Anda di halaman 1dari 12

2.

Cycloconverter Tiga Fasa [6]


Cycloconverter adalah pengontrol tegangan AC yang menghasilkan besar

tegangan dan frekuensi variabel , jadi Cycloconverter bisa secara langsung mengubah
tegangan sumber AC dari frekuensi 50 Hz menjadi frekuensi yang lebih rendah, biasanya
digunakan untuk mengatur kecepatan motor sehingga motor dapat berjalan lebih lambat
dengan tenaga yang besar .
Pada dasarnya rangkaian Cycloconverter tiga fasa dapat dilihat pada gambar 2.5
dibawah ini
s u m b e r t e g a n g a n t ig a

fa s a

T e g a n g a n tig a f a s a d e n g a n fr e k ie n s i y a n g b e r m a c a m - m a c a m

Gambar 2.5 Rangkain dasar Cycloconverter tiga fasa

Setiap fasa dari Cycloconverter pada gambar 2.5 terdiri dari dua penyearah positif
dan penyearah negatif yang dipasang secara antiparalel . Waktu hidup penyearah positif
dengan

penyearah negatif dibuat saling bergantian (tidak bersamaan hidup) bila

penyearah positif dengan negatif disulut secara bersamaan akan membuat kedua penyerah
ini saling terhubung singkat hal ini dikarenakan kedua penyearah ini terhubung secara
antiparalel. Frekuensi maksimum pada Cycloconverter tiga fasa ini dibatasi lebih kecil
dari setengah

dari frekuensi tegangan masukannya hal ini dimaksudkan untuk

mengurangi harmonik yang terjadi. Pada frekuensi lebih besar dari setengah frekuensi
jala-jala tegangan Cycloconverter tidak dapat dibentuk menyerupai sinusoidal sehingga
frekuensi harmonisanya yang timbul akan lebih besar .

Rangkaian diatas terdiri dari tiga buah Cycloconverter tiga fasa ke satu fasa
yang memiliki beda fasa 120 derajat satu Cycloconverter dengan Cycloconverter yang
lainnya. Untuk menjelaskan cara kerja dari Cycloconverter tiga fasa ke satu fasa ini
dapat dimulai dari komponen dasar penyusun

konverter positif dan konverter negatif-

nya yaitu SCR, bila SCR dirangkai seperti gambar 2.6 kemudian SCR tersebut di beri
tegangan picu maka akan menghasilkan gambar 2.7
+
E

IR

Gambar 2.6 Rangkaian SCR yang dihubungkan dengan tegangan AC

I R

Gambar 2.7 Prilaku SCR bila diberi tegangan pemicu pada gatenya

Sedangkan keterangan prilaku SCR pada gambar 2.7 dapat dilihat pada pada tabel
2.1 , sedangkan penjelasan tentang karakteristik SCR dan cara penyulutannya dapat
dilihat pada lampiran 1 .
Tabel 2.1 Penjelasan prilaku SCR

No

Sudut atau
Selang waktu

Penjelasan Prilaku SCR

Pada 0 sampai
Q0

Walaupun katoda dalam keadaan positif tetapi tidak ada arus yang
mengalir (hubung buka) hal ini dikarenakan tegangan gatenya tetap
nol

Pada Q0

Arus bisa mengalir dikarenakan tegangan gate maupun anodanya


positif (hubung tutup )

Pada Q0 sampai
180

Arus terus mengalir walaupun tegangan gatenya berubah menjadi


nol, pada keadaan ini penyulutan gate tidak mempengaruhi kelakuan
SCR (SCR akan selalu terhubung sampai tegangan sumber mencapai
nol )

Pada 180

Arus akan berhenti mengalir (SCR dalam kondisi hubung buka).

Pada 180 sampai


360 (Q1)

Arus tidak bisa mengalir walaupun diberi tegangan picu pada gatenya
(Q1), hal ini dikarenakan anoda-nya menerima tegangan negatif

(0 sampai 360)

SCR akan dapat disulut kembali pada periode dimana kaki katoda
mendapatkan tegangan positif , semakin besar waktu tunda atau sudut
picu dari persimpangan nolnya maka semakin kecil arus yang
dialirkan (arus Q2 lebih besar dari pada Q3 karena sudut picu Q2
lebih kecil dari pada Q3)

Bila enam buah SCR disusun sedemikian rupa sehingga seperti gambar 2.8
maka akan membentuk rangkaian yang sering disebut tiga fasa , enam pulsa konverter
terprogram (3-phase, 6-pulse controllable converter).
K

Ia
tig a
fa s a

Q1

Q2

Q3

Id

Ib
Ed
Ic
Q4

Q5

Q6

Gambar 2.8 Konverter tiga fasa enam SCR

Rangkain pada gambar 2.8 kebanyakan digunakan sebagai rectifier / inverter


yang cara kerjanya dapat dilihat pada gambar 2.9.

Ia
t ig a
fa s a

Q 1

Q 2

Q 3

Id

Ib
E d
Ic
Q 4

Q 5

Q 6

Gambar 2.9.a Konverter 3 fasa, enam SCR yang digunakan sebagai rectifier

Ia
t ig a
fa s a

Q1

Q2

Q3

Id

Ib
Ed
Ic
Q4

Q5

Q6

Gambar 2.9.b Konverter 3 fasa, enam SCR yang digunakan sebagai rectifier

Pada gambar 2.9 diatas konverter digunakan sebagai penyearah terkontrol. Pada
gambar 2.9.a didapatkan karena SCR Q1 dan Q5 sedang aktif menyalurkan sumber arus
sehingga arus mengalir dari fasa a ke fasa b, sedangkan gambar 2.9.b SCR yang aktif
adalah Q2 dengan Q4 yang menyebabkan terjadinya aliran arus dari fasa b ke fasa a .
Tegangan DC yang dihasilkan pada penyearah ini sangat tergantung dengan tegangan
AC tiga fasanya, bila tegangan tiga fasanya menurun maka tegangan DC pun akan
menurun .
Bila difungsikan sebagai inverter maka resistor yang digunakan sebagai beban
digantikan sumber tegangan sehingga menghasilkan Id (arus DC ) yang mengalir bila
saklar (SCR) di hidupkan , lihat gambar 2.10 dibawah ini.

Ia

Q 1

Q 2

Q 3

Id

Ib

t ig a
fa s a

Ed
Ic
Q 4

Q 5

Q 6

Gambar 2.10 Konverter 3 fasa 6 SCR di fungsikan sebagai inverter

Penyulutan SCR dibatasi dari sudut 15 0 sampai 1650, sudut antara 15 0 sampai 900
adalah daerah operasi dari konverter yang digunakan sebagai penyearah sedangkan sudut
antara 90 0 sampai 165 0 digunakan bila konverter digunakan sebagai inverter. Daerah
dari penyulutan SCR ini dapat dilihat pada gambar 2.11 dibawah ini
s u d u t 0

d e r a ja t

d a e ra h

k o n v e rte r s e b a g a i
p e n y e a ra h

d a e ra h

k o n v e rte r s e b a g a i
in v e r te r

Gambar 2.11 Daerah kerja konverter tiga fasa

Bila converter tersebut disusun secara antiparalel

dan dioperasikan sebagai

penyerah maka akan didapatkan Cycloconverter tiga fasa satu fasa, untuk membentuk
Cycloconverter tiga fasa diperlukan tiga buah Cycloconverter tiga fasa satu fasa dengan
beda fasa sebesar 120 derajat . Rangkaian Cycloconverter tiga fasa ini dapat dilihat pada
gambar 2.12.

Gambar 2.12 Rangkain Cycloconverter tiga fasa

Setiap konverter positif menghasilkan tegangan +DC dan konverter negatif


menghasilkan DC yang memiliki siklus kerja saling bergantian, dengan memberikan
penyulutan sedemikin rupa maka akan dihasilkan gambar 2.13 dibawah ini .

Gambar 2.13 Hasil Cycloconverter tiga fasa pada frekuensi seper-tiga line

3.1 Koreksi Fasa


Koreksi urutan fasa ini dimaksudkan agar tegangan tiga fasa yang diberikan ke
Cycloconverter harus sesuai dengan urutan program penyulutan SCR-nya, Urutan fasa
(dengan acuan fasa pertama) pada Cycloconverter ini adalah sebagai berikut, fasa kedua
harus tertinggal

120 derajat

dari fasa pertama

fasanya sebesar 120 derajat dari

dan fasa ketiga harus mendahului

fasa pertama seperti yang ditunjukan gambar 3.2

dibawah ini

Fasa1

Fasa2

Fasa3

Gambar 3.2 Urutan fasa yang sesuai dengan program penyulutannya

Rangkaian koreksi fasa dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini
T e g a n g a n m e n u ju C y c lo c o n v e r t e r d a n
d e te k s i p e r s im p a n g a n fa s a

D
D a r i M ik r o k o n tr o le r

D flp - flo p

c lk

R e la y 2 s a k la r

V cc

F a sa 1 F a sa 2
F a sa 3
T e g a n g a n d a ri s u m b e r

Gambar 3.3 Rangkaian koreksi urutan fasa

Cara kerja rangakaian koreksi fasa ini adalah sebagai berikut, setelah tombol start
ditekan maka Mikrokontroler langsung mengambil data dari optocoupler apabila urutan
fasa a, fasa b dan fasa c tidak sesuai dengan urutan sepeti gambar 3.3 maka

mikrokontroler memberikan sinyal untuk menukarkan fasa b dengan fasa c. Dengan


listing programnya adalah sebagai berikut .
autokoreksi:
;===========
clr
p3.7
clr
p3.6
setb
p3.6
acall
delay_2s
setb
p3.7
periksa_urutan:
mov
r7,p3
cjne
r7,#11111000b,periksa_urutan
periksa_urutan1:
;============
mov
r7,p3
cjne
r7,#11110110b,periksa_urutan2
jmp
fasa_rst
periksa_urutan2:
cjne
r7,#11011011b,periksa_urutan1
ret
fasa_rst:
;=======
setb
NOP
clr
NOP
setb
acall
acall
ret

p3.7
p3.6
p3.6
delay_2s
delay_2s

;
;
;
;
;

Beri data 0 pada IC D flip-flop


beri Clok (denyut ) pada IC D Flip-flop
Tunda selama 2 detk
Beri data 1 pada IC D Flip-flop

; Masukan hasil deteksi fasa ke register 7


; Bandingkan register 7 dengan # F8H kalau
tidak sama lompat ke periksa urutan kalau
sama lanjutkan
; masukan hasil dari deteksi fasa ke register 7
; Bandingkan register 7 dengan # FDH kalau
tidak sama lompat ke periksa urutan 2
; kalau sama lompat ke fasa_rst
; Bandingkan apakah register 7 sama dengan
#DBH kalu tidak sama lompat ke
periksa _urutan 1
; kalau sama kembali ke subrutin yang
mengambil
;
;
;
;
;
;
;
;

Beri data 1 pada IC D flip-flop


tunda 1 mikrodetik
hasilkan detak (clok pada IC Dflip-flop)
tunda selama dua detik
kembali sub program yang mengundang

Port 3 (p3.0-p3.5) digunakan sebagai

jalur penerima deteksi tiga fasa

dari

optocoupler deteksi tiga fasa. Dengan membandingkan data yang diterima oleh port3
dengan besaran yang mewakili persimpangan jala-jala RS, bila sama maka perintah
selanjutnya memeriksa persimpangan selanjutnya bila persimpangan selanjutnya adalah
TS maka tukar fasa b dengan fasa c, bila persimpangannya selanjutnya TR maka fasa
telah sesuai dan kembali ke subrutin yang memanggil.
3.2 Deteksi Tiga Fasa
Deteksi fasa adalah rangkaian yang digunakan untuk mendekteksi persimpangan
tegangan tiga fasa yang dapat dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini

fa s a

d e te k s i fa s a

1 3

d e te k s i fa s a

fa s a

2 3

d e te k s i fa s a

2 1

d e te k s i fa s a

fa s a

3 1

d e te k s i fa s a

3 2

d e te k s i fa s a

1 2

Gambar 3.4 Deteksi persimpangan tegangan tiga fasa

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat enam titik persimpangan yang
dihasilkan oleh tegangan tiga fasa . Pendekteksian keenam titik persimpanagn pada
Cycloconverter ini menggunakan sembilan optocoupler dan satu gerbang Nand yang
dipasang seperti pada gambar 3.5.
fa s a a
V cc

p o rt 3 .0

fa s a 1

p o r 3 .1

V cc

fa s a b
fa s a 2
V cc

p o rt 3 .2

p o rt 3 .3

V cc

fa s a c
fa s a 3

V cc

V cc

p o rt 3 .4

p o rt 3 .3
k e ta n a h

k e n e g a t if p o w e r s u p la y

Gambar 3.5 Rangkaian deteksi persimpangan tegangan tiga fasa

Dua optocoupler yang dipasangkan secara tebalik pada dua fasa ini digunakan
agar titik persimpangan tiga fasa tepat berada di tengah deteksi fasanya, sedangkan
gerbang Nand digunakan untuk menggabungkan keluaran dari dua optocoupler.

Sedangkan tiga optocoupler digunakan untuk mendekteksi apakah setiap fasanya berada
pada posisi positif atau negatif dilihat dari acuan netralnya.
3.4.2

Rangkaian Penyulut SCR


Untuk melindungi rangkaian pembangkit pulsa yang digunakan untuk menyulut

SCR dengan tegangan jala-jala, maka diperlukan rangkaian isolator dalam rangkaian
penyulut (firing) SCR. Fungsi rangkaian ini adalah

untuk menyulut SCR sekaligus

memisahkan dengan tegangan jala-jala . Salah satu komponen utama dari rangkaian
isolator

ini adalah transformator (trafo) OT240 . Trafo ini memiliki perbandingan

lilitannya sebesar 2:1 dan mampu menyulut SCR dengan sangat baik bila frekuensi
penyulutan antara 15Hz sampai 20 Khz. Karena arus yang dikeluarkan oleh komponen
pembangkit pulsa sangat kecil maka diperlukan transistor sebagai penguat arus. Pada
Cycloconverter ini transistor yang digunakan sebagai penguat arus adalah transistor
array ULN 2803 yaitu kumpulan dari delapan buah transistor yang berjenis NPN yang
dipasang secara bersamaan sehingga membentuk seperti komponen IC dengan jumlah
kaki sebanyak 18 buah . Rangkaian penyulut SCR dapat dilihat pada gambar 3.8.

b e b a s d a r i T e g a n g a n ja la - ja la i

m a s ih a d a T e g a n g a n ja la ja la

Vcc
D 2

S C R

D 1
R 2

R 1
P u ls a p e n y u lu t

S a la h s a t u t r a n s is t o r p a d a U L N 2 8 0 3

Gambar 3.8 Rangkaian yang digunakan menyulut satu buah SCR

Karena setiap fasa dari Cycloconverter tidak dapat dihubungkan satu dengan yang
lain maka rangakaian Cycloconverter yang diberi beban motor induksi harus dirangkai
seperti gambar 3.9

Gambar 3.9 Cycloconverter dengan beban motor tiga fasa

Gambar diatas adalah sebagian hasil deteksi fasa dari Cycloconverter tiga fasa,
pada gambar paling atas adalah deteksi fasa a dengan netral sedangakan pada gambar
ditengah dan paling bawah pada gambar 4.1 diatas adalah keluaran dari gerbang Nand
yang masukannya berasal dari dua optocoupler yang dipasang terbalik yang dipasangkan
ke tegangan antara fasa ke fasanya . Untuk lebih jelasnya lihat gambar 4.2 dibawah ini

B a ta s T e g a n g a n o p to k o p le r o n
Fasa A

O p t o k o u p le r a n a t a r a f a s a a d e n g a n n e t r a l

Tegangan Fasa AB

H id u p

M a ti

H id u p

B a ta s T e g a n g a n o p to k o p le r1 o n

B a ta s T e g a n g a n o p to k o p le r2 o n

T e g a n g a n o p t o k o p le r 1

T e g a n g a n o p t o k o p le r 2

T e g a n g a n k e lu a r a n g e r b a n g N a n d

Gambar 4.2 Deteksi fasa dengan menggunakan optocoupler dan gerbang Nand

M a ti

Anda mungkin juga menyukai