Anda di halaman 1dari 30

‫اﻟﺴﻼم ﻋﻠﯿﻜﻢ و رﺣﻤﺔ ا ‪ 0‬و ﺑﺮﻛﺎﺗﮫ‬

‫۞ ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬

‫۞ اﻟﺤﻤﺪ ‪ 0‬رب اﻟﻌﻠﻤﯿﻦ‬

‫واﻟﺼﻼة و اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ رﺳﻮل ﷲ ﷺ‬


‫‪:‬وﺑﻌﺪ‬
‫ واﻟﺼﺒﺮ ﻋﻠﯿﮭﻢ وإن ﺟﺎروا وﺗﺮك اﻟﺨﺮوج‬،‫ﻓﻲ اﻟﺴﻤﻊ و اﻟﻄﺎﻋﺔ ﻟﻤﻦ وﻟﻲ أﻣﺮ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‬
‫ﻋﻠﯿﮭﻢ ﻣﺎ أﻗﺎﻣﻮا اﻟﺼﻼة‬

MENDENGAR DAN TAAT KEPADA PEMIMPIN YANG


MENGURUS URUSAN KAUM MUSLIMIN DAN SABAR
MENGHADAPI MEREKA WALAUPUN MEREKA BERBUAT
DZHOLIM DAN TIDAK MEMBERONTAK KEPADA MEREKA
SELAMA MEREKA MASIH MENDIRIKAN SHALAT

Dari Ummu Salamah ‫رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﺎ‬, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ و ﻣﻦ ﻛﺮه ﺳﻠﻢ‬،‫ ﻓﻤﻦ ﻋﺮف ﺑﺮئ‬،‫ﯾﻜﻮن ﻋﻠﯿﻜﻢ أﻣﺮاء ﺗﻌﺮ ﻓﻮن و ﺗﻨﻜﺮون‬
Akan ada pada kalian pemimpin-pemimpin yang kalian mengenal
dan kalian mengingkari. Siapa yang mengenal dan dia berlepas diri
dari keburukannya, maka ia telah selamat. Dan siapa yang membenci
perbuatan dzholimnya, maka ia juga selamat
‫و ﻟﻜﻦ ﻣﻦ ر ﺿﻲ و ﺗﺎﺑﻊ‬
Akan tetapi yang binasa itu adalah yang ridho terhadap kedzholiman
pemimpin dan mengikutinya
‫أﻓﻼ ﻧﻘﺎﺗﻠﮭﻢ؟‬: ‫ﻗﺎﻟﻮا‬
Mereka berkata : Apakah boleh kami memerangi pemimpin seperti
itu wahai Rasulullah ?
‫ ﻣﺎﺻﻠﻮا‬،‫ﻻ‬: ‫ﻗَﺎَل‬
Kata Rasulullah ‫ ﷺ‬: Tidak boleh selama mereka masih shalat.

Hadits ini menunjukan :


• Akan ada pemimpin-pemimpin yang dzholim. Yang mereka
juga membuat undang-undang yang tidak sesuai syariat
sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain.
• Wajib kita membenci perbuatan dzholim pemimpin dan
berlepas diri. Maka itu adalah jalan keselamatan.
• Kebinasaan bagi orang yang ridho dengan kedzhaliman
pemimpin dan mengikutinya.

2
Akan tetapi tetap kita tidak boleh memberontak kepada
pemimpin seperti itu.
Kenapa ?
Karena Nabi ‫ ﷺ‬ditanya oleh para sahabat; dan ini pertanyaan yang
penting sekali :
“ Bolehkah kami memerangi mereka wahai Rasulullah ?”
Kata Rasulullah ‫ ﷺ‬: “ Tidak boleh selama mereka masih shalat.”

Bagaimana kalau mereka sudah tidak shalat ? Bukankah itu


menunjukan bahwa boleh memerangi ?
Kata para ulama : Melihat & menimbang mashlahat dan
mudhorotnya.
Kalau ternyata malah menimbulkan mudhorot yang lebih besar
maka tidak boleh, hukumnya harom.

Kemudian beliau membawakan juga perkataan Yazid bin Muhallab,


ia berkata :

‫وﷲ ﻟﻮ أن اﻟﻨﺎس إذا اﺑﺘﻠﻮا ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺳﻠﻄﺎﻧﮭﻢ ﺻﺒﺮوا ﻣﺎ ﻟﺒﺜﻮا أن ﯾﺮﻓﻊ ﷲ ذﻟﻚ ﻋﻨﮭﻢ‬،
Demi Allah, kalaulah manusia diuji dengan penguasa yang dzholim
lalu mereka sabar, tak lama Allah akan angkat ujian itu dari mereka

‫وذﻟﻚ أﻧﮭﻢ ﯾﻔﺰﻋﻮن إﻟﻰ اﻟﺴﯿﻒ ﻓﯿﻮ ﻛﻠﻮا إﻟﯿﮫ‬،


Akan tetapi mereka malah menggunakan pedang yaitu
memberontak. Ahirnya Allah tidak mau bantu mereka
‫ووﷲ ﻣﺎ ﺟﺎءوا ﺑﯿﻮم ﺧﯿﺮﻗﻂ‬،
Demi Allah mereka tidaklah mendatangkan kebaikan sama sekali.

Kemudian beliaupun membawakan firman Allah ‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﮫ و ﺗﻌﺎﻟﻰ‬dalam


(QS Al A’raf : 137)

ۡ َ‫ﺻﺒَُﺮو ۖاْ َودَﱠﻣۡﺮﻧَﺎ َﻣﺎ َﻛﺎَن ﯾ‬


‫ﺼﻨَُﻊ‬ َ ‫ﺖ َر ِﺑَّﻚ ٱۡﻟُﺤۡﺴﻨَٰﻰ َﻋﻠَٰﻰ ﺑَِﻨٓﻲ ِإۡﺳ ٰ َٓﺮِءﯾَﻞ ِﺑَﻤﺎ‬
ُ ‫َوﺗ َﱠﻤۡﺖ َﻛِﻠَﻤ‬
‫ﺷﻮَن‬ ُ ‫ِﻓۡﺮَﻋ ۡﻮُن َوﻗَ ۡﻮُﻣ ۥﮫُ َوَﻣﺎ َﻛﺎﻧُﻮاْ ﯾَۡﻌِﺮ‬
Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji)
untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami
hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang
telah dibangun mereka.

3
Hadits Ubaadah ibn Walid, dari ayahnya, dari kakeknya yaitu
Ubaadah ibn Shaamit; ia berkata :

َ ‫ ﷺ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻤﻊ و اﻟﻄﺎﻋﺔ ﻓﻲ اﻟﯿﺴﺮ و اﻟﻌﺴﺮ و اﻟَﻤْﻨ‬w‫ﺑﺎﯾﻌﻨﺎ رﺳﻮﻻ‬


‫ﺸِﻂ و اﻟﻤﻜﺮه‬
‫ ﻻ ﻧﺨﺎف ﻓﻲ ﷲ ﻟﻮﻣﺔ‬،‫ وأن ﻧﻘﻮم أو ﻧﻘﻮل ﺑﺎﻟﺤﻖ ﺣﯿﺜﻤﺎ ﻛﻨﺎ‬،‫وأن ﻻ ﻧﻨﺎزع اﻷﻣﺮ أھﻠﮫ‬
‫ﻻءم‬
Kami telah membaiat Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mendengar dan taat; baik
dalam keadaan mudah maupun susah. Dalam keadaan semangat
maupun tidak. Dan kami tidak diperbolehkan untuk memberontak
kepada pemimpin yang sah. Dan agar kami berkata dan
mengucapkan kebenaran dimana saja kami berada. Dan kami tidak
boleh takut celaan orang-orang yang mencela dijalan Allah ‫ﺳﺒﺤﺎﻧﮫ و‬
‫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬.

Hadits ini menunjukan bahwa Ubaadah ibnu Shaamit dan


para sahabat telah membai’at Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mendengar
dan ta’at dalam keadaan apapun juga.
Kecuali tentunya apabila diperintahkan kepada maksiat dan itu tidak
mungkin dilakukan oleh Nabi ‫ ﷺ‬.
Dan agar kami tidak memberontak kepada pemimpin yang sah.
Ini merupakan keyakinan ahlu sunnah wal jama’ah.

Dan agar kami berkata kebenaran dimana saja kami berada dan tidak
takut dengan cerca’an orang yang mencerca.
Karena untuk menyampaikan kebenaran membutuhkan keberanian
dan tidak takut untuk ‘dibully’ oleh manusia.

Kemudian beliau membawakan hadits Abu Umam al


Bahiliy; Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ وﻻ‬،‫ و أﺛ ََﺮِة ﻋﻠﯿﻜﻢ‬،‫ﺸﻄﻜﻢ َوﻣْﻜﺮ ھﻜﻢ‬


َ ‫اﺳﻤﻌﻮا ﻟﮭﻢ و أطﯿﻌﻮا ﻓﻲ ﻋﺴﺮ ﻛﻢ و ﯾﺴﺮ ﻛﻢ و َﻣْﻨ‬
‫ وإن ﻛﺎن ﻟﻜﻢ‬،‫ﺗﻨﺎزﻋﻮا اﻷﻣﺮ أھﻠﮫ‬
Dengarkan para pemimpin itu. Ta’ati mereka dalam keadaan susah
maupun mudah. Dalam keadaan semangat maupun terpaksa. Dan
dalam keadaan pemimpin lebih mementingkan dirinya daripada
rakyatnya. Dan jangan kalian memberontak walaupun itu adalah
merupakan keuntungan buat kalian.

4
Disini Nabi ‫ ﷺ‬juga memerintahkan untuk sabar menghadapi
pemimpin yang demikian.

Lalu beliau membawakan atsar Umar bin Khattab ‫ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ‬.


Umar bin Khattab berkata kepada Suwaid bin Ghofalah :

‫ﻟﻌﻠﻚ أن ﺗ َُﺨﻠﱠﻒ ﺑﻌﺪي‬


Barangkali kamu akan hidup setelahku nanti.
، ‫ وإن‬،‫ وإن ﺣﺮﻣﻚ ﻓﺎﺻﺒﺮ‬،‫ وإن ﺿﺮﺑﻚ ﻓﺎﺻﺒﺮ‬،‫ وإن ﻛﺎن ﻋﺒﺪًا ﺣﺒﺸﯿ…ﺎ‬،‫ﻓﺄطﻊ اﻹﻣﺎم‬
‫ دﻣﻲ دون دﯾﻨﻲ‬،‫ﺳﻤﻌًﺎ و طﺎﻋﺔ‬: ‫دﻋﺎك إﻟﻰ أﻣﺮ ﻣﻨﻘﺼﺔ ﻓﻲ دﻧﯿﺎك ﻓﻘﻞ‬
Maka ta’atilah imam yaitu pemimpin walaupun ia adalah hamba
sahaya dari Ethiopia.
Jika ia memukul kamu ... sabar.
Jika ia menghalangi kamu dari keuntungan dunia ... sabar.
Jika ia menyuruh kamu kepada perkara yang mengurangi dunia
kamu, katakan kepadanya : “Aku mendengar dan ta’at. darahku
adalah untuk agamaku.”

Nah saudaraku sekalian, disini Umar bin Khattab menasehati


Suwaid bin Ghofalah agar sabar menghadapi pemimpin yang
dholim. Walaupun dia itu pemimpin hamba sahaya Ethiopia.
Walaupun dia memukul kita dan mengambil dunia kita.
Ini semakna dengan hadits lain yang diriwayatkan oleh Muslim
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬mengabarkan akan munculnya pemimpin-
pemimpin yang hatinya hati syaithan berbadan manusia.
Lalu nabi ‫ ﷺ‬ditanya apa yang harus kami lakukan ?
Kata Nabi ‫ ﷺ‬: “Sabar, walaupun mereka memukulmu dan
mengambil hartamu.”
Tetap sabar ....
Inilah keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah.

5
‫ﻓﻀﻞ اﻟﻘﻌﻮد ﻓﻲ اﻟﻔﺘﻨﺔ ﻋﻦ اﻟﺨﻮض ﻓﯿﮭﺎ‬
KEUTAMAAN DUDUK DIMASA FITNAH DIMANA KITA
TIDAK TENGGELAM PADANYA

‫وﺗﺨﻮف اﻟﻌﻘﻼء ﻋﻠﻰ ﻗﻠﻮﺑﮭﻢ أن ﺗﮭﻮى ﻣﺎ ﯾﻜﺮھﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


DAN PARA ORANG-ORANG YANG BERAKAL TAKUT
JIKA HATI MEREKA CONDONG KEPADA APA YANG
ALLAH BENCI

‫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬w ‫وﻟﺰوم اﻟﺒﯿﻮت و اﻟﻌﺒﺎدة‬


DAN ANJURAN UNTUK SENANTIASA DIRUMAH UNTUK
BERIBADAH KEPADA ALLAH DIMASA FITNAH

Kemudian beliau membawakan hadits dari Abu Hurairah ‫رﺿﻲ ﷲ‬


‫ ; ﻋﻨﮫ‬bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

ٌ‫ﺗﻜﻮن ﻓﺘﻨﺔ‬
Nanti akan datang fitnah
‫اﻟﻘﺎﻋﺪ ﻓﯿﮭﺎﺧﯿٌﺮ ﻣﻦ اﻟﻤﺎﺷﻲ‬
Orang yang duduk dizaman fitnah lebih baik daripada orang yang
berjalan
‫واﻟﻤﺎﺷﻲ ﻓﯿﮭﺎ ﺧﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﺴﺎ ﻋﻲ‬
Orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari
‫ﻣﻦ ﯾﺴﺘﺜﺮف ﻟﮭﺎ ﺗﺴﺘﺜﺮ ف ﻟﮫ‬
Siapa yang menengok kepada fitnah, maka fitnah akan menariknya
‫وﻣﻦ و ﺟﺪ ﻣﻨﮭﺎ ﻣﻠﺠﺄ أو ﻣﻌﺎذًا ﻓﻠﯿﻌُْﺬ ﺑﮫ‬
Dan siapa yang mendapatkan tempat berlindung dari fitnah
hendaklah ia melindungi dirinya dengannya.

Hadits ini menunjukan akan munculnya fitnah yang amat berat.


Dimana nabi ‫ ﷺ‬mengatakan bahwa :” Orang yang duduk lebih baik
daripada orang yang berjalan.”

6
Maksudnya apa?
Kata Syaikh bin Baaz; artinya kata beliau :

Adalah fitnah yang syubhat yaitu benar-benar kuat. Dimana manusia


padanya tidak mampu membedakan yang haq dan yang bathil. Dan
kebenaran juga tidak jelas disebabkan oleh masuknya orang-orang
bodoh yang ikut berbicara dalam agama. Dan tidak adanya
bashirah/ilmu yang dalam. Sehingga fitnah ini menjadi bahaya bagi
kaum muslimin karena orang-orang yang tidak amanah/tidak cakap
berani masuk dalam perkara yang ia bukan bidangnya. Demikian
pula orang-orang yang tidak punya ilmu tentang kebenaran, berani
berbicara tentang kebenaran padahal tanpa ilmu.

Sehingga apa yang terjadi?

Akhirnya menjadi samar kebenaran itu. Maka saat itulah orang yang
duduk (maksudnya dia tidak ikut serta dalam fitnah itu) lebih baik
daripada orang yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik daripada
orang yang berjalan. Orang yang berjalan lebih baik daripada orang
yang berlari. Maksudnya dalam fitnah itu. Bahkan orang yang
menengok kepada fitnah itu saja, fitnahpun akan berusaha menarik
dia. Saking beratnya syubhat yang ada dizaman itu.

Maka pada waktu itu kalau kita mendapatkan tempat berlindung


untuk kita tidak masuk dalam kancah fitnah itu lebih baik kita
tinggalkan. Dan kita lebih banyak memikirkan diri sendiri saja,
memperbaiki diri kita sendiri saja. Dan ternyata kalau kita melihat
dizaman ini sangat luar biasa fitnah syahwat dan syubhat. Kita
masuk dalam fitnah.

Contoh : Fitnah internet, HP. Ketika hati kita menginginkan dan menengok
fitnah dan fitnah itu berusaha menarik kita untuk jatuh (kedalamnya).
Membuka tontonan-tontonan yang tidak baik. Di Youtube banyak ceramah-
ceramah yang menyesatkan, da’i-da’i fitnah dan yang lainnya.

Maka dari itulah kewajiban kita melindungi diri kita.

7
Kalau kita bisa mendapatkan tempat berlindung dengan cara hanya
duduk dimajelis-majelis tak’lim yang diasuh oleh para assatidzah
yang kuat keilmuannya, sudah cukupkan.

Jangan kemudian hati kita; terkadang ada orang yang hatinya ingin
tahu akhirnya membuka situs abu-abu; akhirnya iapun terkena fitnah
dan syubhat. Dan ini sangat berbahaya.

Lalu beliau membawakan hadits dari Abu Kabsyah; ia berkata :


“Aku mendengar Abu Musa berkata diatas mimbar Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :

‫ وﯾﻤﺴﻰ ﻛﺎﻓًﺮا‬،‫ ﯾﺼﺒﺢ اﻟﺮ ﺟﻞ ﻓﯿﮭﺎ ﻣﺆﻣﻨًﺎ‬،‫إن ﺑﯿﻦ أﯾﺪﯾﻜﻢ ﻓﺘﻨﺎ ً ﻛﻘﻄﻊ اﻟﻠﯿﻞ ااﻟﻤﻈﻠﻢ‬،
‫ واﻟﻘﺎﺋﻢ ﻓﯿﮭﺎ ﺧﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﻤﺎﺷﻲ‬،‫ اﻟﻘﺎﻋﺪ ﻓﯿﮭﺎ ﺧﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﻘﺎﺋﻢ‬،‫ وﯾﺼﺒﺢ ﻛﺎﻓًﺮا‬،‫وﯾﻤﺴﻰ ﻣﺆﻣﻨًﺎ‬،
‫واﻟﻤﺎﺷﻲ ﻓﯿﮭﺎ ﺧﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﺴﺎﻋﻲ‬
‫ﻓﻤﺎ ﺗﺄﻣﺮﻧﺎ؟‬: ‫ﻗﺎﻟﻮا‬
‫ﻛﻮﻧﻮا أﺣﻼس ﺑﯿﻮﺗﻜﻢ‬: ‫ﻗﺎَل‬
Sesungguhnya didepan kalian nanti akan ada fitnah bagaikan bagian
malam yang gelap. Diwaktu pagi seseorang masih mukmin, diwaktu
sore sudah kafir. Diwaktu sore masih mukmin dan diwaktu pagi dia
kafir. Orang yang duduk dizaman tersebut lebih baik daripada yang
berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang
berjalan lebih baik daripada yang berlari.
Mereka berkata apa yang kau perintahkan kepada kami ?
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda : “Jadilah kalian penduduk rumah
kalian.”

Disini Nabi ‫ ﷺ‬menyampaikan kepada kita tentang fitnah yang


bagaikan malam yang gelap.

Maksudnya bagaikan malam yang gelap yaitu seperti halnya diwaktu


malam kita sulit untuk melihat jalan. Demikian pula saking
banyaknya kebodohan dan sedikitnya ilmu dan banyaknya
syubhat/pemikiran, sehingga seseorang tidak bisa melihat
kebenaran. Dimana dizaman itu penuh dengan syubhat dan syahwat.
Dan mementingkan kehidupan dunia.

8
Dan Nabi ‫ ﷺ‬mengabarkan bahwa dizaman itu seseorang mudah
sekali mengganti agamanya. Mudah sekali mengganti keimanannya.
Diwaktu pagi masih mukmin, diwaktu sore dia kafir. Diwaktu sore
dia mukmin, diwaktu pagi dia kafir.

Dalam satu riwayat yang lain :


، ‫ض ﻣﻦ اﻟﺪﱡْﻧﯿﺎ‬
ٍ ‫ »ﯾﺒﯿﻊ دﯾﻨﮫ ﺑﻌََﺮ‬.
Dia menjual agamanya untuk sedikit kesenangan dunia.

Itu menunjukan akan beratnya fitnah dimasa itu. Fitnah syahwat,


cinta dunia yang sangat berlebih, sehingga mereka hanya
memandang seakan-akan hidup didunia saja. Dan merekapun
meremehkan keimanan, mereka meremehkan agama dan tidak
peduli apakah imannya itu akan hilang atau tidak. Yang mereka
pikirkan hanya dunia. Mengerikan sekali.

Lalu Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan bahwa orang yang duduk dimasa itu lebih
baik daripada yang berdiri. Yang berdiri lebih baik daripada yang
berjalan. Dan yang berjalan lebih baik daripada yang berlari.
Maksudnya orang yang duduk dari fitnah dan ia tidak tenggelam
dalam fitnah lebih baik; apalagi daripada orang yang berdiri karena
ingin melihat fitnah. Orang yang berdiri lebih baik daripada orang
yang berjalan dimasa fitnah dan menuju fitnah.

Maka dari itu ini memberikan kepada kita bimbingan agar kita
benar-benar menjaga diri kita dari fitnah. Jangan berani-berani kita
masuk dalam kancah fitnah .

Kewajiban kita adalah selamatkan diri kita.


Jangan berani-berani memasukkan syubhat pada pemikiran kita atau
kita masuk didalam dunia syahwat yang menyebabkan kita lalai
kepada Allah .

Lalu para sahabat bertanya : Apa yang kau perintahkan kepada kami?
Kata Rasulullah ‫ ﷺ‬:

‫ﻛﻮﻧﻮا أﺣﻼس ﺑﯿﻮﺗﻜﻢ‬


Selalulah kamu dirumah kamu

9
Dirumah kamu untuk memperbaiki diri.

Dirumah maksudnya bukan berarti tidak mencari nafkah. Akan


tetapi rumah dizaman tersebut adalah menjadi tempat yang terbaik
karena dengan kita berada dirumah, kita jauh dari fitnah.

Namun yang musibah itu ketika kita memasukkan fitnah kedalam


rumah kita. Maka dizaman itu berusahalah kita menjauhi fitnah dan
jadikan rumah kita sebagai tempat yang paling aman dari fitnah.

10
‫“ ﷺ و ﺳﻨﺔ أﺻﺤﺎﺑﮫ رﺿﻲ ﱠ‬
“ ‫“ ﺗﻌﺎﻟٰﻰ و ﺳﻨﺔ رﺳﻮل ﱠ‬ ‫اﻟﺤﺚ ﻋﻠﻰ اﻟﺘﻤﺴﻚ ﺑﻜﺘﺎب ﱠ‬
‫ وﻗﻮل‬،‫]وﺗﺮك اﻟﻨﻈﺮ واﻟﺠﺪال ﻓﯿﻤﺎ ﯾﺨﺎﻟﻒ ﻓﯿﮫ اﻟﻜﺘﺎب واﻟﺴﻨﺔ‬. ‫ [وﺗﺮك اﻟﺒﺪع‬،‫ﻋﻨﮭﻢ‬
‫“ ﻋﻨﮭﻢ‬ ‫اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ رﺿﻲ ﱠ‬

ANJURAN UNTUK BERPEGANG KEPADA KITABULLAH,


SUNNAH RASULULLAH ‫ ﷺ‬DAN SUNNAH PARA
SAHABATNYA. DAN MENINGGALKAN KEBID’AHAN,
MENINGGALKAN BERJIDAL DALAM PERKARA YANG
MENYELISIHI AL QURAN DAN SUNNAH, DAN TENTANG
PENDAPAT PARA SAHABAT.

Disini beliau membawakan hadits dari Jabir bin Abdillah ; ia berkata


: adalah Rasulullah ‫ﷺ‬

‫ ﯾﻘﻮل ﻓﻲ ﺧﻄﺒﺘﮫ‬:
Senantiasa berkata dalam khutbahnya :
‫ﻧﺤﻤﺪ ﱠ‬
‫“ ﺑﻤﺎ ھﻮ أھﻠﮫ‬
Bahwa kami memuji Allah sesuai dengan keagungannya
‫ ﺛﻢ ﯾﻘﻮل‬:

Kemudian beliau bersabda :


‫ ﻋﺰ و‬- “ ‫ أﺻﺪق اﻟﺤﺪﯾﺚ ﻛﺘﺎب ﱠ‬،‫ وﻣﻦ ﯾﻀﻠﻞ ﻓﻼ ھﺎدي ﻟﮫ‬،‫“ ﻓﻼ ﻣﻀﻞ ﻟﮫ‬ ‫ﻣﻦ ﯾﮭﺪ ﱠ‬
‫ وﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ؛ وﻛﻞ‬،‫ وﺷﺮاﻷﻣﻮر ﻣﺤﺪﺛﺎﺗﮭﺎ‬، ‫ وأﺣﺴﻦ اﻟﮭﺪي ھﺪي ُﻣَﺤﱠﻤﺪ ﷺ‬،-‫ﺟﻞ‬
‫ وﻛﻞ ﺿﻼﻟﺔﻓﻲ اﻟﻨﺎر‬،‫ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ‬
Siapa yang Allah berikan hidayah kepadanya, maka tidak ada yang
bisa menyesatkannya. Dan siapa yang Allah sesatkan tidak ada yang
bisa memberinya hidayah. Ucapan yang paling benar adalah
kitabullah, petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Muhammad
‫ﷺ‬. Seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap yang
diada-adakan itu bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap
kesesatan dalam api neraka.
(Shahih sesuai dengan syarat Muslim dan sanadnya hasan)

11
Hadits ini menunjukan :

1. Disyariatkan memuji Allah ‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﮫ و ﺗﻌﺎﻟﻰ‬sebelum ceramah


atau berbicara karena itu kebiasaan Rasulullah ‫ﷺ‬.

2. Diantara kebiasaan Rasulullah ‫ ﷺ‬ketika berkhutbah adalah


mengucapkan kata-kata ini :
‫ﺷُﺮْوِر أ َْﻧﻔُِﺴَﻦ‬ ُ ‫ِ ِﻣْﻦ‬w‫ َوﻧَﻌُْﻮذُ ِﺑﺎ‬،ُ‫ ﻧَْﺤَﻤﺪُهُ َوﻧَْﺴﺘ َِﻌْﯿﻨُﮫُ َوﻧَْﺴﺘ َْﻐِﻔُﺮه‬،ِw◌ِ َ‫ِإﱠن اْﻟَﺤْﻤﺪ‬
َُ‫ي ﻟﮫ‬ َ َ
َ ‫ﻀِﻠْﻞ ﻓﻼ َھﺎِد‬ ْ ُ‫ َوَﻣْﻦ ﯾ‬،ُ‫ﻀﱠﻞ ﻟَﮫ‬ ِ ‫ َﻣْﻦ ﯾَْﮭِﺪِه ﷲُ ﻓَﻼَ ُﻣ‬،‫ت أ َْﻋَﻤﺎِﻟﻨَﺎ‬ َ ‫َوِﻣْﻦ‬،
ِ ‫ﺳِﯿّﺌ َﺎ‬
ُُ‫ﺳْﻮﻟﮫ‬ َ َ َ
ُ ‫ َوأْﺷَﮭﺪُ أﱠن ُﻣَﺤﱠﻤﺪًا َﻋْﺒﺪُهُ َوَر‬،ُ‫ﺷِﺮْﯾَﻚ ﻟﮫ‬ َ َ‫َوأ َْﺷَﮭﺪُ أ َْن ﻻَ ِإﻟﮫَ ِإﻻ ﷲُ َوْﺣﺪَهُ ﻻ‬
‫ﱠ‬ َ
Itu adalah merupakan kalimat pujian sebelum berkhutbah.
Namun para ulama mengatakan tidak wajib hukumnya; itu
hukumnya sunnah.
Maka kalau kita memuji Allah dengan kalimat yang lainnya
pun tidak apa-apa.

3. Hidayah dan kesesatan itu ditangan Allah.


Siapa yang Allah berikan hidayah tidak ada yang bisa
menyesatkannya. Dan siapa yang Allah sesatkan maka tidak
ada yang bisa memberinya hidayah. Dan tentunya Allah
memberi hidayah itu sebagai karunia dan nikmat yang Allah
berikan kepadanya. Dan Allah menyesatkan sebagai
keadilan dariNya akibat perbuatan si hamba tersebut.

4. Ucapan yang paling benar adalah kitabullah, dan sebaik-baik


petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬.
Maka kewajiban kita adalah menjadikan keduanya sebagai
pedoman, sebagai rujukan. Bukan pendapat-pendapat
manusia.

5. Perkara yang paling buruk adalah bid’ah.


Maka dari itulah para ulama mengatakan bahwa bid’ah lebih
buruk daripada maksiat, berdasarkan hadits ini. Karena
Nabi mengatakan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-
adakan.
Maka kalau ditanya mana yang lebih buruk ? Bid’ah atau
maksiat ?
Jawab : Bid’ah lebih berat. Karena bid’ah itu mengubah-

12
ubah aturan syariat. Adapun maksiat ia melanggar larangan
syariat.
Setiap orang yang berakal, dia akan paham bahwa
mengubah-ubah aturan lebih berat daripada melanggar
aturan. Kalau kita tanya kepada polisi, misalnya ada orang
yang melanggar lampu merah, dia akan ditilang. Tapi kalau
dia mengubah aturan dan dia mengatakan saya mau
berhenti dilampu hijau dan maju dilampu merah, tentu ini
lebih berat. Maka mengubah aturan syariat ini bisa merusak
syariat. Sedangkan melanggar aturan syariat tidak sampai
merusak syariat.
Maka dari itulah pelaku maksiat, ketika ditanya apakah yang
kamu lakukan itu maksiat? Mereka mengatakan : Iya.
Tapi pelaku bid’ah, ketika ditanya apakah yang kamu
katakan itu adalah perkara yang tidak diridhoi oleh Allah ?
maka tidak terima. Karena mereka menganggap itu baik.

6. Setiap bid’ah itu sesat. Tidak ada bid’ah yang baik.


Karena nabi tegas mengatakan :
‫ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ‬

Kemudian beliau membawakan hadits Al ‘Irbad bin Shaariyah yang


masyhuur ; dimana diriwayatkan dari Abdurrahman bin Ammar as
Sulami dan Hijr al Kilaa’i yang keduanya berkata :

Kami masuk kepada Al ‘Irbad bin Saariyah, beliaulah yang turun


padanya ayat dalam QS At Taubah :92, dan waktu itu Al ‘Irbad
sedang sakit. Lalu kami berkata kepadanya :
“Sesungguhnya kami datang kepada engkau untuk menjenguk dan
berharap mendapatkan ilmu dari engkau. ”
Maka ‘Irbad bin Saariyah berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah shalat subuh, kemudian beliau
menghadap kepada kami dan memberi kepada kami sebuah nasehat
yang sangat menyentuh hati. Yang membuat airmata kami berlinang
dan hati kami menjadi sangat takut.”

13
Lalu ada seseorang berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini
adalah seakan-akan nasehat orang yang hendak berpisah. Maka apa
wasiat engkau kepada kami ?.”
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
‫ ﻓﺈﻧﮫ ﻣﻦ ﯾﻌﺶ ﻣﻨﻜﻢ ﺑﻌﺪي‬،‫ وإن ﻛﺎن ﻋﺒﺪدًا ﺣﺒﺸﯿًﺎ‬،‫ واﻟﻄﺎﻋﺔ و اﻟﺴﻤﻊ‬،“ ‫أوﺻﯿﻜﻢ ﺑﺘﻘﻮ ﱠ‬
‫ ﻋﻀﻮا ﻋﻠﯿﮭﺎ‬،‫ و ﺳﻨﺔ اﻟﺨﻠﻔﺎء اﻟﺮاﺷﺪﯾﻦ اﻟﻤﮭﺪﯾﯿﻦ‬،‫ ﻓﻌﻠﯿﻜﻢ ﺑﺴﻨﺘﻲ‬،‫ﺳﯿﺮى اﺧﺘﻼﻓًﺎ ﻛﺜﯿًﺮا‬
‫ و ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ‬،‫ ﻓﺈن ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ‬،‫ )وإﯾّﺎﻛﻢ و ﻣﺤﺪﺛﺎت اﻷﻣﻮر‬٣( ‫ﺑﺎﻟﻨﻮاﺟﺬ‬
Aku wasiatkan kalian untuk bertaqwa kepada Allah. Mendengar dan
ta’at kepada pemimpin walaupun ia adalah hamba sahaya Ethiopia.
Sesungguhnya orang yang hidup diantara kalian setelahku nanti akan
melihat perpecahan yang banyak. Maka saat itu hendaklah kalian
berpegang kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang
tertunjuki. Gigitlah ia dengan gigi geraham. Jauhi oleh kalian perkara
yang diada-adakan. Karena setiap perkara yang diada-adakan itu
bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.

Hadits ini kita ambil faidah :

1. Hendaklah ketika kita memberikan nasehat, maka kita


berusaha untuk memberi nasehat dengan sungguh-sungguh
sehingga benar-benar berpengaruh pada hati orang yang
mendengar.

2. Disyariatkan kita meminta nasehat kepada ulama atau


ustadz dan meminta wasiat kepada mereka untuk kebaikan
hidup kita dan diri kita.

3. Orang yang hendak bersafar hendaklah ia disyariatkan juga


meminta/datang kepada orang-orang ‘aalim untuk meminta
wasiat kepada mereka.

4. Wasiat yang terbaik adalah agar bertaqwa kepada Allah


‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﮫ و ﺗﻌﺎﻟﻰ‬. Karena itu adalah merupakan sebaik-baik
perbekalan kita didunia.

5. Wajibnya ta’at dan mendengar kepada pemimpin yang


muslim walaupun dia hamba sahaya Ethiopia.
Dan dalam Islam; hamba sahaya Ethiopia dalam pemilihan

14
yang sesuai dengan syariat tidak akan mungkin terpilih.
Kalau dia menjadi pemimpin pasti caranya tidak sesuai
syariat. Itu menunjukan bahwa cara pemilihan, walaupun
tidak sesuai syariat tapi tetap kita wajib mengakui hasilnya
dengan mendengar dan ta’at kepadanya selama dia seorang
muslim.
Artinya kalau dia pemimpinnya muslim, kita wajib ta’at dan
mendengar kepadanya sebagai ibadah kita kepada Allah.
Kalau ternyata dia bukan muslim, maka kita mendengar dan
ta’at karena untuk menghindari mudhorot yang lebih besar
saja.

6. Umat Islam akan berpecah belah; Nabi mengabarkan


demikian.
Dan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa kaum
Muslimin berpecah menjadi 73 golongan, 1 di surga dan 72
di neraka. Siapa yang 1 itu ? Yaitu orang-orang yang
mengikuti Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya.
7. Solusi perpecahan itu adalah dua perkara yang Rasulullah ‫ﷺ‬
anjurkan.
Karena dalam hadits ini ketika Rasulullah mengabarkan
akan terjadi perpecahan, Rasulullah memberikan 2 solusi.
• Peganglah sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin.
Dan gigit ia dengan gigi geraham
• Jauhi oleh kalian perkara-perkara bid’ah.

8. Sunnah Khulafaur Rasyidin itu hujjah.


Namun kalau terjadi perselisihan dikalangan para sahabat,
tentu yang menjadi dalil kita adalah Al Quran dan hadits.
Akan tetapi pendapat Khulafaur Rasyidin kebanyakan atau
seringnya lebih dekat kepada kebenaran.

9. Setiap bid’ah itu sesat.


Tidak ada bid’ah yang terpuji. Semua bid’ah sesat karena
nabi tegas mengatakan :
‫وﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ‬
Setiap bid’ah itu sesat.

15
‫اﻟﺘﺤﺬﯾﺮ ﻣﻦ طﻮاﺋﻒ ﯾﻌﺎرﺿﻮن ﺳﻨﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﷺ ﺑﻜﺘﺎﺑﺎ ﱠ‬
‫“ ﺗﻌﺎﻟٰﻰ و ﺷﺪة اﻻﻧﻜﺎر ﻋﻠﻰ ھﺬه‬
‫اﻟﻄﺒﻘﺔ‬

TAHDZIR TERHADAP KELOMPOK YANG MENENTANG


SUNNAH NABI ‫ ﷺ‬HANYA KARENA TIDAK ADA DALAM
AL QURAN

Berkata Muhammad bin Al Hussein Al Ajurri; penulis buku ini :

‫ﯾﻨﺒﻐﻲ ﻷھﻞ اﻟﻌﺎم واﻟﻌﻘﻞ‬


Selayaknya para ulama dan orang-orang yang berakal apabila
mendengar ada orang berkata : Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda dan sanadnya
shahih hendaknya ia menerimanya.
‫ﻓﻌﺎرض إﻧﺴﺎن ﺟﺎھﻞ‬
Lalu kalau ada orang bodoh berkata :
‫ﻻ أﻗﺒﻞ إﻻ ﻣﺎ ﻛﺎن ﻓﻲ ﻛﺘﺎب ﷲ‬
Aku tidak mau menerima kecuali yang ada dalam Al Quran saja.
Maka katakan kepadanya :
‫أﻧﺖ رﺟﻞ ﺳﻮء‬
kamu orang buruk
‫ و ﺣﺬر ﻣﻨﻚ اﻟﻌﻠﻤﺎء‬، ‫وأﻧﺖ ﻣﻤﻦ ﯾﺤﺬرﻧﺎك اﻟﻨﺒﻲ ﷺ‬
Dan kamu termasuk orang yang Nabi ‫ ﷺ‬telah mentahdzirmu dan
ditahdzir pula oleh para Ulama
‫ وﻗﯿﻞ ﻟﮫ‬:
Katakan kepada orang ini :
‫ﯾﺎ ﺟﺎھﻞ‬
Hai jahil
‫“ أﻧﺰل ﻓﺮاﺋﻀﮫ ﺟﻤﻠﺔ‬ ‫إﻧﺎ ﱠ‬
Sesungguhnya Allah menurunkan kewajiban-kewajibannya secara
global
‫وأﻣﺮ ﻧﺒﯿﮫ ﷺ أن ﺑﯿﯿﻦ ﻟﻠﻨﺎ س‬
Dan menyuruh Nabinya untuk menjelaskannya kepada manusia

Allah berfirman dalam [An-Nahl/16 : 44]


‫َوأ َﻧَﺰۡﻟﻨَﺂ ِإﻟَۡﯿَﻚ ٱﻟ ِﺬّۡﻛَﺮ ِﻟﺘ ُﺒَ ِﯿَّﻦ ِﻟﻠﻨﱠﺎِس َﻣﺎ ﻧُِّﺰَل ِإﻟَۡﯿِﮭۡﻢ َوﻟَﻌَﻠﱠُﮭۡﻢ ﯾَﺘ َﻔَﱠﻜُﺮوَن‬

16
Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan
pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.
Maka disini, kata beliau :

‫ ﻣﻘﺎم اﻟﺒﯿﺎن ﻋﻨﮫ‬-‫ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم‬- ‫ﻓﺄﻗﺎم ﷲ ﺗﻌﺎﻟٰﻰ ﻧﺒﯿﮫ‬


Allah menjadikan Nabi ‫ ﷺ‬sebagai penjelas terhadap Al Quran dan
memerintahkan makhluk untuk mena’atinya dan melarang dari
memaksiatinya.

Allah berfirman dalam [Al Hasyr/59 : 7]


ْ‫ﺳﻮُل ﻓَُﺨﺬُوهُ َوَﻣﺎ ﻧََﮭٰﯨُﻜۡﻢ َﻋۡﻨﮫُ ﻓَﭑﻧﺘ َُﮭﻮ ۚا‬
ُ ‫َوَﻣﺂ َءاﺗ َٰﯨُﻜُﻢ ٱﻟﱠﺮ‬
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.

Dan Allah juga mengancam orang-orang yang menyelisihi


perintah Rasul .

Allah berfirman dalam [An-Nur/24 : 63]


‫ب أ َِﻟﯿٌﻢ‬
ٌ ‫ﺼﯿﺒَُﮭۡﻢ َﻋﺬَا‬ ِ ُ ‫ﻓَۡﻠﯿَۡﺤﺬَِر ٱﻟﱠِﺬﯾَﻦ ﯾَُﺨﺎِﻟﻔُﻮَن َﻋۡﻦ أ َ ۡﻣِﺮ ِٓهۦ أ َن ﺗ‬
ِ ُ‫ﺼﯿﺒَُﮭۡﻢ ِﻓۡﺘﻨَﺔٌ أ َ ۡو ﯾ‬
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut
akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.

Dan Allah juga berfirman dalam [An Nisa/4 : 65]


‫ﺷَﺠَﺮ ﺑَۡﯿﻨَُﮭۡﻢ ﺛ ُﱠﻢ َﻻ ﯾَِﺠﺪُواْ ِﻓٓﻲ أ َﻧﻔُِﺴِﮭۡﻢ َﺣَﺮٗﺟﺎ‬
َ ‫ﻓََﻼ َوَر ِﺑَّﻚ َﻻ ﯾُۡﺆِﻣﻨُﻮَن َﺣﺘ ﱠٰﻰ ﯾَُﺤِّﻜُﻤﻮَك ِﻓﯿَﻤﺎ‬
‫ﺴ ِﻠُّﻤﻮاْ ﺗ َۡﺴِﻠﯿٗﻤﺎ‬ َ َ‫ِّﻣﱠﻤﺎ ﻗ‬
َ ‫ﻀۡﯿ‬
َُ ‫ﺖ َوﯾ‬
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.

Maka kita katakan kepada orang ini lagi :


‫ﯾﺎ ﺟﺎھﻞ‬
Hai jaahil

Allah berfirman :
‫وأﻗﯿﻤﻮا اﻟﺼﻼة و آﺗﻮا اﻟﺰﻛﺎة‬

17
Dirikan shalat, bayar zakat

Dimana kamu dapatkan dalam Al Quran bahwa shalat subuh 2


rakaat, shalat dzuhur 4 rakaat, shalat ashar 4 rakaat, shalat maghrib 3
rakaat, shalat isya 4 rakaat?

Dimana kamu dapatkan dalam Al Quran perincian tentang tata cara


shalat dan waktu-waktunya ?
Apa saja yang merupakan syaratnya ?
Apa saja pembatalnya ?
Semuanya itu hanya ada dalam sunnah Nabi ‫ﷺ‬

Demikian pula zakat, dimana kamu temukan dalam Al Quran bahwa


nishob perak itu 200 Dirham, bahwa nishob emas itu 20 Dinar.
Dan bahwasanya nishob kambing itu 40 ekor, nishob unta itu 5
ekor, dimana kamu dapatkan perincian itu dalam Al Quran ? (Tidak
ada ! ; maksudnya beliau). Demikian pula semua kewajiban-
kewajiban yang Allah wajibkan. Tidak diketahui perinciannya kecuali
melalui hadits-hadits Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kemudian beliau membawakan hadits dari Al Miqdam bin


Ma’dikarib al Kindiy; dari nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ أَﻻ إ ِﻧّﻲ أوﺗﯿﺖ اﻟﻘﺮآن و‬،‫ﺖ اﻟﻘﺮآن و ﻣﺜﻠﮫ‬


ُ ‫ أﻻَ إ ِﻧّﻲ أوﺗﯿ‬،‫ب و ﻣﺜﻠﮫ‬ ُ ‫ﻰ أوﺗﯿ‬
َ ‫ﺖ اﻟﻜﺘﺎ‬ ّ ‫أﻻ إﻧ‬
‫ ﻓﻤﺎ و ﺟﺪ ﺗﻢ‬،‫ﻋﻠﯿﻜﻢ ﺑﮭﺬا اﻟﻘﺮآن‬: ‫ أﻻ إﻧﮫ ﯾﻮ ﺷﻚ رﺟﻞ ﺷﺒﻌﺎن ﻋﻠﻰ أرﯾﻜﺘﮫ ﯾﻘﻮل‬،‫ﻣﺜﻠﮫ‬
‫ وذﻛﺮ اﻟﺤﺪﯾﺚ‬... ‫ وﻣﺎ و ﺟﺪﺗﻢ ﻓﯿﮫ ﻣﻦ ﺣﺮام ﻓﺤﺮﻣﻮه‬،‫ﻓﯿﮫ ﻣﻦ ﺣﻼل ﻓﺄﺣﻠﻮه‬
Ketahui lah aku diberikan oleh Allah Al Quran dan yang sama
dengannya (yaitu hadits), ketahuilah sesungguhnya aku diberikan
oleh Allah Al Quran dan yang sama dengannya, ketahuilah aku
diberikan oleh Allah Al Quran dan yang sama dengannya, ketahuilah
sesungguhnya hampir-hampir akan ada orang atau laki-laki yang
kenyang diatas dipannya berkata : Cukup kalian kepada Al Quran
saja, apa yang kalian dapatkan dalam Al Quran halal (maka) halalkan,
apa yang kalian dapatkan dalam Al Quran haram maka haramkan.
(Hadits ini shahih )

18
Hadits ini menunjukan :

1. Hadits itu sama-sama wahyu dengan Al Quran. Bedanya


bahwa Al Quran dijaga oleh Allah secara lafadz dan
maknanya. Dan Al Quran semuanya dari Allah secara lafadz
dan maknanya. Sedangkan hadits (itu) wahyu dari Allah
namun lafadznya dari Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Adapun dalam masalah pendalilan maka tentunya Al Quran dan


hadits adalah merupakan dasar Islam. Tidak boleh kita hanya
mencukupkan dengan Al Quran saja tanpa hadits.
Makanya Nabi ‫ ﷺ‬menegaskan disini : Ketahuilah bahwa aku
diberikan oleh Allah Al Quran dan yang sama dengannya yaitu
hadits Nabi ‫ ﷺ‬. Itu dalam hujjah dan dalil.

2. Pengabaran Nabi ‫ ﷺ‬akan munculnya orang yang menolak


hadits dan hanya mencukupkan dengan Al Quran saja yang
dikenal dengan ‘Inkarus sunnah’.

Dimana orang yang mengingkari sunnah ini ada 3 kelompok :

a) Mengingkari sunnah sama sekali. menolak hadits. Dan


hanya mencukupkan dengan Al Quran.
b) Menerima hadits mutawatir saja dan menolak hadits ahad
sama sekali.
c) Menerima hadits mutawatir dalam masalah hukum dan
aqidah dan menerima hadits ahad dalam masalah hukum
saja tanpa aqidah. Dan menolak hadits ahad dalam masalah
aqidah.

Semua ini adalah kelompok yang menyimpang. Masuk didalam


hadits ini yang kita sedang membahas, mereka menolak sunnah
Nabi ‫ﷺ‬.

Adapun ahlus sunnah wal jama’ah, mereka menerima hadits selama


sanadnya bisa diterima. Baik itu haditsnya shahih ataupun haditsnya

19
hasan. Dan mereka menolak hadits yang palsu dan hadits yang
sangat lemah dan tidak menjadikannya sebagai hujjah.
Adapun hadits yang lemah, terjadi ikhtilaf di kalangan ahlus sunnah
wal jamaah bolehkah mengamalkannya dalam masalah fadhilah amal
atau tidak. Yang rojih itupun juga tidak diperbolehkan.

Kemudian beliau membawakan atsar dari Imron bin Hussein; ia


berkata kepada seorang laki-laki ;

‫إﻧﻚ أﻣﺮؤ أﺣﻤﻖ‬،


Kamu itu orang bodoh
‫أﺗﺠﺪ ﻓﻲ ﻛﺘﺎب ﱠ‬
‫“ ﺗﻌﺎﻟٰﻰ اﻟﻈﮭﺮ أرﺑﻌًﺎ ؟‬
Apakah kamu mendapatkan dalam Al Quran shalat dzuhur 4
raka’at?
‫[ﻻ ﺗﺠﮭﺮ ]ﻓﯿﮭﺎ ﺑﺎﻟﻘﺮ اءة ؟‬
Yang kamu tidak mengeraskan bacaannya ?
‫ﺛﻢ ﻋﺪد ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺼﻼة و اﻟﺰﻛﺎة وﻧﺤﻮھﻤﺎ‬،
Kemudian Imron bin Hussein menyebutkan tentang shalat, zakat
dan sebagainya.

Kemudian beliau berkata :

‫أﺗﺠﺪ ھﺬا ﻓﻲ ﻛﺘﺎب ﱠ‬: ‫ﺛﻢ ﻗََﻞ‬


‫“ ﺗﻌﺎﻟٰﻰ ﻣﻔﺴًﺮا ؟‬
Apakah kamu dapatkan dalam Al Quran secara terperinci ?
‫ وإن اﻟﺴﻨﺔ ﺗﻔﺴﺮ ذﻟﻚ‬،‫“ أﺣﻜﻢ ذﻟﻚ‬ ‫إن ﻛﺘﺎب ﱠ‬
Sesungguhnya Al Quran telah menetapkan itu dan sunnah lah yang
memperincinya.

Disini Imron bin Hussein, seorang sahabat Nabi menegur orang


yang hanya mencukupkan dengan Al Quran dan tidak mau
menerima hadits. Dan bahwasanya tidak ada sama sekali dalam Al
Quran perincian tentang shalat, tentang zakat, tentang puasa.
Perincian itu hanya ada dalam hadits-hadits Nabi ‫ ﷺ‬. Maka
kewajiban kita adalah menjadikan Al Quran dan sunnah sebagai
hujjah.

20
Kemudian beliau membawakan atsar dari Manshuur dari Ibrahiim
dari ‘Alqomah; ia berkata : berkata Abdullah bin Mas’ud :

‫ اﻟﻤﻐﯿﺮات‬،‫“ اﻟﻮاﺷﻤﺎت و اﻟﻤﺴﺘﻮ ﺷﻤﺎت واﻟﻤﺘﻔﻠﺠﺎت ﻟﻠﺤﺴﻦ‬ ‫ﻗَﺎَل ﻋﺒﺪ ﱠ‬: ‫ﻗَﺎَل‬
‫ﻟﻌﻦ ﱠ‬: (( “
‫“ ﺗﻌﺎﻟٰﻰ‬ ‫)) ﻟﺨﻠﻖ ﱠ‬
Semoga Allah melaknat wanita yang ber tato dan yang minta di tato,
dan yang mengukir giginya/merenggangkan giginya tujuannya untuk
terlihat cantik/bagus. Yang merubah-rubah ciptaan Allah ‫ﺳﺒﺤﺎﻧﮫ و‬
‫ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
‫أم ﯾﻌﻘﻮب‬: ‫ﻓﺒﻠﻎ ذﻟﻚ اﻣﺮأة ﻣﻦ ﺑﻨﻲ أﺳﺪ ﯾﻘَﺎَل ﻟﮭﺎ‬،
Ucapan ibnu Mas’ud ini sampai kepada seorang wanita dari bani
Asad. Yang wanita itu dipanggil : ummu Ya’quub
‫ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻘﺮأ اﻟﻘﺮآن‬،
Ia hafal Al Quran
‫ﻓﺄﺗﺘﮫ‬
Lalu wanita ini mendatangi Ibnu Mas’ud
‫ ﻓﻘﺎﻟﺖ ﻟﮫ‬:
Dan berkata :
‫أﻧﻚ ﻟﻌﻨﺖ اﻟﻮاﺷﻤﺎت و اﻟﻤﺘﻮ ﺷﻤﺎت و اﻟﻤﺘﻔﻠﺠﺎت ﻟﻠﺤﺴﻦ‬: ‫ﻣﺎ ﺣﺪﯾﺚ ﺑﻠﻐﻨﻲ ﻋﻨﻚ‬
‫“ ﺗﻌﺎﻟٰﻰ ؟‬ ‫اﻟﻤﻐﯿﺮات ﻟﺨﻠﻖ ﱠ‬
Telah sampai kepadaku ucapanmu bahwa engkau melaknat wanita
yang ber tato dan yang minta di tato dan wanita yang mengukir
giginya yang untuk kecantikan dan merubah-rubah cipta’an Allah ?
Maka Abdullah bin Mas’ud berkata :
‫“ ﺗﻌﺎﻟٰﻰ‬ ‫“ ﷺ وھﻮ ﻓﻲ ﻛﺘﺎب ﱠ‬ ‫وﻣﺎﻟﻰ ﻻ أﻟﻌﻦ ﻣﻦ ﻟﻌﻦ رﺳﻮل ﱠ‬: “
‫)) ! ﻓﻘﺎَل ﻋﺒﺪ ﱠ‬
Bagaimana aku tidak melaknat orang yang dilaknat oleh Rasulullah
‫ ﷺ‬sementara itu juga ada dalam kitabullah
‫ ﻓﻘﺎﻟﺖ‬:
Maka wanita ini berkata :
‫ت ھﺬا‬ ُ ‫ت ﻣﺎ ﺑﯿﻦ ﻟﻮ َﺣﻰ اﻟﻤﺼﺤﻒ ﻓﻤﺎ وﺟﺪ‬ ُ ‫ﻟﻘﺪ ﻗﺮأ‬.
Aku sudah hafal Al Quran; aku tidak mendapatkan ayatnya
Maka Abdullah bin Mas’ud berkata :
‫ﻟﺌﻦ ﻛﻨﺖ ﻗﺮأﺗﯿﮫ ﻟﻘﺪ و ﺟﺪﺗﯿﮫ‬،
Kalau kamu memang benar-benar menghafalnya, kamu akan
mendapatkannya.

21
Allah ta’ala berfirman :
} ‫ { ]وﻣﺎ آﺗﺎﻛﻢ اﻟﺮﺳﻮل ﻓﺨﺬوه وﻣﺎ ﻧﮭﺎ ﻛﻢ ﻋﻨﮫ ﻓﺎﻧﺘﮭﻮا‬٧: ‫اﻟﺤﺸﺮ‬: [ ‫ﺛﻢ ﻗَﺎَل‬
Apa apa yang diperintahkan oleh Rasul maka ambillah; apa apa yang
diberikan oleh Rasul ambillah; dan apa yang dilarang oleh Rasul
maka tinggalkanlah . (QS Al Hashr/59 : 7)

Kisah ini menunjukan :

1. Bahwa apa yang Rasulullah ‫ ﷺ‬perintahkan dan larang itu


masuk dalam keumuman ayat perintah untuk menaati Rasul
‫ﷺ‬.
Maka orang yang menolak hadits sama saja menolak Al
Quran. Karena Al Quran yang memerintahkan untuk
mena’ati Rasul.

2. Hadits ini juga menunjukkan bahwa haram hukumnya


wanita bertato dan meminta tato. Yaitu dengan cara
memakai jarum untuk mentatonya. Demikian pula haram
hukumnya bagi wanita untuk mengukir giginya karena
untuk kecantikan.

3. Hadits ini juga menunjukkan bahwa orang yang sampai


kepadanya sesuatu yang ia belum mengerti dari orang lain,
hendaknya ia mempertanyakannya dan tidak menyimpannya
sehingga menimbulkan dugaan yang buruk.
Sebagaimana wanita ini datang kepada Ibnu Mas’ud tentang
ucapannya dan mempertanyakannya kepada Abdullah bin
Mas’ud ‫ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ‬.
4. Hadits ini juga menunjukan bahwa sunnahlah yang
menafsirkan Al Quran

Dan Al Quran sangat membutuhkan kepada sunnah karena sunnah


yang menjelaskan dan memberikan perincian, bahkan menambahkan
hukum-hukum yang tidak ada dalam Al Quran.

22
‫باب ذم الجدال والخصومات في الدين‬

TERCELANYA BERDEBAT DAN BERTENGKAR DALAM


AGAMA

Disini beliau membawakan hadits dari Abu Umaamah ; ia berkata


bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

(( ‫)) ما ضل قوم بعد هدى كانوا عليه إال أوتوا الجدل‬


٥٨: ٤٣ - ‫ ثم قرأ‬:
{ ‫بل هم قوٌم خصمون‬. ‫} ما ضربوه لك إال جدال‬
Tidaklah suatu kaum tersesat setelah datangnya hidayah yang dahulu
mereka diatas hidayah tersebut kecuali karena mereka diberikan jidal
(artinya mereka suka berdebat)

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬membacakan firman Allah ‫; سبحانه و تعالى‬


dalam ( QS 43/ Az-Zukhruf : 58 ) :

‫ن‬
َ ‫صُمو‬
ِ ‫خ‬
َ ‫هۡم َقۡوٌم‬
ُ ‫ال َبۡل‬
ۚ ‫جَد‬
َ ‫ك ِإال‬
َ ‫ضَرُبوُه َل‬
َ ‫َما‬
Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan
dengan maksud membantah/berdebat saja, sebenarnya mereka
adalah kaum yang suka bertengkar.

Hadits ini menunjukan bahwa orang yang suka berdebat


padahal sudah jelas kepadanya petunjuk biasanya dia akan
tersesat jalan

Maka kewajiban kita adalah untuk meninggalkan sifat suka berdebat.


Kewajiban penuntut ilmu adalah menuntut ilmu dan terus
mendalami ilmu.

23
Berdebat ada 2 macam :

1. Debat yang terpuji.


Yaitu berdebat untuk membela kebenaran.

Namun ini bagi mereka yang mempunyai kemampuan, kekuatan


ilmu, dan mampu untuk mematahkan hujah-hujah lawan. Maka
berdebat untuk menetapkan kebenaran dan membantah kebathilan,
ini perkara yang dianjurkan.

Sebagaimana Allah berfirman : ( QS An-Nahl : 125 )

‫حۡكَمِة‬ ِ ‫ك ِبٱۡل‬ َ ‫سِبيِل َرِّب‬


َ ‫ى‬ ٰ ‫ع ِإَل‬
ُ ‫ٱۡد‬
‫جِدۡلُهم‬ َٰ ‫سَنِۖة َو‬ َ ‫ح‬َ ‫ظِة ٱۡل‬
َ ‫َوٱَملۡوِع‬
‫ن‬ُۚ ‫س‬ َ ‫ح‬ ۡ ‫ي َأ‬ َ ‫ه‬ ِ ‫ِبٱَّلِتي‬
Serulah mereka kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan mauidzoh
hasanah/nasehat yang baik.
‫جِدۡلُهم‬ َٰ ‫َو‬
‫ن‬ ُۚ ‫س‬َ ‫ح‬ ۡ ‫ي َأ‬ َ ‫ه‬ ِ ‫ِبٱَّلِتي‬
Dan bantahlah/debatlah mereka dengan cara yang baik.

2. Debat yang tercela.


Ini yang dicela dalam hadits-hadits dan atsar para sahabat dan
para tabi’in.

Yaitu berdebat untuk membela kebathilan. Atau memperdebatkan


sesuatu yang sudah sangat jelas kebenarannya karena tidak sesuai
dengan hawa nafsu. Dan kemudian ia berusaha untuk membantah
dalil-dalil tersebut dengan akalnya.

Inilah yang dimaksud oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam hadits ini : Tidaklah


suatu kaum tersesat setelah mereka mendapatkan hidayah kecuali
karena mereka suka berdebat.

Artinya mereka berdebat setelah mendapatkan hidayah dan sudah


tau kebenaran.

24
Kemudian beliau membawakan atsar Abu Qilaabah; beliau berkata :

‫ضاللة؛‬
َّ ‫سو كم في ال‬
ُ ‫ال تجا لسوا أهل األهواء؛ وال تجادلوهم؛ فإني ال آمن أن َيْغِم‬
‫ى عليهم‬ َ ‫أو ُيلبسوا عليكم في الدين بعض ما لبس‬
Jangan kamu bermajelis dengan ahlul hawaa’. Dan jangan berdebat
dengan mereka. Karena sesungguhnya aku tidak merasa aman untuk
mereka menceburkan kalian dalam kesesatan atau setidaknya kalian
terkena talbis mereka dalam agama sebagaimana mereka terkena
talbis yaitu syubhat.

Disini beliau menasehati agar kita jangan bermajelis atau duduk di


majelis ahlul bid’ah, ahlul ahwaa’ dikarenakan hal seperti itu bisa
menyebabkan kita akan jatuh kepada kesesatan dan kebid’ahan
mereka. Dan menyebabkan kita terkena syubhat pemikiran mereka.

Maka dari itu kewajiban kita adalah lari; bukan malah


mendekati karena hati kita ini sangat lemah.

Oleh karena itulah perkataan orang yang mengatakan “ Ambil


baiknya, buang buruknya “, lalu ia belajar kepada siapa saja, tidak
peduli. Perkataan yg seperti ini jelas perkataan yang bertabrakan
dengan nasehat para salafusdh shalih agar kita tidak duduk di majelis
ahlul ahwaa’. Supaya kita tidak terkena syubhat mereka.

Kemudian beliau membawakan atsar lainnya; Ma’an bin ‘Isa berkata:

: ‫انصرف مالك بن أنس يوًما من املسجد؛‬


Suatu hari Imam Malik bin Anas pulang dari masjid
‫ي؛‬
ِّ ‫وهو متكئ على يد‬
Dan memegang tanganku
‫أبو الجويرية؛ كان ُيَّتهم باإلرجاء؛‬: ‫فلحقه ر جل يَقاَل له‬
Lalu ada seseorang mengejar beliau, namanya Abul Juwairiyah. Dia
tertuduh berkeyakinan Murji’ah
‫يا أبا عبداهلل؛ اسمع مني شيًءا أكلمك به؛ وأحاجك؛ وأخبرك برأبي؛‬: ‫فَقال‬
Ia berkata : Abu Abdillah, dengarkan dariku sesuatu, aku akan
mengajakmu bicara. dan aku akan menegakkan hujjah padamu. Aku

25
akan kabarkan kamu dengan pendapatku

Maka Imam malik berkata :


‫فإن غلبتنى؟‬: ‫قال‬
Kalau kamu menang melawanku ? Artinya aku kalah ?

Kata dia :
‫إن غلبتك اتبعتني؛‬: ‫َقال‬
Kamu harus ikut aku

Lalu Imam malik berkata lagi :


‫فإن جاءرجل آخر ؛ فكلمنا فغلبنا؟‬: ‫َقال‬
Kalau misalnya ada orang lain yang datang kemudian dia menang ?

Kata dia :
‫نتبعه ؛‬: ‫َقال‬
Ya kita ikut dia

Kata Imam Malik :


‫ محمًدا ﷺ بدين واحد ؛‬- ‫ عزوجل‬- ‫يا عبداهلل؛ بعث اهلل‬: - ‫ رحمهاهلل‬- ‫َقال مالك‬
‫وأراك تنتقل من دين إلى دين ؛‬
Ya Abdullah, Allah telah mengutus Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dengan
membawa satu agama. Aku melihat kamu itu berpindah-pindah dari
satu keyakinan kepada keyakinan lain.

Berkata Umar bin Abdul Aziz :


‫ضا للخصو مات أكثر التنقل‬
ً ‫من جعل دينه غر‬: ‫َقال ُعَمر بن عبدالعزيز‬
Siapa yang menjadikan agamanya sebagai tujuan untuk
perdebatan,dia akan mudah berpindah-pindah.

Ini nasehat Imam Malik agar kita menjauhi perdebatan dengan ahlul
bid’ah; orang-orang yang mengikuti hawa nafsu; yang berbicara
sebatas dengan ro’yu bukan dengan dalil. Dan bahwasanya
perdebatan itu hanya akan menjadikan kita itu berpindah-pindah dan
tidak punya kekokohan ilmu. Kewajiban kita adalah terus menuntut
ilmu, menta’sis ilmu, mempelajari dasar-dasar ilmu dan
mengokohkan keilmuan kita.

26
Kemudian beliau membawakan atsar Hammad bin Mas’adah; ia
berkata :

‫ كان عمران القصير يقول‬:


Adalah ‘Imran Al Qoshiir berkata :
(( ‫أرأيت أرأيت‬: ‫)) إياكم و املنازعة و الخصومة؛ و إياكم و هؤالء الذين يقولون‬
Jauhi oleh kalian pertengkaran dan pertikaian. Dan jauhi oleh kalian
orang-orang yang mengatakan : bagaimana pendapatmu bagaimana
pendapatmu

Maksud beliau disini melarang kita untuk berdebat dengan orang-


orang yang hanya sebatas menggunakan akal dan pemikiran belaka.
Tidak berhujjah dengan Al Quran, hadits, tidak pula atsar para
sahabat. Tidak pula sesuai dengan kaidah-kaidah syariat.

Lalu beliau juga membawakan atsar Sallam bin abu Muthi’ ,


bahwasanya ada seorang laki-laki dari ahli bid’ah berkata kepada
Ayyub as Sikhtiyaani : “ Hai Abu Bakar, aku akan bertanya
kepadamu tentang sebuah perkara.”
Maka Ayyub as Sikhtiyaani pun pergi; dan ia berisyarat dengan
jarinya. Kata dia : “Aku tidak mau walaupun satu kata, atau setengah
kata.“

Itu menunjukan bahwa beliau tidak mau berdebat dengan ahli bid’ah
karena memang ahli bid’ah tujuan berdebat adalah untuk membela
kebathilannya, bukan untuk mencari kebenaran.

Demikian pula atsar dari Muhammad bin Siriin; bahwasanya ada dua
laki-laki masuk kepada Muhammad bin Siriin dari kalangan ahli
bid’ah. Lalu keduanya berkata : “Wahai Abu Bakr, kami akan
menyampaikan kepada kamu sebuah hadits.”

Kata Muhammad bin Siriin : “Tidak! . Tidak mau, aku tidak mau
mendengarnya.”
Lalu keduanya berkata : “Kami akan bacakan ayat dari Al Quran.”
Kata Muhammad bin Siriin : “Tidak!. Kalian yang pergi atau aku
yang pergi.”

27
Maksud beliau adalah beliau tidak mau mendengarkan syubhat yang
mereka lemparkan. Karena para ahli bid’ah juga membawakan Al
Quran dan hadits namun dipahami dengan pemaham sendiri; bukan
dengan pemahaman para sahabat dan tabi’in . Akan tetapi
disesuaikan dengan akal mereka. Makanya Muhammad bin Siriin
tidak mau berdebat dengan mereka.

Kemudian beliau juga membawakan atsar perkataan Imam Al


Auzaa’i. Al Auzaa’i berkata :

(( ‫عليك بآثار من سلف ؛ وإن رفضك الناس ؛ وإياك وآراء الرجال ؛ وإنزخرفوا‬
‫)) لك بالقول‬
Hendaklah kamu pegang atsar salafush shalih walaupun orang-orang
tidak menerima kamu. Dan jauhi oleh kamu pendapat-pendapat
manusia walaupun mereka menghiasinya dengan ucapan yang indah.

Ini adalah merupakan kaidah yang diberikan oleh Imam Al


Auzaa’i bahwa kewajiban kita adalah berpegang kepada atsar
salaf. Karena generasi salaflah yang paling paham tentang Al
Quran dan hadits walaupun konsekwensinya kita dijauhi
manusia.

Dan tidak boleh kita menjadikan pendapat-pendapat manusia


sebagai patokan walaupun itu dihiasi dengan kata-kata yang indah.

Seperti yang ada di zaman sekarang kita lihat orang-orang yang


berbicara dengan retorika yang memukau namun isinya hanya
pendapat dan pendapat. Tidak berdasar pada atsar atau penafsiran
salafush shalih.

28

Anda mungkin juga menyukai