Anda di halaman 1dari 9

ISBN 978-602-1223-42-0

Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang


Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

PENGARUH MATRIK POLYVINYL ACETATE (PVAC)


PADA BAHAN KOMPOSIT SERAT RUMPUT PAYUNG
(CYPERUS ALTERNIFOLIUS) DITINJAU TERHADAP
KEKUATAN MEKANIK
Benedictus Sonny Y.1, Anna Catharina S.P.2, Yessy Liemawati3,
D. Vici Wahyu P.4, dan Cesar Nomenio D.C.A5
1

Jl. Bondowoso No.2 Malang, Universitas Katolik Widya Karya Malang, sonny_ft@widyakarya.ac.id
Jl. Bondowoso No.2 Malang, Universitas Katolik Widya Karya Malang, anna_sps@widyakarya.ac.id
3
Jl. Bondowoso No.2 Malang, Universitas Katolik Widya Karya Malang, yessyliem@widyakarya.ac.id
4
Jl. Bondowoso No.2 Malang, Universitas Katolik Widya Karya Malang, vici_mhs@widyakarya.ac.id
5
Jl. Bondowoso No.2 Malang, Universitas Katolik Widya Karya Malang, cesar_mhs@widyakarya.ac.id
2

ABSTRAK
Bahan komposit adalah salah satu bahan yang memiliki banyak keunggulan. Kombinasi dari material
penyusunnya yang terdiri dari matrik dan filler, dimana masing-masing memiliki karakter tertentu,
membuat bahan komposit menjadi salah satu produk yang banyak digunakan khususnya dalam dunia
konstruksi. Penelitian ini ingin melihat pengaruh penggunaan matrik polyviniyl acetate (PVAc) pada
bahan komposit dengan filler serat rumput payung (cyperus alternifolius) ditinjau terhadap kekuatan
mekaniknya. Analisis terhadap kekuatan mekanik dilakukan berdasarkan perbandingan komposisi serat
dan matrik. Pengujian tarik dan lentur dilakukan untuk mengetahui kekuatan mekanik bahan komposit.
Pengujian tarik mengacu pada ASTM D638, sedangkan pengujian lentur mengacu pada ASTM D790.
Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang alternasi pemanfaatan bahan serat
tanaman rumput payung dan matrik PVAc sebagai bahan bangunan. Berdasarkan hasil pengujian, serat
rumput payung dapat berinteraksi dengan baik bersama PVAc sebagai bahan komposit. Dari hasil
pengujian tarik didapatkan nilai : 1) beban tarik maksimum (PTmaks) sebesar 1550 N terdapat pada
komposisi 90% serat dan 10% matrik; 2) perpindahan tarik maksimum (Tmaks) sebesar 7.96 mm terdapat
pada komposisi 92.5% serat dan 7.5% matrik; 3) tegangan tarik maksimum (Tmaks) sebesar 25.83 N/mm2
terdapat pada komposisi 90% serat dan 10% matrik. Dari hasil pengujian lentur didapatkan nilai : 1)
beban lentur maksimum (PLmaks) sebesar 81.09 N terdapat pada komposisi 90% serat dan 10% matrik; 2)
perpindahan lentur maksimum (Lmaks) sebesar 16.16 mm terdapat pada komposisi 90% serat dan 10%
matrik; 3) tegangan lentur maksimum (Lmaks) sebesar 16 N/mm2 terdapat pada komposisi 90% serat dan
10% matrik.
Kata kunci: komposit, PVAc, serat rumput payung, kekuatan mekanik

1. PENDAHULUAN
Bahan komposit merupakan bahan yang mempunyai keluwesan desain. Properti bahan
ini dapat dirancang dengan mudah, sehingga memunculkan banyak kreasi aplikasinya.
Selain itu, bahan dasar komposit bisa diperoleh dari banyak sumber seperti sumber alam
dan bahkan sampah sehingga mempunyai nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Di
sisi lain, bahan komposit mempunyai beberapa kelemahan yaitu dalam hal pembentukan
dan penyambungannya. Namum kelemahan-kelemahan itu dapat diatasi dengan
teknologi lanjut yang menyertainya. Definisi bahan komposit menurut Jones (1975) [2]
adalah suatu bahan yang terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang berbeda
yang digabung atau dicampur secara makroskopis menjadi suatu bahan yang berguna.

ISBN 978-602-1223-42-0
Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

Bahan komposit berguna untuk memperbaiki sifat mekanik atau sifat spesifik tertentu,
mempermudah desain atau pembentukan yang dapat menghemat biaya. Secara umum
bahan komposit terdiri dari dua bagian utama, yaitu: (1) matriks yang mengisolasi fasa,
dan (2) penguat (reinforcement) atau fasa sebaran/ filler. Hal-hal penting yang perlu
dikuasai dalam pengembangan bahan komposit adalah kombinasi antara bahan utama
(filler) dan matriknya. Pemilihan komposisi, bentuk dan ukuran filler sangat
menentukan properti dan karakter bahan. Lebih lanjut, pemilihan bahan matriks juga
perlu diperhatikan mengingat matriks mempunyai fungsi utama dalam mentransfer
gaya-gaya yang dikenakan pada bahan. Serat alami biasanya memiliki pori-pori
dipermukaannya. Jumlah pori-pori dan besarnya menentukan kekuatan adhesi antara
matriks dan serat. Selain itu pori-pori dalam serat mempengaruhi properti mekanik dari
serat (Madsen & Lilholt, 2003) [4].
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memelajari pengaruh bahan matriks polyvinyl
acetate (PVAc) pada produk bahan komposit yang dibuat dari bahan dasar serat alami
tanaman rumput payung (cyperus alternifolius) ditinjau terhadap kekuatan mekanik.
Tanaman rumput payung (cyperus alternifolius) merupakan tanaman tropis yang
tumbuh subur dan banyak didapati di daerah yang lembab dan banyak air. Permasalahan
muncul karena rumput payung berkembang biak dengan cepat sehingga menghasilkan
banyak limbah. Di sisi lain serat batangnya ternyata mempunyai kekuatan mekanik
yang baik. Beberapa penelitian menunjukkan pemanfaatan lain dari tanaman ini, yaitu
sebagai tanaman pengolah limbah dalam system pengolahan air limbah domestik
dengan lahan basah (wetland) buatan (Anggraini, 2011) [1]. Bentuk fisik rumput
payung dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Bentuk Fisik Rumput Payung


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Polyvinyl Acetate (PVAc) merupakan produk polimer karet sintetis yang disintesa dari
monomer vinil asetat. Senyawa ini oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Dr. Flitz
Klatte pada 1912. PVAc banyak digunakan sebagai bahan campuran cat dan sebagai
bahan perekat. Di pasaran bahan ini sering disebut sebagai lem putih karena wujudnya
berupa emulsi berwarna putih. Dalam keadaan kering bahan akan menjadi transparan.
Pada proses pengeringan PVAc dapat terhidrolisa sebagian membentuk polyvinyl
alcohol (PVA).
Kuat tarik bahan adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan
ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan tarik adalah
kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda. Pengujian tarik dilakukan
dengan mengacu pada ASTM D790 [6]. Tegangan tarik dapat dihitung menggunakan
persamaan 1.

ISBN 978-602-1223-42-0
Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

PT
..................................................................................................................... (1)
Ao
Dimana :
T = tegangan tarik (MPa)
PT = beban tarik (N)
Ao = luas penampang awal sebelum ditarik (mm2)
Kekuatan lentur bahan adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
melengkungkan bahan. Perhitungan untuk menentukan kekuatan lentur / bending,
digunakan persamaan 2, sesuai standar ASTM D790 [5]
3P L
L = L 2 .................................................................................................................. (2)
2bh
Dimana :
L = tegangan lentur (MPa)
PL = beban lentur (N)
L = jarak antar penyangga (mm)
b = lebar benda uji (mm)
h = tebal benda uji (mm)

T =

2. METODE PENELITIAN
a.

Lokasi penelitian
Pembuatan benda uji dilakukan di Laboratorium Bahan dan Beton Universitas
Katolik Widya Malang, sedangkan pengujian tarik dan lentur dilakukan di
Laboratorium Bahan dan Struktur Universitas Brawijaya Malang
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri : 1) rumput payung; 2) PVAc; 3)
air
c. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat spesimen terdiri dari : 1) timbangan digital; 2)
gelas ukur; 3) sendok pengaduk; 4) alat penggiling (pembuat serat); 5) klem kayu;
6) meja pengepres. Alat yang digunakan untuk menguji tarik terdiri dari : 1)
Universal Testing Machine (UTN); 2) Load cell; 3) Load meter; 4) Linear Variable
Differential Transformer (LVDT); 5) Displacement meter. Sedangkan alat yang
digunakan untuk menguji lentur terdiri dari : 1) Frame uji; 2) Load cell; 3) Load
meter; 4) LVDT; 5) Displacement meter; 6) Pompa hidraulis
d. Spesimen
Bentuk spesimen pengujian kuat tarik mengacu pada ASTM D 638 dengan ukuran
dapat dilihat pada gambar 2, gambar 3 dan tabel 1

Gambar 2. Spesimen Uji Tarik ASTM D 638

ISBN 978-602-1223-42-0
Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

Tabel 1. Keterangan gambar 2.


Dimensi
W
L
Wo
Lo
G
D
R
T

width of narrow section


length of narrow section
width of overall
length of overall
gauge length
distance between grip
Radius Of fillet
Thickness

Panjang (mm)

Toleransi (mm)

10
60
20
150
50
115
60
5

0.5
0.5
0.5
no max
0.25
0.5
1
1

Gambar 3. Bentuk spesimen pengujian tarik


Sedangkan untuk pengujian kuat lentur mengacu pada ASTM D790. Benda uji
berukuran panjang (L) 100 mm, lebar (b) 20 mm, dan tebal (h) 5 mm. Bentuk
spesimen pengujian lentur dapat dilihat pada gambar 4.

e.

Gambar 4. Bentuk spesimen pengujian lentur


Komposisi komposit
Perhitungan komposisi serat dan matrik dilakukan berdasarkan perbandingan berat
serat dan matrik. Dengan mengasumsikan volume serat dan matrik dalam kondisi
padat. Variasi komposisi dan jumlah spesimen komposit dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Variasi komposisi dan jumlah spesimen
Serat
(%)
95
92.5
90
87.5

f.

Komposisi
Matrik
(%)
5
7.5
10
12.5

Jumlah Spesimen
Uji Tarik
Uji Lentur
(buah)
(buah)
4
4
4
4
4
4
4
4

Pembuatan Spesimen
Pembuatan spesimen dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Rumput payung dipotong daunnya dan dibersihkan.
2) Batang rumput payung dipotong pendek sepanjang 60 cm, dan digiling untuk
dibuat serat
4

ISBN 978-602-1223-42-0
Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

3) Serat yang telah digiling, disusun dan diklem dengan kayu. Serat dijemur hingga
kurang lebih selama 3 (tiga) hari, hingga berwarna kuning kecoklatan. Serat
yang telah dijemur dapat dilihat pada gambar 4
4) Serat yang telah kering, ditimbang hingga mencapai berat serat sesuai dengan
komposisi yang telah ditentukan.
5) Serat yang telah ditimbang diletakkan di atas meja pengepres, diberikan matrik
dengan cara dioles dengan kuas sambil ditekan. Ujung lapisan ditarik ke bagian
bawah meja pengepres menggunakan kawat bendraat hingga tertarik rapat.
6) Dengan cara yang sama, lapisan berikutnya diaplikasikan dengan arah ortogonal
(saling tegak lurus)
7) Setelah mencapai 5 (lima) lapis, di atas lapisan terakhir ditutup menggunakan
pelat besi. Ditekan dengan mur dan baut yang berada di sisi pelat.
8) Serat yang telah mengeras, dibentuk sesuai dengan ukuran.
g. Pengujian Tarik
Di ujung ujung spesimen diberikan pelat besi, yang menjepit spesimen. Pelat besi
ini dihubungkan ke mesin UTM. Tujuannya adalah memperkuat pegangan
spesimen, dan keruntuhan dapat terjadi pada lokasi tengah spesimen. Pengujian
dilakukan dengan Universal Testing Machine (UTM). Besar beban tarik (PT) dibaca
pada load meter yang dihubungkan ke load cell. Besar perpindahan tarik (T)
diperoleh dengan membaca displacement meter yang dihubungkan pada LVDT.
Besar tegangan tarik (T) dihitung berdasarkan persamaan 1. Pengujian dihentikan
hingga spesimen patah. Set up pengujian tarik dapat dilihat pada gambar 5

Gambar 5. Set up pengujian tarik


h. Pengujian Lentur
Pengujian lentur dilakukan dengan metode 3 titik beban (3 point bending testing)
mengacu pada ASTM D790. Hasil dari pengujian ini adalah beban lentur (PL),
perpindahan lentur (T), dan tegangan lentur (L). Spesimen dipasang pada frame
uji. Pembacaan beban dilakukan dengan memasang load cell dan load meter.
LVDT yang dihubungkan dengan displacement meter dipasang untuk membaca
perpindahan lentur yang terjadi. Penambahan beban dilakukan dengan
menggerakkan pompa hidraulis yang dihubungkan dengan load cell. Penambahan
beban dilakukan setiap 50 N. Set up pengujian lentur dapat dilihat pada gambar 6

ISBN 978-602-1223-42-0
Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

Gambar 6. Set up pengujian lentur

3. HASIL
a. Pengujian Tarik
Dari hasil pengujian tarik didapatkan nilai : 1) beban tarik maksimum (PTmaks)
sebesar 1550 N terdapat pada komposisi 90% serat dan 10% matrik; 2) perpindahan
tarik maksimum (Tmaks) sebesar 7.96 mm terdapat pada komposisi 92.5% serat dan
7.5% matrik; 3) tegangan tarik maksimum (Tmaks) sebesar 25.83 N/mm2 terdapat
pada komposisi 90% serat dan 10% matrik. Hubungan beban tarik (PT),
perpindahan tarik (T) dan tegangan tarik (T) terhadap komposisi serat secara
berturut-turut dapat dapat dilihat pada gambar 7, 8 dan 9

Gambar 7. Grafik Hubungan Beban Tarik (PT)


terhadap Komposisi Serat

Gambar 8. Grafik Hubungan Perpindahan Tarik (T)


terhadap Komposisi Serat

ISBN 978-602-1223-42-0
Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

Gambar 9. Grafik Hubungan Tegangan Tarik (T)


terhadap Komposisi Serat
b. Pengujian Lentur
Dari hasil pengujian lentur didapatkan nilai : 1) beban lentur maksimum (PLmaks)
sebesar 81.09 N terdapat pada komposisi 90% serat dan 10% matrik; 2)
perpindahan lentur maksimum (Lmaks) sebesar 16.16 mm terdapat pada komposisi
90% serat dan 10% matrik; 3) tegangan lentur maksimum (Lmaks) sebesar 16
N/mm2 terdapat pada komposisi 90% serat dan 10% matrik. Hubungan beban lentur
(PL), perpindahan lentur (L), dan tegangan lentur (L) terhadap komposisi serat
secara berturut-turut dapat dapat dilihat pada gambar 10, 11 dan 12

Gambar 10. Grafik Hubungan Beban Lentur (PL)


terhadap Komposisi Serat

Gambar 11. Grafik Hubungan Perpindahan Lentur (L)


terhadap Komposisi Serat

ISBN 978-602-1223-42-0
Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

Gambar 12. Grafik Hubungan Tegangan Lentur (L)


terhadap Komposisi Serat

4. PEMBAHASAN
Hasil rekapitulasi pengujian tarik dan lentur dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan
tabel 2, dapat dilihat bahwa :
a. Komposit serat dengan matrik PVAc memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi
(PTmaks dan Tmaks) jika dibandingkan dengan kekuatan lenturnya (PLmaks dan
Lmaks). Hal ini diperkirakan akibat sifat serat rumput payung yang ulet dan
memiliki kekuatan mekanik tarik yang baik, selain itu sifat matrik PVAc yang
mampu melekatkan serat dengan baik, membuat interaksi serat dapat menyatu
untuk menahan beban tarik dengan baik pula.
b. Nilai perpindahan lentur maksimum (Lmaks) sebesar 16.16 mm lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai perpindahan tarik maksimum (Tmaks) sebesar 7.96
mm. Hal ini diperkirakan sifat matrik PVAc yang lentur memberikan kontribusi
yang besar terhadap kekuatan dan perpindahan lentur komposit.
c. Komposit dengan variasi 90% serat dan 10% matrik diperkirakan memiliki
komposisi yang optimal di dalam menahan beban tarik dan lentur. Hal ini juga
dapat dilihat pada gambar 7, 9, 10, dan 12
Tabel 2. Rekapitulasi Pengujian Tarik dan Lentur
Pengujian Tarik
Variasi
Serat
87.5%
90.0%
92.5%
95.0%

Pengujian Lentur

PTmaks

Tmaks

Tmaks

PLmaks Lmaks

Lmaks

(N)
1400.0
1550.0
1433.3
1033.3

(mm)
7.95
6.66
7.96
7.67

(N/mm2)
23.33
25.83
23.89
14.76

(N)
72.42
81.09
51.09
52.75

(N/mm2)
5.90
16.00
15.17
13.93

(mm)
8.46
16.16
5.52
8.54

ISBN 978-602-1223-42-0
Seminar Nasional I 2015 Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan

5. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Matrik PVAc dapat berinteraksi dengan baik, bersama serat rumput payung
sebagai bahan komposit. Hal ini dapat dilihat dari nilai beban, perpindahan, dan
tegangan yang mampu diterima.
b. Kekuatan tarik komposit lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan
lenturnya.
c. Komposit matrik PVAc dan serat rumput payung memiliki kemungkinan untuk
diaplikasikan sebagai bahan bangunan, khususnya bahan finishing. Namun
dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengatasi beberapa permasalahan yang
muncul, seperti optimalisasi bentuk modul dan sambungan komposit.

6. DAFTAR PUSTAKA
1) Anggraini, (2011), Pengolahan air limbah domestik dengan lahan basah
buatan menggunakan rumput payung (Cyperus Alterniofolius), Skripsi UPN
Veteran Jawa Timur.
2) Jones, M. R. (1975). Mechanics of Composite Material. Mc Graww Hill
Kogakusha: Ltd.
3) Lei, H. F., Zhang, Z. Q., & Liu, B. (2012). Effect of fiber arrangement on
mechanical properties of short fiber reinforced composites. Composites
Science
and
Technology,
72(4),
506514.
doi:10.1016/j.compscitech.2011.12.011
4) Madsen, B., & Lilholt, H. (2003). Physical and mechanical properties of
unidirectional plant fibre compositesan evaluation of the influence of
porosity. Composites Science and Technology, 63(9), 12651272.
doi:10.1016/S0266-3538(03)00097-6
5) ASTM, D 638-02. Standart Test Method For Tensile Properties Of
Plastics. American Society for Testing and Materials: Philadelphia.
6) ASTM D 790 02 Standard Test Methods For Flexural Properties Of
Unreinforced And Reinforced Plastics And Electrical Insulating Materials:
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai