Oleh:
Dyan Indah Pratiwi 151300842
Alan Dwi Prasetya
Agung Prakosatama
Daniel Satria
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang
sangat penting dan vital dalam organisasi manajemen / kantor. Atasan perlu melakukan
pendelegasian wewenang dan koordinasi agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen
dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah kosekuensi logis dari semakin
besarnya organisasi. Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan wewenang, maka
sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dirinya sendiri. Bila atasan
menghadapi banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh satu orang, maka ia perlu
melakukan delegasi. Pendelegasian juga dilakukan agar manajer dapat mengembangkan
bawahan sehingga lebih dapat memperkuat organisasi, terutama disaat terjadi perubahan
susunan manajemen.
Yang
penting
disadari
adalah
disaat
kita
mendelegasikan
wewenang
dan
mengkoordinasikannya kita memberikan otoritas pada orang lain, namun kita sebenarnya
tidak kehilangan otoritas orisinilnya. Ini yang sering dikhawatirkan oleh banyak orang.
Mereka takut bila mereka melakukan delegasi, maka kehilangan wewenang, padahal tidak,
karna tanggung jawab tetap
memaparkan segala hal yang berkaitan dengan wewenang, tanggung jawab dan
pendelegasian wewenang yang berkaitan dengan proses manajemen dalam suatu organisasi.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
wewenang itu ?
Apa sajakah jenis-jenis wewenang yang ada dalam suatu organisasi?
Apa sajakah manfaat dan kendala dalam pelimpahan wewenang ?
Apa sajakah kunci pokok agar pelimpahan wewenang dapat berjalan dengan efektif?
Apakah yang dimaksud dengan sentralisasi dan desentralisasi ?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Wewenang
1.
Pengertian wewenang
Wewenang atau authority pada dasarnya merupakan bentuk lain dari kekuasaan yang
sering kali dipergunakan dalam sebuah organisasi. Wewenang merupakan kekuasaan formal
atau terlegitimasi. Dalam sebuah organisasi, seseorang yang ditunjuk atau dipilih untuk
memimpin suatu organisasi, bagian, atau departemen memiliki wewenang atau kekuasaan
yang terlegatimasi. Seseorang yang ditunjuk untuk menjadi manajer personalia
dengan
sendirinya terlegitimasi untuk memiliki kewenangan dalam mengatur berbagai hal yang
terkait dengan sumber daya manusia atau orang-orang yang terdapat di dalam organisasi.
Terdapat dua pandangan mengenai wewenang formal, yaitu pandangan klasik (classical
view) dan pandangan berdasarkan penerimaan (acceptance view).
1. Pandangan Klasik
Pandangan klasik mengenai wewenang formal menerangkan bahwa kewenangan pada
dasarnya terlahir sebagai akibat adanya kewenangan yang lebih tinggi dari kewenangan yang
diberikan.
2. Pandangan Berdasarkan Penerimaan
Pandangan yang berdasarkan penerimaan (acceptance view) memandang bahwa wewenang
formal akan cendrung dijalankan atau diterima oleh bawahan tergantung dari beberapa
persyaratan, antara lain :
a. Bawahan dapat memahami apa yang diinginkan atau dikomunikasikan oleh pimpinan
atau atasan.
b. Pada saat bawahan memutuskan untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh
atasannya dia yakin tidak bertentangan dengan rencana pencapaian tujuan organisasi.
c. Bawahan yakin apa yang diperintahkan konsisten mendukung nilai, misi maupun
motif pribadi atau kelompok.
d. Bawahan mampu secara mental maupun fisik menjalankan apa yang diperintahkan.
2.
Kewenangan Lini
Kewenangan lini atau line authority adalah mereka yang dalam organisasi bertanggung jawab
terhadap berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Kewenangan garis ini
dimulai dari hierarki yang tertinggi (direktur misalnya) hingga hierarki yang terendah seperti
buruh atau pekerja langsung yang melakukan kegiatan teknis operasional di lapangan.
Kepala restoran, misalnya, memiliki kewenangan untuk melakukan koordinasi antara bagian
keuangan, pelayanan dan dapur. Sedangkan kepala bagian pelayanan memiliki kewenangan
untuk melakukan koordinasi dan menjalankan tugas yang terkait dengan pelayanan, dan
seterusnya. Keseluruhan bagian maupun subbagian tersebut secara keseluruhan saling
mendukung dalam pencapaian tujuan organisasi, yang dalam hal ini adalah organisasi bisnis
yang bergerak dalam bisnis restoran.
b.
Kewenangan Staf
Kewenangan staf atau staff authority adalah mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk
membantu bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang memiliki kewenangan lini. Oleh
karena itu, mereka yang memiliki kewenangan staf adalah mereka yang membantu organisasi
dalam pencapaian tujuannya, hanya saja dengan cara tidak langsung. Bentuknya dapat
melalui pemberian jasa advokasi bagi direktur (misalnya konsultan manajemen), maupun
bagian keuangan (misalnya konsultan pajak), dan lain sabagainya. Dalam organisasi
pemerintahan misalnya ada yang dinamakan sebagai staf ahli. Staf ahli ini berfungsi
untukmembantu organisasi pemerintahan dalam pencapaian tujuannya.
c.
Kewenangan Fungsional
Kewenangan fungsional atau functional authority adalah mereka yang berada dalam bagian
tertentu di organisasi, memiliki kewenangan lini maupun staf, namun juga dikarenakan
karena tugasnya diberi kewenangan untuk melakukan kontrol atau koordinasi dengan bagian
lainnya. Sebagai contoh, bagian keuangan sekalipun hanya bertanggung jawab di bagian
pencatatan
berbagai
pengawasan dan pengontrolan terhadap bagian lainnya yang terkait dengan tugasnya di
bagian keuangan. Bagian pemasaran yang akan menambah biaya promosi akan berhubungan
dengan bagian keuangan. Bagian personalia yang menghadapi tuntutan adanya kenaikan gaji
dari para pegawai juga perlu pula berhubungan dengan bagian keuangan. Dalam contoh
bisnis restoran, karena bagian dapur membutuhkan koordinasi dengan bagian keuangan yang
mengatur anggaran untuk bagian dapur, maka bagian keuangan memiliki kewenangan
untukmenanyakan anggaran dari bagian dapur. Demikian pula dengan kepala restoran,
sekalipun tidak berarti dirinya harus turun ke bagian pelayanan yang terkait dengan tugastugas pelayan ataupun tugas-tugas memasak di dapur, namun selain kepala bagian pelayanan
dan kepala bagian dapur dirinya memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan dan
koordinasi langsung dengan pelayan ataupun juru masak di bagian memasak. Hal ini perlu
dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang dilakukan oleh pegawai di tingkat teknis
operasional benar-benar bisa mendukung pencapaian tujuan organisasi. Contoh lain, misalnya
seorang konsultan pajak bagi perusahaan berkewenangan untuk memeriksa berbagai catatan
transaksi dari berbagai departemen dalam perusahaan untuk memastikan apakah setiap
transaksi yang dicatat telah memenuhi persyaratan perpajakan ataukah tidak, dan seterusnya.
d.
Adakalanya konflik terjadi antara mereka yang berada di bagian lini dan staf. Mereka yang
berada di bagian lini kadang kala merasa bahwa dirinya lebih mengetahui apa yang terjadi di
lapangan sehingga ketika misalnya terdapat masukan dari mereka yang memiliki kewenangan
staf (misalnya konsultan manajemen bagi perusahaan) mereka yang berada dibagian lini tidak
dengan serat-merta mengikuti apa yang dianjurkan oleh konsultan tersebut. Adakalanya juga
konflik terjadi tidak hanya antara lini dan staf, mungkin juga antarlini atau antarstaf. Konflik
dapat saja disebabkan oleh perbedaan usia, pengalaman, pendidikan, atau juga dikarenakan
faktor perilaku dari orang-orang yang berada di perusahaan. Kesemua persoalan tersebut
adalah persoalan yang lumrah terjadi dalam setiap organisasi dan menjadi tantangan bagi para
manajer untuk dapat mengendalikannya.
3.
Sumber-sumber Wewenang
Wewenang bersumber dari hukum atau undang-undang yang berlaku. Contohnya : Polisi
mengatur lalu lintas karena ada hukum yang mengaturnya.
B. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban/tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima atau dimilikinya.
Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Wewenang diterima maka
tanggung jawab harus juga diterima dengan sebaik-baiknya. Inilah sebabnya top manager
yang menjadi penangung jawab terakhir mengenai maju/mundurnya suatu perusahaan.
Setiap bagian atau departemen yang telah dibentuk atau ditentukan serta dihubungkan
melalui garis-garis kewenangan maupun garis perintah memiliki satu konsekuensi penting
lainnya dalam sebuah organisasi, yaitu apa yang dinamakan sebagaitanggung jawab. Mereka
yang diposisikan dalam suatu bagian atau departemen tertentu tidak hanya diberikan
kewenangan, namun juga tanggung jawab. Jika kewenangan merupakan kekuasaan untuk
melakukan sesuatu, tanggung jawab justru memberikan arah untuk apa dan kemana
semestinya kekuasaan itu dipergunakan. Dengan kata lain , tanggung jawab mengingatkan
orang-orang untuk tidak saja mempergunakan kewenangan yang dimilikinya, tetapi juga
melaporkan apa saja yang telah dilakukan sehubungan dengan kewenangan yang
telah
diberikan kepadanya. Apakah kewenangan yang telah diberikan misalnya telah mendukung
pencapaian tujuan organisasi atau sebaliknya. Kadangkala orang-orang melupakan esensi dari
tanggung jawab sebagai bagian dari jabatan atau tugas yang diemban ketika menduduki suatu
bagian atau departemen tertentu. Pada beberapa kasus, orang-orang sangat berkeinginan
untuk memiliki karier yang bagus untuk mencapai posisi puncak dalam organisasi, lebih
didorong karena kewenangannya, bukan karena tanggung jawabnya. Artinya, jika seseorang
tersebut menjadi pemimpin, maka dirinya berpikir bahwa dengan posisinya sebagai
pemimpin maka dirinya dapat berbuat a,b,c dan seterusnya. Namun, jika disadari bahwa
ketika dirinya berposisi sebagai
pemimpin
juga berarti
bahwa
dirinya
harus
C. Pendelegasian Wewenang
Adakalanya seseorang yang berada di suatu posisi memiliki berbagai keterbatasan dalam
melakukan suatu pekerjaan. Keterbatasaan ini dapat dilihat dari segi ketersedian waktu
pengerjaan, jumlah pekerjaan, keahlian yang dimiliki, maupun berbagai factor lainnya. Jika
keterbatasan ini tidak dapat ditanggulangi olehnya akan memperburuk kinerja organisasi,
maka perlu dilakukan apa yang dinamakan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab atau lebih dikenal dengan istilah delegation. Pelimpahan wewenang pada dasarnya
merupakan proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah atau terlegitimasi (menurut
mekanisme tertentu dalam organisasi) dalam melakukan berbagai aktivitas yang ditunjukkan
untuk pencapaian tujuan organisasiyang jika tidak dilimpahkan akan menghambat proses
pencapaian tujuan tersebut.
1.
Terdapat beberapa manfaat dari pelimpahan wewenang. Yang pertama adalah pelimpahan
wewenang memungkinkan sub bagian atau bawahan mempelajari sesuatu yang baru dan
memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru tersebut. Keadaan ini
memungkinkan bawahan untuk belajar bertanggungjawab akan sesuatu yang baru. Manfaat
kedua adalah bahwa pelimpahan wewenang mendorong tercapainya keputusan yang lebih
baik dalam berbagai hal. Adanya pelimpahan wewenang kepada bawahan, misalnya dalam
hal ini dimana bawahan lebih mengetahui keadaannya, akan mendorong hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut menjadi lebih baik dikarenakan pekerjaan diberikan atau dilimpahkan
ke bagian yang lebih mengetahui keadaan sebenarnya dilapangan. Manfaat ketiga adalah
penyelesaian pekerjaan akan dapat dilakukan dengan lebih cepat sekiranya pelimpahan
wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan diberikan kepada orang yang
bertanggung jawab.
2.
Sekalipun pelimpahan wewenang memiliki sisi manfaat, namun juga tidak terlepas dari
kendala dalam pelaksanaanya. Staf yang tidak memiliki kemampuan atau kapasibilitas untuk
menerima dan menjalankan sesuatu yang didelegasikan kepadanya justru akan menghambat
pencapaian tujuan ke arah yang lebih baik. Di sisi lain, pelimpahan wewenang juga akan
berdampak pada kurang bertanggung jawabnya atasan terhadap apa yang semestinya dia
lakukan. Pada beberapa kasus, pelimpahan wewenang sering kali dilakukan bukan sebagai
proses pembelajaran dan pemberian kepercayaan dari atasan kepada bawahan, akan tetapi
lebih sebagai pelarian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan. Oleh karena itu, perlu
sekali digaris bawahi bahwa pelimpahan wewenang tidak berarti juga terjadi pelimpahan
tanggung jawab. Pelimpahan wewenang bisa jadi hanya merupakan pelimpahan beberapa hal
yang dapat dikerjakan oleh bawahan kita, akan tetapi tangung jawab sepenuhnya masih
berada di tangan pihak yang melimpahkan wewenang.
3.
Agar pelimpahan wewenang dapat berjalan secara efektif, maka ada 3 kunci pokok yang
perlu diperhatikan, yaitu
a.
b.
Agar pelimpahan wewenang berjalan efektif adalah adanya komunikasi yang terbuka
antara manajer dan bawahan. Keterbukaan dalam berkomunikasi selain akan memberikan
kejelasan akan keinginan dari kedua belah pihak, juga akan meminimalkan persepsi-persepsi
yang keliru akan berbagai hal yang terkait dengan pekerjaan.
c.
Kemampuan manajer dalam memahami tujuan organisasi, tuntutan dari setiap pekerjaan,
dan kemampuan bawahan. Tanpa pemahaman yang baik mengenai ketiga hal ini, bisa jadi
manajer salah dalam melakukan pelimpahan wewenang. Sesuatu yang semestinya
dilimpahkan misalnya, tidak dilimpahkan dan sebaliknya sesuatu yang semestinya tidak
dilimpahkan justru dilimpahkan.
Selain ketiga kunci pokok tersebut di atas, Stoner memberikan prinsip klasik mengenai dasar
agar pelimpahan wewenang menjadi efektif. Ketiga prinsip klasik tersebut adalah : (1) prinsip
skalar; (2) prinsip kesatuan perintah; dan (3) tanggung jawab, wewenang,dan akuntabilitas.
Prinsip ini beranggapan bahwa pelimpahan wewenang dilakukan untuk memperjelas siapa
yang akan bertanggung jawab atas suatu perkerjaan dan dengan kewenangan seperti apa.
Dengan adanya kejelasan ini, maka proses pertanggungjawaban dari apa yang telah
didelegasikan juga akan menjadi lebih mudah dan jelas.
Sentralisasi
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang
berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada
pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Secara teoritis, sentralisasi memiliki keunggulan. Keunggulannya adalah:
(1) Organisasi menjadi lebih ramping dan efisien. Seluruh aktivitas organisasi terpusat
sehingga pengambilan keputusan lebih mudah.
(2) Perencanaan dan pengembangan organisasi lebih terintegrasi. Tidak perlu jenjang
koordinasi yang terlalu jauh antara unit pengambilan keputusan dan yang akan
melaksanakan atau terpengaruh oleh pengambilan keputusan tersebut.
(3) Peningkatan resource sharing dan sinergi. Sumberdaya dapat dikelola secara lebih
efisien karena dilakukan secara terpusat.
(4) Pengurangan redundancies aset dan fasilitas lain. Satu aset dapat dipergunakan secara
bersama-sama tanpa harus menyediakan aset yang sama untuk pekerjaan yang berbedabeda.
(5) Perbaikan koordinasi. Koordinasi menjadi lebih mudah karena adanya unity of
command.
(6) Pemusatan expertise. Keahlian dari anggota organisasi dapat dimanfaatkan secara
maksimal karena pimpinan dapat memberi wewenang.
keputusan
dengan
pendekatan
sentralisasi
seringkali
tidak
(5) Perspektif luas, tetapi kurang mendalam. Pimpinan organisasi akan mengambil
keputusan berdasarkan perspektif organisasi secara keseluruhan tapi tidak atau jarang
mempertimbangkan implementasinya akan seperti apa.
2.
Desentralisasi
(3) Manajer pada level yang lebih rendah mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari tujuan
perusahaan secara keseluruhan
(4) Dalam organisasi terdesentralisasi, agak sulit untuk menyebarkan gagasan inovatif secara
efektif
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang sangat
penting dan vital dalam organisasi manajemen / kantor. Atasan perlu melakukan
pendelegasian wewenang dan koordinasi agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen
dengan baik. Wewenang atau authority pada dasarnya merupakan bentuk lain dari kekuasaan
yang sering kali dipergunakan dalam sebuah organisasi. Wewenang merupakan kekuasaan
formal atau terlegitimasi.
Kewenangan dalam sebuah organisasi bisa dibedakan menjadi:
kewenangan lini (lineauthority), kewenangan staf
fungsional (functional authority). Perbedaan dari ketiganya terletak pada jenis keleluasaan
dan kekuasaan yang dimilikinya berdasarkan posisinya masing-masing dalam organisasi.
Tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban/tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima atau dimilikinya.
Pelimpahan wewenang pada dasarnya merupakan proses pengalihan tugas kepada orang lain
yang sah atau terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam organisasi) dalam melakukan
berbagai aktivitas yang ditunjukkan untuk pencapaian tujuan organisasi yang jika tidak
dilimpahkan akan menghambat proses pencapaian tujuan tersebut.
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang
berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan
kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA