Anda di halaman 1dari 28

EVOLUSI PROKARIOT, PROTISTA, MUNCULNYA KEANEKARAGAMAN

MAKHLUK HIDUP DAN PERKEMBANGAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

EVOLUSI

Dosen Pengampu :

Ainun Nikmati Laily., M.Pd.

Oleh :

Kelompok 2

1. Sholikhatus Dwi W. N. P (12208173054)


2. Ja’far Shodiq (12208173133)
3. Lailatul Munafi’ah (12208173135)

SEMESTER V C

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT., karena atas limpahan karunia-
Nya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Manusia istimewa
yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran,
yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini
tepat pada waktunya. Kami sangat tertarik untuk mengajukan judul : Evolusi Prokariot,
Protista, Munculnya Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Perkembangan Klasifikasi
Makhluk Hidup.

Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas kelompok ini
tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas kelompok ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempata ini,
kami mengucapkan terimakasih kepada

1. Bapak Mafthukin, M.Pd. selaku Rektor IAIN TULUNGAGUNG


2. Ainun Nikmati Laily, M.Pd. sebagai dosen Evolusi. Semoga ilmunya berkah dan menjadi
aliran amal hingga kelak di Barzakh.
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan serta motivasi.
Kami menyimpulkan bahwa tugas kelompok ini masih belum sempurna, oleh karena itu
kami menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas kelompok ini dan bermanfaat bagi
kami dan pembaca umumnya.

Tulungagung, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3

A. Evolusi Prokariot ............................................................. 3


B. Evolusi Protista ................................................................. 9
C. Evolusi Prokariot, Protista, Munculnya Keanekaragaman
Makhluk Hidup dan Perkembangan Klasifikasi
Makhluk Hidup. ................................................................ 12

BAB III PENUTUP ................................................................................. 24

A. Kesimpulan ....................................................................... 24
B. Saran ................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan dimuka bumi ini tidak muncul secara instan, namun dibentuk melalui
proses evolusi yang sangat panjang. Secara garis besar terdapat dua tipe sel yaitu prokariot
dan eukariot. Organisme prokariot dianggap organisme tertua di bumi ini karena
strukturnya paling primitif.
Menurut para ahli evolusi, berjuta-juta tahun yang lalu terdapat monomer-monomer
organik seperti air, gas hidrogen, gas amonia, gas metana yang bergabung menjadi polimer
organik atau protenoid. Protenoid akan menjadi protobion, dimana protobion ini merupakan
bahan dasar pembentuk sel purba atau disebut progenot. Semua makhluk hidup yang hidup
saat ini merupakan hasil perkembangan sel purba ini. Progenot atau sel purba akan
berkembang menjadi kelompok sel prokariotik purba seperti Archeabacteria.
Archeabacteria merupakan kelompok bakteri yang hidup pada kondisi ekstrim. Kelompok
sel ini memiliki dinding sel dengan berbagai jenis protein, pigmen fotosintesis berupa
bakteriorodopsin, dan mampu menghasilkan ATP sendiri.

Organisme prokariotik muncul dengan proses yang sangat panjang, dimulai dari
molekul tak hidup yang berpolimer membentuk gabungan molekul yang sangat kompleks.
Hal itu dapat terjadi, karena keadaan bumi pada saat itu berbeda dengan sekarang. Kadar
gas oksigen masih minim, banyak petir, kadar karbon dioksida yang tinggi, aktivitas
vulkanik, hantaman meteor, dan radiasi sinar UV yang sangat tinggi dibandingkan dengan
keadaan bumi saat ini. Oleh karena itu, lingkungan pada kondisi dulu dapat memungkinkan
terbentuknya kehidupan. Namun, masih banyak perdebatan mengenai asal-usul kehidupan
di bumi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana evolusi prokariot?
2. Bagaimana evolusi Protista?
3. Bagaimana munculnya keanekaragaman makhluk hidup dan perkembangan klasifikasi
makhluk hidup?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui evolusi prokariot
2. Mengetahui evolusi Protista
3. Mengetahui proses munculnya keanekaragaman makhluk hidup dan perkembangan
klasifikasi makhluk hidup

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Evolusi Prokariot

Prokariot merupakan merupakan organisme tertua yang paling awal menghuni bumi
ini. Kemunculan prokariot merupakan awal dari evolusi biologi. Pada mulanya organisme
ini berkembang dari sel protobiont, yaitu sel purba hasil dari evolusi kimia- fisik. Prokariot
awal terus menerus berevolusi menyesuaikan diri dengan kehidupan awal di bumi yang
kondisinya jauh berbeda dengan kondisi bumi saat ini. Suhu bumi saat itu masih sangat
tinggi, tanpa oksigen, belum ada lapisan ozon, masih sering terjadi letusan vulkanik yang
memuntahkan gas-gas beracun. Oleh karena itu prokariot awal hidup di laut yang
kaya akan bahan organik.
Kehadiran prokariot di lautan yang kaya akan bahan organik merupakan awal dari
keanekaragaman metabolisme sel-sel dan keanekaragaman cara makan. Prokariot
merupakan organisme bersel tunggal yang paling mudah berkembang biak sehingga jumlah
populasinya sangat banyak. Prokariot dapat hidup pada hampir semua habitat di bumi; yakni
di air panas, air asin, air dingin, tanah, udara, dan habitat ekstrim lainnya. Selama bermilyar-
milyar tahun prokariot teru menerus berevolusi dan menjadi cikal bakal bagi mahluk hidup
bersel satu, eukariot sel hewan dan eukariot sel tumbuhan.
Ahli astronomi, geologi, dan biologi menyatakan bahwa usia bumi kira-kira 4,5
milyar tahun. Pada masa itu suhu di bumi jauh lebih tinggi dari pada suhu bumi saat ini.
Kondisi bumi masih labil, merupakan kabut yang berpilin pada porosnya dan kemudian
secara bertahap dalam waktu yang Suhu di atmosfer bumi saat itu juga sangat berbeda
dengan suhu pada saat ini. Konon diyakini bahwa saat itu suhu bumi di atas 1000 C, di mana
air akan berbentuk uap air. Kegiatan vulkanik mengeluarkan gas-gas beracun seperti
hydrogen, ammonia, metana, karbondioksida, dan nitrogen, serta senyawa hidrokarbon
lainnya. Akibat dari suhu yang sangat tinggi adalah, sama sekali tidak ada oksigen bebas di
udara
Beberapa ahli biologi berpendapat bahwa kehidupan di bumi berasal dari bahan
kimawi yang pada saat itu berlimpah di atmosfer bumi. Senyawa kimia tersebut membentuk
senyawa kompleks yang mampu membelah diri dan bermetabolisme sendiri. Akan tetapi
muncul pula pendapat bahwa kehidupan tidak dapat terjadi secara spontan dari bahan tak
hidup. Tetapi pada saat itu banyak aktivitas vulkanik, petir, hujan meteor dan radiasi sinar
ultra violet yang sangat kuat karena belum adanya lapisan ozon, memungkinkan terjadinya

3
reaksi-reaksi kimia yang sangat luar biasa dalam kurun waktu yang sangat lama. Itulah
penyebab tahap awal kelahiran sel biologis.
1. Proses Evolusi Prokariot
Pada tahun 1920-an, A.I. Oparin dari Rusia dan J.B.S. Haldane dari Inggris
membuat hipotesis tentang bumi primitif. Atmosfer bumi dan lautan purbakala pada
masa itu memang jauh berbeda dengan kondisi bumi saat ini. Menurut Oparin dan
Haldane, pada masa itu banyak terjadi petir dan hujan meteorit yang memungkinkan
terjadinya penggabungan molekul sederhana menjadi molekul yang lebih kompleks.
Atmosfer bumi pada masa itu belum memiliki lapisan ozon, sehingga radiasi sinar ultra
violet dapat menembus atmosfer bumi primitif sehingga memungkinkan terbentuknya
molekul kompleks yang dapat membelah diri dan melakukan metabolisme.

Gambar 1. Percobaan Miller-Urey

Pada tahun 1953, Stanley Miller dan Harold Urey menguji hipotesis Oparin-
Haldane melalui eksperimentasi di laboratorium. Kondisi percobaan
disesuaikan dengan atmosfer bumi primitif. Atmosfer bumi dalam model Miller-Urey
ini, terdiri atas gas-gas H2O, H2, CH4 (metana), dan NH3 (metana). Gas-gas ini
dimasukkan ke dalam tabung lalu dipanaskan bersama dengan air. Dengan bantuan
loncatan bunga api listrik dan radiasi UV, gas-gas tersebut akan bereaksi membentuk
molekul organik sederhana seperti HCN dan HCHO (formaldehid). Di samping itu
juga terbentuk senyawa-senyawa organik seperti asam amino, gula, asam lemak, dan
nukleotida.
Meskipun eksperimen ini tidak dapat meniru dengan tepat kondisi bumi milyaran
tahun yang lalu, namun eksperimen ini sangat menarik. Eksperimen ini telah dilakukan
berulang kali oleh banyak laboratorium, dengan menggunakan susunan campuran yang

4
berbeda-beda, yang meniru susunan atmorfer bumi primitif. Hasilnya adalah 20 macam
asam amino, gula, lipida, basa purin dan pirimidin.
Secara umum reaksi senyawa anorganik sederhana menjadi senyawa-senyawa yang
lebih kompleks yang dihipotesiskan terjadi dalam atmosfer bumi primitif adalah sebagai
berikut:
1) Tahap atom menjadi zat anorganik
C,H,O,N H2O, CH4, NH3, HCN
2) Tahap zat anorganik menjadi zat organik sederhana
CH4 + H2O gula sederhana, asam lemak, gliserin
CH4+ H2O+NH3 asam amino
CH4+ H2O+NH3 + HCN Basa nitrogen (purin dan primidin)
3) Tahap zat organik sederhana menjadi zat organik kompleks
Gula + gula karbohidrat/polisakarida
Asam lemak + gliserin lemak
Basa nitrogen+ gula + fosfat adenosin fosfat, nukleotida
Nukleotida+ nukleotida DNA, RNA
4) Tahap zat organik kompleks protoplasma sel primitif Interaksi
Interaksi molekul-molekul diatas menunjukkan tahap pembentukan senyawa
organik yang semakin kompleks sehingga pada akhirnya terbentuk molekul DNA dan
RNA.
Molekul DNA dan RNA merupakan molekul yang dihasilkan secara abiotik.
Molekul ini kemudian membentuk koaservat, yaitu tetesan yang stabil yang cenderung
bergabung dengan dengan sendirinya. Koaservat merupakan kumpulan makromolekul
yang dikelilingi oleh molekul air, dan dapat menyerap substrat dari lingkungannya dan
dapat melepaskan hasil reaksi metabolisme. Koaservat ini dikenal sebagai “protobiont”
(proto=awal; bios= kehidupan). Jadi protobiont merupakan kumpulan molekul organik
yang memiliki sejumlah ciri biologis, antara lain memiliki DNA dan RNA.
Protobiont berkembang menjadi protoplasma dan kemudian berkembang menjadi
sel prokariot awal. Prokariot merupakan sel yang mendominasi atmosfer bumi pada
masa itu dan dapat dapat hidup di berbagai tempat serta sangat mudah berkembang biak.
Prokariot dapat hidup di air panas, air dingin, air asin, asam, basa, di dalam tanah, dan
pada sel lainnya. Kehadiran prokariot yang melimpah ruah di bumi selama milyaran
tahun merupakan awal dari kehidupan di bumi kita. Prokariot berevolusi terus menerus,
hingga menimbulkan keanekaragaman metabolisme dan cara makan. Sebagian besar
prokariot ini berukuran mikroskopik, namun demikian, dampaknya bagi kehidupan
5
sejak dahulu hingga saat ini, sangat luar biasa. Prokariot sangat berperan dalam
merombak bahan-bahan dari organisme yang sudah mati dan mengembalikan unsur
kimia ke lingkungan (saprofit), ada yang menyebabkan penyakit (pathogen), ada yang
bersifat parasit.
2. Filogeni Prokariot
Sistem klasifikasi tradisional membagi mahluk hidup ke dalam 5 Kingdom berdasarkan
perbedaan strukturalnya, yaitu:
1) Monera
2) Protista
3) Plantae /plantarum
4) Fungi
5) Animalia
Akan tetapi dengan membandingkan urutan RNA ribosomal dan genom dari spesies
yang hidup pada masa kini, terdapat dua cabang dalam evolusi prokariot yaitu:
1) Kelompok bakteria : dulu dinamakan Eubacteria
2) Kelompok arkhaea : dulu dinamakan Archaeabacteria
Arkhaea berasal dari bahasa Yunani “Archais” (kuno), karena memang cara hidupnya
dalam arti nutrisi dan metabolismenya sangat primitif. Sebagian besar arkhaea menempati
habitat yang ekstrim. Filogeni prokariot yang berasal dari nenek moyang bersama dan
kemudian berevolusi menjadi arkhaea dan bakteria .

Istilah bakteria atau bakteri umumnya digunakan dalam biologi sebagai acuan prokariot,
namun demikian bakteri maupun archaea secara structural dikelompokkan sebagai
prokariot. Sebagian prokariot bersifat uniseluler, tetapi ada beberapa spesies yang
membentuk kumpulan atau koloni, bahkan ada prokariot yang menunjukkan kecenderungan

6
adanya pembagian tugas antara dua jenis atau lebih yang telah terspesialisasi sehingga
menjadi koloni sejati. Sel prokariot memiliki tiga bentuk umum yaitu : bentuk kokus (bola),
basil (batang), dan spiral. Ketiga bentuk ini merupakan tahap penting dalam identifikasi
prokariot.

3. Cara Prokariot Memperoleh Energi


Secara umum ada dua macam cara memperoleh energi yaitu autotrof yaitu hanya
memerlukan senyawa anorganik CO2 sebagai sumber karbon dan heterotrof yaitu
memerlukan senyawa organic sebagai sumber karbon untuk menyusun senya wa organik
lain. Berdasarkan cara memperoleh energi sebagai nutrisi pokok, maka prokariot
dikelompokkan menjadi:
a. Fotoautotrof : sel fotosintetik yang memanfaatkan energi cahaya dan CO2 untuk
mensintesis senyawa organik lain.
b. Kemoautotrof: memerlukan CO2 sebagai sumber karbon dan mendapatkan energi
dengan cara mengoksidasi bahan anorganik. Energi kimia diperoleh dari H2S,
amoniak (NH3), dan ion Fero (Fe2+), contohnya bakteri Sulfur genus Sulfolobus.
c. Fotoheterotrof: menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan ATP tetapi juga
menggunakan senyawa karbon organic. Mode ini unik bagi prokariota laut dan
halofilik (penyuka garam) tertentu.
d. Kemoheterotrof: memerlukan molekul organik untuk sumber energi dan karbon
misalnya: prokariot, protista, fungi, hewan, dan tumbuhan tertentu.2
Sebagian besar prokariot adalah kemoheterotrof, misalnya prokariot pengurai atau
Saproba yang menyerap nutrient dari sisa bahan organik, prokariot parasit yang menyerap
nutrient dari cairan tubuh inang yang masih hidup.

1
Fransisca Sudargo. Modul 3 : Dunia bakteri, archaea, dan Protista. Bandung : UPI Press. 2015. Hlm. 7-
8.
2
Neil A. Campbell & Jane B. Reece. Biologi : Edisi kedepalpan Jilid 2. Jakarta : Erlangga. 2012. Hlm. 127.
7
Cara makan prokariot juga mengalami evolusi, sehingga ada bakteri yang untuk
pertumbuhannya memerlukan media yang mengandung 20 jenis asam amino, senyawa
organik, dan vitamin, misalnya Lactobacillus. Ada bakteri yang memerlukan medium yang
mengandung glukosa, misalnya Escherichia coli. Kemoheterotrof merupakan cara makan
yang unik, karena hampir setiap molekul organik dapat berubah menjadi bahan makanan.
Ada jenis bakteri yang mampu memetabolisme minyak bumi, sehingga bakteri ini dapat
dimanfaatkan untuk membersihkan tumpahan minyak.
4. Evolusi Cara Makan Prokariot
Evolusi cara makan prokariot memegang peranan penting dalam perubahan
lingkungan bumi purbakala. Pada awalnya banyak prokariot yang bersifat parasit, karena
lautan purbakala pada masa itu kaya akan bahan organik sebagai nutrisi bagi prokariot.
Prokariot ini dapat dikatakan hidup sebagai parasit. Seiring dengan kemampuan
berkembang biak prokariot, maka lautan purba dengan cepat dipenuhi oleh sel-sel prokariot,
dan banyak pula sel-sel yang mati. Bahan organik pada sel- sel mati ini kemudian diuraikan
oleh prokariot saprofit . Hasil penguraian ini adalah bahan-bahan anorganik yang
dikembalikan ke lingkungan. Evolusi cara makan ini dikuti dengan evolusi metabolisme,
sehingga muncul keanekaragaman prokariot.
Pada beberapa jenis prokariot awal, terdapat pigmen penyerap cahaya matahari
(UV). Sinar UV ini sangat berbahaya bagi sel yang tumbuh di permukaan air. Namun
prokariot fotosintetik ini memiliki alat metabolik untuk menggunakan H2O yang berlimpah
sebagai pengganti H2S. Hidrogen digunakan untuk mereduksi CO2. Hasil fotosintesis
adalah glukosa dan oksigen. Prokariot fotosintetik ini adalah sianobakteria awal.
Sianobakteria berevolusi antara 2,5- 3,4 milyar tahun bersama prokariot lainnya.
Banyaknya oksigen yang dihasilkan oleh sianobakteria ini kemudian mengubah lingkungan
bumi awal. Bumi yang semula tanpa oksigen menjadi banyak mengandung oksigen. Saat
itu lautan menjadi jenuh dengan oksigen bebas yang terakumulasi di permukaan laut.
Sebagian oksegen bereaksi dengan besi terlarut menjadi oksida besi lalu mengendap.
Hingga suatu saat ketika besi terlarut habis, maka O2 dibebaskan ke atmosfer.
Perubahan secara bertahap menyebabkan atmosfer bumi menjadi kaya akan
oksigen. terjadilah REVOLUSI OKSIGEN. Atmosfer yang kaya oksigen ini menyebabkan
kepunahan prokariot anaerob yang tak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun
ada prokariot anaerob lain yang dapat bertahan hidup dalam habitat yang aerob hingga saat
ini yaitu anaerob obligat. Di samping itu muncul sel prokariot yang bersimbiosis dengan

8
prokariot aerob, lalu terjadilah evolusi antara simbion tersebut yang kemudian berkembang
menjadi EUKARIOT.3
B. Evolusi Protista.

Kemunculan eukariot sebagai akibat dari revolusi oksigen, ketidak stabilan iklim
bumi waktu itu mengakibatkan tiga hal pokok bagi prokariot anaerob yaitu Musnah karena
tidak mampu beradaptasi dengan habitat aerob, Berdaptasi tetap sebagai prokariot anaerob
tetapi hidup di tetapi hidup di tempat yang anaerob, seperti di lumpur, bersembunyi di
lubang yang dalam dan lain-lain. Bersimbiosis dengan prokariot lain dan membentuk
kehidupan baru sebagai eukariot yang kita kenal dengan sebagai PROTISTA.protista mulai
muncul di bumi sekitar 2 milyar tahun yang lalu dibuktikan oleh fosil tertua pada lapisan
prekambrian.4 Fosil ini disebut Acritarch. Semua jenis Protista adalah eukariot. Protista
sangat beragam ada yang uniseluler, dan ada pula yang multi seluler dalam bentuk koloni.5
Metabolisme Protista juga sangat beragam:

a) Sebagian protista memiliki mitokondri untuk respirasi selulernya bersifat uniseluler.


b) Beberapa Protista tidak memiliki mitokondria kareana mengandung bakteri yang
bersimbiosi untuk melakukan respirasi seluler Protista ini dapat hidup di lingkungan
yang anaerob.
c) ada Protista yang fotoautotrof dengan kloroplas sebagai organel untuk melakukan
fotosintesis.
d) Ada Protista heterotrof yaitu Protista yang menyerap molekul organic atau menelan
partikel makanan yang lebih.
e) Ada Protista yang miksotrof, karena dapat melakukan fotsintesis dan nutrisi heterotrof
misalnya euglena.

Euglena

3
Miscellaneous. Buku Ajar Evolusi. Lampung : E-Learning UIN Raden Intan, 2015.
4
Fransisca sudargo T., Hlm. 12.
5
Ibid hal : 12.
9
Sebagian Protista dapat bergerak bebas (motil), mempunyai flagea atau silia sebagai
alat gerak. Reproduksi dan siklus hidup Protista dibagi menjadi tiga yaitu:

a) Aseksual yaitu membelah diri, mengalami pembelahan secara mitosis


b) Seksual yaitu dengan menyatukan dua gamet
c) Syngami yaitu pertukaran gen-gen antara dua individu lalu berpisah dan kemudian
meneruskan pembiakan aseksual.

Berdasarkan asal usul Protista (eukariot) dari sel prokariot yang bersimbiosis, maka
dapat tiga domain yaitu domain archaea, Bakteri, dan eukarya. Secara filogeni hubungan
prokariot dengan eukariot digambarkan melalui bagan sebagai berikut.

Dalam sistem domain, kelompok protista diuraikan lagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan perbdaan yang muncul. Perbedaan pada kingdom protista menunjukkan bahwa
telah terjadi perkembangan evolusi protista sehingga terbentuk kenaekaragaman protista.
Dalam sistem domain, kingdom protista diuraikan lagi menjadi 5 calon kingdom yaitu:

1) Kelompok Arkhaeozoa : merupakan kelompok protista yang tidak memiliki


mitokondria, diduga sejak awal evolusinya, Arkhaeozoa tidak memilki mitokondria,
atau organel tersebut hilang dalam perjalanan evolusinya. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Arkheozoa berasal dari protista anaerob atau protista parasit.
Salah satunya Giardia lambia, yaitu diplomanad yang hidup sebagai parasit dalam
usus manusia, yang dapat menyebabkan diare dan penyakit pencernaan lainnya,

10
Giardia adalah protista yang tidak memiliki mitokondria dan plastida, memiliki dua
flagela dan dua inti terpisah. Namun hasil analisis RNA ribosom menunjukkan
bahwa Giardi memiliki gen yang dapat mengkode mitokondria. Dengan demikian
mitokondria pernah ada sebagai endosimbiotik, namun menghilang dalam proses
evolusinya.

Giardia

2) Kelompok euglenozoa: memiliki flagel (kelas flagelata), ada yang bersifat


fotosintetik misalnya Euglena, ada yang bersifat parasit misalnya Trypanosoma.
Euglena dan kerabatnya bersifat autotroph, tetapi ada pula yang hetetrof, yaitu
menyerap molekul organic dari lingkunganya atau menelan mangsa secara
fagosotik. Euglenozoa yang parisitik mempunyai mitokondria yang relatif besar
yang berhubungan dengan organel kinetoplas yang menyimpan DNA inti. Oleh
karena itu dikelompokkan sebagai kinetoplastida. Kelompok kinetoplastida ini
bersimbiosis dan bersifat pathogen terhadapa inangnya dan menyebabkan penyakit
tidur pada manusia. Penyakit ini menyebar lewat gigitan lalat Tsetse.6

(Trypanosoma di dalam darah manusia)


3) Kelompok alveolata merupakan kelompok flagelata dan ciliata yang bersifat
uniseluler, parasit, dan memiliki alveoli. Adanya rongga/ alveoli. Alveolata

6
Ibid hal : 17
11
menyatukan beberapa jenis protista yang fotosintetik, apikompleka, ciliata,
rhizopoda, aktinopoda, foraminifera, jamur lendir.
4) Kelompok Stramenopila merupakan kelompok monofiletik yang terdiri atas
eukariot fotosintetik dan heterotrof. Stramenopila fotosintetik memiliki kloroplas
yang diliputi oleh dua lapis membran, sedikit sitoplasma dan sisa nucleus.
C. Munculnya Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Perkembangan Klasifikasi
Makhluk Hidup
1. Munculnya Keanekaragaman Makhluk Hidup
Tidak ada makhluk hidup di alam ini yang persis sama satu dengan yang lain
jika dilihat dari sifat atau karakter yang tampak maupun dari sifat atau karakter yang
perbedaan bentuk tubuh, warna, ukuran, kecerdasan, dan lain-lain. Bahkan individu-
individu yang berasal dari induk yang sama, juga menunjukkan perbedaan sifat. Apalagi
jika dibandingkan individu yang berbeda jenisnya. Semua ini menunjukkan adanya
keanekaragaman makhluk hidup.
Menurut para ahli, keanekaragaman makhluk hidup seperti yang kita lihat
sekarang ini terbentuk dari proses evolusi. Ketika bumi baru saja terbentuk, yang terjadi
adalah proses evolusi yang lebih besar, yang kemudian memunculkan sel pertama
(ancestor cell). Setelah dalam waktu yang cukup lama dalam sejarah evolusi, dari sel
pertama ini kemudian memunculkan organisme multiseluler pada awal era
Paleozoikum. Proses evolusi makhluk hidup berlanjut seiring dengan perubahan iklim
dan pergeseran benua. Pada akhirnya sebagai hasil proses evolusi, bermunculanlah
beranekaragam makhluk hidup. Zaman keemasan Reptilia, Tumbuhan Berbunga, dan
Mammalia terjadi pada akhir era Mesozoikum (Mesozoic) dan awal era Senozoikum
(cenozoic).
Walaupun Charles Robert Darwin mencetuskan evolusi sebagai suatu teori yang
menyebabkan makhluk hidup berubah dan menjadi beraneka ragam melalui proses
seleksi alam dalam waktu yang sangat lama, namun ia belum mengetahui tentang DNA
dan mekanisme pewarisannya. Namun demikian diketahui bahwa variasi yang ada pada
individu bersifat genetis. Kemudian diketahui bahwa sumber terjadinya variasi adalah
mutasi, yaitu perubahan susunan kimiawi DNA yang berlangsung sedikit demi sedikit
dan memakan waktu lama. Mutasi memodifikasi DNA dan menyebabkan terjadinya
spesies baru (spesiasi). Jadi mekanisme evolusi adalah akumulasi perubahan secara
bertahap dalam kurun waktu lama, sampai suatu kelompok organisme cukup nyata
berbeda dari kelompok asalnya sehingga dapat disebut sebuah spesies baru. Hal tersebut
dapat terjadi bila ada penghalang fisik yang memisahkan suatu populasi induknya (yang
12
akan menghasilkan spesiasi alopatrik), atau gene pools mereka menjadi terpisah akibat
adanya variasi lingkungan (yang akan menghasilkan spesiasi parapatrik). Pola evolusi
dikenal dengan evolusi divergen (bila dua atau lebih spesies berevolusi dari sebuah
leluhur yang sama), dan evolusi konvergen (bila evolusi organisme yang berasal dari
leluhur yang berbeda, beradaptasi pada lingkungan hidup yang sama).
Keanekaragaman makhluk hidup menunjukkan totalitas variasi gen, jenis dan
ekosistem yang dijumpai di suatu daerah. Keanekaragaman makhluk hidup menyatakan
terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat lain
yang terlihat pada tingkat yang berdeda-beda. Keanekaragaman makhluk hidup meliputi
berbagai macam aspek seperti ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, dan tingkah laku
makhluk hidup yang selanjutnya akan menyusun suatu ekosistem tertentu.
Keanekaragaman makhluk hidup tidak hanya terjadi antar jenis tetapi juga di dalam satu
jenis. Keanekaragaman antar jenis misalnya antara bawang merah dengan bawang
putih, sedangkan keanekaragaman dalam satu jenis misalnya antara varietas padi, padi
Jawa, padi Cianjur dan lain-lain.
2. Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup
Klasifikasi makhluk hidup telah dikenal sejak zaman dahulu, Seorang ahli
filsafat Yunani, Aristoteles (384-322 SM), telah melakukan klasifikasi makhluk hidup
dengan mengklasifikasikan tumbuhan dan hewan. Meskipun telah mengklasifikasikan
makhluk hidup menjadi tumbuhan dan hewan, pada masa itu manusia belum mengenal
mikroorganisme seperti bakteri atau berbagai makhluk bersel satu. Dalam
perkembangannya, sistem klasifikasi makhluk hidup telah mengalami banyak
perubahan dari masa ke masa. Semua itu tidak terlepas dari peranan para ilmuwan untuk
terus melakukan penelitian. Berikut ini beberapa sistem klasifikasi makhluk hidup dari
masa ke masa.
1) Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Pra-Linnaeus
Pada masa pra-Linnaeus, sistem klasifikasi makhluk hidup dilakukan
dengan dasar pengamatan ciri-ciri morfologis makhluk hidup. Pada masa ini,
seorang ahli filsafat Yunani, Aristotels, memiliki peranan besar dalam
perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup. Pada masa pra- Linnaeus,
makhluk hidup ini dibedakan menjadi dua kelompok seperti konsep Aristoteles
yaitu tumbuhan dan hewan.

13
Gambar bapak taksonomi modern Carolus Linnaeus
Pada masa itu sebenarnya telah diklasifikasi secara merinci. Hewan –
hewan ini diberi nama berdasarkan manfaat dan ciri-ciri yang dimilikinya.
Selain itu proses –proses ini dilakukan tanpa kesadaran dan berlangsung dalam
waktu yang sangat cepat. Oleh karena itu, mereka mengelompokkan makhluk
hidup sebagai hewan dan tumbuhan.
2) Sistem Klasifikasi 2 Kingdom
Sistem klasifikasi 2 kingdom merupakan awal majunya perkembangan
sistem taksonomi. Pada masa ini dikenal adanya 2 macam , yaitu dunia hewan
( kingdom animalia ) dan dunia tumbuhan ( kingdom plantae ).
a. Kingdom Plantae (dunia tumbuhan). Dasar pengelompokan tumbuhan
adalah semua organisme yang mempunyai dinding sel kaku atau keras
karena tersusun dari selulosa dan mempunyai kemampuan melakukan
fotosintesis. Meskipun tidak berklorofil, bakteri dan jamur dimasukkan
dalam kingdom plantae. Alga, lumut, paku-pakuan dan tumbuhan berbiji
juga dimasukkan pada kingdom tumbuhan.
b. Kingdom Animalia (dunia hewan), dikelompokkan berdasarkan suatu
ciri, yaitu mempunyai kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain, tidak berklorofil dan tidak berdinding sel. Misalnya, Protozoa,
Porifera, Coelenterata, Arthropoda, Echinodermata sampai Chordata.7

Pada masa ini, seorang ilmuwan asal Swedia bernama C. Linneaus, ia


adalah tokoh yang berperan besar dalam hal melakukan sistem klasifikasi
makhluk hidup. Sistem klasifikasi 2 kingdom diterapkan pada tahun 1735.
Sistem klasifikasi 2 kingdom dianggap belum sempurna dan masih memiliki

7
Tri Wahyuningsih, “Hakikat Biologi dan Keanekaragaman Hayati”, Modul 1.
14
beberapa kekurangan, seperti penggolongan makhluk hidup yang masih terlalu
umum serta kurang spesifiknya penggolongan tersebut.
3) Sistem Klasifikasi 3 Kingdom
Jika sebelumnya Linneaus mengklasifikasi makhluk hidup menjadi 2,
selanjutnya Ernst Haechel pada tahun 1866 mengklafisikasi makhluk hidup
menjadi 3 kingdom. Sistem klasifikasi 3 kingdom ini terdiri atas animalia
( hewan ), kingdom plantae ( tumbuhan ), dan kingdom Protista ( organisme
bersel satu dan organisme multiseluler sederhana ). 8
a. Kingdom Protista. Ciri-ciri adalah tubuh terdiri dari satu sel atau banyak
sel yang belum terdiferensiasi. Contohnya, semua organisme yang bersel
satu, misalnya alga dan diatom, serta organisme multiseluler sederhana
seperti Paramecium dan alga.
b. Kingdom Plantae. Terdiri dari organisme yang bersifat autotrof,
eukariota multiseluler dan berreproduksi dengan spora. Contohnya,
jamur, lumut, paku, dan tumbuhan biji.
c. Kingdom Animalia. Terdiri dari organisme yang bersifat heterotrof dan
multiseluler. Contohnya, Protozoa, Porifera, Coelenterata, Arthropoda,
Echinodermata sampai Chordata.9
4) Sistem Klasifikasi 4 Kingdom
Copeland dan Whittaker adalah dua tokoh yang sangat berperan dalam
penemuan sistem klasifikasi 4 kingdom. Dua ilmuwan tersebut
mengkasifikasikan makhluk hidup menjadi 4 kingdom. Meskipun sama-sama
mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 4 kingdom, keduanya memiliki
sistem klasifikasi yang berbeda. Copeland mengklasifikasikan makhluk hidup
menjadi kingdom Monera, kingdom Protoctista, kingdom Metaphyta dan
kingdom Metazoa. Tumbuhan Kingdom Monera merupakan kumpulan
organisme yang tidak memiliki membran inti dan memiliki sifat prokariotik.
Lain halnya dengan kingdom Protoctista (Protista) yang bersifat eukariotik.
Kingdom Metaphyta merupakan kumpulan tumbuhan yang mengalami masa
pertumbuhan embrio. Sedangkan kingdom Metazoa merupakan kingdom
dengan kumpulan hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam
siklus hidupnya.

8
https://dosenbiologi.com/makhluk-hidup/klasifikasi-makhluk-hidup.18 September 2019. 18.00 WIB
9
Ibid.
15
Lain halnya dengan Whittaker, ia mengklasifikasikan makhluk hidup
menjadi kingdom Animalia, kingdom Plantae, kingdom Fungi, dan kingdom
Protista. Fungi memang memiliki ciri yang hampir sama dengan tumbuhan,
hanya saja memiliki beberapa karakteristik yang berbeda, karenanya fungi
dijadikan satu kingdom tersendiri. Fungi adalah organisme heterotrof yang tidak
dapat mensintesis makanannya sendiri, lain halnya dengan tumbuhan yang dapat
mensintesis makanannya sendiri.
5) Sistem Klasifikasi 5 Kingdom
R.H. Whittaker mengelompokkan organisme menjadi lima dunia
berdasarkan tingkat organisme, kondisi inti sel, dan nutrisinya. Kelima dunia
tersebut adalah sebagai berikut.10
1. Kingdom Monera
Monera meliputi makhluk hidup yang sangat sederhana.
Termasuk ke dalam kingdom ini adalah bakteri dan alga biru
(Cyanophyta). Monera bersifat prokariotik, sel-selnya mempunyai
nukleus atau inti sel yang tidak bermembran. Sel-selnya membelah
secara sederhana, yaitu dengan amitosis. Kromosomnya tunggal dan
berbentuk melingkar. Klorofil tersebar dan tidak terlindung oleh
membran.
2. Kingdom Protista
Termasuk ke dalam kingdom ini adalah organisme yang bersel
tunggal bersifat eukariotik. Eukariotik berarti inti sel-selnya telah
bermembran, meliputi protozoa dan alga. Sistem klasifikasi ini dirintis
oleh Ernst Haeckel (1834-1919)
3. Kingdom Mycota
Kingdom ini meliputi makhluk hidup yang tidak
mempunyaiklorofil, sehingga tidak dapat mensintesa makanan sendiri
atau bersifat heterotrop, ada yang bersifat parasit, ada juga yang bersifat
saprofit. Termasuk di dalamnya adalah berbagai jamur, seperti jamur
merang, jamur kuping dan jamur oncom.
4. Kingdom Plantae

10
Martono, Djoko dan Moch Anshori, “BIOLOGI”untuk Sekolah Menengah Atas – Madrasah Aliyah kelas
X, 2009, Jakarta, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

16
Kingdom ini meliputi makhluk hidup yang mampu melakukan
fotosintesis, yaitu makhluk hidup yang mempunyai klorofil, sehingga
dapat hidup tanpa mengambil energi dari organisme lain. Makhluk itu
disebut organisme autotrop. Termasuk di dalamnya adalah Bryophyta,
Pteridophyta, dan Spermatophyta.
5. Kingdom Animalia
Kingdom ini meliputi makhluk hidup eukariotik bersel banyak,
bersifat heterotrop, meliputi Porifera, Platyhelminthes, Hydrozoa,
Nematoda, Rotifera, Annelida, Molusca, Arthropoda, Echinodermata
dan Chordata.

6) Sistem Klasifikasi 6 Kingdom


Sistem enam kingdom pertama kali dikemukakan oleh Carl Woese,
seorang ahli biologi molekuler dari University of Illionis, yang menemukan
bahwa Archaebacteria berbeda dengan Eubacteria (bakteri). Archaebacteria
berbeda dengan Eubacteria dalam hal proses transkripsi dan translasi
genetiknya. Pada Archaebacteria transkripsi dan translasinya lebih mirip dengan
apa yang terjadi pada eukariotik. Selanjutnya para ahli biologi bersepakat
memisahkan Eubacteria dan Archaebacteria. Secara lengkap klasifikasi sistem
enam kingdom adalah berikut ini :
a. Kingdom Eubacteria
17
Para makhluk hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel
tunggal (uniseluler). Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan
Eubacteria memiliki sel prokariotik (sel sederhana lapisan terluarnya dan
dinding sel didalamnya). Eubacteria juga dikenal dengan istilah bakteria.

b. Kingdom Archaebacteria
Makhluk hidup di Kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan
yang ada di Kingdom Eubacteria karena mereka dulunya satu Kingdom.
Namun Archaebacteria umumnya tahan di lingkungan yang lebih ekstrim.

c. Kingdom Protista
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kingdom Protista memiliki sel
eukariotik. Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak
sel tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara
hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai
tumbuhan (ganggang), Protista menyerupai jamur, dan Protista menyerupai
hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa:hewan). Protozoa mempunyai
klasifikasi berdasarkan sistem alat geraknya, yaituFlagellata/Mastigophora
(bulu cambuk, contoh Euglena, Volvox, Noctiluca,
Trypanosoma,danTrichomonas), Cilliata/Infusiora (rambut getar, contoh
Paramaecium), Rhizopoda/Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan
Sporozoa (tidak mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium).

18
d. Kingdom Fungi
Fungi adalah sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof
yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke
dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam
mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir,
atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang
tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit
banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan
yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak).
Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual
dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu
zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan
cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa.

19
e. Kingdom Plantae
Ciri yang segera mudah dikenali pada anggota plantae adalah warna
hijau yang dominan akibat kandungan pigmen klorofil yang berperan vital
dalam proses penangkapan energi melalui fotosintesis. Dengan demikian,
tumbuhan secara umum bersifat autotrof. Beberapa perkecualian, seperti
pada sejumlah tumbuhan parasit, merupakan akibat adaptasi terhadap cara
hidup dan lingkungan yang unik. Karena sifatnya yang autotrof, tumbuhan
selalu menempati posisi pertama dalam rantai aliran energi melalui
organisme hidup (rantai makanan).

f. Kingdom Animalia

20
Tubuh hewan tersusun atas banyak sel yang telah berdiferensiasi
membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri
sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu
hewan tidak bertulang belakang (invertebrata/ avertebrata) dan hewan
bertulang belakang (vertebrata). Secara umum, ciri-ciri hewan adalah
sebagai berikut :
a) Hewan merupakan organisme eukariota, multiseluler, heterotrofik.
Berbeda dengan nutrisi autotrofik pada tumbuhan, hewan
memasukkan bahan organik yang sudah jadi, ke dalam tubuhnya
dengan cara menelan (ingestion) atau memakan organisme lain,
atau memakan bahan organik yang terurai.
b) Sel-sel hewan tidak memiliki dinding sel yang menyokong tubuh
dengan kuat, seperti pada tumbuhan atau jamur.
c) Keunikan hewan yang lain adalah adanya dua jaringan yang
bertanggung jawab atas penghantaran impuls dan pergerakan, yaitu
jaringan saraf dan jaringan otot sehingga dapat bergerak secara
aktif.
d) Alat pernapasan pada hewan bermacam-macam tergantung pada
tempat hidupya, ada yang bernafas dengan paru-paru seperti
kucing, insang seperti ikan, kulit seperti cacing, trakea seperti
serangga.
e) Dapat dikendali untuk manusia (hewan piaraan / sirkus).

21
Gambar 6. Kingdom Animalia
7) Sistem Klasifikasi 7 Kingdom
Sistem klasifikasi 7 kingdom pertama kali dikembangkan oleh Cavalier-
Smith pada tahun 1998. 7 kingdom yang dimaksud meliputi kingdom Animalia,
Plantae, Protista, Chromista, Eumycota, Eubacteria, dan Archaebacteria. Dasar
klasifikasi ini adalah dua kelas utama makhluk hidup yakni eukariotik dan
prokariotik. Selanjutnya, organisme eukariotik terbagi menjadi 5 kingdom yaitu
Animalia, Plantae, Protozoa (protista), Eumycota dan Chromista. Sedangkan
organisme prokariotik terbagi menjadi 2 kingdom yaitu Eubacteria dan
Archaebacteria.

22
Dalam klasifikasi 7 kingdom terdapat jenis kingdom baru, yakni
kingdom Chromista. Kingdom tersebut memiliki anggota yang berasal dari
kingdom fungi dan protista yaitu Oomycota, Hyphochytriomycota,
Bacillariophyta, Xanthophyta, Silicoflagellates, Chrysophyta, dan Phaeophyta.
Organisme tersebut juga tidak menyimpan makanan sebagai kanji melainkan
dalam bentuk minyak, dan juga organisme-organisme tersebut mampu
menghasilkan sel dengan dua flagella yang berlainan. Klasifikasi kingdom ini
dianggap lebih sempurna karena mampu mengklasifikasikan berbagai kingdom
menjadi lebih spesifik.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori evolusi prokariot diawali dengan pembuktian hipotesis Heldane-Oparin yang


dilakukan di laboratorium oleh Harold-Urey. Dengan menggunakan alat yang dibuat
sebagaimana menyerupai kondisi bumi milyaran tahun yang lalu. Dalam percobaan ini
didapatkan 20 macam asam amino, gula, lipida, basa purin dan pirimidin. Interaksi molekul-
molekul tersebut menunjukkan tahap pembentukan senyawa organik yang semakin
kompleks sehingga pada akhirnya terbentuk molekul DNA dan RNA. Molekul DNA dan
RNA merupakan molekul yang dihasilkan secara abiotik. Molekul ini kemudian
membentuk koaservat atau dikenal sebagai probiont, probiont berkembang menjadi
protoplasma dan menjadi prokariot awal.
Ketidakstabilan kondisi iklim di bumi mengakibatkan tiga hal pokok bagi organisme
prokariot, yang pertama prokariot yang tidak dapat beradaptasi akan punah, yang kedua
sebagian organisme prokariot yang dapat beradaptasi akan sampai sekarang dan ketiga
adalah organisme prokariot yang dapat bersimbiosis dengan prokariot lain yang membentuk
organisme lain yang bersifat uniseluler yang kita kenal dengan Protista.

Tidak ada makhluk hidup di alam ini yang persis sama satu dengan yang lain jika
dilihat dari sifat atau karakter yang tampak maupun dari sifat atau karakter yang perbedaan
bentuk tubuh, warna, ukuran, kecerdasan, dan lain-lain. Bahkan individu-individu yang
berasal dari induk yang sama, juga menunjukkan perbedaan sifat. Apalagi jika
dibandingkan individu yang berbeda jenisnya. Semua ini menunjukkan adanya
keanekaragaman makhluk hidup. Sistem klasifikasi makhluk hidup berkembang dari masa
ke masa mulai dari Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Pra-Linnaeus, Sistem Klasifikasi 2
Kingdom, Sistem Klasifikasi 3 Kingdom, Sistem Klasifikasi 5 Kingdom,Sistem Klasifikasi
6 Kingdom, dan Sistem Klasifikasi 7 Kingdom.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. & Jane B. Reece. 2012. Biologi : Edisi kedepalpan Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Martono, Djoko dan Moch Anshori. 2009. “BIOLOGI”untuk Sekolah Menengah Atas –
Madrasah Aliyah kelas X, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Miscellaneous. 2015. Buku Ajar Evolusi. Lampung : E-Learning UIN Raden Intan.

Sudargo, Fransisca. 2015. Modul 3 : Dunia bakteri, archaea, dan Protista. Bandung : UPI
Press.

Tri Wahyuningsih, “Hakikat Biologi dan Keanekaragaman Hayati”, Modul 1.


https://dosenbiologi.com/makhluk-hidup/klasifikasi-makhluk-hidup.18 September 2019

25

Anda mungkin juga menyukai