Anda di halaman 1dari 4

Keteladanan Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As Dalam Melaksanakan Perintah Allah SWT

Hamdalah



Shalawat





.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah menjadikan Islam sebagai
agama yang paling sempurna dan unggul di atas segala agama. Shalawat dan salam kita
haturkan kepada baginda Nabi Muhammad saw beserta keluarga, para sahabat dan pengikut
beliau yang setia. Amien.
Hadirin muslimin dan muslimah
Salah satu dimensi kebesaran Nabi Ibrahim ialah besarnya pengorbanan yang ditunjukkan
kepada Allah melalui ketulusannya dalam mengorbankan putra kesayangannya. Nabi Ismail
lahir setelah melalui penantian yang cukup panjang dari keluarga ini.Kisah keluarga Nabi
Ibrahim sarat akan pesan-pesan moral. Nabi Ibrahim adalah simbol bagi manusia yang rela
mengorbankan apa saja demi mencapai keridhaan Tuhan, rela menyembelih anaknya, bahkan
rela mengorbankan diri dalam kobaran api.
Setiap orang mempunyai kelemahan terhadap sesuatu yang dicintainya. Kelemahan Ibrahim
terletak pada anak kesayangannya yang sudah lama didambakannya, dan dari sini pula
kembali diuji Tuhan berupa godaan setan, tetapi Nabi Ibrahim lulus dari ujian itu. Ia secara
tulus dan ikhlas mau mengorbankan putra kesayangannya.Nabi Ismail adalah simbol bagi

sesuatu yang paling dicintai dan sekaligus berpotensi melemahkan dan menggoyahkan iman,
simbol bagi sesuatu yang dapat membuat kita enggan menerima tanggung jawab.
Simbol bagi sesuatu yang dapat mengajak kita untuk berpikir subyektif dan berpendirian
egois. Tegasnya, simbol bagi segala sesuatu yang dapat menyesatkan kita.Mari
kita mengintrospeksi dan mengukur diri kita masing-masing. Seandainya kita adalah figur
Ibrahim, sudahkah kita memperoleh iman setangguh beliau? Sudahkah kita menunjukkan
pengorbanan yang optimal ke jalan-jalan yang diridhai Tuhan?
Nabi Ismail simbol bagi sesuatu yang amat kita cintai, sudah barang tentu kita semua
memiliki sesuatu yang dicintai. Boleh jadi Ismail-Ismail kita berbentuk harta kekayaan,
semisal kendaraan baru, rumah mewah, jabatan penting, deposito, atau kekayaan lainnya.
Apakah kita sudah rela mengorbankannya untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya,
yaitu mencapai ridha Tuhan?
Kisah-kisah yang ditampilkan Al-Quran sangat patut menjadi pembelajaran buat kita semua.
Nabi Ibrahim melahirkan anak paling sejati dalam Al-Quran. Ia bukan hanya anak biologis,
melainkan sekaligus anak spiritual. Bandingkan dengan putra Nabi Nuh, meskipun ia seorang
putra biologis Nabi, tetapi ia menjadi pembangkang dan kufur. Itulah sebabnya ia dicap
hanya sebagai anak biologis, tetapi bukan anak spiritual ayahnya.
Firaun adalah sosok manusia paling angkuh yang tersebut dalam al-Quran, tetapi isterinya
mendapatkan pujian sebagai isteri salehah yang beriman. Bandingkan dengan istri paling
pengkhianat dalam Al-Quran ternyata istri Nabi Luth dan Nabi Nuh. Ini merupakan
pelajaran penting buat kita bahwa kehebatan atau kelemahan sosok figur dalam keluarga
bukan jaminan bagi keluarga lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Al-Quran memberikan warning bagi kita agar tidak meninggalkan generasi lemah dan tidak
punya daya saing :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka generasi yang lemah (Q.S. An-Nisa : 9)Sebaliknya, Al-Quran memberikan
dorongan untuk mempersiapkan generasi yang betul-betul professional, memiliki
kemampuan kompetisi yang handal, generasi yang kuat dan terpercaya, sebagaimana
dilukiskan dalam al-Quran :
.sesungguhnya generasi yang paling baik yang kamu pilih untuk bekerja ialah generasi
yang kuat lagi dapat dipercaya (Q.S. 28 Al-Qashash : 26)
Generasi al-qawiyy al-amin menurut ulama Tafsir ialah generasi yang sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki berbagai kecerdasan, keterampilan, dan keunggulan, di samping
kejujuran dan amanah. Dengan demikian, generasi untuk milenium ketiga ialah generasi alqawiyy al-amin, yakni generasi tangguh dan terpercaya.Prasyarat untuk mencapai umat ideal
(khairu Ummah) ialah terbentuknya pribadi-pribadi utuh dan keluarga-keluarga tangguh
sebagai cikal bakal warga umat.
Sulit membayangkan umat yang ideal tanpa pribadi utuh dan keluarga yang sakinah. Itulah
sebabnya Al-Quran dan hadis lebih banyak berbicara tentang pembentukan pribadi dan
keluarga, bukannya banyak berbicara tentang masyarakat dan negara.Keluarga sakinah
sebagai cikal bakal umat dan warga bangsa yang ideal merupakan obsesi Al-Quran.
Keluarga sakinah hanya dapat diwujudkan melalui institusi perkawinan sah dan Allah SWT
melarang keras perzinahan. Itulah sebabnya perkawinan dalam Islam, menurut Imam syafii,
bukan sekedar kontrak sosial (aqd al tamlik), melainkan juga memiliki makna sakral (aqd al
ibadah). Institusi perkawinan menuntut berbagai syarat dan ketentuan agar rumah tangga
yang terbentuk kelak melahirkan generasi-generasi pilihan. Keluarga dan rumah tangga yang
normal dan utuh berpotensi melahirkan generasi yang tangguh, sebaliknya keluarga dan
rumah tangga yang berantakan berpotensi melahirkan generasi yang lemah.

Wajarlah kiranya jika Rasulullah pernah mengingatkan bahwa, Sesuatu yang halal tetapi
paling dibenci Allah ialah perceraian Perceraian adalah lambang kegagalan sebuah rumah
tangga.
Doa Penutup :

.
.

Nama : Fadly Junico Y


Kelas : XI-IPA-E

Anda mungkin juga menyukai