Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EVOLUSI
Tentang
ASAL – USUL KEHIDUPAN
Dosen pembimbing: Sri Mulyaningsih, M.Si

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK VI

1. HARDIANTI
2. WAN WIDYA TAMARA
3. SUCI

JURUSAN MIPA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA (IPI) GARUT
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Karunia serta
Hidayah-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Makalah Evolusi tentang Asal- usul
kehidupan. Sholawat serta salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW, beserta kerabat, sahabat dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman.
Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
pembimbing mata kuliah Evolusi yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi
dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan yang disebabkan terbatasnya kemampuan penyusun. Oleh sebab itu dalam
kesempatan ini penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna
penyempurnaan makalah ini kedepannya.

Kota Bima, 25 Oktober 2018

Penyusun
KELOMPOK VI
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................1


KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................4
1. Latar Belakang ......................................................................................................4
2. Rumusan Masalah .................................................................................................5
3. Tujuan ...................................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................................6
1. Teori Asal-Usul Kehidupan ..................................................................................6
2. Teori RNA dan DNA ............................................................................................7
3. Teori Kemunculan Prokariot dan Eukariot ...........................................................8
BAB V. PENUTUP ...........................................................................................................15
1. Kesimpulan .........................................................................................................15
2. Saran ...................................................................................................................15
DATAR PUSTAKA ..........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Bumi hanyalah berupa salah satu planet dari tata surya dalam alam semesta ini yang
berpenghuni, adanya makhluk hidup. Pada awalnya, bumi masih belum memiliki kandungan
air, yang ada hanyalah lithosfer dan atmosfer. Atmosfer semakin lama semakin dingin, dan
akhirnya terbentuklah air (H2O) yang masih berbentuk gas, kemudian berbentuk uap, dan
akhirnya setelah suhu cukup rendah dan diperkirakan100C, terbentuklah embun dan hujan.
Mulailah saat itu, terbentuk sungai, danau, dan lautan, tetapi belum terdapat kehidupan. Setiap
kali orang mempelajari terjadinya kehidupan di bumi ini, selalu bermula dari problema
mengenai dari mana datangnya hidup, dari mana asalnya dan bagaimanakah terjadinya hidup
ini. Nampaknya rasa ingin tahu manusia terhadap datangnya hidup ini telah timbul berabad-
abad bahkan lebih dari dua ribu tahun yang lalu dan hingga saat inipun orang masih bertanya-
tanya tentang asal-mula kehidupan. Boleh dikatakan bahwa tak seorangpun tahu dari mana asal
kehidupan di bumi, sebab moyang kita sekalipun tidak pernah menceritakan asal-usul
kehidupan.
Untunglah manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna dikaruniai kemampuan
berfikir yang sangat tinggi,sehingga manusia mempunyai kemampuan untuk menulusuri
kembali jejak-jejak kehidupan masa lampau, mengamati peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala
hidup dan alam pada masa yang lampau, sehingga muncullah beberapa hipotesis-hipotesis
asal-usul kehidupan. Hipotesis-hipotesis ini senantiasa didukung dengan fakta-fakta agar
manusia yakin tentang asal-usul kehidupan di Bumi, maka dari itu melalui makalah ini penulis
mencoba menjelaskan dan menerangkan asal usul kehidupan melalui teori asal – usul
kehidupan, teori RNA dan DNA, dan teori kemunsulan prokariot dan eukariot.
b. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang ingin dibahas dalam makalah ini, diantaranya
ialah:
a. Apakah sajakah teori asal – usul kehidupan?
b. Apakah teori RNA dan DNA itu?
c. Apakah teori kemunculan prokariot dan eukariot itu?

c. Tujuan
a. Untuk mengetahui teori asal – usul kehidupan
b. Untuk mengetahui teori RNA dan DNA
c. Untuk mengetahui teori kemunculan prokariot dan eukariot
BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori Asal – usul Kehidupan


Teori tentang asal usul kehidupan senantiasa berkembang. Aristoteles berteori bahwa
mahluk hidup terbentuk secara spontan. Teorinya itu di kenal sebagai teori generatio spontanea.
Karena teori itu juga menyatakan bahwa semua mahluk hidup terjadi dari mahluk tak hidup, maka
di kenal pula teori abiogenesis. Teori itu di tumbangkan oleh Louis Posteur dengan menyatakan
bahwa mahlukhidp berasal dari mahluk hidup yang ada sebelumnya. Selanjutnya selanjutnya
Alexander Ivanovich Oparin dan Harold Urey mengemukakan bahwa pada zaman prabiotik
terdapat zat-zat anorganik yang berlimpah misalnya uap air, CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana),
dan H2O (hydrogen). Zat anorganik tersebut terbentuk menjadi asam amino karena energy listrik
dari petir.
Kehidupan pertama di bumi diduga terjadi sekitar 4 milyar tahun yang lalu. Di atmosfer
terdapat gas-gas karbon dioksida, metahnna, uap air, dan hydrogen, yang beraksi secara spontan
karena energy petir membantuk zat-zat organik.kehidupan pertamakali terjadi di laut, berupa
organisme bersel satu. Selanjutnya, organisme bersel satu berevolusi membentuk mahluk hidup
bersel banyak, dari mahluk hidup tingkat rendah ke mahluk hidup tingkat tinggi, dari mahluk hidup
dari lingkungan air ke mahluk hidup yang hidup di lingkungan darat.
Berdasarkan fosil dan perhitungan yang teliti, di duga kehidupan muncul di bumi sekitar 4
miliar tahun yang lalu. Para ahli berteori, bahwa kehidupan itu terbentuk melalui suatu proses
evolusi. Evolusi adalah suatu peruabhan yang terjadi secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan
dalam waktu jutaan dan bahkan bermiliyar-miliyar tahun lamanya.

1. Teori Terbentuknya Bumi


Ada beberapa teori tentang terjadinya bumi dan benda-benda langit lainnya, anatra lain
teori kabut (nebula) dan teori big bang.
Teori kabut menyatakan bahwa bintang-bintang di angkasa meledak. Hasil ledakan yang
berupa debu dan gas membentuk kabut. Kabut ini di sebut kabut asal atau kabut nebula. Kabut
ini selanjutnya memadat kemudian meledak lagi dan menghasilkan bintang-bintang baru dan
planet-planet termasuk bumi. Bintang baru yang tidak stabil akan meledak lagi dan mmbentuk
kabut lagi. Teori big bang (ledakan hebat) menyatakan bahwa kira-kira 15 miliyar tahun yang
lalu, semua materi di angkasa menyatu dan memadat (berkondesasi) membentuk satu bentukan
yang mengecil. Slanjutnya, massa padat yang mengecil ini meledak dengan ledakan yang
hebat. Debu dan gas-gas hasil ledakan membentuk bintang-bintang generasi baru. Saat itulah
di perkirakan awal terbentuknya alam semesta.
Setelah itu bintang-bintang meledak dan serpihannya menghasilkan bintang-bintang lagi
serta planet-planet, termasuk bumi.
Bumi terbentuk sekitar 5 miliyar tahun yang lalu dan mahluk hidup yang pertama hidup di
bumi muncul sekitar 1 miliyar tahun kemudian. Teori mengenai asal-ususl kehidupan, dapat
di bedakan menjadi dua pokok bahasan, yaitu teori abiogenesis dan teori biogenesis.
a. Teori Abiogenesis
SPONTANEOUS GENERATION: TAKHAYUL ABAD PERTENGAHAN Di
antara kepercayaan takhayul yang diyakini masyarakat abad pertengahan adalah benda
mati dapat memunculkan kehidupan dengan sendirinya secara tiba-tiba. Saat itu diyakini,
misalnya, katak dan ikan terbentuk dengan sendirinya dari lumpur di dasar sungai. Di
kemudian hari terungkap, hipotesis yang dikenal sebagai "spontaneous generation
(kemunculan tiba-tiba)" ini adalah kebohongan belaka. Akan tetapi, di kemudian hari
dengan skenario yang sedikit berbeda, kepercayaan ini dihidupkan kembali dengan nama
"teori evolusi".

Menurut Aristoteles, ahli filsafat Yunani kuno (384-322 SM), mahluk hidup
terbentuk secaar spontan. Teori ini di kembangkan setelah Aristoteles menemukan
belatung yang tiba-tiba muncul pada daging yang membusuk. Akhirnya belatung itu akan
menjadi lalat. Dia berkesimpulan bahwa mahluk hidup muncul secara tiba-tiba., sepeti
halnya belatung yang muncul dari daging yang mebusuk itu. Teori ini di kenal sebagai teori
Generatio Spontanea.
Oleh karena asal dari mahluk hidup itu adalah benda tak hidup, maka teori itu di
sebut juga teori Abiogenesis.
Pendukung yang lain adalah John Needham (1700) seorang berkebangsaan Ingris.
Dia melakukan penelitin dengan merebus sepotong daging dalam wadahh selama beebrapa
menit. (tidak sampai steril). Air rebusan daging tersebut dimpan dan ditutup dengan tutup
botol dari gabus. Setelah beberapa hari air kaldu berubah menjadi keruh yang di sebabkan
oleh adanyamikroba. Needham berkesimpulan bahwa mikroba berasal dari air kaldu.
2. Teori Biogenesis
Teori Abiogenesis Aristoteles diragukan oleh banyak ahli, diantaranya Francesko
Redi, Lazarro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Merea percaya bahwa mahluk hidup
berkembang dari mahluk hidup pula. Teori mereka di namakan teori Biogenesis.
a. Percobaan Redi
Orang pertama yang melakukan percobaan untuk menentang teori abogenesis
adalah Francesko redi (162601697), seroang fisikawa Italia. Redi melakukan dua kali
pecobaan. Pada percobaannya yang pertama pada tahun 1668, redi menggunakan dua
kerat daging segar dan dua stoples. Stoples satu diisi dengan kerat daging dan di tutup
rapat- rapat, sedangkan stoples yang kedua diisi kerat daging ydan dibiaran terbuka.
Setelah beberapa hari, pada stoples I, pada daging tidak di temukan larva lalat. Pada
Stoples 2 daging telah membusuk dan didalam daging terdapat banyak larva. Redi
menyimpulkan bahwa larva lalat bukan bersala dari daging yang membusuk, tetapi
berasal dari lalat yang masuk kemudian bertelur pada kertatan daging dn telur tersebut
menetas menjadi larva. Hasil percobaan ini mendapat sanggahan dari para ilmuwan
pendukung teori Abiogenesis. Sanggahan tersebut adalah kehidupan pada stoples satu
tidak dapat terjadi karena stoples tertutup sehingga tidak ada kontak dengan udara.
Akibatnya tidak ada daya hidup di dalamnya.
Untuk menjawab sanggahan tersebut, Redi melakukan percobaan kedua, yaitu
meletakkan daging pada stoples yang di tutup dngan kain kasa sehinngga masih terjadi
hubungan dengan udara, tetapi lalat tidak dapat masuk. Hasil menunjukkan bahwa
keratin daging membusuk; pada daging ini di temukan sedikit larva; dan pada kain kasa
penutupnya terdapt lebih banyak larva dari pada yang di daging. Redi berkesimpulan
bahwa larva bukan berasal dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang
hinggap di kain kasa dan beberapa telur jatuh pada daging.
b. Percobaan Spallanzani
Lazzaro Spallanzani (1729-1799), biologiwan Italia, pada tahun 1765 melakukan
percobaan dengan menggunaan air rebusan daging dan dua macam perlakuan pada
labu. Labu I diisi dengan air kaldu, kemudian di panaskan pada suhu 15o C selama
beberapa menit, kemudian di biarkan terbuka. Sedangkan labu II diisi air kaldu , di
tutup rapat dengan menggunakan sumbat gabus kemudian labu di panaskan hingga
mendidih. Selanjutnya kedua macam labu tersebut didinginkan. Setelah kurang lebih
satu minggu, hasil percobaannya menunjukkan pada labu I air kaldu menjadi keruh dan
berbau busuk dan banyak mengandung mikroorganisme. Pada Labu II air kaldu tetap
jernih dan tidak berbau busuk. Akan tetapi kemudian jika labu II dibiarkan terbuka dan
dibiarkan lebih lama lagi, air kaldu menjadi keruh dan berbau busuk seperti hasil labu
I.
Kesimpulan Spallanzani adalah pada tabung yang terbuka terdapat kehidupan yang
berasal dari mikroorganisme yang ada di udara. Pada tabung yang tertutup tidak
terdapat kehidupan yang bersala dari mikroorganisme yang ada di udara. Pada tabung
yang tertutup tidak terdapat ehidupan. Ini membuktikan bahwa kehidupan bukan
berasal dari air kaldu.
Hasil percobaan Spanllanzani di sanggah oleh penganut abiogenesis.
Sanggahannya adalah kehidupan pada percobaan Spanlanzani tidak terjadi karena daya
hidup tidak masuk ke dalam labu. Menurut mereka, untuk terbentuknya organisme
dalam air kaldu di butuhkan udara.

c. Percobaan Pasteur
Orang yang berhasil menumbangkan tori abiogenesis sehingga tidak tersanggahkan
lagi adalah ahli biokimia berkebangsaan Perancis, yaitu Louis Pasteur (1822-1895).
Pasteur melakukan pecobaan yang merupakan penyempurnaan dari percobaan
spanlanzani. Pasteur menggunakan labu berleher sperti angsa. Percobaannya adalah
sebagai berikut.
a. Labu berleher seperti leher angsa diisi air kaldu. Leher angsa itu I buat untuk
menjaga adanya hubungan antara labu dengan udara luar. Selanjutnya labu di
panaskan untuk mensterilkan air kaldu dari mikroorganisme.
b. Setelah itu labu didinginkan dan di letakkan di tempat yang aman. Udara dari luar
dapat masuk ke dalam labu. Karena bentuk pipa seperti leher angsa, debu dan
mikroorganisme yang ada di udara menempel di dasar leher angsa, sehingga udara
yang masuk ke dalam labu adalah udara yang steril jadi, didalam labu percobaan
Pasteur ini masih ada daya hidup seperti yang di persoalkan oleh penganut paham
abiogenesis. Setelah dibiarkan beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak
mengandung mikroorganisme.
c. Labu yang berisi air kaldu jernih tersebut di pecahkan lehernya, sehingga labu
bersentuhan langsung dengan udara luar secara langsung. Setelah selama beberapa
hari di biarkan, air kaldu di dalam labu menjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme.
Kesimpulan dari hasil penelitian Pasteur adalah mikroorganisme yang ada
pada air kaldu bukan berasal dari cairan (benda tak hidup), melainkan dari
mikroorganisme yang terdapat di udara. Mikroorganisme yang ad di udara itu
masuk ke dalam labubersama-sama dengan debu.
Hasil percobaan Pasteur ini menggugurkan teori abiogenesis. Pasteur
mengjaukan teori baru tentang asal-ususl kehidupan. Teori ini menyatakan:

1) Omne vivum ex ovo, yaitu setiap mahluk hidup berasal dari telur

2) Omen ovum exx vivo, yang berarti setiap telur berasal dari mahluk hidup
3) Omne vivum ex vivo, yaitu setiap mahluk hidup berasal dari mahluk hidup
sebelumnya

3. Teori Lain-lain
Teori Pasteur belum memuaskan benar untuk menjawab pertanyaan tentang dari
mana mahluk hidup pertamakali berasal. Bagaimana proses pembentukannya, dan
dimana mahluk hidup pertamakali terbentuk. Atas pertanyaan-pertanyaan tersebut,
muncullah berbagai teori sebagai berikut:
a. Teori Kreasi Khas
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural
(gaib) pada saat istimewa. Segala spesies mahluk hidup saat inin sudah ada sejak
dahulu dan masing-masing spesies di ciptakan sendiri-sendiri sebagaimana adanya
saat ini. Teori ini di kenal dengan nama teori kreasi khas atau teori penciptaan
khusus. Pengikut teori ini misalnya Carolus Linnaeus.
b. Teori Kataklisma
Teori ini menyatakan bahwa segala spesies d ciptakan sendiri-sendiri dan
berlangsung dalam periode-periode, di mana antara periode satu dengan periode
yang lain terjadi bencana. Bencana-bencana itu menghancurkan spesies-spesies
sebelumnya dan memunculkan spesies baru. Pandangan ini di kenal dengan toeri
kataklisma yang di pelopori oleh Cuvier.
c. Teori Kosmozoan
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet bumi berasal dari
mana saja. Kehidupan di bumi berasal dari protoplasma yang membentuk spora-
spora kehidupan. Spora kehidupan mencapai permukaan bumi secara tidak sengaja
dan berasal dari mana saja di dalam inti. Pelopor teori ini adalah Arhenius (1911).
d. Teori evolusi biokimia
Beberapa ilmuwan saat ini ada yang lebih cenderung berteori bahwa mahluk
hidup terbentuk berdasarkan hukum fisio-kimia yang di nalnjutkan dengan evolusi
biologi. Teori itu di kenal sebagai teori evolusi biokimia.
Kita akan membahas salah satu teori yaitu bahawa munculnya mahluk
hidup sebagai akibat dari terjadinya evolusi biokimia. Teori ini dikenal juga sebagai
teori neoabiogenesis atau naturalistic. Menurut teori ini, dibumi mula-mula terjadi
evolusi kimia atau evolusi abiologi dan selanjutnya terjadi evolusi biologi.
e. Teori Keadaan Mantap (Steady Stat Theory)
Teori ini menyatakan bahwa bumi tidak memiliki asal mula.
2. Penyebab munculnya Teori naturalistik (Teori evolusi kimia)
Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori
Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus mengadakan
penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut antara lain: Harold Urey,
Stanley Miller, dan A.I.Oparin. Mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali
di bumi ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi
menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan
lain-lain.
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini terbentuk
kira-kira antara 4, 5-5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat
berbeda denagn keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan 4.000-
8.000oC. pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta abeberapa unsur logam
mengembun membentuk inti bumi, sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak
datar. Karena adanya kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak
dan berkerut terus menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas
ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan Argon (Ar) lepas
meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Dia atmosfer juga
terbentuk senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap
air (H2O), Amonia (NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana
tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketuika suhu atmosfer turun
sekitar 100oC terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun.
Dalam keadaan semacam ini pasti bumi saat itu belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi
semacam itu memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena teredianya zat (materi) dan
energi yang berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini? Pertanyaan
inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan pendapat serta melakukan
experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain Harold Urey dan Stanley Miller.
3. Tahap-tahapan teorri naturalistic (Teori evolusi kimia)
a. Terbentuknya senyawa kimia organic sederhana dari zat-zat anorganik dengan bantuan
energy alam seperti H2O + H2 + NH3 + CH4 urea, folmadehid, dan asetat
b. Terbentuknya senyawa kimia yang lebih kompleks seperti berikut :
Urea, folmadehid, asetat dan sebagainya à asam amino, glukosa, nukleotida, dan asam
lemak.
c. Terbentuknya senyawa kompleks melalui polimerisasi senyawa monomer organic :
1. Asam amino, polimer protein
2. Glukosa, polimer amilum, selulosa
3. Asam emak + gliserol lemak
4. Nukleotida RNA
d. Beberapa molekul sederhana dan molekul polimer berinteraksi menjadi agregat seluler.
Beberapa molekul berfungsi secara structural dan menjadi substrat reaksi untuk
menghasilkan energi bagi reaksi-reaksi sintesis.
e. Beberapa molekul (nukleotida) mengalami polimerasi menjadi RNA yang mampu
bertindak sebagai enzim untuk sintesis, sekaligus mengarahkan jalannya reaksi-reaksi
dalam kompartemen (koaservat atau protobion).
f. RNA menjadi cukup stabil untuk bertindak sebagai molekul pembawa informasi genetis.
g. Reaksi-reaksi kimia agregat cikal bakal seluler tersebut tersekat atau terjebak dalam sekat
hidrofobik (lemak) dan ini menjadi cikal bakal sel.

4. Pendapat serta eksperimen para ilmuwan terhadap teori naturalistik(teori evolusi kimia)
a. Teori Evolusi kimia menurut A.I. Oparin (Rusia)
Dia adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa evolusi zat-zat kimia telah
terjadi sebelum kehidupan ini ada. Dalam bukunya “The Origin of Life”, dia
mengemukakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi
terbentuknya bumi dan atmosfernya. Atmosfer bumi mula-mula memiliki air,

15
karbondioksida, metana, dan ammonia, namun tidak memiliki oksigen. Dengan adanya
panas dari berbagai sumber energi, zat-zat tersebut mengalami serangkaian perubahan
menjadi berbagai molekul organic sederhana. Senyawa-senyawa ini membentuk semacam
campuran yang kaya akan materi-materi dalam lautan yang masih panas, yang disebut
primodial soup. Bahan campuran ini belum merupakan makhluk hidup, tetapi bertingkah
laku mirip seperti system biologi.
Primodial soup ini melakukan sintesis dan membentuk molekul organic kecil atau
monomer, misalkan asam amino dan nukleotida. Monomer-monomer lalu bergabung
membentuk polimer, misalnya protein dan asam nukleat. Kemudian agregrasi ini
membentuk molekul dalam bentuk tetesan yang disebut protobion. Protobion ini memiliki
ciri kimia yang berbeda dengan lingkungannya.
Kondisi atmosfer masa kini tidak lagi memungkinkan untuk sintesis molekul organic
secara spontan, karena oksigen atmosfer akan memecah ikatan kimia dan mengekstrasi
electron.
Polimerasi atau penggabungan monomer ini dapat dibuktikan oleh Sidney Fox. Beliau
melakukan percobaan dengan memanaskan larutan kental monomer organic yang
mengandung asam amino pada suhu titik leburnya. Saat air menguap, terbentuk lapisan
monomer yang berpolimerasi. Polimer ini oleh Sydney Fox disebut proteinoid.
Selanjutnya dalam penelitiannya di laboratorium, proteinoid dicampur dengan air dingin
dan akan membentuk gabungan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut
mikrosfer. Mikrosfer diselubungi oleh membrane selektif permeable.

b. Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893)


Teori ini menyatakan bahwa senyawa organik yang ada di atmosfer mengalami
perubahan sedikit demi sedikit membentuk senyawa organik. Senyawa organik inilah yang
merupakan komponen dasar makhluk hidup. Dia menyatakan bahwa pada suatu saat
atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air (H2O),
Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya

16
pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi diantara
zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut biasa
dikenal dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan menyerupai
virus saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun mengalami perkembangan
menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari
berbagai molekul zat di atmosfer tersebut didukung kondisi sebagai berikut :
 Tersedia molekul metana, amonia, uap air, dan hidrogen yang sangat banyak di
atmosfer bumi
 Ada bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi kosmik yang
menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar.
 Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana yang susunan kimianaya dapat
disamakan dengan susunan kimia virus.
 Zat hidup yang terbentuk berkembang menjadi sejenis organisme yang lebih
kompleks dalam jangka waktu yang lebih lama (berjuta-juta) tahun.

Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap,
yaitu:
Tahap I: Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat banyak di atmosfer
bumi.
Tahap II: Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis
menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang lebih besar.
Tahap III: Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki susunan kimia,
seperti susunan kimia pada virus.
Tahap IV: Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun menjadi
organisme (makhluk hidup) yang lebih kompleks.

c. Teori kimia menurut Stanley Miller

17
Miller adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat yang digunakan
untuk membuktikan hipotesis Urey. Alat Stanley Miller:

Alat percobaan Miller tersusun atas tabung kaca yang dilengkapi dengan kran-kran
untuk memasukkan bermacam-macam gas, seperti metan (CH4), uap air (H2O), hidrogen
(H2), dan amonia (NH3). Mirip gas-gas yang terdapat di atmosfer bumi awal. Tabung
tersebut dilengkapi dengan dua elektroda yang dihubungkan dengan listrik 75.000 volt
untuk menghasilkan bunga api listrik sebagai pengganti halilintar.
Keterangan:
Sebelum alat digunakan divakumkan terlebih dahulu melalui penyedot udara baru diisi
dengan CH4 ,H2 ,NH3 , dan H2 O dengan teknik H2 Onya dimasukkan dalam wujud
cairan sehingga posisinya berada di bagian yang diharapkan. Setelah itu H2 O dirubah
wujud menjadi uap dengan cara dipanaskan sehingga uap dapat bercampur dengan 3 gas
lainnya dan mendorong masuk ke ruang reaksi. Yang dilengkapi dengan elektroda.
Elektroda yang ada di dalam ruang reaksi kemudian disambungkan ke sumber listrik yang

18
bertegangan tinggi. Alat percobaan tersebut dibiarkan aktif selama ± 1 minggu. Agar
hasilnya nanti lebih mudah untuk diketahui harus diubah wujud menjadi bentuk cairan
dengan cara pada pipa penghubung antara ruang reaksi dengan tempat penampung hasil
dipasang alat pendingin.
Hasilnya setelah dianalisis oleh Stanley Miller menunjukkan adanya senyawa organik
sederhana seperti asam amino, adenin, dan gula sederhana / ribosa. Itu berarti sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Harold Urey. Tetapi tentang bagaimana kelanjutan
dari senyawa organik sederhana berubah menjadi mahluk hidup yang paling sederhanapun,
masih tetap menjadi misteri sampai sekarang, karena hal tersebut tidak mungkin diuji coba
karena adanya kendala “waktu” yang diperlukan. Walaupun demikian dugaan Harold
Urey yang terbukti kebenarannya itu mendorong lahirnya teori Urey. Jadi teori Urey ini
belum mampu menjelaskan asal-usul kehidupan pertama/awal di bumi ini, akan tetapi
telah memberi petunjuk bahwa senyawa organik dalam sistem kehidupan seperti asam
amino, adenin, gula sederhana / ribosa, lipida, nukleotida dapat terbentuk dibawah kondisi
abiotic.
Miller dapat membuktikan bahwa zat organik dapat terbentuk dari zat anorganik secara
spontan. Sejak saat itu, perkembangan ilmu evolusi kimia makin maju dengan
ditemukannya senyawa-senyawa penyusun unsur kehidupan. Salah satu peneliti bernama
Melvin Calvin yang menemukan bahwa radiasi sinar dapat mengubah metana, amonia,
hidrogen, dan air menjadi molekul-molekul gula, asam amino, purin dan pirimidin yang
merupakan zat dasar pembentuk DNA, RNA, ATP dan ADP. Jadi, asal-usul kehidupan
menurut Teori Evolusi Kimia adalah bahwa di dalam sup prabiotik terkandung zat-zat
organik, DNA, dan RNA. RNA dapat melakukan sintesis protein atas perintah DNA.
Dengan demikian, di dalam sup prabiotik terdapat protein. Setelah itu, terbentuklah sel
pertama. Sel tersebut hidup secara heterotrof yang mendapatkan makanan dari
lingkungannya berupa zat-zat organik yang melimpah. Sel tersebut mampu membelah diri
sehingga jumlahnya makin banyak. Sejak saat itu berlangsunglah Evolusi Biologi.

19
5. Percobaan stanley miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul
kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni
tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model
alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air.
Alat tersebut juga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur
didalamnya. Sebagai pengganti energi listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat tersebut
dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi tersebut
menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru. Kedalam
perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat mengembun.

Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam perangkat
pengembun dianalisis secara kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung senyawa organic
sederhana, seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller
ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bila dalam perangkat eksperimen

20
tersebut dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni
suatu senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Nukleotida adalah
suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose Nukleat) dan ARN (Asam Ribose
Nukleat), yaitu senyawa khas dalam inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan
sifat.
Eksperimen Miller dapat memberikan petunjuk bahwa satuan- satuan kompleks
didalam sistem kehidupan seperti Lipida, K arbohidrat, Asam Amino, Protein, Mukleotida dan
lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Hasil dari percobaan ini adalah senyawa
organik dapat terbentuk secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas di atmosfer
purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnya semua senyawa tersebut bereaksi
membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnya membentuk
senyawa yang merupakan komponen sel.
Dari percobaan yang dilakukan Miller berusaha membuktikan bahwa asam amino dapat
terbentuk dengan sendirinya dalam kondisi bumi purba. Namun, eksperimen ini tidak konsisten
dalam sejumlah hal:
a. Dengan menggunakan mekanisme cold trap, Miller mengisolasi asam-asam amino dari
lingkungannya segera setelah mereka terbentuk. Jika dia tidak melakukannya, kondisi
lingkungan tempat asam amino terbentuk akan segera menghancurkan molekul ini.
b. Bumi teradiasi ultra-violet 10.000 kali lebih besar dari pada perkiraan evolusionis. Radiasi
ultra-violet yang intens ini membebaskan oksigen dengan cara menguraikan uap air dan
karbondioksida dalam atmosfir. Situasi ini secara telak membantah eksperimen Miller
yang sama sekali mengabaikan oksigen. Jika oksigen digunakan dalam eksperimen
tersebut, metan akan terurai menjadi karbondioksida dan air, dan amonia menjadi nitrogen
dan air. Selain itu, dalam lingkungan tanpa oksigen, juga tidak akan ada lapisan ozon.
Tanpa perlindungan lapisan ozon, asam-asam amino akan segera hancur oleh sinar ultra-
violet yang sangat intens. Dapat dikatakan, dengan atau tanpa oksigen di bumi purba,
hasilnya sama, lingkungan yang sangat destruktif bagi asam amino.

21
c. Pada akhir eksperimen Miller, terbentuk banyak asam organik yang bersifat merusak
struktur dan fungsi makhluk hidup. Jika asam amino tidak diisolasi dan tetap berada di
dalam lingkungan yang sama dengan senyawa-senyawa ini, reaksi kimia yang terjadi akan
menghancurkan atau mengubah asam amino menjadi senyawa lain.
Selain itu, di akhir eksperimen ini terbentuk sejumlah besar asam amino Dextro.
Keberadaan asam amino ini dengan sendirinya menyangkal teori evolusi, karena asam amino
Dextro tidak berfungsi dalam pembentukan sel makhluk hidup. Kesimpulannya, kondisi-
kondisi di mana asam amino terbentuk dalam eksperimen Miller, tidak cocok bagi kehidupan.
Kenyataannya, medium ini merupakan campuran asam yang meng-hancurkan dan
mengoksidasi molekul-molekul berguna yang diperoleh.
Semua fakta ini menunjukan satu hal yang jelas: eksperimen Miller tidak dapat
digunakan sebagai bukti bahwa makhluk hidup terbentuk secara kebetulan dalam kondisi bumi
purba. Keseluruhan eksperimen ini tidak lebih dari sebuah eksperimen laboratorium yang
terkontrol dan terarah untuk mensintesis asam amino.

22
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Teori naturalistik atau disebut juga teori neoabiogenesis atau teori evolusi kima
menyatakan bahwa asal-usul kehidupan diawali oleh terbentuknya senyawa-senyawa
organik di atmosfer.
b. Penyebab munculnya teori naturalistik ialah ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa
yang dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para
Ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara
pakar-pakar tersebut antara lain: Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin.
c. Teori evolusi kimia menurut A.I. Oparin (Rusia) mengemukakan bahwa evolusi zat-zat
kimia telah terjadi sebelum kehidupan ini ada.
d. Teori evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893) menyatakan bahwa senyawa organik
yang ada di atmosfer mengalami perubahan sedikit demi sedikit membentuk senyawa
organik. Senyawa organik inilah yang merupakan komponen dasar makhluk hidup
e. Miller adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat yang digunakan
untuk membuktikan hipotesis Urey. Hasilnya setelah dianalisis oleh Stanley Miller

23
menunjukkan adanya senyawa organik sederhana seperti asam amino, adenin, dan gula
sederhana / ribosa. Itu berarti sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Harold Urey.
f. Akan tetapi, dari semua fakta yang ada menunjukan satu hal yang jelas: eksperimen
Miller tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa makhluk hidup terbentuk secara
kebetulan dalam kondisi bumi purba. Keseluruhan eksperimen ini tidak lebih dari sebuah
eksperimen laboratorium yang terkontrol dan terarah untuk mensintesis asam amino

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu
pembaca hendaknya lebih mempelajari dan memahami teori naturalistik dan keterkaitannnya
dengan percobaan Stanley miller, sehingga dapat menambah pengetahuan pembaca serta
penulis tentang evolusi dan asal-usul kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Djoko T.2001. Catatan Kuliah Evolusi. Bandung: Penerbit ITB

Campbell, N. A. 1998. Biologi. Calivornia: The Benjamin/Cummings publishing

Andi, 2011. Eksperimen Stanley miller. Diakses:


http://andi-unej.blogspot.com/2011/07/eksperimen-stanley-miller-miller-adalah.html
Pada tanggal: 11/09/2018)

Utami mutiara, 2012. Teori Evolusi Kimia. Diakses:


http://mutiarautami27.blogspot.com/2012/12/teori-evolusi-kimia.html Pada tanggal:
11/09/2018

(Sumber:http://id.shvoong.com/exact-sciences/1974420-teori-evolusi kimia/ Diakses pada:


11/09/2018)

24
25

Anda mungkin juga menyukai