Anda di halaman 1dari 17

TRANFUSI DARAH PADA DEWASA

Pendahuluan
Transfusi darah adalah suatu prosedur dimana darah dari pendonor diberikan melalui
intravenous-line (IV-line) pada salah satu pembuluh darah pada resipien.. Transfusi dilakukan
untuk mengganti kehilangan darah saat operasi, dan juga dilakukan jika tubuh tidak dapat
memproduksi sel atau komponen darah lainnya secara normal yang disebabkan oleh suatu
penyakit. Selama transfusi, jarum kecil digunakan untuk memasukkan infus (IV-line) ke
dalam salah satu pembuluh darah. Melalui jalur ini, resipien menerima darah yang sehat.
Prosedur transfusi biasanya memakan waktu 1 sampai 4 jam, tergantung pada berapa banyak
darah yang dibutuhkan.1
Transfusi darah pada hakekatnya adalah pemberian darah atau komponen darah dari
satu individu (donor) ke individu lainnya (resipien), dimana dapat menjadi penyelamat
nyawa, akan tetapi dapat pula berbahaya dengan berbagai komplikasi yang dapat terjadi
sehingga transfusi darah harus dilakukan dengan indikasi yang jelas dan tepat sehingga
diperoleh manfaat yang jauh lebih besar daripada resiko yang mungkin terjadi.2
Definisi
Transfusi darah adalah suatu prosedur dimana darah dari pendonor diberikan melalui
intravenous-line (IV-line) pada salah satu pembuluh darah pada resipien.. Transfusi darah
dilakukan untuk mengganti kehilangan darah saat operasi karena luka serius, dan juga
dilakukan jika tubuh tidak dapat memproduksi sel atau komponen darah lainnya secara
normal yang disebabkan oleh suatu penyakit.1
Indikasi Transfusi
Secara umum, tidak direkomendasikan untuk melakukan transfusi profilaksis dan
ambang batas untuk melakukan transfusi adalah kadar hemoglobin dibawah 7 atau 8 g/dl,
kecuali pada pasien dengan penyakit kritis. Kadar Hb 8 g/dl adalah ambang batas transfusi
untuk pasien yang dioperasi tanpa memiliki faktor resiko iskemia, sedangkan untuk pasien
dengan faktor resiko iskemia ambang batasnya mencapai 10 g/dl. Namun transfusi profilaksis
tetap tidak dianjurkan. Selain itu, pemberian transfusi untuk menambah kapasitas pengiriman
oksigen juga tidak dianjurkan.2

Tehnik Pengambilan Darah


Terdapat beberapa tehnik dalam pengambilan komponen darah dan produk plasma untuk
transfusi, yaitu sebagai berikut2:
1. Hemaferesis
Hemaferesis adalah istilah umum yang merujuk kepada pengambilan whole blood dari
seorang donor, pemisahan menjadi komponen komponen darah, penyimpanan komponen
yang diinginkan dan pengembalian elemen yang tersisa ke dalam tubuh pendonor.
2. Plasmaferesis
Plasmaferesis adalah prosedur dimana sejumlah unit darah dari donor diambil untuk
mendapatkan plasmanya, diikuti dengan pengembalian sel-sel darah merah pendonor.
Tehnik ini dilakukan untuk mendapatkan plasma atau fresh frozen plasma. Plasma yang
didapatkan juga dapat difarksinasi menjadi produk seperti albumin serum. Plasmaferesis
biasanya dilakukan menggunakan multibag system, namun dapat juga dengan separasi
darah sentrifugal.
3. Sitaferesis
Sejumlah besar trombosit atau leukosit dapat dikoleksi dari donor tunggal menggunakan
sentrifugasi aliran intermiten atau kontinyu.
4. Plateleferesis/Tromboferesis
Plateleferesis adalah prosedur dimana trombosit dipisahkan secara senttrifugal dari whole
blood.
5. Leukaferesis/Granulositaferesis
Prosedur ini mengambil granulosit dan mengembalikan darah yang tidak dipakai kembali
ke tubuh pendonor.
6. Transfusi Autologus
Transfusi autologus adalah transfusi darah atau produk darah yang berasal dari darah
resipien sendiri. Darah dapat dikumpulkan dengan prosedur konvensional atau melalui
pengumpulan darah yang keluar saat operasi atau trauma. Darah selama operasi atau
setelah trauma dikumpulkan dari dalam tubuh dengan alat dan dimasukkan kembali
kepasien setelah filtrasi. Jika tidak ditransfusikan segera, unit darah dikumpulkan dan
diproses secara steril menggunakan alat untuk koleksi darah intraoperatif yang dicuci
dengan NaCl 0,9%, selanjutnya dapat disimpan sampai dengan 6 jam pada suhu ruangan,
atau hingga 24 jam pada suhu 1-6o C. Indikasi transfusi autologus adalah:

- Resipien yang menunjukkan reaksi transfusi dengan pemberian semua darah yang
homolog
- Resipien dengan golongan darah yang sangat jarang atau memiliki antibodi yang tidak
diharapkan
- Pasien yang menolak transfusi dari donor lain karena alasan kepercayaan.
Uji terhadap Darah Donor
Pengujian darah donor meliputi2,3:
1. Penetapan golongan darah berdasarkan sistem ABO
2. Penetapan golongan darah berdasarkan Rhesus
3. Uji terhadap antibodi yang tidak diharapkan, dilakukan pada darh dari donor yang pernah
mendapatkan transfusi atau hamil
4. Uji terhadap penyakit infeksi, yaitu HbsAg, anti HCV, tes serologi untuk sifilis dan tes
antibodi HIV
Uji Cocok-Silang (Crossmatch)2,4
Uji cocok-silang atau uji kompatibilitas adalah prosedur yang paling penting dan
paling sering dilakukan. Uji cocok-silang secara umum terdiri dari serangkaian prosedur yang
dilakukan sebelum transfusi untuk memastikan seleksi darah yang tepat untuk resipien dan
untuk mendeteksi antibodi ireguler dalam serum resipien yang akan mengurangi atau
mempengaruhi ketahanan hidup dari sel darah merah donor setelah transfusi. Untuk
melakukan uji cocok-silang, sejumlah kecil serum resipien direaksikan dengan sel darah
merah donor. Campuran tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Jika transfusi
tidak sesuai, maka akan terjadi penggumpalan sel darah merah donor oleh antibodi dalam
serum penerima.
Terdapat 2 jenis uji cocok-silang, yaitu uji cocok-silang mayor untuk menguji reaksi
antara sel darah merah donor dengan serum resipien, dan uji-cocok silang minor untuk
menguji reaksi antara serum donor dengan sel darah merah resipien. Uji cocok-silang mayor
dilakukan pada tes pratransfusi yang akan menunjukkan antibodi aglutinasi, sensititasi,
hemolisis, serta tes antiglobulin. Uji cocok-silang minor tidak dilakukan pratransfusi karena
dilakukan sebagai tes rutin pada darah donor setelah pengumpulan darah.

Komponen Darah untuk Transfusi2,5


1.

Darah Lengkap (Whole Blood)


Darah lengkap berisi sel darah merah, leukosit, trombosit dan plasma. Satu unit
kantong darah lengkap berisi 450 mL darah dan 63 mL antikoagulan. Di Indonesia satu
kantong darah lengkap berisi 250 mL darah dengan 37 mL antikoagulan, dan ada pula
satu unit kantong berisi 350 mL darah dan 49 mL antikoagulan. Suhu penyimpanan 1-6 o
C. Lama simpan dari darah lengkap tergantung pada antikoagulan yang dipakai. Pada
pemakaian sitrat fosfat dekstrose (CPD) lama penyimpanan adalah 21 hari, sedangkan
dengan CPD adenin (CPDA) lama penyimpanan adalah 35 hari.
Menurut masa simpan invitro, ada 2 macam darah lengkap yaitu darah segar dan
darah baru. Darah segar yaitu darah yang disimpan sampai 48 jam, sedangkan darah baru
yaitu darah yang disimpan sampai 5 hari. Pada darah segar, trombosit, faktor pembekuan
labil (V, VIII) masih cukup untuk terjadinya pembekuan. Pada darah baru kadar 2,3
difosfogliserat (2,3 DPG) suatu molekul yang mempermudah pelepasan oksigen dari
hemoglobin mulai menurun.
Indikasi
Digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah pada kehilangan darah yang disertai
dengan hipovolemia, transfusi tukar, dan pada pasien yang membutuhkan transfusi sel
darah merah dimana tidak terdapat konsentrat atau suspensi seldarah merah.
Kontraindikasi
Menimbulkan resiko volume overload pada pasien dengan anemia kronik dan pasien
yang baru terkena gagal jantung.
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis pemberian tergantung keadaan klinis resipien. Pada orang dewasa, 1 unit darah
lengkap dapat meningkatkan hemoglobin sekitar 1 gr/dl atau hematokrit 3-4%.
Pemberian darah lengkap sebaiknya melalui filter darah dengan kecepaan tetesan
tergantung keadaan klinis pasien, namun setiap unitnya sebaiknya diberikan dalam 4 jam.

2.

Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Blood Cell)


Sel darah merah pekat berisi sel darah merah, trombosit, leokosit, dan sedikit
plasma. Sel darah merah ini didapat dengan memisahkan sebagian besar plasma dari
darah lengkap, sehingga diperoleh sel darah merah dengan hematokrit 60-70%. Volume
diperkirakan 150-300 mL tergantung besarnya kantong darah yang dipakai, dengan
massa sel darah merah 100-200 mL. Sel darah merah ini disimpan pada suhu 1-6o C. Bila

menggunakan antikoagulan CPDA maka masa simpan dari sel darah merah ini 35 hari
dengan nilai hematokrit 70-80%, sedang dengan antikoagulan CPD masa simpan sel
darah merah ini 21 hari. Komponen sel darah yang disimpan dalam larutan tambahan
(buffer, dekstrosa, adenin, manitol) memiliki nilai hematokrit 52-60% dengan masa
simpan 42 hari. Sediaan ini bukan merupakan sumber trombosit dan granulosit,namun
memiliki kemampuan oksigenasi seperti darah lengkap.
Indikasi
Digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang menunjukkan
gejala anemia, yang hanya memerlukan massa sel darah merah pembawa oksigen saja
misalnya pada pasien dengan gagal ginjal atau anemia karena keganasan. Pemberian unit
ini disesuaikan dengan kondisi klinis pasien bukan pada Hb atau hematokrit.
Keuntungannya adalah perbaikan oksigenasi dan jumlah eritrosit tanpa menambah
volume seperti pada pasien anemia dengan gagal jantung.
Kontraindikasi dan Perhatian
Dapat menyebabkan hipervolemia jika diberikan dalam jumlah banyak dalam waktu
yang singkat.
Dosis dan Cara Pemberian
Pada orang dewasa, 1 unit sel darah pekat akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl atau
hematokrit 3-4%. Pemberian harus melalui filter darah standar (170 ). Hematokrit yang
tinggi dapat menyebabkan hiperviskositas dan menyebabkan kecepatan transfusi
menurun sehingga unuk mengatasinya maka diberikan normal salin 50-100 mL sebagai
pencampur, tetapi harus berhati-hati karena dapat terjadi kelebihan beban.
3.

Sel Darah Merah Pekat dengan Sedikit Leukosit (Packed Red Blood Cell Leucocytes
Reduced)
Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 x 10 9 leukosit. Sel darah merah
yang disebut dengan sedikit leukosit jika kandungan leukositnya kurang dari 5 x 10 6
leukosit/unit. Sel darah merah ini diperoleh dengan cara pemutaran, pencucian sel darah
merah dengan garam fisiologis, dengan filtrasi atau degliserolisasi sel darah merah yang
disimpan beku. Karena pada pembuatannya ada sel darah merah yang hilang, maka
kandungan sel darah merah lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah pekat
biasa. Suhu penyimpana yaitu 1-6o C, dengan masa simpan tergantung pada cara
pembuatannya. Apabila pemisahan leukosit dilakukan dengan memakai kantong ganda
(sistem tertutup) masa simpannya sam dengan darah lengkap asalnya, tapi apabila

pembuatannya dengan pencucian/filtrasi (sistem terbuka) produk darah ini harus dipakai
secepatnya (dalam 24 jam).
Indikasi
Digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang sering
mendapat atau tergantung pada transfusi darah, dan pada pasien yang sering mendapat
reaksi transfusi yang berulang dan reaksi alergi yang disebabkan oleh protein plasma
atau antibodi leukosit.
Dosis dan Cara Pemberian
Pemberian komponen sel darah ini paling baik diberikan dengan menggunakan filter
darah generasi ketiga.
4.

Sel Darah Merah Pekat Cuci (Packed Red Blood Cell Washed)
Sel darah merah yang dicuci dengan normal salin memiliki hematokrit 70-80%
dengan volume 180 mL. Pencucian dengan salin membuang 98% plasma, menurunkan
konsentrasi leukosit, trombosit serta debris. Karena pembuatannya biasanya dilakukan
dengan sistem terbuka, maka komponen ini hanya dapat disimpan dalam waktu 24 jam
pada suhu 1-6o C.
Indikasi
Pada orang dewasa, komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi yang berat atau
alergi yang berulang.
Perhatian
Karena proses pembuatannya menggunakan sistem terbuka, perlu berhati-hati terhadap
kontaminasi bakteri, karena masih dapat menularkan hepatitis dan infeksi bakteri
lainnya.
Dosis dan Cara Pemberian
Sebaiknya semua proses transfusi melalui filter darah tanpa terkecuali.

5.

Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci (Packed Red Blood Cell Frozen, Packed Red
Blood Cell Deglycerolized)
Sel darah merah beku ini dibuat dengan penambahan gliserol, suatu sediaan
krioprotektif terhadap darah yang usianya kurang dari 6 hari. Darah ini kemudian
dibekukan pada suhu -65o atau -200o C (tergantung sediaan gliserol) dan dapat disimpan
selam 10 tahun. Karena pada proses penyimpanan beku, pada pencairan dan
pencuciannya terdapat sel darah merah yang hilang maka kandungan sel darah merah

minimal 80% dari jumlah sel darah merah pekat asal, demikian pula hematokrit kurang
lebih 70-80%. Proses pencucian dapat menggunakan larutan glukosa dan salin. Suhu
simpan 1-6o C dan digunakan dalam 24 jam karena proses pencucian biasanya memakai
sistem terbuka.
Indikasi
Dapat dipakai untuk menyimpan darah langka.
Perhatian
Resiko terjadinya kontaminasi bakteri dapat terjadi karena sistem terbuka yang dipakai.
Dosis dan Cara Pemberian
Pemberian komponen darah ini mellui filter darah dan sediaan ini memiliki massa
eritrosit yang rendah karena pada proses pembuatannya banyak sel darah merah yang
hilang.
6.

Trombosit Pekat (Concentrate Platelets)


Trombosit pekat berisi trombosit, beberapa leukosit dan sel darah merah serta
plasma. Trombosit pekat ini diperoleh dengan cara pemutaran (sentrifugasi) darah
lengkap segar atau dengan cara tromboferesis. Satu kantong trombosit pekat yang berasal
dari 450 mL darah lengkap dari seorang donor berisi kira-kira 5,5 x 10 10 dengan volume
sekitar 50 mL. Satu kantong trombosit pekat yang diperoleh dengan cara tromboferesis
seorang donor berisi sekitar 3 x 1011 trombosit, setara dengan 6 kantong trombosit yang
berasal dari donor darah biasa. Volume berkisar antara 150-400 mL, tergantung dari jenis
mesin yang dipakai. Produk ini memungkinkan transfusi trombosit yang cocok pada
resipien dengan antibodi terhadap trombosit.
Trombosit pekat ini dapat disimpan pada suhu 20-24o C diletakkan pada rotator
atau agitator yang selalu beputar atau bergoyang. Apabila menggunakan kantong darah
biasa trombosit dapat disimpan selama 3 hari, sedangkan dengan kantong darah khusus
trombosit dapat disimpan selam 5 hari. Produk ini memiliki daya hemostatik yang
kurang, sedangkan viability pasca transfusi lebih baik. Pada suhu 1-6o C, trombosit ini
dapat disimpan selam 3 hari, dengan fungsi hemostatik lebih baik namun viability pasca
transfusi kuramg.
Indikasi
Trombosit pekat diindikasikan pada kasus perdarahan karena trombositopenia (trombosit
<50.000/L) atau trombositopenia kongenital atau didapat. Juga diindikasikan pada
pasien selama operasi atau prosedur invasif dengan trombosit <50.000/L. Profilaksis

diberikan pada semua kasus dengan trombosit 5-10.000 L yang berhubungan dengan
hipoplasi sumsum tulang akibat kemotrapi, invasi tumor atau aplasia primer sumsum
tulang.
Kontraindikasi dan Perhatian
Transfusi trombosit biasanya tidak efektif pada pasien dengan destruksi trombosit yang
cepat, seperti pada ITP, TTP dan KID. Pasien dengan trombositopenia yang disebabkan
oleh sepsis atau hipersplenisme biasanya refrakter terhadap transfusi trombosit.
Menggigil, panas dan reaksi aalergi dapat terjadi pada transfusi trombosit. Antipiretik
yang dipilih sebaiknya bukan golongan aspirin karena dapat menghambat aggregasi dan
fungsi trombosit. Transfusi berulang dari trombosit dapat menyebabkan aloimunisasi
terhadap HLA dan antigen lainnya serta dapat terjadi refrakter yang ditandai dengan
tidak adanya peningkatan trombosit.
Pemberian terlalu cepat dapat menyebabkan kelebihan beban, serta penularan penyakit
dapat terjadi.
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis

yang

biasanya

digunakan

pada

perdarahan

yang

disebabkan

karena

trombositopenia adalah 1 unit/10 kgBB, biasanya diperlukan 5-7 unit pada orang dewasa.
Satu kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 mL darah lengkap diperkirakan dapat
menaikkan jumlah trombosit sebanyak 9.000-11.000/L/m2 luas permukaan tubuh.
Penghitungan jumlah trombosit yang dikoreksi (Corrected Count Increment/CCI) dapat
dihitung lebih akurat dengan rumus:
CCI = (Post tx plt ct) (Pre tx plt ct) x BSA
(Plt transfused x 1011)
Keterangan:
Post tx: pasca transfusi
Pre tx: pratransfusi
BSA: body surface area (luas permukaan tubuh)
Keberhasilan transfusi trombosit dapat dipantau dengan menghitung jumlah trombosit
(CCI) 1 jam pasca transfusi dimana CCI >7,5 10 x 10 9/L atau CCI >4,5 x 109/L yang
diperiksa 18-24 jam pasca transfusi.
7.

Trombosit dengan Sedikit Leukosit (Platelets Leucocytes Reduced)

Trombosit dengan sedikit leukosit mengandung leukosit hanya 8,3x105 unit.


Indikasi
Digunakan untuk pencegahan terjadinya aloimunisasi HLA terutama pada pasien yang
menerima kemoterapi jangka panjang.
Kontraindikasi dan Perhatian
Meskipun sediaan ini tidak menimbulkan reaksi febris pada pasien yang mengalami
aloimunisasi terhadap HLA antigen, penggunaanya tidak dapat mempercepat pemulihan
jumlah trombosit. Untuk mendapatkan hasil yang baik sebaiknya dilakukan uji cocok
serasi. Terjadinya reaksi transfusi pada sediaan ini dihubungkan dengan lamanya
penyimpanan akibat dilepasnya sitokin seperti IL-1, IL-6, IL-8 dan TNF- yang
dilepaskan leukosit selama penyimpanan.
Dosis dan Cara Pemberian
Penggunaan produk darah ini dengan menggunakan filter khusus trombosit dengan
sedikit leukosit.
8.

Granulosit Feresis (Granulocytes Pheresis)


Diperoleh dengan cara sitaferesis dari donor tunggal, berisi granulosit, limfosit,
trombosit, beberapa sel darah merah dan sedikit plasma. Setiap unit mengandung sekitar
1 x 1010 granulosit, sejumlah limfosit, trombosit, 25-50 ml sel darah merah, dan mungkin
sedikit hidroksietil starch (HES), dengan volume 200-300 ml. Penyimpanan pada suhu
20-24o C dan harus segera ditransfusikan.
Indikasi
Dipakai untuk meningkatkan jumlah granulosit pada pasien sepsis dengan leukopenia
yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pemberian antibiotik, dan pada pemeriksaan
sumsum tulang menunjukkan hipoplasi.
Kontraindikasi dan Perhatian
Terapi antibiotik yang tepat atau penggunaan faktor pertumbuhan hematopoietik
mungkin lebih efektif dibandingkan dengan pemberian granulosit. Efek samping yang
dapat terjadi seperti urtikaria, menggigil, demam, tidak merupakan indikasi untuk
menghentikan transfusi, namun kecepatan transfusi harus diperlambat. Untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya efek samping dapat dilakukan pemberian
antihistamin dan steroid sebelum dilakukan transfusi.
Dosis dan Cara Pemberian

Diberikan dengan meggunakan saringan darah standar, dan dengan uji cocok serasi dan
sistem penggolongan ABO yang sesuai. Belum terdapat kesepakatan mengenai dosis dan
lama pemberian, namun paling sedikit, hasil terlihat pada 4 hari pemberian transfusi.
9.

Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)


Berisi plasma, semua faktor pembekuan stabil dan labil, komplemen dan protein
plasma. Plasma dipisahkan dengan darah lengkap yang kemudian dibekukan dalam
waktu 8 jam setelah pengambilan darah dari donor, disimpan pada suhu -18o C atau lebih
rendah dengan masa simpan 1 tahun. Volumenya sekitar 100-250 mL.
Indikasi
Digunakan untuk pasien dengan gangguan proses pembekuan apabila tidak tersedia
faktor pembekuan pekat atau kriopresipitat, misalnya pada defisiensi faktor pembekuan
multiple, antara lain penyakit hati, disseminated intravascular coagulation (DIC),
thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP), dan deplesi faktor koaguluasi akibat
transfusi masif.
Kontraindikasi dan Perhatian
Sebaiknya tidak digunakan untuk mempertahankan ekspansi volume karena resiko
penularan penyakit yang tinggi. Efek samping yang dapat terjadi berupa menggigil,
demam dan hipervolemia.
Dosis dan Cara Pemberian
Diberikan dalam 6 jam setelah pencairan, dengan menggunakan filter standar. Plasma
harus cocok dengan golongan ABO sel darah merah resipien dan tidak perlu uji cocok
silang. Jika plasma diberikan sebagai pengganti faktor koagulasi dosisnya adalah 10-20
ml/kgBB (4-6 unit untuk orang dewasa) dapat meningkatkan faktor koagulasi 20-30%,
dapat pula meningkatkan faktor VIII 2% (1 unit/kgBB).

10. Kriopresipitat Faktor Anti Hemofilik (Cryoprecypitated AHF)


Merupakan konsentrat plasma protein tertentu, dibuat dengan mencairkan plasma
segar beku pada suhu 4o C selama 12-14 jam atau pada circulating waterbath 4o C
selama 75 menit dan kemudian memisahkan komponen yang berpresipitasi pada suhu
tertentu dengan cara disentrifugasi. Komponen yang berpresipitasi tersebut adalah
kriopresipitat. Penyimpanan pada suhu -18o C atau lebih rendah dengan masa simpan 1
tahun dengan volume sekitar 10-25 mL. Kriopresipitat berisi 80-120 unit faktor VIII,
150-250 mg fibrinogen, sekitar 40-70% faktor Von Willebrand, 20-30% faktor XIII.

Indikasi
Digunakan pada pasien dengan kekurangan F VIII (Hemofilia A) bila F VIII pekat tidak
tersedia, kekurangan F XIII, kekurangan fibrinogen dan untuk pasien penyakit Von
Willebrand.
Kontraindikasi dan Perhatian
Tidak diberikan pada pasien yang tidak difisiensi faktor-faktor pada indikasi. Efek
samping yang dapat terjadi yaitu reaksi alergi dan demam.
Dosis dan Cara Pemberian
Sebelum dipakai, kriopresipitat harus dicairkan terlebih dahulu dengan menempatkannya
dalam waterbath dengan suhu 30-37o C. Komponen ini harus diberikan pada pasien
dalam waktu 6 jam setelah pencairan atau 4 jam setelah pooling. Plasma yang diberikan
sesuai dengan sistem ABO sel darah merah resipien, tanpa perlu uji silang, dan diberikan
dengan filter standar.
Dosis untuk hipofibrinogenemia adalah 10 kantong pada orang dewasa dengan berat
badan 70 kg. Pada pasien Hemofilia A, 1 kantong /6 kg dapat meningkatkan F VIII
sebanyak 35%. 1 kantong kriopresipitat yang mengandung 100 unit F VIII.
11. Konsentrat Faktor VIII (Factor VIII Concentrate)
Konsentrat faktor VIII dapat dibuat dari plasma manusia atau diproduksi melalui
teknologi rekombinan. Konsentrat faktor VIII ini dibuat dengan proses fraksinasi dari
plasma yang dikumpulkan dan dibekukan segera setelah pengambilan darah. Semua
produk dibuat steril, stabil, murni daan beku kering.
Sediaan ini memiliki volume yang sedikit. Produk yang tersedia dapat
diklasifikasikan atas sediaan konsentrat F VIII dengan kemurnian menengah, kemurnian
tinggi atau bebas imunoafinitas. Konsentrat F VIII dengan kemurnian menengah
memiliki 1-10% dari total protein, terdiri dari fibrnogen dan beberapa protein lainnya.
Produk yang paling murni dibuat melalui kromatografi imunofinitas dengan
menggunakan antibodi monoklonal. Kemurniannya mencapai90% sebelum ditambah
albumin sebagai stabilisator
Indikasi
Diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan perdarahan pada Hemofilia A dengan
defisiensi F VIII sedang sampai berat atau pasien dengan inhibitor F VIII titer rendah
yang kadarnya tidak lebih dari 5-10 Bathesda units/ml.

Kontraindikasi dan Perhatian


Pemberian konsentrat F VIII dengan kemurnian menengah dapat meningkatkan
fibrinogen secara bermakna. Direct antiglobulin test (DAT) atau hemolisis dapat terjadi
karena adanya anti A atau anti B. Reaksi yang tidak diharapkan meliputi malaise,
demam, mual, dan menggigil. Pada kemurnian yang tinggi, konsentrat F VIII lebih
jarang menimbulkan efek samping.
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis permulaan untuk mencapai kadar 30-100% dihitung dengan rumus:
(Plasma Volume (PV mL) = 40 mL/kg x BB (kg)
= (F VIII yang diinginkan (unit)
[(%) PV x [kadar yang diinginkan (%) kadar kadar sekarang]
100
Cara lain adalah: tiap unit F VIII/kgBB akan meningkatkan 2% (0,02 IU/ml).
Pemberian dapat melelui infus dengan menggunakan filter standar atau dengan jarum
suntik dengan filter yang telah tersedia dengan sediaannya.
12. Konsentrat Faktor IX (Factor IX Concentrate)
Kompleks F IX merupakan sediaan yang mengandung selain F IX juga sejumlah F II,
VII, X dan beberapa protein. F IX koagulasi merupakan sediaan murni yang
mengandung sedikit F II, F VII dan F X. Kira-kira 20-30% dari produk ini mengandung
50 dan 200 IU F IX/mg protein.
Indikasi
Digunakan untuk mengobati pasien hemofilia B.
Kontraindikasi dan Perhatian
Sebaiknya diberikan dengan hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit hepar. Efek
samping dari kompleks F IX bila diberikan secara cepat adalah menggigil, demam, nyeri
kepala, nausea dan flushing. Pemberian cepat dari F IX koagulasi adalah
reaksivasomotor.
Dosis dan Cara Pemberian
1 unit F IX setara dengan 1 mL plasma manusia. Dosis yang diberikan tergantung gejala
klinis dan kebutuhan pasien. Sejumlah konsentrat F IX diinfuskan dengan rumus seperti
penggunaan dosis F VIII, namun secara invivo hanya sekitar 50% yang dipakai karena

distribusi ke ekstravaskular. Jadi setiap unit F IX yang diinfuskan per kgBB akan
meningkatkan 1% F IX.
13. Albumin dan Fraksi Protein Plasma (Albumin and Plasma Protein Fraction)
Albumin merupakan derivat plasma yang diperoleh dari darah lengkap atau
plasmaferesis, terdiri dari 96% albumin dan 4% globulin dan beberapa protein lain yang
dibuat dengan proses fraksinasi alkohol dingin. Derivat ini kemudian dipanaskan 60 o C
selama 10 jam sehingga bebas virus.
Fraksi protein plasma adalah produk yang sama dengan albumin, hanya dalam
pemurniaanya lebih kurang dibandingkan dengan albumin pada proses fraksinasi. Fraksi
protein plasma ini menandung 83% albumin dan 17% globulin. Albumin yang tersedia
adalah larutan 25% dan 5%, sementara fraksi protein plasma yang tersedia adalah larutan
5%. Albumin memiliki waktu paruh 16 jam dan dapat disimpan lebih dari 5 tahun pada
suhu 2-10o C.
Indikasi
Digunakan untuk meningkatkan volume sirkulasi atau resusitasi misalnya pada pasien
luka bakar, pasien pada keadaan hipovolemia dan hipoproteinemia seperti pada pasien
syok, pada sindrom nefrotik atau untuk meningkatkan protein plasma.
Kontraindikasi dan Perhatian
Larutan albumin 25% tidak boleh diberikan pada pasien dengan dehidrasi dan hanya
dapat diencerkan dengan normal salin dan dekstrosa 5%.
Dosis dan Cara Pemberian
Albumin dan fraksi protein plasma tidak memerlukan filter dalam pemberiannya.
Pengobatan hipotensi dengan albumin disesuaikan dengan heodinamik pasien. Dosis 500
mLdiberikan secara cepat untuk mengatasi syok. Pada pasien luka bakar dosis tertentu
untuk mempertahankan kadar protein plasma 5,2 g/dl atau lebih. Albumin tidak dapat
memperbaii hipoalbuminemia kronik dan tidak digunakan untuk jangka panjang.
Resiko dan Komplikasi Pemberian Transfusi
Oleh karena transfusi memiliki resiko yang cukup besar, maka pertimbangan resiko
dan manfaat harus dilakukan dengan cermat sebelum memutuskan pemberian transfusi.
Adapun resiko dari transfusi antara lain2,6:
- Demam

Peningkatan suhu dapat diakibatkan oleh antibodi leukosit atau senyawa pirogen. Untuk
menghindarinya dapat dilakukan uji cocok-silang antara leukosit donor dengan
serumresipien pada pasien yang mendapat transfusi leukosit. Dapat pula dengan
memberikan produk darah yang mengandung sedikit leukosit. Transfusi juga dapat
dilkukan dengan memasang mikrofiltrasi dengan ukuran pori 40 mm, dapat mengurangi
jumlah leukosit hingga 60%.
- Reaksi Alergi
Beberapa orang dapat mengalami reaksi alergi terhadap darah yang diberikan selama
transfusi. Hal ini dapat terjadi walaupun darah yang ditransfusikan sesuai dengan darah
resipien. Reaksi alergi dapat ringan sampai berat. Gejala yang dapat timbul, antara lain
gelisah, nyeri dada atau nyeri punggung, dispnea, demam, kedinginan, flushing, takikardi
atau hipotensi, dan nausea. Reaksi anafilaktik yang berat dapat terjadi akibat interaksi
antara IgA pada darah donor dengan anti-IgA spesifik pada plasma resipien. Apabila
muncul gejala alergi, maka transfusi segera dihentikan.
- Acute Immune Hemolytic Reaction
Reaksi hemolitik akut ini merupakan kondisi yang serius tetapi sangat jarang terjadi.
Reaksi ini terjadi apabila tipe darah donor tidak sesuai dengan tipe darah resipien.
Antibodi resipien akan menyerang sel darah merah donor dan memproduksi substansi
yang dapat merusak ginjal resipien. Gejalanya dapat berupa berkeringat, demam, nausea,
nyeri dada atau punggung, dan urin berwarna gelap.
- Delayed Hemolytic Reaction
Merupakan reaksi hemolitik yang lebih lambat dari reaksi hemolitik akut. Antibodi
resipien merusak sel darah merah secara perlahan dimana gejala timbul saat level sel darah
merah telah sangat rendah. Reaksi hemolitik baik akut maupun delayed umumnya terjadi
pada resipien yang pernah mendapatkan transfusi sebelumnya.

- Penularan Penyakit
Penyakit yang dapat menular melalui darah seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan virus
lainnya dapat ditularkan melalui transfusi. Bakteri juga dapat mengkontaminasi sel darah
merah dan trombosit sehingga dapat menyebabkan infeksi dan terjadinya sepsis setelah

transfusi. Dilakukannya tes penyaring untuk semua sampel darah donor diharapkan
mampu menurunkan resiko terjadinya penularan penyakit melalui transfusi darah.
- Iron Overload
Mendapatkan banyak transfusi darah dapat menyebabkan penumpukan Fe dalam darah
(Iron Overload). Pasien dengan kelainan hematologi seperti thalasemia, yang
membutuhkan transfusi yang berulang memiliki resiko yang tinggi untuk terjadi Iron
Overload. Penumpukan Fe dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung, dan organ tubuh
lainnya.
- Cedera Paru Akut yang Berhubungan dengan Transfusi (transfusion-related acute lung
injury/TRALI)
Kondisi ini adalah suatu diagnosis klinik berupa manifestasi hiposekmia akut dan edema
pulmoner bilateral yang terjadi dalam 6 jam setelah transfusi. Manifestasi klinis yang
ditemui adalah dispnea, takipnea, demam, takikardi, hipotensi atau hipertensi, dan
leukopenia akut sementara. Salah satu mekanisme yang diperkirakan menyebabkan
kondisi ini yaitu reaksi antara neutrofil resipien dengan antibodi donor yang memiliki
HLA atau antigen neutrofil spesifik, akibatnya terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
pada sirkulasi mikro di paru.
- Graft-Versus-Host Disease
Graft-Versus-Host Disease (GVHD) adalah kondisi dimana leukosit pada darah donor
menyerang jaringan tubuh resipien. GVHD biasanya bersifat fatal. Seseorang dengan
sistem imun yang lemah lebih sering terserang penyakit ini. Gejalanya timbul dalam 1
bulan setelah transfusi, dapat berupa demam dan diare. Untuk mencegah GVHD, seorang
dengan sistem imun yang lemah harus menerima darah yang telah di 44 sehingga leukosit
tidak dapat menyebabkan GVHD.
Penutup
Transfusi darah adalah suatu prosedur dimana darah dari pendonor diberikan melalui
intravenous-line (IV-line) pada salah satu pembuluh darah pada resipien. Transfusi darah
dilakukan untuk mengganti kehilangan darah saat operasi karena luka serius, dan juga
dilakukan jika tubuh tidak dapat memproduksi sel atau komponen darah lainnya secara
normal yang disebabkan oleh suatu penyakit. Ambang batas untuk melakukan transfusi
adalah kadar hemoglobin dibawah 7 atau 8 g/dl, kecuali pada pasien dengan penyakit kritis.

Tehnik yang dapat dilakukan untuk pengambilan komponen darah untuk transfusi,
yaitu hemaferesis, plasmaferesis, sitaferesis, plateleferesis atau tromboferesis, leukaferesis
atau granulositaferesis dan transfusi autologus. Sebelum dilakukan transfusi, terdapat
beberapa uji yang dilakukan termasuk uji cocok-silang, untuk memastikan seleksi darah yang
tepat untuk resipien dan untuk mendeteksi antibodi ireguler dalam serum resipien yang akan
mengurangi atau mempengaruhi ketahanan hidup dari sel darah merah donor setelah
transfusi.
Terdapat beberapa komponen darah dan produk plasma yang dapat ditransfusikan
sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi masing-masing komponen. Transfusi dapat menjadi
penyelamat nyawa, akan tetapi dapat pula berbahaya dengan berbagai komplikasi yang dapat
terjadi sehingga transfusi darah harus dilakukan dengan indikasi yang jelas dan tepat
sehingga diperoleh manfaat yang jauh lebih besar daripada resiko yang mungkin terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. National Heart Lung and Blood Institute. What Is a Blood Transfusion? [Internet].
USA; 2012. Available from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Kolopaking MS, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
3. National Heart Lung and Blood Institute.What To Expect Before a Blood Transfusion
[Internet]. USA; 2012. Available from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/healthtopics/topics/bt/before
4. Dean L. Blood Groups and Red Cell Antigens. National Center for Biotechnology
Information

[Internet].

USA;

2005.

Available

from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2265/#
5. World Health Organization. The Clinical Use of Blood Handbook [Internet]. USA;
2002.

Available

from:

http://www.who.int/bloodsafety/clinical_use/en/Handbook_EN.pdf
6. National Heart Lung and Blood Institute. What Are the Risks of a Blood
Transfusion?

[Internet].

USA;

2012.

https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt/risks

Available

from:

Anda mungkin juga menyukai