Oleh:
Kelompok 9 Off. A
Septiana Annake
(109341417198)
Ika Sukmawati
(109341421811)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup atau
substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat atau mengubah
sebuah produk untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia. Dalam definisi yang lain, bioteknologi merupakan aplikasi
dari prinsip-prinsip ilmiah dan teknis dalam pemrosesan materi dengan
menggunakan agen biologis untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna
bagi kesejahteraan manusia.
Bioteknologi telah banyak diterapkan dalam kehidupan manusia mulai dari
penerapan bioteknologi yang masih tradisional hingga bioteknologi modern.
Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat
perkembangan bioteknologi di berbagai bidang (Nalley, 2002). Pesatnya
perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia di
muka bumi. Terlebih dengan adanya teknik rekayasa genetika, semakin pesat
berkembang bioteknologi dalam berbagai bidang untuk menciptakan produk yang
diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Hal ini dapat dipahami mengingat
bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan
manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan, farmasi, kedokteran,
lingkungan, hingga industri.
Manfaat bioteknologi sangat dirasakan dalam kehidupan, yaitu dalam
peningkatan kesejahteraan dan perbaikan hidup manusia. Manfaat-manfaat
tersebut antara lain untuk memerangi kelaparan, tersedianya obat-obatan untuk
penyakit, mengatasi kelangkaan sumber daya energy, mengurangi pencemaran
lingkungan, dan masih banyak lagi. Di samping bioteknologi dapat memberikan
dampak positif, bioteknologi juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan
manusia.
Menghadapi pesatnya kemajuan bioteknologi ini diharapkan kita dapat
melakukan antisipasi terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.
Pengkajian mendalam melalui dasar-dasar pengetahuan, penalaran, logika, moral,
agama, serta criteria kebenarannya tentu akan sangat membantu. Penguasaan
manusia terhadap teknologi hendaklah menuntut perkembangan moral manusia itu
juga (Nalley, 2002). Maka, sangat perlu untuk memperhatikan etika dalam
penerapan bioteknologi di berbagai bidang.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kami menyusun sebuah
makalah yang membahas tentang etika dalam bioteknologi, khususnya di bidang
rekayasa genetika yaitu tanaman transgenik, kloning dan penggunaan stem cell.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian etika dalam bioteknologi?
2. Bagaimanakah pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan keputusan etis
pada bioteknologi?
3. Bagaimanakah aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi?
4. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang rekayasa genetika pada tanaman
transgenik ditinjau dari segi etika?
5. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang penggunaan stem cell ditinjau dari
segi etika?
6. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang kloning ditinjau dari segi etika?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika dalam bioteknologi.
2. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan keputusan etis
pada bioteknologi.
3. Untuk mengetahui aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi.
4. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang rekayasa
genetika pada tanaman transgenik.
5. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang pemanfaatan
stem cell.
6. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang kloning.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika mengidentifikasikan sekumpulan nilsai untuk tindakan kita,
khususnya terhadap orang lain. Secara sederhana, etika dapat dianggap sebagai
petunjuk untuk memisahkan yang salah dan yang benar, yang baik dan yang
buruk. Bidang etika terutama yang berikaitan dengan implikas-implikasi
penelitian biologis dan bioteknologi, khususnya berkaitan dengan pengobatan,
disebut bioetika. Beberapa pertanyaan penting untuk setiap orang untuk
dipetimbangkan, khususnya di bidang bioteknologi dimana penemuan-penemuan
dan aplikasinya dapat memiliki dampak yang luas pada kesehatan manusia dan
lingkungan.
Penggunaan bioteknologi sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya
kadang bersifat ambigu, yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi di sisi lain dapat
dimanipulasi untuk tujuan destruktif. Dalam penerapan bioteknologi, kita
harus dapat mengantisipasi dampak bahaya dari teknologi maupun bioteknologi.
Nasution (1999) dalam Nalley (2002) mengatakan bahwa sebagai manusia yang
bertuhan, setiap kali seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian ia harus sadar
akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini. Ia harus sadar bahwa
pengetahuan yang dikuasainya hanyalah sebagian kecil saja dari ilmu yang
dikuasai oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat
perhatian yang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam bioteknologi
tidak terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku sekaligus makhluk
etis. Maka refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan manusia menjadi
sangat diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan prinsip-prinsipnya
sendiri dalam aktivitasnya termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri menampung segala
pemikiran tentang kehidupan, yang bersumber pada akal, budi, filsafat, agama,
tradisi, tanpa harus terikat dengan agama tertentu (Nalley, 2002).
Menurut Van Potter (1970) dalam Darmanto (2009), bioetika adalah suatu
disiplin yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan mengenai
sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan
kemanusiaan, membantu menyelamatkan kemanusiaan, dan mempertahankan dan
memperbaiki dunia beradab. Sedangkan menurut Hoenderich Oxford (1995),
Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan social dari teknik-teknik
yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.
Berdasarkan
pengertian-pengertian
tersebut,
Darmanto
(2009)
menyimpulkan bahwa bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan
menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral. Konflik moral yang
dimaksud meliputi konflik moral yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu
pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh penerapan teknologi yang
terkait di dalamnya.
Telah dikemukakan oleh Mukaromah(2010) bahwa terdapat tiga etika dalam
bioetika, yaitu :
1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu
kelompok sebagai pegangan bagi tingkah laku
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa
yang dianggap baik atau buruk). Contohnya: kode etik kedokteran, kode etik
rumah sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma
dan nilai-nilai moral.
B. Pendekatan-pendekatan Terhadap Pembuatan Keputusan Etis pada
Bioteknologi
Hipocrates dapat dianggap sebagai tokoh bioetik yang pertama. Beliau
menekankan pada pasien lebih daripada penyakit di dalam praktik pengobatan,
memandang nilai individu dan kesucian kehidupan manusia menjadi hal yang
paling penting. Selama bertahun-tahun, para dokter telah menetapkan aturan untuk
mengikuti keyakinan pokok dari sumpah Hipocrates jangan membunuh, untuk
membantu, atau paling tidak, tidak membahayakan di dalam tugas mereka
kepada pasien dan profesi mereka.
Pemikiran
dan
metode
teknis
untuk
mendekati
masalah-masalah
untuk
menentukan
arah
perkembangan
bioteknologi,
serta
dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya
dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara
internasional.
b.
c.
d.
e.
kehidupan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus (fetal stem cells), sumsum
tulang (bone marrow stem cells), darah perifer atau tali pusat (umbilical cord
blood stem cells, UCB).
Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi
berbagai macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast
dan sebagainya., sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak.
Lagipula immunogenicity nya rendah, selama belum meng-alami diferensiasi. Sel
stem dewasa juga bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif,
tetapi plastisitasnya sudah berkurang. Mengingat masalah etik, maka banyak
negara lebih mengutamakan penelitian pemanfaatan sel stem dewasa pada
berbagai penyakit degeneratif, sehingga tidak dihadapkan pada masalah dan
kontroversi etika (Setiawan, 2006).
Dilihat dari manfaatnya, sel stem memang sangat menjanjikan sebuah solusi
bagi kesehatan manusia. Namun, melihat dua proses stem sel tadi yaitu stem sel
embrionik dan stem sel dewasa. Stem sel embrioniklah yang sampai saat ini masih
menjadi kontroversi karena stem sel embrionik mengambil bagian sel dari embrio,
dimana embrio merupakan calon makhluk hidup. Pada penggunaan sel stem
embrionik terdapat beberapa isu moral yaitu pandangan agama yang menyatakan
bahwa embrio dianggap sebagai kehidupan baru yang harus dihormati.
Penggunaan embrio untuk sel stem dapat disamakan dengan tindakan membunuh
atau aborsi. Embrio memiliki status sama dengan anak atau manusia karena
memiliki genom manusia secara lengkap, dan berpotensi untuk berkembang
menjadi manusia (Darmanto, 2009). Menurut Thieman (2004) sel stem embrio
secara teoritis dapat digunakan untuk membentuk jaringan lain, dengan
transplantasi untuk memperbaiki atau mengganti jaringan yang rusak atau sakit.
Hal ini memberi kesan menggunakan sel stem embrio manusia untuk penelitian,
jika dari proses tersebut memungkinkan untuk melakukan penelitian yang
potensial dapat mengobati penyakit pasien.
F. Etika dalam Bioteknologi Bidang Kloning
Klon embrio dihasilkan dengan mentransfer embrio ke uterus, dianjutkan
proses implantasi dan penyempurnaan tubuh dengan resiko dan faktor keamanan
pihak
yang
pro
akan
adanya
kloning,
kloning
dianggap
menguntungkan karena bagi manusia yang ingin punya keturunan, tapi karena
satu dan lain hal tidak bisa mendapat anak dengan cara yang biasa. Memungut
anak adalah satu solusi, tapi anak itu secara biologis adalah anak orang lain.
Dengan kloning, bisa dipastikan sang anak secara biologis berasal dari ayah atau
ibunya, yaitu orang yang menyumbangkan sel DNA-nya. Alasan kedua adalah
dengan kloning merupakan suatu cara sempurna untuk mendapatkan anak, sebab
mereka tidak harus menikahi seorang lain dari lawan jenis. Alasan ketiga adalah
merupakan suatu anugrah besar bagi masyarakat bila diciptakan kloning diri
sendiri jika diri mereka begitu cerdas dan hebat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat
perhatian yang utama. Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral
menetapkan
Undang-Undang
terkait
dengan
Etika
dalam
bioteknologi.
4. Ada beberapa hal dalam tanaman transgenic yang perlu diperhatikan,
antara lain dari sisi lingkungan dan kesehatan yaitu dengan adanya
tanaman transgenik dapat mempengaruhi ekosistem dan biodiversitas.
Selain itu, tanaman transgenik juga mempengaruhi sisi sosial dan
ekonomi.
5. Sel stem embrionik sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit
degeneratif.
Namun penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
Darmanto, Win. 2009. Etika Bioteknologi. (online).
http://www.ppt2txt.com/r/753ed34f/. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Mukaromah, Aenul. 2010. Bioteknologi. (online). http://aeenaaenulmukaromah.blogspot.com/2010/03/bioteknologi-bioteknologi-adalahcabang.html. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Nalley, Marlene W. 2002. Tinjauan Filosofis Bioteknologi. (online).
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm. Diakses tanggal
31 Maret 2012.
Ranika, 2012. Bioteknologi dalam Kehidupan. (online).
http://my.opera.com/greatranika/blog/2012/02/01/bioteknologi-dalamkehidupan. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Setiawan, Boenjamin. 2006. Cermin Dunia Kedokteran: Aplikasi Terapeutik Sel
Stem Embrionik pada Berbagai Penyakit Degeneratif. (online). http://www.
kalbefarma.com/cdk. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Thieman, Willian J, dan Michael A. Palladino. 2004. Introduction to
Biotechnology. San Fransisco: Pearson Education, Inc.