Anda di halaman 1dari 6

endarwati

http://endarwati.blogspot.com/2005/09/keane
karagaman-hayati-dan.html
Friday, September 30, 2005
KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KONSERVASINYA DI INDONESIA

Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi


bentuk, penampilan, jumlah dan sifat, yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuam
makhluk hidup yaitu tingkatan ekosisitem, tingkatan jenis dan tingkatan genetik.
Keanekaragaman hayati menurut UU NO 5 Tahun 1994 adalah keanekaragaman di antara
mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik
lain, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya,
mencakup keaneka ragaman dalam spesies, antara species dengan ekosisitem. Berdasarkan
definisi di atas ada 3 elemen keaneka ragaman hayati yaitu, keaneka ragaman ekosisitem,
keaneka ragaman jenis dan keaneka ragaman genetik.

Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara
lain adalah (1) Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat
manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan
hidup yang lain (2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi (3) mengembangkan
sosial budaya umat manusia (4) Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan
penciptanya.

Penyebaran Sumberdaya Hayati di Indonesia

Dipandang dari segi biodiversitas, posisi geografis Indonesia sangat menguntungkan. Negara ini
terdiri dari beribu pulau, berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta terletak di
katulistiwa. Dengan posisi seperti ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Indonesia dengan luas wilayah 1,3% dari
seluruh luas muka bumi memiliki 10% flora berbunga dunia, 12% mamalia dunia, 17% jenis
burung dunia, dan 25% jenis ikan dunia.

Penyebaran tumbuhan, Indonesia tercakup dalam kawasan Malesia, yang juga meliputi Filipina,
Malaysia dan Papua Nugini. Kawasan ini ditentukan berdasarkan persebaran marga tumbuhan
yang ditandai oleh 3 simpul demarkasi yaitu (1) Simpul selat Torres menunjukkan bahwa 644
marga tumbuhan Irian Jaya tidak bisa menyeberang ke Australia dan 340 marga tumbuhan
Australia tidak dijumpai di Irian Jaya. (2) Tanah genting Kra di Semenanjung Malaya merupakan
batas penyebaran flora Malesia di Thailand. Demarkasi ini menyebabkan adanya 200 marga
tumbuhan Thailand yang tidak dapat menyebar ke kawasan Malesia, dan 375 marga Malesia
tidak dijumpai di Thailand. (3). Simpul di sebelah selatan Taiwan menjadi penghalang antara
flora Malesia dan Flora Taiwan.. Adanya demarkasi ini menyebabkan 40% marga flora Malesia
tidak terdapat di luar kawasan Malesia dan flora Malesia lebih banyak mengandung unsur Asia
dibanding unsur Australia. Pecahnya benua selatan Gendawa pada 140 juta tahun yang lalu
menjadi paparan sunda (berasal dari benua utara laurasia) dan paparan Sahul (berasal dari
Gondawa) menyebabkan penyebaran tumbuhan yang terpusat di paparan Sunda seperti jenis
durian, rotan, tusam dan artocarpus.

Pola penyebaran hewan di Indonesia diwarnai oleh pola kelompok kawasan Oriental di sebelah
barat dan kelompok kawasan Australia di sebelah Timur. Kedua kawasan ini sangat berbeda.
Namun demikian karena Indonesia terdiri dari deretan pulau yang sangat berdekatan, maka
migrasi fauna antarpulau memberi peluang bercampurnya unsur dari 2 kelompok kawasan
tersebut. Percampuran ini mengaburkan batas antara kawasan oriental dan kawasan Australia..
Memperhatikan sifat hewan di Indonesia Wallace membagi kawasan penyebaran fauna menjadi
2 kelompok besar yaitu fauna bagian barat Indonesi (Sumatera, Jawa, Bali, Madura, Kalimantan)
dan Fauna bagian timur yaitu Sulawesi dan pulau di sebelah timumya. Dua kelompok fauna ini
mempunyai ciri yang berbeda dan dipiahkan ole garis Wallace (garis antara Kalimantan dan
Sulawesi, berlanjut antara Bali dan Lombok).

Hamparan kepulauan di sebelah timur garis Wallace dari semula memang tidak termasuk
kawasan Australia, karena garis batas barat kawasan Australia adalah Garis Lydekker yang
mengikuti batas paparan Sahul. Dengan demikian ada daerah transisi yang dibatasi Garis
Wallace di sebelah Barat dan garis Lydekker di sebelah timur. Di antara kedua garis ini terdapat
garis keseimbangan fauna yang dinamakan garis Weber. Karena peluang pencampuran unsur
fauna di daerah ini sangat besar, akibatnya di daerah transisi ini terdapat unsur - unsur campuran
antara barat dan timur. Daerah transisi ini dinamakan Wallace. Dengan kondisi geografis seperti
ini mengakibatkan sumber daya hayati di Indonesia sangat kaya baik dalam jenis maupun
jumlahnya.

Keanekaragaman Jenis

Indonesia memiliki keaneka ragaman jenis yang kaya. Taksiran jumlah jenis kelompok utama
makhluk hidup sebagai berikut: Hewan menyusui 300 jenis; Burung 7500 jenis; Reptil 2000
jenis; Amfibi 1000 jenis; Ikan 8500 jenis; keong 20000 jenis; serangga 250000 jenis. Tumbuhan
biji 25000 jenis; paku pakuan 1250 jenis; lumut 7500 jenis; Ganggang 7800 jenisjamur 72 000
jenis; bakteri dan ganggang biru 300 jenis. (Sastra pradja, 1989). Beberapa pulau di Indonesia
memiliki spesies endemik, terutama di pulau Sulawesi; Irian Jaya dan di pulau Mentawai.
Indonesia memiliki 420 specis burung endemik yang tersebar di 24 lokasi.

Keanekaragaman Genetik

Keaneka ragaman genetik merupakan keanekaragaman sifat yang terdapat dalam satu jenis.
Dengan demikian tidak ada satu makhlukpun yang sama persis dalam penampakannya. Matoa
Pometia pinnata di Irian Jaya mempunyai 9 macam penampilan dari seluruh populasi yang ada.
Dengan kemampuan reproduksi baik vegetatif dan generatif, populasi sagu di Ambon
mempunyai 6 macam pokok sagu yang berbeda. Berdasarkan jumlah jenis durian liar yang
tumbuh di Kalimantan yang jumlahnya mencapai 19 jenis, diduga bahwa Kalimantan adalah
pusat keanekaragaman genetik durian. Dengan teknik budi daya semakin banyak jenis tumbuhan
hasil rekayasa genetik seperti padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis jenis anggrek, salak
pondoh, dan lain-lain. Keanekaragaman plasma nutfah di Indonesia tampak pada berbagai hewan
piaraan. Ternak penghasil pangan yang telah diusahakan adalah 5 jenis hewan temak yaitu sapi
biasa, sapi Bali, kerbau, kambing, domba dan babi. Dan 7 jenis unggas yaitu ayam, itik , entok,
angsa, puyuh, merpati dan kalkun serta hewan piaraan yang lain seperti cucak rowo, ayam
bekisar, dan lain-lain. Keanekaragaman genetik hewan ini tidak semuanya berasal dari negeri
sendiri. Namun demikian melalui proses persilangan jenis-jenis hewan ini memperbanyak
khasanah keanekaragaman genetik di Indonesia.

Keanekaragaman Hayati sebagai Sumber Pangan di Indonesia

Kebutuhan karbohidrat masyarakat Indonesia terutama tergantung pada beras. Sumber lain
seperti jagung, ubi jalar, singkong, talas dan sagu sebagai makanan pokok di beberapa daerah
mulai ditinggalkan. Ketergantungan pada beras ini menimbulkan krisis pangan yang seharusnya
tidak perlu terjadi. Selain tanaman pangan yang telah dibudidaya, sebenarnya Indonesia
mempunyai 400 jenis tanaman penghasil buah, 370 jenis tanaman penghasil sayuran, 70 jenis
tanaman berumbi, 60 jenis tanaman penyegar dan 55 jenis tanaman rempah rempah. Perikanan
merupakan sumber protein murah di Indonesia. Kita mempunyai zona ekonomi eksklusif yaitu
200 mil dari garis pantai yang dapat dipergunakan oleh nelayan untuk mencari nafkah. Budi daya
udang , bandeng dan lele dumbo sangat potensial juga sebagai sumber pangan. Oncom , tempe,
kecap, tape, laru (minuman khas daerah Timor), gatot, merupakan makanan suplemen yang
disukai masyarakat Indonesia. Jasa mikro organisme seperti kapang, yeast dan bakteri sangat
diperlukan untuk pembuatan makanan ini. Beberapa jenis tanaman seperti suji, secang, kunir,
gula aren, merang padi, pandan banyak digunakan sebagai zat pewarna makanan.

Keanekaragaman Hayati sebagai Sumber Sandang dan Papan

Kapas, rami, yute, kenaf, abaca, dan acave serta ulat sutera potensial sebagai bahan sandang.
Tanaman ini tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Jawa dan Kalimantan dan Sulawesi. Di
samping itu beberapa Suku di Kalimantan, Irian dan Sumatera menggenakan kulit kayu, bulu-
bulu burung serta tulang-tulang binatang sebagai asesoris pakaian mereka. Sementara
masyarakat pengrajin batik menggunakan tidak kurang dari 20 jenis tanaman untuk perawatan
batik tulis termasuk buah lerak yang berfungsi sebagai sabun. Masyarakat suku Dani di Lembah
Baliem Irian Jaya menggunakan 6 macam tumbuhan sebagai bahan sandang. Untuk membuat
yokal (pakaian wanita yang sudah menikah) menggunakan jenis tumbuhan (Agrostophyllum
majus) dan wen (Ficus drupacea). Untuk pakaian anak gadis dipergunakan jenis tumbuhan kem
(Eleocharis dulcis). Untuk membuat koteka/holim yaitu jenis pakaian pria digunakan jenis
tanaman sika (Legenaria siceraria). Sedangkan pakaian perang terbuat dari mul (Calamus sp).

Rumah adat di Indonesia hampir semuanya memerlukan kayu sebagai bahan utama. Semula
kayu jati, kayu nangka dan pokok kelapa (glugu) dipergunakan sebagai bahan bangunan. Dengan
makin mahalnya harga kayu jati saat ini berbagai jenis kayu seperti meranti, keruing, ramin dan
kayu kalimantan dipakai juga sebagai bahan bangunan.Penduduk Pulau Timor dan Pulau Alor
menggunakan lontar (Borassus sundaicus) dan gewang (Corypha gebanga) sebagai atap dan
didinding rumah. Beberapa jenis palem seperi Nypa fruticas, Oncosperma horridum,
Oncossperma tigillarium dimanfaatkan oleh penduduk Sumatera, Kalimantan dan Jawa untuk
bahan bangunan rumah.Masyarakat Dawan di Pulau Timor memilih jenis pohon timun
(Timunius sp), matani (Pterocarpus indicus), sublele (Eugenia sp) sebagai bahan bangunan
disamping pelepah lontar, gewang dan alang-alang (Imperata cyllndrica) untuk atap.

Sumber daya Hayati sebagai Sumber Obat dan Kosmetik

Indonesia memiliki 940 jenis tanaman obat, tetapi hanya 120 jenis yang masuk dalam Materia
medika Indonesia. Masyarakat pulau Lombok mengenal 19 jenis tumbuhan sebagai obat
kontrasepsi. Jenis tersebut antara lain pule, sentul, laos, turi, temulawak. Alang-alang, pepaya,
sukun, lagundi, nanas, jahe, jarak, merica, kopi, pisang, lantar, cemara, bangkel, dan duwet.
Bahan ini dapat diramu menjadi 30 macam. Masyarakat jawa juga mengenal paling sedikit 77
jenis tanaman obat yang dapat diramu untuk pengobatan segala penyakit Masyarakat Sumbawa
mengenal 7 jenis tanaman untuk ramuan minyak urat yaitu akar salban, akar sawak, akar
kesumang, batang malang, kayu sengketan," ayu sekeal, kayu tulang. Masyarakat Rejang Lebong
Bengkulu mengenal 71 jenis tanaman obat. Untuk obat penyakit malaria misalnya masyarakat
daerah ini menggunakan 10 jenis tumbuhan. Dua di antaranya yaitu Brucea javanica dan
Peronemacanescens merupakan tanaman langka. Cara pengambilan tumbuhan ini dengan
mencabut seluruh bagian tumbuhan, mengancam kepunahan tanaman ini. Masyarakat Jawa Barat
mengenal 47 jenis tanaman untuk menjaga kesehatan ternak terutama kambing dan domba. Di
antara tanaman tersebut adalah bayam, jambe, temu lawak, dadap, kelor, lempuyang, katuk, dan
lain-lain. Masyarakat Alor dan Pantar mempunyai 45 jenis ramuan obat untuk kesehatan ternak
sebagai contoh kulit kayu nangka yang dicampur dengan air laut dapat dipakai untuk obat diare
pada kambing. Di Jawa Timur dan Madura dikenal 57 macam jamu tradisional untuk ternak yang
menggunakan 44 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang banyak digunakan adalah marga
curcuma (temuan-temuan). Di daerah Bone Sulawesi Utara ada 99 jenis tumbuhan dari 41 suku
yang diprgunakan sebagai tanaman obat. Suku Asteraceae, Verbenaceae, Malvaceae,
Euphorbiaceae, dan Anacardiaceae merupakan suku yang paling banyak digunakan.

Potensi keanekaragaman hayati sebagai kosmetik tradisional telah lama dikenal. Penggunaan
bunga bungaan sepeti melati, mawar, cendana, kenanga, kemuning, dan lain-lain lazim
dipergunakan oleh masyarakat terutama Jawa untuk wewangian. Kemuning yang mengandung
zat samak dipergumakan oleh masyarakat Yogyakarta untuk membuat lulur (9 jenis tumbuhan)
yang berhasiat menghaluskan kulit. Tanaman pacar digunakan untuk pemerah kuku, sedangkan
ramuan daun mangkokan, pandan, melati dan minyak kelapa dipakai untuk pelemas rambut. Di
samping itu masyarakat Jawa juga mengenal ratus yang diramu dari 19 jenis tanaman sebagai
pewangi pakaian, pemangi ruangan dan sebagai pelindung pakaian dari serangan mikro
organisme. Di samping semuanya ini Indonesia mengenal 62 jenis tanaman sebagai bahan
pewarna alami untuk semua keperluan, seperti misalnya jambu hutan putih yang digunakan
sebagai pewama jala dan kayu malam sebagai cat batik.

Aspek Kultural Sumberdaya Hayati di Indonesia

Indonesia memiliki kurang lebih 350 etnis dengan keanekaragaman agama, kepercayaan, dan
adat istiadatnya. Dalam upacara ritual keagamaan atau dalam upacara adat banyak sekali sumber
daya hayati yang dipergunakan. Sebagai contoh, ummat Islam menggunakan sapi dan kambing
jantan dewasa pada setiap hari raya korban, sedangkan umat nasrani memerlukan pohon cemara
setiap natal. Umat Hindu membutuhkan berbagai jenis sumber daya hayati untuk setiap upacara
keagamaan yang dilakukan. Banyak jenis pohon di Indonesia yang dipercaya sebagai pengusir
roh jahat atau tempat tinggal roh jahat seperti beringin, bambu kuning (di Jawa). Upacara
kematian di Toraja menggunakan berbagai jenis tumbuhan yang dianggap mempunya nilai magis
untuk ramuan memandikan mayat misalnya limau, daun kelapa, pisang dan rempah-rempah
lainnya. Disamping itu dipergunakan pula kerbau belang . Pada upacara ngaben di Bali
dipergunakan 39 jenis tumbuhan. Dari 39 jenis tersebut banyak yang tergolong penghasil minyak
atsiri dan bau harum seperti kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih dan cendana. Jenis lain
yaitu dadap dan tebu hitam diperlukan untuk, kelapa gading diperlukan untuk menghanyutkan
abu ke sungai.

Pada masyarakat Minangkabau dikenal juga upacara adat. Jenis tanaman yang banyak
dipergunakan dalam upacara adat ini adalah padi, kelapa, jeruk, kapur barus, pinang dan tebu.
Budaya nyekar di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan upacara mengirim doa pada leluhur.
Upacara ini juga menggunakan berbagai jenis tumbuhan bunga yaitu mawar, kenanga, kantil,
dan selasih. Untuk pembuatan kembar mayang pada pesta perkawinan suku Jawa dipergunakan
jenis tumbuhan yaitu janur muda dari kelapa, mayang (bunga pinang), beringin, kemuning, daun
spa-spa (Flemingialineata), daun kara (phaseolus lunatus), daun maja, daun, alang slang, daun
kluwih (Artocarpus cornmunis), daun salam, daun dadap, daun girang, dan daun andhong.
Disamping itu dikenal juga pemotongan ayam jantan untuk ingkung yang biasanya ayam berbulu
putih mulus atau ayam berbulu hitam mulus (ayam cemani). Aneka tanaman yang dipergunakan
untuk upacara memandikan keris di Yogyakarta adalah jeruk nipis, pace, nanas, kelapa, cendana,
mawar, melati, kenanga, dan kemenyan Selain melekat pada upacara adat, kekayaan sumber
daya hayati Indonesia tampak pada hasil-hasil kerajinan daerah dan kawasan. Misalnya kerajinan
mutiara, dan kerang-kerangan di Nusa Tenggara dan Ambon, kerajinan kenari di Bogor, daerah.
Pada hari lingkungan hidup sedunia ke-18, Presiden RI menetapkan melati sebagai puspa bangsa,
anggrek bulan sebagai puspa pesona dan bunga raflesia sebagai puspa langka. Tiga satwa langka
yang ditetapkan sebagai satwa nasional adalah Komodo, ikan siluk merah dan elang jawa.
Kerajinan batik dan tenun ikat, kerajinan tikar, patung, dan lain-lain. Kekayaan sunber daya
hayati juga nampak pada penggunaan maskot flora dan fauna di senua propinsi di Indonesia
sebagai identitas.

Konservasi Keanekaragaman Hayati

Pemanfaatan sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang ditandai
dengan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya, kerusakan
ekosisitem dan menipisnya plasma nutfah. Hal ini harus dicegah agar kekayaan hayati di
Indonesia masih dapat menopang kehidupan. Konservasi sumber daya hayati di Indonesia diatur
oleh UU No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Azas yang digunakan dalam
pengelolaan linggungan hidup adalah azas tanggung jawab, berkelanjutan dan manfaat. Upaya
konservasi keaneka ragaman ekosisitem di Indonesia silakukan secara insitu yang menekankan
terjaminnya terpeliharanya keaneka ragaman hayati secara alami melalui proses evolusi. Saat ini
kawasan konservasi yang ada di Indonesia terkelompok menjadi 180 cagar alam, 72 suaka
margasatwa, 70 taman wisata, 13 taman buru, 17 taman nasional dan 3 taman hutan raya serta 13
taman laut. Dalam rangka kerja sama konservasi internasional, 6 dari kawasan suaka alam
dijadikan cagar biosfer. Cagar biosfer ini suatu kawasan yang terdiri dari ekosisitem asli, unik
dan atau ekosisitem yang telah mengalami degradasi yang dilindungi dan dilestarikan untuk
kepentingan penelitian dan pendidikan. Taman nasional di Indonesia mulai dikembangkan tahun
1980. Lima taman nasional pertama yaitu taman nasional gunung Leuser, taman nasional ujung
Kulon, Taman nasional Gede Pangrango, taman nasional Baluran dan Taman nasional Komodo
diperuntukkan untuk melindungi dan mengawetkan warisan alami bangsa Indonesia.

Pelestarian keanekaragaman jenis di Indonesia dilakukan baik secara insitu maupun eksitu.
Pelestarian eksitu berarti memindahkan jenis dari habitatnya untuk dilestarikan dan diamankan.
Pendirian kebun raya Bogor, kebun binatang, penangkaran hewan langka seperti badak, jalak
bali, rusa timor, kayu hitam sawo kecik dan lain-lain merupakan upaya pelestarian exsitu yang
tidak perlu mengganggu populasi alaminya.

Pelestarian plasma nutfah di Indonesia dilakukan baik secara insitu maupun eksitu. Pemuliaan
tanaman saat ini ditujukan pada tanaman budi daya seperti padi, anggrek serta kultivar lainnya.
Untuk hewan upaya penangkaran dan persilangan dilakukan pada berbagai jenis satwa piaraan
seperti sapi, kambing, kuda dan ayam. Kebun koleksi plasma nutfah yang ada di Indonesia
sampai daat ini belum menghasilkan banyak kultivar unggul baru. Kebun koleksi buah di Paseh
dan Cibinong, kebun koleksi mangga di Grati, koleksi kopi di Ijen dan koleksi kelapa di Bone-
Bone belum menampakkan hasil yang diharapkan sebagai sumber plasma nutfah. Sebenarnya
secatra tradisional masyarakat Indonesia telah memiliki pola pelestarian alam yang ekologis,
misalnya tidak boleh menebang pohon beringin, tidak boleh mengambil ikan di lubuk, dan lain-
lain, namun karena kemajuan teknologi warisan tradisional tersebut memudar.

posted by endarwati @ 5:41 AM

Anda mungkin juga menyukai