 1). Informasi akuntansi pertanggungjawaban (masa
lalu) digunakan untuk mengukur kinerja manajer.Jika struktur penghargaan sebagian besar
didasarkan atas informasi akuntansi, manjer akan memperoleh kepuasan (9). Kepusan
manajer atas penghargaan yang diterimanya dipengaruhi oleh penilaian manajer atas
penghargaan tersebut. Tinggi rendahnya kepuasan manajer atas penghargaan yang
diterimanya berpengaruh atas tinggi rendahnya nilai penghargaan (no. 1). Faktor yang
terakhir berdampakterhadap motivasi manajer untuk berusaha. (no.3).

Manfaat Informasi Akuntansi pertanggungjawabanberdasarkan aktivitas adalah :


1. Informasi akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan pegelolaan aktivitas
Manajemen dituntut untuk senantiasa melaksanakan penyempurnaan aktivitas agar customer
terjamin tidak akan dibebani dengan biaya bukan penambah nilai. Manajemen memerlukan
pemisahan aktivitas-penambah dan bukan penambah nilai dan identifikasi sumber daya yang
dikonsumsi oleh kedua tipe tersebut.
Dengan menyajikan informasi biaya yang dipisahkan kedalam biaya penambah dan bukan penambah
nilai , manajemen dapat :
1. Memperoleh informasi biaya bukan penambah nilai yang menggambarkan besarnya
pemborosan yang sekarang dialami oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan customer.
2. Memperoleh biaya bukan penambah nilai yang memungkinkan mereka memusatkan
pengendalian terhadap aktivitas bukan penambah nilai.
3. Memperoleh informasi biaya bukan penambah nilai yang memungkinkan mereka melakukan
penyempurnaan efisiensi aktifitas penambah nilai.
2.Informasi akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan pemantauan efektivitas program
pegelolaan aktivitas
Dalam lingkungan manufaktur maju, manajemen dituntut untuk melaksanakan penyempurnaan
aktivitas secara berkesinambungan, agar perusahaan memliki daya saing dalam jangka
panjang.Dengan demikian manajemen memerlukan informasi biaya aktivitas untuk memantau secara
berkesinambung program pengelolaan aktivitas. Dengan menyajikan informasi biaya yang
dipisahkan kedalam biaya penambah adan bukan penambah nilai dengan perbandingan dari tahun ke
tahun, manajemen dapat:
1.Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas.
Untuk mengurangi dan akhirnya menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai yang diwujudkan
dalam bentuk pengurangan biaya.Manajemen memerlukan perbandingan biaya penambah dan
bukan penambah nilai dari tahun ketahun.
2.Merumuskan keputusan-keputasan strategik.
Prorgam pengelolaan aktivitas memberi gambaran berupa penghematan biaya yang dapat dicapai
dalam jangka waktu tertentu, merumuskan keputusan strategik, seperti penentuan harga jual,
pemilihan teknologi manufaktur untuk menjadikan aktivitas penambah nilai lebih efisien.

III.

Perbedaan Sistem
pertanggungjawaban
System /ABC
Perbedaan
Pemusatan
pengendalian
Manajemen

Akuntansi pertanggungjawaban tradisional dgn Akuntansi


berdasarkan aktivitas /Activity based Responsibility Accounting

2.

Manfaat

a. Dasar penyusunan anggaran


b.Penilaian kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban.
c. Pemotivasian manajer

3.

Perancangan
sistem
akuntansi
pertanggungjawab
an

Didasarkan
asumsi
tentang
perilaku manusia :
a.
Pengelolaan
berdasarkan
penyimpangan (management by
exception), pengendalian operasi
secara efektif yang memadai
bPengelolaan
berdasarkan tujuan (management
by objective), menghasilkan
anggaran yang disepakati,biaya
standar,sasaran organisasi dan
rencana yang dilaksanakan
c.
Struktur
pertanggungjawaban
sesuai
dengan struktur hirarki organisasi
d. Manajer dan
bawahannya
bersedia
untuk
menerima tanggungjawab yg
dibebankan kpd mrk melalui
hirarki organisasi
e.
Sistem
akuntansi
pertanggungjawaban mendorong
kerjasama bukan kompetisi

Sistem
pertanggungjawab
an

Memiliki 4 karakter :
a. Adanya identifikasi pusat a.
Memfokuskan aktivitas
pertanggungjawaban
yang
dilaksanakan
oleh
b. Standar ditetapkan sbg tolak
beberapa manajer, menembus
ukur
kinerja
manajer
yg
batas-batas
pusat
bertanggungjawab atas pusat
pertanggungjawaban.
pertanggungjawaban terentu
b.
Maksimalisasi
c. Kinerja manajer diukur dengan
pengendalian biaya setiap
membandingkan realisasi dengan
pusat
pertanggungjawaban
anggaran
secara individual tidak selalu
d. Manajer secara individual
berarti
maksimalisasi

1.

4.

TBC
Biaya

ABC
Terhadap aktivitas yg mjd
penyebeb terjadinya biaya ,dgn
tujuan untuk menurunkan biaya
secara bersinambung
a. Mengelola aktivitas, dengan
cara
mengarahkan
usaha
manajemen dalam mengurangi
dan akhirnya menghilangkan
biaya bukan penambah nilai
( non value added cost )
b. Memantau efektivitas program
pengelolaan aktivitas.
a. Pengurangan biaya hrs mrpk
hasil dari program pengelolaan
aktivitasb. Harus memisahkan biaya
penambah nilai dan biaya bukan
penambah nilai
diperlukan agar manajemen :
- memusatkan perhatian mereka
thp pengurangan dan akhirnya
penghilangan
biaya
bukan
penambah nilai.
Menyadari
besarnya
pemborosan yg skg sdg terjadi
-Memantau efektivitas program
pengelolaan
aktivitas
dgn
menyajikan
biaya
bukan
penambah
nilai
kepada
manajemen
dalam
bentuk
perbandingan antar periode

diberi penghargaan atau hukuman


berdasarkan
kebijakan
manajemen tertinggi

pengendalian
keseluruhan.

biaya

secara

5.

Sistem Pelaporan

a.Setiap
pusat
pertanggungjawaban diberi kode
(kode
organisasi)/organization
code.
- Jenjang organisasi dibagi 3
tingkat : diireksi,departemen dan
tingkat bagian.
- Angka satu menunjukkan
jenjang
direksi,dua
jenjang
departemen,tiga jenjang bagian
b. Jenis laporan yg dihasilkan
oleh fungsi akuntansi biaya di
golongkan menjadi :
- Laporan pertanggungjawaban
biaya (responsibility cost reports)
- Laporan kos produk (cosr of
production reports).

a.Laporan biaya berdasrkan


aktivitas (activity based cost
report) yg berisi biaya penambah
dan bukan penambah nilai.
b. Landasan penting untuk
menghitung & mengidentifikasi
biaya penambah & bukan
penambah
nilai
adalah
identifikasi cost driver utk setiap
aktivitas.
cost driver : suatu faktor yg
menjadi penyebab (pendorong)
timbulnya
biaya
aktivitas
tertentu.

6.

Sistem Pengolahan
informasi
akuntansi
pertanggungjawab
an

a.Mrp
sistem
pengolahan
informasi
biaya,dgn
cara
menggolongkan,mencatat
dan
meringkas biaya dlm hub.nya dgn
jenjang
manajemen
yg
bertanggung jwb atas terjadinya
biaya.
b.Biaya-biaya digolongkan &
diberi kode
sesuai dgn tkt
manajemen yg mrpk pusat
pertanggungjawaban
c.Dipisahkan
antara
biaya
terkendalikan dan biaya tdk
terkendalikan
d.Prosedur pegumpulan data
biaya berdasar dokumen sumber
dan secara periodik
e. Pembebanan tanggung jawab
berdsarkan 3 metode:
- Berdasar kapasitas pelayanan
- Berdasar kapasitas pelayanan &
pemakaian
- Berdasar pemakaian

a.Menghilangkan aktivitas bukan


penambah nilai dgn informasi
umpan balik
untuk menilai
pengurangan
biaya
apakah
benar-benar terwujud.
b. Melakukan perbandingan
biaya
setiap
aktivitas
antarperiode
akuntansi.
Jk
aktivitas
yg
dilakukan
manajemen
efektif
maka
hasilnya dpt menurunkan biaya
aktivitas bukan penambah nilai.
c. Manajemen dapat memantau
hasil program penghapusan
aktivitas bukan penambah nilai
dan jumlah biaya yang dihemat
sampai saat tertentu.
d. Manajemen dpt memperoleh
informasi
seberapa
besar
kesempatan yg tersedia untuk
melakukan perbaikan aktivitas
dan penurunan biaya

PEMBAHASAN IX
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL
DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
I.

Perencanaan Laba Jangka Pendek

Berhasil atau tidaknya perusahaan adalah dapat melihat kemungkinan dan kesempatan
dimasa yang akan datang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karena itu tugas
manajemen untuk membuat perencanaan yang pada dasarnya kegiatan membentuk masa depan,
yang pada intinya memutuskan berbagai macam alternatif & perumusan kebijakan yang akan
dilaksanakan di masa yang akan datang.
Ukuran yang dipakai untuk melihat berhasil tidaknya manajemen perusahaan adalah laba
yang diperoleh oleh perusahaan. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor :
a. volume produk yang dijual yang langsung mempengaruhi volume produksi, volume
produksi mempengaruhi laba
b. Harga jual produk yang mempengaruhi volyme penjualan
c. Biaya yang menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki
Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunana anggaran
perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen selalu menghadapi pertanyaan what if yaitu
pertanyaan apa yang akan terjadi jika sesuatu dipilih oleh manajemen. Perencanaan laba jangka pendek dapat
dilaksanakan dengan mudah jika didasarkan pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode
variable costing.
Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek, Hubungan antara biaya, volume & laba memegang
peranan penting karena merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan &
biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Manajemen
mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume penjualan,
biaya variabel dan atau biaya tetap yang akhirnya akan berdampak terhadap laba bersih. Dampak terhadap laba
bersih ini yang menjadi salah satu pertimbangan penting manajemen dalam memutuskan berbagai usulan kegiatan
dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses penyusunan anggaran
dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek yaitu:
1. Impas
Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama dengan nol. Paramater ini
memberikan informasi kepada manajemen, dari jumlah target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa
pendapatan penjualan minimum yang harus dicapai agar usaha perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Margin of safety
Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu
maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi.
3. Shut down point
Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis sebaiknya ditutup karena
pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tunai saja.
4.
5.

Degree of operating leverage


Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan penjualan mengakibatkan
perubahan laba bersih.
Laba kontribusi perunit (Contribution margin)
Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya yang langka untuk
memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. (Kelebihan pendapatan penjualan
di atas biaya variabel)

Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen dalam
mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial
untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual & biaya terhadap laba perusahaan.
Analisis impas & analisis biaya-volume-laba merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan
laba jangka pendek.

Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini diberikan
Contoh 1 .
Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected Income Statement ) untuk tahun
anggaran 20X2 sbb:
PT. X
Laporan Laba Rugi Projeksian
Tahun Anggaran 20X2
Jumlah
Pendapatan penjualan
Rp. 500.000.000
Biaya Variabel
300.000.000
Laba kontribusi
Rp. 200.000.000
Biaya tetap
150.000.000
Laba bersih

Rp.

50.000.000

%
100%
60%
40%
30%
10%

Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun dengan metode variable
costing yang membantu manajemen puncak dalam mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh
manajemen menengah. Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut penambahan / pengurangan volume
kegiatan.
Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen dapat memperoleh
pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu :
1.

Impas
Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp. 500.000.000, dari target
tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan minimum yang harus dicapai perusahaan
untuk tahun anggaran yang akan datang agar tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas dapat dihitung
sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp. 500.000.000 / 40 % ). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target
pendapatan penjualan (revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan harus
dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.
Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan baru dapat
menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh
kesempatan untuk mendapatkan laba.

2.

Margin Of Safety
Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa jumlah maksimum
penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut tidak mengakibatkan
perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi
margin of safety dari anggaran laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1.
karena impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan
yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 Rp.
375.000.000 ) atau 25% (Rp. 125.000.000/Rp.500.000.000).
- Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh laba, semakin kecil
margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan target pendapatan penjualan.
- Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan pendapatan penjualan
sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan sedikit diatas 25% telah menyebabkan
perusahaan menderita kerugian.

3.

Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )


Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk
menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp.
150.000.000, 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar
Rp.250.000.000 ( 100.000.000/40%). Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000,
usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan dibawah jumlah
terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.

4.

Degree of Operating Leverage


Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak terjadinya sekian persen
perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL dihitung adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp.
50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan 4% (4X1%)
kenaikan laba bersih.
Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5% maka dalam tahun
anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan 20% (4X5%).

5.

Laba kontribusi perunit


- Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel
- Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba.
- Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup
biaya tetap & untuk menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume penjualan. Jika
informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce
resources), manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan
laba. Informasi ini memberikan landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba
tertinggi.
Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:
Volume penjualan
Pendapatan penjualan
Biaya Variabel
Laba kontribusi
Biaya tetap
Laba bersih
Laba kontribusi perunit

Produk

A
500
Rp.700.000
300.000
Rp.400.000

B
300
Rp.500.000
500.000
Rp.300.000

C
200
Rp.1.000.000
600.000
Rp.400.000

Rp. 800

Rp. 1.000

Rp. 2.000

Konsumsi Jam
mesin perunit
Produk

(1)
A
B
C

Jumlah produk
yang
dihasilkan
perjam mesin
1: (1)
(2)

5
10
25

0,20
0,10
0,04

Contribition
margin perunit
produk

Total
1000
Rp. 2.500.000
1.400.000
Rp.1.100.000
800.000
Rp. 300.000
Rp. 1.100

Contribition
margin Per
jam mesin
(2) X (3)

(3)
Rp. 800
1000
2000

(4)
160
100
80

Peringkat
kemampuan
produk dalam
memanfaatkan
sumberdaya
yang langka
(5)
1
2
3

Gbr. 9.1. Laba kontribusi perunit sumber daya yang langka


Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi perunit sebesar Rp.2000 yang
memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap & untuk
menghasilkan laba. Kemampuan produk dalam menutup biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya
atas dasar informasi laba kontribusi perunit, namun diukur dari laba kontribusi perunit yang dihubungkan
dengan pemanfaatan sumber daya yang langka.Contoh dapat dilihat pada gbr. 9.1
Dari gambar tersebut ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam kemampuan memanfaatkan
sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba. Setiap jam mesin
yang dimanfaatkan untuk memproduksi produk A mampu menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp. 760 per
jam mesin.

II.

Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek

1. Impas
Impas (break-even) adalah:
a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya
c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.
d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
menderita rugi dan laba sama dengan 0
Ada 2 cara untuk menentukan impas :
a.Pendekatan teknik persamaan
b. Pendekatan grafis
a. Pendekatan teknik persamaan
Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada
persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.Atau laba adalah sama dengan
pendapatan penjualan dikurangi biaya. Dapat dinyatakan dalam persamaan sbb:
Y=cx-bx-a
Keterangan :
y=laba
c=harga jual persatuan
x=jumlah produk yang dijual
b=biaya variabel persatuan
a=biaya tetap
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode variable costing,
persamaan tersebut sbb:
Pendapatan penjualan
cx
Biaya variabel
bx _ _
Laba kontribusi
cx-bx
Biaya Tetap
a __
Laba bersih
y
Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah
biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:
0 = cx - bx
cx = bx + a
Persamaan tersebut diselesaikan sbb:
cx bx = a
x(c-b) = a
x = a / (c-b)
Keterangan :
cx = bx + a
Pendapatan penjualan = biaya
cx bx = a
Laba kontribusi = biaya tetap
x = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih antara
harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan
X adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas
Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :

Impas dlm (Q) =


Biaya tetap
Harga jual persatuan Biaya variabel persatuan

Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus
impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan produk.
Jadi rumus perhitungan impas dalam rupiah penjualan adalah sbb:
Impas dalam (Rp)

Biaya Tetap
Biaya variabel per satuan
1Harga jual per satuan

Catatan : 1 - b/c disebut marginal income ratio atau contribution margin ratio. Yaitu
hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.
Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:
Impas (Rp) =
Biaya tetap
_
Contribution margin ratio
Impas dalam (Rp)

Biaya Tetap
Biaya variabel
1Pendapatan penjualan

Contoh 2:
Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia
menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tersebut permalam
Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan dua orang, dengan upah Rp.
1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif sebesar Rp. 2,50 perorang untuk setiap
sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan yang dibebankan kepada pemakai jasa adalah
sebesar Rp 25 persepeda semalam. Perhitungan proyeksi laba permalam apabila 500
sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda pak Amat disajikan sbb:
Pendapatan penjualan jasa titipan
sepeda
Biaya variabel:
Upah insentif untuk dua karyawan
Laba kontribusi
Biaya tetap:
Sewa tempat titipan
Upah dua orang karyawan
Laba bersih

500 X Rp.25
500 X 2 X Rp.
2.50

JUMLAH
Rp. 12.500

%
100

2.500

_
20
_
80

Rp. 10.000

Rp. 1.500
2.000 +
Rp. 3.500
28
Rp. 6.500
52

Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus
masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan tersebut tidak
mengalami kerugian. Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar
usaha pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :

Impas ( dlm kuantitas ) =


Biaya tetap
Harga jual persatuan By Variabel persatuan

= 3.500 _ = 175
25-5
Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka usaha
pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam, sehingga usaha
tersebut tidak mengalami kerugian.
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha titipan sepeda
sbb:
Impas (Rp)

=
Biaya tetap
Contribution Margin ratio
= 3.500 _
80%

= Rp.4.375

Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan
sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari pendapatan penjualan
jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya yang dikeluarkan malam ini.
Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah mendatangkan laba 80% (contribution
margin ratio) dari uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda yang diterimanya.
Bukti bahwa pada pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sebanyak
Rp.4.375 usahanya belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat diikuti dalam
perhitungan sbb:
Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda
175 x Rp.25
Biaya variabel
175 x Rp. 5 =
Laba kontribusi
Biaya tetap
:
Sewa tempat titipan
Rp. 1.500
Upah dua orang karyawan
Rp. 2.000

=
Rp. 4.375
Rp. 875
Rp. 3.500
Rp. 3.500
0

Contoh 3:
PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1 adalah
sbb:
Kg
Sediaan awal
100
Rencana produksi
1.100
1.200
Rencana penjualan
1.000
Sediaan akhir
200
Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1
Biaya variabel standar per kg

produk :
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja variabel
Biaya overhead variabel
Jumlah biaya produksi variabel
Biaya administrasi & umum
variabel
Biaya pemasaran variabel
Jumlah biaya variabel
Biaya tetap pertahun terdiri dari :
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya pemasaran tetap
Biaya administrasi & umum
Jumlah biaya tetap setahun

Rp. 10.000
7.000
8.000
Rp. 25.000
10.000
8.000
Rp.43.000
Rp.37.400.000
15.000.000
25.000.000
Rp.
77.400.000

Harga jual produk Rp. 172.000 per


kg
PT. ELIONA
Laporan Laba-Rugi Tahun 20x1 Projeksian
Pendapatan penjualan
Biaya variabel:
Sediaan awal
Biaya produksi variabel
Sediaan akhir
Biaya non produksi variabel:
By. pemasaran variabel
By. administrasi & umum
variabel
Jumlah biaya variabel
Laba kontribusi

1000 X Rp
172.000
100 X Rp. 25.000
1.100 X Rp.
25.000

Rp. 2.500.000
Rp.27.500.000
Rp.30.000.000
5.000.000
Rp. 25.000.000

Jumlah
Rp.
172.000.000

%
100
%

Rp.
43.000.000
Rp.
129.000.000

25%
75%

200 X Rp. 25.000


8.000.000
10.000.000
1.000 X Rp.8.000
1.000 X Rp.10.000

Biaya tetap:
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya pemasaran tetap
Biaya administrasi & umum
tetap
Jumlah biaya tetap
Laba bersih

Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :

Rp. 37.400.000
15.000.000
25.000.000

Rp.
77.400.000
Rp.
51.600.000

Impas (Rp) = Rp. 77.400.000 = Rp.103.200.000


75 %
Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn 20X1,minimum
PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar Rp.103.200.000 agar
perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk minimum yang harus dijual
agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka :
Impas (kg) =
Rp.77.400.000
Rp.172.000 Rp. 43.000

= 600 kg

Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan memperoleh laba


sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap seluruhnya telah tertutup
dari penjualan 600 kg tersebut.
Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada volume
penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun anggaran 20X1
untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000. Maka Perencanaan volume
penjualan dihitung sbb:
Volume penjualan = Biaya tetap + Laba yang diinginkan
Contribution

Margin

ratio

Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat menghasilkan
laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb:
Volume penjualan (Q) = 77.400.000 + 90.000.000
127.000 43.000

= 1,297 kg

Volume penjualan (Rp) = 77.400.000 + 90.000.000 = Rp. 223.200.000


75 %
Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297 kg atau
dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp. 90.000.000
b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis
Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan titik
impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar
menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan
pendapatan.
Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar
X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk volume
penjualan sebesar X maka :
Pendapatan penjualan = cx
Biaya variabel
= bx
Biaya tetap
=a
Contoh 4

Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa :


Harga jual produk persatuan (c)
= Rp. 172.000
Biaya variabel persatuan (b)
= Rp. 43.000
Biaya tetap pertahun (a)
= Rp. 77.400.000
Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya
variabel,biaya tetap dan total biaya disajikan berikut ini:
Angka Rupiah Dalam Ribuan
Volume
Pendapatan
Penjuala
Penjualan
n
x
cx
1.000 Rp.172.000
800
137.600
600
103.200
400
68.800
200
34.400

Biaya
Variabel

Total Biaya

Laba
(Rugi)

a
a+bx
Rp. 77.400 Rp.120.400
77.400
111.800
77.400
103.200
77.400
94.600
77.400
86.000

cx-(a+bx)
Rp. 51.600
25.800
0
(25.800)
(51.600)

Biaya tetap

bx
Rp. 43.000
34.400
25.800
17.200
8.600

Apabila data diatas disajikan dalam bentuk grafik, maka akan tampak pada gambar 9.2
172.000.000

Pendapatan &
Biaya (juta rupiah)
Garis pendapatan
penjualan
Titik
Impas

Laba

120.400.000

Garis total biaya


100

Garis biaya tetap

80
Rugi

600

Volume Penjualan

Gambar 9.2. Grafik


Impas
Impas Dalam Lingkungan Manufaktur Maju
Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai dengan
berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi biaya overhead
pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan peusahaan melakukan diversifikasi
produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin besarnya proporsi biaya overhead yang
tidak berkaitan dengan unit produk yang diproduksi (non unit related overhead costs).
Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju digambarkan pada gambar 9.3.

Facilitysustaining
activity cost
Productsustaining
activity costs

Non-unit related
costs

Batch-related
activity costs
Unit-level
activity costs

Non-unit related
costs

Gambar 9.3. Unsur Unit-Related dan Non-Unit-Related


Costs dalam Biaya Produk

Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead costs) dengan
proporsi yang berbeda-beda.
Beda perhitungan impas konvensional dengan activity based costing terletak pada unsur
biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hibungannya dengan unit level activities
saja.
Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
K = a + bx
Keterangan :
K = total biaya
a = total biaya tetap
b = biaya variabel perunit
x = unit level activities
Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya terdiri dari biaya
tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Keterangan :
k = Total biaya
a = facility sustaining activity cost
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba berdasarkan activity
based costing adalah :
Y = cx1 - a b1x1 b2x2 b3x3
Keterangan :
Y
= laba

cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual yang
ditunjukkan oleh unit level activities)
a
= facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan activity based costing
:
X = a + b2x2 + b3x3
c-b1
Keterangan :
x= volume penjualan pada kondisi impas
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Contoh 5
PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut :
Biaya variabel perunit
Rp. 12.000
Biaya tetap setahun
Rp. 100.000.000
Harga jual produk perunit
Rp. 20.000
Impas dengan pendekatan konvensional :
Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional yaitu :
Impas = Biaya tetap
= Harga jual perunit biaya variabel perunit
= 100.000.000 _
20.000 - 12.000
= 12.500 unit
Impas dengan pendekatan activity based costing
Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih lanjut seperti
disajikan berikut:
Jenis biaya
Jumlah cost driver
Unit level activity costs
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik variabel

Cost driver

Biaya/unit
Rp. 6.000
Rp. 5.000
Rp. 500

Biaya pemasaran variabel

Rp. 500
Rp. 12.000

Unit yg dijual
Batch related activity costs
Product sustaining activity costs
Facility sustaining activity costs

20
1.000

jam setup
jam rekayasa

Rp. 1.000.000
Rp. 30.000
Rp. 50.000.000

Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :


Batch related activity costs
20 x Rp. 1.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000
Facility sustaining activity costs
Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing

Rp. 20.000.000
30.000.000
50.000.000
Rp.100.000.000

Impas = Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related
activity costs
Harga jual/unit Unit level activity cost
=
=

Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)


Rp. 20.000 Rp. 12.000
12.500 unit

2. Margin Of Safety
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan
minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan
dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu,
akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume
penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of
safety.
Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran 20X1
sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada volume
penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin Of Safety adalah sebesar Rp.
68.800.000 (Rp. 172.000.000 Rp. 103.200.000). Atau jika dinyatakan dalam persentase
dari angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp. 68.800.000 /
Rp.172.000.000).
Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan
yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi atau dengan
kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan
volume penjualan yang direncanakan,yang tidak mengakibatkan kerugian. Dari data diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun 20X1 yang dianggarkan
tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah sebesar
Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan
dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )

Laba =

Profit volume ratio

Margin of safety ratio

Laba =
Laba kontribusi x
Margin of safety
Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan

Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :


Laba = 75 % x 40 % = 30 %
Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :
M/S ratio =
Profit ratio
Profit-volume ratio

Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%


75%

3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )


Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha dilakukan
dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash cost atau out
atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang
memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam pengambilan keputusan untuk
menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari saku (out of pocket
cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa
yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati samapai sekarang). Contoh biaya terbenam
adalah biaya depresiasi,amortasi dan deplesi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya
tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan
dapat dilakukan dengan mencari perpotongan antara garis pendapatan penjualan dengan
garis biaya tunai dalam grafik impas.
Contoh 8
Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut terdiri dari biaya
keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam ( sunk cost ) sebesar Rp.
12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi (accounting profit ,
yaitu pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya biaya, baik terbenam maupun biaya
keluar dari saku ).
Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai
_
Contribution margin ratio
Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000
75%
Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:

Titik penutupan usaha =


64.500.000
172000 43.000

= 500 kg

Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus dihentikan jika
penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp. 86.000.000 atau 500 kg.

4. Degree Of Operating Leverage (DOL)


Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan
penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini,
manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang
menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :
DOL = Laba kontribusi
Laba bersih
Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan demikian
setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui dengan cepat dampak perubahannya
terhadap laba bersih dengan menggunakan degree of operating leverage .
PT. Eliona
Laporan Laba rugi projeksian
Pendapatan penjualan
Biaya variabel

Rp. 172.000.000
43.000.000

Laba kontribusi

Rp. 129.000.000

Biaya tetap
Laba bersih

Rp.

77.400.000
51.600.000

Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp. 172.000.000, DOL
perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp. 129.000.000 / Rp. 51.600.000).
Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran mengusulkan
promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan
volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan
kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X 5 %)
DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan impas. Misalnya
PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan laba rugi dan
DOL dapat dilihat seperti berikut ini:
Pendapatan penjualan
Biaya variabel
Laba kontribusi

Biaya tetap
Laba bersih

Rp. 108.360.000
27.090.000
Rp. 81.270.000

Rp.

77,400.000
3.870.000

Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada tingkat penjualan Rp.
108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami penurunan sebesar 42 % (21 X
2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba rugi berikut:

Pendapatan penjualan
Biaya variabel
Laba kontribusi

Perubahan

Rp. 106.192.800
26.548.200

-2 %

Rp. 108.360.000
27.090.000
Rp.

Biaya tetap
Laba bersih

Pendapatan penjualan
turun 2%

81.270.000

Rp.

77.400.000
Rp.

3.870.000 Rp.

79.644.600

77.400.000
2.244.600

-42%

Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp. 1.625.000 atau sebesar
42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000).

PEMBAHASAN X
PENGENDALIAN MUTU
A.

Konsep Mutu

Definisi dan sejarah pengendalian kualitas


Kualitas diartikan sebagai derajat / tingkat produk atau jasa dapat memenuhi keinginan
pengguna / konsumen.
Mutu adalah ukuran relatif kebaikan suatu produk. Produk bermutu (quality product ) adalah
suatu produk yang memenuhi harapan konsumen.
Produk bermutu (Quality Product) merupakan salah satu keunggulan perusahaan dalam
menempati posisi tertentu dalam persaingan tertentu. Konsep mutu dapat dibagi menjadi 2
golongan:
1. Mutu desain ( quality Of Design ), merupakan fungsi spesifikasi produk. Semakin banyak
spesifikasi produk yang dimasukkan kedalam mutu, menyebabkan biaya produksi tinggi
sehingga harga jual menjadi tinggi.
2. Mutu Kesesuaian ( Quality Of Conformance ),adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu
produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi mutu yang yang telah ditetapkan..
Pengendalian Kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas
produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan
perbaikan yang sesuai apabila ada perbedaan dengan standar.
Jadi ada 3 aktifitas di dalam pengendalian kualitas:
a. Pengamatan
b. Membandingkan dengan standar
c. Tindakan perbaikan
Prinsip-prinsip pengendalian kualitas pertama kali dikembangkan tahun 1923 oleh Walter A.
Shewhart di The Bell Telephone Laboratories. Buku pertama pengendalian kualitas
dipublikasikan oleh Shewhart pada tahun 1931 dengan judul Economic Control of Quality of
Manufactured Product. Teknik-teknik dan standardisasi pengendalian kualitas semakin
berkembang luas pada era perang dunia II. Pada tanggal 16 Februari 1946 dibentuk American
Society for Quality Control.
TOTAL QUALITY MANAGEMENT
Definisi TQM
TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. TQM
berupaya memaksimumkan daya saing perusahaan melalui perbaikan terus menerus atas produk,
jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
Sejarah TQM
1946 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming menyampaikan seminar 8 hari
mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur, dan para eksekutif perusahaan Jepang.
1951 1954, periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality Qontrol)
1955 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan istilah CWQC ( Company
Wide Quality Control )
1961 sekarang, periode pemantapan dan pengembangan. Prof.DR.Kaoru Ishikawa
memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)
Prinsip dan Unsur TQM
Prinsip-prinsip TQM:

a.
b.
c.
d.

Kepuasan pelanggan
Partisipasi
Manajemen berdasar fakta
Perbaikan berkesinambungan

Unsur-unsur TQM:
a. Pelanggan (internal dan eksternal)
b. Obsesi terhadap kualitas
c. Pendekatan Ilmiah
d. Komitmen jangka panjang
e. Kerjasama tim
f. Perbaikan sistem berkelanjutan
g. Pendidikan dan Pelatihan
h. Kebebasan terkendali
i. Kesatuan tujuan
j. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Konsep Pelanggan
Pelanggan Eksternal adalah orang / pihak yang menggunakan produk / jasa perusahaan.
Pelanggan Internal adalah orang / pihak yang menggunakan produk /jasa hasil kerja dari orang /
pihak yang berada dalam perusahaan.
Beberapa cara pemantauan atau pengukuran terhadap kepuasan pelanggan:
a. kotak saran
b. ghost shopping
c. analisa pada pelanggan yang berhenti
d. survey
e. dll
Keterlibatan Karyawan (Employee Involvement)
Sangat penting bagi manajemen untuk mengetahui dan menyesuaikan antara keinginan karyawan
dengan tujuan perusahaan. Dan salah satu keinginan karyawan adalah dilibatkan dan
diberdayakan pada semua tingkat organisasi dalam proses pemecahan masalah. Karena dua
kepentingan itulah, maka proses keterlibatan karyawan perlu dilakukan terutama menyangkut
masalah kualitas.
Beberapa metode keterlibatan karyawan:
a. Brainstorming
b. Gugus kualitas
c. Kotak Saran
d. MBWA (management by walking around)
Ada satu faktor penting dalam proses keterlibatan karyawan, yaitu penghargaan atas prestasi
kerja. Penghargaan harus dilakukan sebagai salah satu alat motivasi agar karyawan bersedia
menyumbangkan seluruh kemampuannya bagi pencapaian tujuan bersama.
Perbaikan Berkesinambungan
Dalam istilah Jepang dikenal dengan nama Kaizen.
Titik awal perbaikan adalah menyadari akan adanya masalah. Karena itu masalah harus diangkat
ke permukaan dan diselesaikan secepat mungkin, bukan dibiarkan atau bahkan dipendam.
Perasaan cepat puas atas apa yang telah tercapai merupakan musuh besar dari filosofi Kaizen.
Ada 5 aktivitas pokok dalam Kaizen:
a. Komunikasi
b. Memperbaiki kesalahan yang nyata. Gunakan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action)

c. Memandang ke hulu. Gunakan diagram sebab-akibat (Fishbone Diagram)


d. Dokumentasi
e. Memantau perubahan
B. Biaya Mutu ( Quality Cost )
Biaya mutu (Quality cost) adalah biaya yang bersangkutan dengan penciptaan,
pengidentifikasian,perbaikan dan pencegahan produk cacat.
Biaya mutu diperlukan oleh manajemen dalam melakukan perencanaan,pengendalian dan
pengambilan keputusan tentang mutu produk. Manajemen perlu memahami biaya mutu (quality
cost ) yang merupakan biaya yang terjadi karena adanya atau kemungkinan mutu produk yang
rendah.
Biaya mutu dapat dibagi menjadi empat kelompok:
1. Biaya pencegahan ( Prevention Cost )
Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya cacat dalam produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaa /biaya-biaya yang berhubungan dengan upaya pencegahan
kegagalan internal maupun eksternal. Tujuan dikeluarkan biaya pencegahan ini adalah untuk
menurunkan kuantitas produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditetapkan,
sehingga menurunkan biaya kegagalan.
Contoh Biaya pencegahan adalah :
a. Perencanaan kualitas : Biaya biaya yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan
kualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan prosedur-prosedur yang diperlukan
untuk mengkomunikasikan rencana kualitas keseluruh pihak yang berkepentingan.
Contohnya : biaya perencanaan mutu,
b. Tinjauan ulang produk baru ( New product Review ) : Biaya biaya yang berkaitan
dengan rekayasa keandalan (reliability engineering) dan aktivitas-aktivitas lain yang
terkait dengan kualitas yang berhubungan dengan pemberitahuan desain baru.Contonya:
biaya pelaporan mutu , biaya penelaahan terhadap terhadap desain produk, gugus kendali
mutu (quality cicle).
c. Pengendalian Proses : Biaya biaya inspeksi dan pengujian dalam proses untuk
menentukan status dari produk.
d. Audit kualitas : Biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi atas pelaksanaan aktivitas
dalam rencana kualitas secara keseluruhan.Contohnya : biaya rekayasa mutu
e. Pelatihan ; biaya biaya yang berkaitan dengan penyiapan dan pelaksanaan programprogram pelatihan yang berkaitan dengan kualitas.Contohnya : biaya program pelatihan
mutu
2. Biaya penilaian ( Appraisal Cost ) yaitu : biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menentukan
apakah produk & jasa sesuai ( derajat konformansi ) dengan persyaratan kualitas ( spesifikasi
yang ditetapkan ).
Contoh biaya penilaian adalah :
a. Inspeksi dan pengujian kedatangan material : biayabiaya yang berkaitan dengan
penentuan kualitas dari material yang dibeli, apakah melalui inspeksi pada saat
penerimaan, dilakukan oleh pemasok, atau inspeksi yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Contohnya : biaya pengujian bahan baku, biaya inspeksi pembungkusan, verifikasi
pemasok, pengujian dilapangan, biaya penilaian pemasok
b. Inspeksi dan pengujian produk dalam proses: biaya-biaya yang berkaitan dengan
evaluasi tentang kesesuaian produk dalam proses terhadap persyaratan kualitas
(spesifikasi) yang ditetapkan.

c. Inspeksi dan pengujian produk akhir: biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi
tentang kesesuaian produk akhir terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang
ditetapkan.
d. Audit kualitas produk: biaya-biaya untuk melakukan audit kualitas pada produk dalam
proses atau produk akhir. Contohnya biaya aktivitas pengawasan. Product Acceptance
adalah pengambilan sampel dari satu batch produk jadi untuk menentukan apakah produk
dalam batch tersebut memenuhi mutu yang telah ditetapkan. Process Acceptance adalah
pengambilan sampel dari proses produksi yang sedang berjalan untuk melihat apakah
proses produksi berjalan dalam kendali dan tidak menghasilkan produk cacat..
e. Pemeliharaan akurasi ( ketepatan, ketelitian ) peralatan pengujian : biaya-biaya
dalam melakukan penyesuaian untuk mempertahankan akurasi pengukuran dan peralatan.
f. Evaluasi stok : biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian produk dalam penyimpanan
untuk menilai degradasi ( penurunan tingkat ) kualitas.
3. Biaya kegagalan intern (internal failure costs) yaitu : biaya-biaya yang berhubungan
dengan kesalahan atau terjadinya ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah
ditetapkan namun sudah dapat ditemukan (dideteksi ) sebelum produk sampai ke konsumen.
Contohnya :
a.
Scrap : biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material dan overhead pada
produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki kembali.
b.
Pekerjaan ulang (rework): biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan
(mengerjakan ulang) produk guna menentukan penyebab-penyebab kegagalan .
c. Analisis kegagalan (Failure Analysis): biaya yang dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan
pengujian ulang produk yang telah mengalami pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
d.
Inspeksi ulang dan pengujian ulang (reinspection and retesting) : biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami
pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
e.
Down grading : selisih antara harga jual normal dan harga yang dikurangi karena
alasan kualits.
f. Avoidable Process Losses : biaya-biaya kehilangan yang terjadi, meskipun produk itu
tidak cacat.
4. Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure costs) yaitu : biaya-biaya yang berhubungan
dengan kesalahan atau terjadinya ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah
ditetapkan namun sudah dapat ditemukan (dideteksi ) setelah produk sampai ke konsumen.
Contohnya :
a.
Jaminan (Warranty): Biaya yang dikeluarkan untuk penggantian atau perbaikan
kembali produk yang masih berada dalam masa jaminan.
b.
Penyelesaian keluhan (complaint adjustment) : biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk penyelidikan dan penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.
c.
Produk dikembalikan (Returned Product) : biaya-biaya yang berkaitan dengan
penerimaan dan penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.
d.
Allowances : biaya-biaya yang berkaitan dengan konsesi pada pelanggan karena
produk yang berada dibawah standar kualitas yang sedang diterima oleh pelanggan atau
yang tidak memenuhi spesifikasi dalam penggunaan.
Mengukur Biaya mutu (Quality cost)
1.

Metode pengganda; Biaya total produk gagal adalah beberapa kali lipat
dari biaya produk gagal yang diukur.

2.

Metode penilaian pasar : survai para tenaga penjual terhadap konsumen


tentang pengaruh mutu yang jelek.
3.
Metode rugi mutu Taguchi : setiap variasi nilai target dari karakteristik
mutu akan menimbulkan biaya mutu yang tersembunyi.
Rumus Taguchi : L (Y) = k(y-T)2
Di mana :
k = (konstanta), konstanta proporsionalitas yang besarnya tergantung pada struktur biaya
produk gagal eksternal.
y=(yield), nilai aktual dari karakteristik mutu
T=(target), nilai target dari karakteristik mutu
L=(loss), rugi mutu
Contoh perhitungan :
k=Rp.400 T= 10 inci diameter, unit dihasilkan 2.000, deviasi kuadrat rata-rata 0,025. Maka
biaya per unit yang diharapkan adalah Rp.10(0.025)xRp.400= Rp. 20.000 adalah total
kerugian untuk 2.000 unit.
Unit
1
2
3
4

y
(y-T)
9.9
-0,10
10,1
0,10
10,2
0,20
9.8
-0,20
Total
Rata-rata

(y-T)2
0,010
0,010
0,040
0,040
0,100
0,025

K(y-T)2
4,00
4,00
16,00
16,00
40,00
10,00

Laporan Biaya Mutu


Laporan biaya mutu sesungguhnya berisi setiap kategori biaya mutu yang dihubungkan dalam
bentuk persentase dari pendapatan penjualan. Contoh laporan biaya mutu disajikan seperti
berikut ini:
PT. ELOK
Laporan Biaya Mutu
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20x2
(Angka Rupiah dalam Jutaan)

Biaya Mutu
Biaya Pencegahan
Biaya pelatihan mutu
Biaya rekayasa mutu
Biaya perencanaan mutu
Biaya pelaporan mutu
Biaya penilaian pemasok
Biaya gugus kendali mutu
Biaya review design
Biaya penilaian
Biaya inspeksi bahan baku

Jumlah
Golongan
Biaya Mutu

Persentase
dari
Pendapatan
Penjualan

Rp. 3.350

5,58%

Rp. 1.000
1.500
500
200
50
75
25
Rp. 500

Biaya product acceptance


Biaya process acceptance
Biaya kegagalan intern
Biaya sisa bahan
Biaya pengerjaan kembali
Biaya kegagalan ekstern
Biaya penanganan keluhan
customer
Biaya jaminan
Biaya perbaikan

200
100
800

1,33

200

0,33

675
Rp. 5.025

1,12
8,38%

Rp. 40
160

Rp. 250
300
125

* Pendapatan penjualan adalah Rp. 60.000.


* Rp.5.025 : Rp.60.000 = 8,38%. Perbedaan dengan jumlah yang seharusnya disebabkan pembulatan

Dari laporan tersebut diperoleh informasi mengenai signifikan atau tidaknya setiap kategori biaya
mutu yang dibandingkan dengan pendapatan penjualan. Biaya mutu di PT.ELOK menyerap
8,38% dari pendapatan penjualan.
Manajemen memiliki kesempatan untuk menyusun program yang lebih baik dalam perbaikan
mutu produk atau jasa yang dijual pada customer. Program perbaikan mutu memerlukan
perencanaan yang dituangkan dalam anggaran biaya mutu. Dalam pelaksanaan program
perbaikan mutu, manajemen memerlukan umpan balik berupa laporan biaya mutu yang berisi
informasi biaya penuh sesungguhnya yang berkaitan dengan mutu produk / jasa dibandingkan
dengan biaya yang dianggarkan. Laporan biaya mutu ini ini digunakan untuk memantau
efektivitas pelaksanaan program yang telah ditetapkan. Contoh laporan biaya mutu yang berisi
perbandingan biaya mutu sesungguhnya dengan anggarannya disajikan sebagai berikut :
PT. ELOK
Laporan Biaya Mutu
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20x2
(Angka Rupiah dalam Jutaan)
Realisasi
Anggaran
Selisih
Biaya Pencegahan
Biaya Tetap
Biaya pelatihan mutu
Rp. 1.000
Rp. 950
Rp. 50
Biaya rekayasa mutu
1.500
1.600
100
Biaya perencanaan mutu
500
600
100
Biaya penilaian pemasok
50
65
15
Biaya gugus kendali mutu
75
70
5
Biaya review design
25
35
10
Biaya Variabel
Biaya pelaporan mutu
200
250
50
Jumlah biaya pencegahan
Rp. 3.350
Rp. 3.565
Rp. 215
Biaya penilaian
Biaya Variabel
Biaya inspeksi bahan baku
Biaya product acceptance

Rp. 500
200

Rp. 475
300

Rp. 25
100

R
L
L
L
R
L
L
L

R
L

Biaya process acceptance


Jumlah biaya penilaian

100
Rp. 800

175
Rp. 950

75
Rp. 150

L
L

Biaya kegagalan intern


Biaya Variabel
Biaya sisa bahan
Biaya pengerjaan kembali
Jumlah biaya kegagalan intern

Rp. 40
160
Rp. 200

Rp. 60
190
Rp. 250

Rp. 20
30
Rp. 50

L
L
L

Rp. 250

Rp. 240

Rp. 10

300
125

350
140

50
15

L
L

Rp. 675

Rp. 730

Rp. 470

Rp. 5.025
8,38%

Rp. 5.495
9,16%

Rp. 470
0,78%

Biaya kegagalan ekstern


Biaya Tetap
Biaya penanganan keluhan
customer
Biaya Variabel
Biaya jaminan
Biaya perbaikan
Jumlah biaya kegagalan ekstern
Jumlah biaya mutu

* Pendapatan penjualan adalah Rp. 60.000.


* Rp.5.025 : Rp.60.000 = 8,38%
* Rp.5.495 : Rp.60.000 = 9,16%
* Rp.470 : Rp.60.000 = 0,78%

Informasi Biaya Mutu


Informasi biaya mutu digunakan untuk:
1. Mengevaluasi kinerja
2. Memperbaiki berbagai keputusan manajerial dan analisis produk baru
Hakikat dari informasi biaya mutu adalah untuk perbaikan mutu produk perusahaan secara terus
menerus. Informasi biaya mutu yang digunakan untuk penetapan harga strategis dan untuk
mengetahui laba siklus hidup produk baru adalah disajikan seperti contoh dibawah ini:
Laporan Biaya Mutu, Penjualan = Rp. 1.000
Keterangan
Biaya Mutu
(Rp)
Biaya Pencegahan:
Pelatihan mutu
10
Reliabilitas mutu
30
40
Biaya Penilaian:
Pemeriksaan bahan
5
Penilaian produk
10
Penilaian proses
15
30
Produk Gagal Internal:
Sisa bahan
10
Pengerjaan ulang
20
30

% terhadap
penjualan

4,00

3,00

3,00

Produk Gagal Eksternal:


Keluhan pelanggan
Jaminan
Perbaikan
Total
Unit diproduksi 100 unit

10
10
20
40
140

4,00
14,00

Penetapan Harga Strategis


Estimasi Biaya Mutu
(Rp)
Biaya pencegahan
40
Biaya penilaian
30
Biaya produk gagal internal
30
Biaya produk gagal eksternal
40
Total
140
Keputusan: Biaya mutu akan dikurangi 50% dalam 18 bulan yaitu sebesar 50% x Rp.140 =
Rp.70, atau per unitnya = (Rp.70 / 100 unit) = Rp.0,7. Jika manajemen mampu mengurangi biaya
mutu, maka harga dapat diturunkan, misalnya 2% x Rp.10 = Rp.0,2 setiap enam bulan, tujuannya
untuk menjaga pangsa pasar. Tindakan yang demikian ini disebut keputusan strategis dalam
penurunan harga jual melalui penghematan biaya mutu.
Analisis Laba Siklus Hidup Produk Baru
Laporan: Analisis Produk Baru Proyek No.001
Estimasi siklus hidup produk: 2 tahun
Proyeksi potensi penjualan: 1000 unit (siklus hidup), harga Rp 2/unit
Target operating profit margin 20%
Proyeksi laporan laba-rugi siklus hidup
Penjualan (1000 unit @ Rp 2)
2.000
Biaya Input:
Bahan
500
Upah
400
Biaya overhead pabrik
300
Biaya mutu
100
Biaya pemasaran
250
Biaya administrasi
150
Laba siklus hidup (laba operasi)
300
Berdasarkan proyeksi laba rugi di atas menunjukkan bahwa laba operasi terhadap penjualan
(operating profit margin) sebesar: (Rp 300 / Rp 2.000) = 15%. Dengan demikian produk baru
tersebut ditolak, karena target laba operasi terhadap penjualan sebesar 20%.
C. Product Life Cycle
Dengan pesatnya perkembangan pemanfaatan komputer berkembangnya dalam tahap desain,
engineering, dan produksi maka jarak waktu yang diperlukan dari ide rancangan sampai dengan
produksi menjadi sangat pendek. Kondisi ini memungkinkan perusahaan-perusahaan kelas dunia
memilih startegi inovasi sebagai senjata untuk memenangkan perebutan pasar dunia. Staregi ini
menjadikan daur hidup produk menjadi pendek. Oleh karena itu, manajemen yang bersaing
dikelas dunia tidak cukup hanya memperoleh informasi biaya periodik yang dihasilkan oleh
sistem akuntansi tradisional, namun jauh lebih penting dari itu, manajemen memerlukan

informasi product life cycle costs yang memungkinkan manajemen melakukan strategic cost
analysis pada saat mempertimbangkan peluncuran produk baru, penghentian produksi
produk yang ada, dan product profitability analysis . Semakin pendeknya daur hidup produk
semakin memerlukan perancangan yang matang keseluruhan pendapatan dan biaya yang
diproyeksikan selama daur hidup produk, agar investasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk
desain dan pengembangan produk dan untuk mesin dan ekuipmen yang bersangkutan dengan
produk dapat tertutup dari kas masuk bersih selama daur hidup yang diperkirakan.
Product Life Cycle Cost
Daur hidup produk ( product Life cycle ) adalah : waktu suatu produk mampu memenuhi
kebutuhan customer sejak lahir sampai diputuskan dihentikan pemasarannya.
Biaya daur hidup produk ( product Life cycle cost ) adalah: biaya yang bersangkutan dengan
produk
selama
daur
hidupnya,
yang
meliputi
:
biaya
pengembangan
( perencanaan,desain,pengujian), biaya produksi (aktivitas pengubahan bahan baku menjadi
produk jadi ) dan biaya dukungan logistik ( iklan, distribusi, jaminan dan sebagainya )
Product life cycle costing adalah sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi biaya
produk bagi manajemen untuk memantau biaya produk selama daur hidupnya.
Daur hidup produk paling diperlukan oleh perusahaan manufaktur yang produknya mempunyai
daur hidup yang pendek. Produk harus dapat menutup semua biaya daur hidupnya dan
menghasilkan laba tertentu selama daur hidupnya. Jika produk mempunyai daur hidup yang
panjang, perusahaan dapat menaikkan labanya dengan mengubah harga jual produk dan
dengan mengubah komposisi produk yang dijual. Perusahaan yang mempunyai daur hidup
yang pendek tidak memiliki kesempatan untuk mengubah harga jual atau mengubah
komposisi produk yang dijual. Oleh karena itu, pendekatan yang dipakai oleh perusahaan yang
yang daur hidupnya pendek harus bersifat proaktif, yaitu dengan merencanakan sebaikbaiknya pendapatan dan biaya yang diperkirakan akan diperoleh selama daur hidup produk.
Umpan balik pelaksanaan rencana pendapatan dan biaya selama daur hidup produk ini sangat
membantu manajemen dalam mengelola seluruh aktivitas sejak tahap pegembangan, produksi,
maupun tahap distribusi produk ke tangan customer.
D. Mengenal Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time System)
I. Sistem Produksi Barat
Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika.
Sistem produksi tersebut dikenal sebagai sistem produksi western. Ciri-ciri dari sistem produksi
ini antara lain:
melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi,
melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuan kebutuhan bahan, penentuan
kebutuhan mesin, pekerja, dll.
terdapatnya departemen pengendalian kualitas,
terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagai penyimpan persediaan, dll.
Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsur probabilistik dalam melakukan
keputusan untuk masalah-masalah sistem produksi. Filosofi dasar dari sistem produksi western
adalah bagaimana mengoptimalkan unsur-unsur sistem produksi yang tersedia. Hal ini
memungkinkan karena negara-negara barat waktu itu masih memiliki resources yang cukup
banyak.
Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat mempengaruhi industri-industri barat
sebagai consumer terbesar. Sedangkan Jepang tidak begitu terpengaruh krisis tersebut karena
Jepang sudah biasa hemat dalam menggunakan resources khususnya minyak bumi. Akibatnya

industri-industri barat mengalami kemerosotan sedangkan sebaliknya di Jepang justru mulai


muncul.
Pada tahun 1980-an sistem produksi jepang mulai menunjukkan keunggulan-keunggulannya
sedangkan barat justru baru mulai merekonstruksi dan merestrukturisasi sistem produksinya baik
melalui teknik-teknik produksinya maupun manajemennya. Pada tahun 1990-an Jepang nampak
berkembang pesat dan jauh meninggalkan Eropa ataupun Amerika.
II. Sistem Produksi Jepang
Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi Tepat-Waktu (Just In Time).
Filosofi dasar dari sistem produksi jepang (JIT) adalah memperkecil ke mubadziran (Eliminate of
Waste). Bentuk kemubadziran antara lain adalah:
Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang menganggur (idle time), mesin yang
menganggur, waktu transport dalam pabrik tidak efisien, jadwal produksi yang tidak ditepati,
keterlambatan material, lintasan produksi yang tidak seimbang sehingga terjadi bottle-neck,
terlambatnya pengiriman barang, banyak-nya karyawan yang absen, dsb.
Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan (scraps, chips) akibat proses
produksi, banyak terjadi kerusakan material atau material dalam proses, banyaknya material yang
hilang, material yang usang, nilai material yang menurun akibat terlalu lama disimpan, dll.
Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak karyawan kantor, banyak terjadi
mis-informasi antar departemen, banyaknya overlapping dalam penugasan, pelaksanaan tugas
yang tidak efektif, sulit dalam koordinasi, dll. Jepang melakukan eliminate of waste karena
jepang tidak punya resources yang cukup. Jadi dalam setiap melakukan pengambilan keputusan
terutama untuk masalah produksi selalu menganut kepada prinsip efisiensi, efektifitas dan
produktivitas.
Untuk dapat melaksanakan eliminate waste Jepang melakukan strategi sebagai berikut :
- Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan
- Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan
- Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.
Tujuan utama dari sistem produksi JIT adalah untuk dapat memproduksi produk dengan
Kualitas (quality) terbaik, Ongkos (cost) termurah, dan Pengiriman (delivery) pada saat yang
tepat, dan disingkat QCD. Tujuan utama ini bisa dicapai jika ketiga unsur berikut dapat
dilaksanakan secara terpadu, yaitu:

1. Melakukan pengendalian kuantitas dengan baik.


Untuk dapat menentukan kuantitas yang tepat maka diperlukan sistem informasi yang baik.
Sistem informasi untuk memproses produk tersebut di Jepang dikenal dengan istilah Kanban
(kartu berjalan). Pelaksanakan pengendalian kuantitas akan berjalan dengan baik jika didukung
oleh suplier dan consumer yang pasti dan tepat waktu. Jika hal ini dapat dilakukan maka kita
akan dapat mengeliminir waste dalam material sehingga konsep Zero Inventory dapat
dilaksanakan.
2. Melakukan pengendalian kualitas dengan baik.

Dalam melakukan pengendalian kualitas di Jepang dikenal dengan istilah TQC (Total Quality
Control). Tujuannya adalah untuk dapat memenuhi konsep Zero Defect. Didalam sistem produksi
di jepang tidak ada departemen pengendalian kualitas, tetapi yang ada adalah Quality Assurance
(jaminan kualitas). Konsep zero defect tersebut akan dapat berjalan dengan baik jika para pekerja
diberi kewenangan (otonomi), agar tidak memberikan hasil produk yang tidak baik ke rekan kerja
berikutnya sehingga tidak menyusahkan pekerja lainnya.
3. Menjunjung tinggi harkat kemanusiaan karyawan.
Didalam sistem produksi dikenal 5 faktor produksi yang penting agar produksi dapat berjalan
dengan baik yang dikenal dengan istilah Lima M, yaitu Man, Machine, Material, Money, dan
Method. JIT tidak ingin menganggap Man hanya sebagai salah satu faktor produksi saja, tetapi
lebih dari itu yakni ingin mengangkat harkat karyawan sehingga karyawan tersebut merasa
memiliki sebagian dari perusahaan. Untuk dapat melakukan ini ada 3 cara, yaitu :
a. Otonomi (kewenangan).
Karena karyawan sebagai pelaku dan penentu dalam proses produksi maka perlu
kewenangan sehingga dapat mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan batasan tugas
dan tanggungjawabnya.
b. Flexibility
Karyawan perlu mengetahui dan bisa melakukan pekerjaan- pekerjaan lain diluar
pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi kebosanan (boredom) atau
kejenuhan dan dapat melakukan subtitusi kerja lainnya jika karyawan yang ber-sangkutan
absen.
Ditinjau dari segi manajemen adalah menguntungkan dalam segi pengkoordinasian
karena setiap karyawan mengerti akan keterkaitannya dan tugas-tugas rekan kerjanya
yang lain. Dengan cara tersebut akan didapat karyawan yang bersifat multifungsi. Jika
karyawan diarahkan kepada pekerjaan yang bersifat Spesialisasi saja maka akan muncul
hal-hal negatif antara lain adalah kesulitan dalam mengkoordinasi karena timbulnya blokblok atau pengkotakan antar job-nya masing-masing, tidak ada sifat gotong-royong dalam
bekerja, antara karyawan tidak ada sifat kepedulian, dll.
c. Creativity
Jika wewenang, tanggung-jawab, job, dan flexibility sudah dimiliki setiap karyawan
tetapi kreativitas belum tersalurkan maka akan muncul kejengkelan atau unek-unek dari
karyawan tersebut. Untuk itu perlu adanya penyaluran kretivitas apakah dalam bentuk
Urun rembug, brainstorming, atau yang lainnya. Dengan demikian akan terbentuk suatu
Demokrasi dalam sistem produksi.
Sistem JIT hakikatnya adalah pengendalian mutu total (total quality control = TQC), dimana
pekerja bertanggung jawab mulai dari proses awal sampai produk jadi yang berkualitas tanpa
cacat. Sistem ini berbeda dengan sistem tradisional yang mengizinkan tingkat mutu yang dapat
diterima (Acceptable Quality Level = AQL).
Berikut ini disajikan perbedaan sistem JIT dan tradisional.
Tabel. 10.1
Perbedaan sistem JIT dantradisional
Just In time
Persediaan tidak signifikan

Tradisional
Persediaan signifikan

Jumlah pemasok kecil


Kontrak jangka panjang dengan pemasok,
pemasok
adalah partner yang paling baik
Tenaga kerja multi ahli
Jasa terdesentralisasi
Keterlibatan
pegawai
tinggi,loyalitas
tinggi,kerja sepanjang masa
Gaya manajemen partisifatif
Pengendalian mutu total ( TQC )

Jumlah pemasok banyak


Kontrak jangka pendek dengan pemasok,
pemasok
adalah pihak yang dieksploitir
Tenaga kerja terspesialisasi
Jasa tersentralisasi
Keterlibatan pegawai rendah, kerja mencari
upah,tidak ada loyalitas, sering pindah kerja
Gaya manajemen otoriter
Pengendalian mutu terbatas

Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa JIT sebenarnya berakar pada ilmu-ilmu barat. JIT dapat
berjalan dan berhasil di Jepang karena didukung oleh budaya jepang yang sesuai. Jadi secara
tidak langsung Jepang dapat memilih dan membudidayakan budaya asing yang baik untuk
disesuaikan dan dikembangkan menjadi budayanya.
III.Kalkulasi Biaya JIT
Kalkulasi biaya JIT sangat mudah sekali.Misalnya perusahaan memliki tiga produk, dikerjakan
dalam tiga sel manufaktur, yaitu K, L, M. Tiap-tiap sel manufaktur sudah diketahui biaya
overheadnya,biaya tenaga kerjanya dan biaya bahan langsungnya. Kalkulasi biaya model JIT
disajikan dalam tabel 10.2.
Kalkulasi biaya model JIT adalah yang paling mudah teknik perhitungannya karena biaya
overhead pabrik sudah dikelompokkan pada pada tiap-tiap sel manufaktur. Biaya overhead pabrik
dibebankan ke produk berdasarkan penelusuran langsung. Dengan demikian tidak diperlukan
alokasi atau pembebanan biaya overhead pabrik seperti pada kalkulasi biaya tradisional dan
model ABC. Model JIT pada umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan di Jepang.

Keterangan
Bahan langsung
Upah langsung
Biaya overhead
pabrik
Jumlah
Unit yang
diproduksi
Biaya perunit

Tabel 10.2
Kalkulasi Biaya Produksi JIT
Sel K
Sel L
Rp. 1.000
Rp. 1.000
4.000
5.000
3.000
2.000

Sel M
Rp. 1.000
6.000
1.000

Rp. 8.000
1.000

Rp. 9.000
1.000

Rp. 10.000
1.000

Rp. 8

Rp. 9

Rp. 10

IV. Ilustrasi Kalkulasi Biaya Tradisional, ABC, dan JIT


Ilustrasi perbedaan model kalkulasi biaya tradisional, ABC, dan JIT disajikan dalam tabel
10.4,10.5,10.6. Dalam tabel 10.3 disajikan data akuntansi untuk ketiga model tersebut.
Tabel 10.3
Data akuntansi
Keterangan
Unit yang diproduksi
Biaya bahan langsung

Produk A
Produk B
200 unit
Rp. 600.000

Total
I00 unit
Rp. 150.000

Rp. 750.000

Biaya tenaga kerja


langsung
Total biaya utama

Rp. 200.000

Rp. 50.000

Rp. 250.000

Rp. 800.000

Rp. 200.000

Rp. 1.000.000

Biaya
overhead Aktivitas
Aktivitas
pabrik:
Biaya
pemeliharaan
4.000 jam
mesin
Biaya
penanganan
400 jam
bahan
Biaya persiapan mesin
100 jam
Total
4.500 jam
Just In Time
Biaya
pemeliharaan
mesin
Biaya
penanganan
bahan
Biaya persiapan batch
Total

Total Biaya
4.000 jam

Rp. 250.000

200 jam

Rp. 300.000

50 jam
1.250 jam

Rp. 450.000
Rp.1.000.000

Rp.100.000

Rp.150.000

Rp.250.000

Rp.200.000

Rp.100.000

Rp.300.000

Rp.300.000
Rp.600.000

Rp.150.000
Rp.400.000

Rp.450.000
Rp.1.000.000

Pembebanan biaya overhead pabrik ke proses produksi :


a. Model tradisional costing, didasarkan pada jam mesin
b. Model Activity Based Costing, didasarkan pada aktivitas
c. Model JIT, didasarkan pada jumlah biaya sel
Berdasarkan data akuntansi dalam tabel 10.3 dapat disajikan kalkulasi biaya model tradisional,
ABC, dan JIT yang disajikan dalam tabel 10.4, 10.5, 10.6
Tabel 10.4
Kalkulasi Biaya Tradisional
Keterangan
Biaya bahan langsung
Biaya tenaga kerja
langsung
Biaya overhead pabrik*
Total
Unit yang diproduksi
Biaya perunit

Produk A
Rp. 600.000
Rp. 200.000

Produk B
Rp. 150.000
Rp. 50.000

Rp. 800.000
Rp.
1.600.000
200 unit
Rp. 8.000

Rp. 200.000
Rp. 400.000
100 unit
Rp. 4.000

*Keterangan :
a. Total biaya overhead Rp. 1.000.000. Tarif BOP = (Rp. 1.000.000 / 5000 jam mesin )=
Rp.200
b. BOP dibebankan : A= 4.000 X Rp.200 = Rp. 800.000 ; B= 1.000 X Rp. 200= Rp.200.000
Tabel 10.5
Kalkulasi Biaya Activity Based Costing

Keterangan
Biaya bahan langsung
Biaya tenaga kerja
langsung
Biaya overhead pabrik
Biaya pemeliharaan
mesin
Biaya penanganan
bahan
Biaya persiapan mesin
Total
Unit yang diproduksi
Biaya perunit

Produk
A
Rp. 600.000
Rp. 200.000

Produk B
Rp. 150.000
Rp.50.000

Rp. 200.000
Rp. 200.000

Rp. 50.000
Rp. 100.000

Rp. 300.000

Rp. 150.000

Rp.
1.500.000
200 unit
Rp.7.500

Rp. 500.000
100 unit
Rp.5.000

Keterangan : Tarif overhead pabrik berdasar aktivitas :


a. Pemeliharaan : (Rp. 250.000/5000)
= Rp. 50/jam mesin
b. Penanganan bahan : (Rp. 300.000/600) = Rp. 500/jam penanganan bahan
c. Persiapan mesin : (Rp. 450.000/150) = Rp.3000/jam persiapan mesin
Produk A :
Pembebanan BOP :
Pemeliharaan ( 4.000 X Rp. 50 )
=
Rp. 200.000
Penanganan bahan ( 400 X Rp. 500 )
=
Rp. 200.000
Persiapan ( 100 X Rp. 3.000 )
=
Rp. 300.000
Produk B :
Pembebanan BOP :
Pemeliharaan ( 1.000 X Rp. 50 )
=
Rp. 50.000
Penanganan bahan ( 200 X Rp. 500 )
=
Rp. 100.000
Persiapan ( 50 X Rp. 3.000 )
=
Rp. 150.000
Tabel 10.6
Kalkulasi Biaya Just In Time ( JIT )
Keterangan

Produk
A
Rp. 600.000
Rp. 200.000

Biaya bahan langsung


Biaya tenaga kerja
langsung
Biaya overhead pabrik* Rp. 600.000
Total
Rp.
1.400.000
Unit yang diproduksi
200 unit
Biaya perunit
Rp.7.000

Produk B
Rp. 150.000
Rp.50.000
Rp. 400.000
Rp. 600.000
100 unit
Rp.6.000

Keterangan : Biaya perunit sistem produksi JIT paling akurat karena semua biaya dapat ditelusi, langsung
ke masing-masing produk

Anda mungkin juga menyukai