Anda di halaman 1dari 15

TAJUK: PENDIDIKAN AKHLAK

NAMA KUMPULAN: KUMPULAN 14


NAMA PELAJAR:
1. CLEVENDON CHRISTOPHER (AS120)
2. DARYL DOUGIN (AC110)
3. JOEY RANIEL (AC110)
NAMA PENSYARAH: UZTAD ABDULLAH KHALID
KANDUNGAN
Topik Muka Surat
Pendahuluan 1
AKHLAK AL-MAHMUDAH DAN 2
AKHLAK AL-MAZMUNAH
Kepentingan sifat-sifat yang mulia:
1. Al-Amanah 3
2. Benar (ash-Shidqah) 4
3. Menepati Janji (al-Wafa’) 5
4. Keadilan (al-Adl) 5
5. Memelihara Kesucian Diri(al- 6
Ifafah) 7
6. Malu (al-Haya’) 8
7. Keberanian (as-Syaja’ah) 9
8. Kekuatan (al-Quwwah) 10
9. Kesabaran (as-Shabr) 11
10. Hemat (al-Iqthishad) 12
11. Hemat (al-Iqthishad) 13
Rumusan buku 14
Kesimpulan 15
Pendahuluan
Buku ini sangat sesuai untuk dimiliki oleh semua sebagai bahan bacaan atau kuliah, kerana
penerangan yang begitu jelas berkaitan setiap sifat yang dipilih, dalil-dalil yang berkaitan
dengan sifat-sifat tersebut, dan juga kisah-kisah berkaitan sifat sebagai pedoman. Sasaran
untuk kegemilangan Tamadun Islam adalah disebabkan nilai akhlak yang diamalkan oleh
setiap individu muslim. Namun begitu, apa yang berlaku sejak akhir-akhir ini
mendukacitakan apabila kita dapati masih ramai umat Islam yang tidak begitu jelas dengan
sifat mazmumah, bahkan mereka antara yang mengamalkannya. Akhirnya runtuhlah akhlak
muslim serta memberi gambaran dan impak negatif buat agama yang mulia ini.
ISI-ISI
AKHLAK AL-MAHMUDAH DAN AKHLAK AL-MAZMUNAH

Yang dimaksud dengan “Akhlaqul mahmudah” ialah segala tingkah laku yang terpuji
(yang baik) yang biasa juga dinamakan “fadilah” (kelebihan). Imam al-Ghazali menggunakan
guna perkataan “munjiyat” yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau
kejayaan. Sebagai kebalikan akhlaqul mahmudah ialah “akhlaqul mazmumah” yang berarti
tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat (qabillah) yang menurut istilah al-Ghazali
disebutnya “muhlikat” artinya se suatu yang membinasakan atau mencelakakan. Akhlak
mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah dan akhlak yang mazmumah dilahirkan oleh
sifat-sifat mazmumah pula. Oleh karena itu, maka dalam pembahasan fadlilah dan qabihah
dititik beratkan pada pembahasan sifat-sifat yang terpendam dalam jiwa manusia yang
menelorkan perbuatan-perbuatan lahiriah. Tingkah laku lahir dilahirkan tingkah laku batin,
berupa sifat dankelakuan batin yang juga dapat berbolak balik yang mengakibatkan berbolak
baliknya perbuatan jasmani manusia. Oleh karena tindak tanduk batin (hati) itupun dapat
berbolak balik, maka tepatlah dengan doa :”Wahai Allah yang memalingkan segala hati,
palingkanlah kalbu kami kepada mematuhi Engkau”.
Dalam hubungan ini jika diumpamakan sifat-sifat mahmudah itu laksana vitamin dan
mineral untuk membangun jasmani yang sehat maka sifat-sifat qabihah itu dapat diumpamakan
sebagai virus dan bakteri penyakit yang merusak tubuh. Jika kita berkewajiban membangun
visik kita dengan vitamin serta zat-zat lain yang diperlukansebagaimana halnya harus berusaha
mengusir penyakit dan kuman-kuman perusak, makademikian juga kewajiban kita membina
pribadi melalui akhlak atau sifat-sifat mahmudahdan jiwa harus pula dikosongkan dari segala
sifat-sifat qabihah.
Adapun yang termasuk akhlaqul mazmumah atau qabihah ialah setiap sikap dan sifat yang
meliputi iaitu egoistis (ananiah), lacur (al-baghyu), kikir (al-bukhlu), dusta (al-buhtan), minum
khamar (al-khamru), khianat (al-khianah), aniaya (adl-dhulmu), pengecut(al-jubn), perbuatan
dosa besar (al-fawahisy), amarah (al-ghadhab), curangdan culas (al-ghasysyu), mengupat (al-
ghibah), adu domba (an-namimah), menipu daya (al-ghurur),dengki (al-hasad), dendam (al-
hiqdu), berbuat kerusakan (al-ifsad), sombong (al-istikbar),mengingkari nikmat (al-kufran),
homo sexual (al-liwath), membunuh (qatlunnafsi),makan riba (ar-riba), ingin dipuji (ar-riya’),
ingin didengar kelebihannya (as-sum’ah), berolok-olok (as-sikhririyah), mnecuri (as-srqah),
mengikuti hawa nafsu (as-syahawat),boros (at-tabzir), tergopoh-gopoh
(al‘ajalah) dan lain-lain sifat dan sikap yang jelek.
Kepentingan sifat-sifat yang mulia
1. Al-Amanah
Al-Amanah menurut arti bahasa ialah kesetiaan, ketulusan hati,
kepercayaan(tsiqah) atau kejujuran. Kebalikannya ialah khianat. Yang dimaksud amanah disini
ialahsuatu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu
yangdipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia atau tugas kewajiban.
Pelaksanaan amanat dengan baik dapat disebut “al-Amin” yang berarti :
yang dapat dipercaya, yang jujur, yanag setia, yang aman. Sebagai contoh, Pada diri manusia
dianugerahi Allah sejumlah perlengkapan jasmaniah dan ruhaniahtersebut dipergunakan
sebagaimana mestinya, maka berarti orang itu bersifat atau meilikisifat amanah. Jika anggota-
anggota tubuhnya dipergunakan kepada maksiat berarti diakhianat terhadap amanah yang
diberikan Allah kepadanya. Kewajiban memilki sifat dansikap al-Amanah ini, (QS. An- Nisa’
(4): 58 Suatu amanah sebenarnya adalah suatu tugas yang berat dipikul, kecuali bagiorang yang
memiliki sifat al-Amanah tersebut. Dikemukakan QS.al-Ahzab (33): 72.
2. Benar (ash-Shidqah)
Salah satu sifat dan sikap yang termasuk fadlilah ialah ash-Shidqah yang
berarti benar, jujur. Yang dimaksud disini ialah berlaku benar dan jujur baik dalam
perkataanmaupun perbuatan. Kewajiban bersifat dan bersikap ini, (QS. At-Taubah (9):
119). Sikap benar ini adalah salah satu fadlilah yang menentuka status dan
kemajuanperseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kebenaran adalah salah
satu sendikemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara
satu golongan
dengan golongan lainnya. Abdullah bin Mas’ud r.a. memberitahukan bahwa Nabi SAW
bersabda :“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepadaa kebaikan, dan kebaikan itu
membawa ke surge. Seseorang yang membiasakan diri berkata benar hingga tercatat di
sisi Allah sebagai shiddiq (orang yang benar). (Muttafaq ‘Alaih). Sikap benar ini adalah
salah satu fadlilah yang menentuka status dan kemajuanperseorangan dan masyarakat.
Menegakkan prinsip kebenaran adalah salah satu sendikemaslahatan dalam hubungan
antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan
dengan golongan lainnya. Abdullah bin Mas’ud r.a. memberitahukan bahwa Nabi SAW
bersabda “Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepadaa kebaikan, dan kebaikan itu
membawa ke surge. Seseorang yang membiasakan diri berkata benar hingga tercatat di
sisi Allah sebagai shiddiq (orang yang benar)(Muttafaq ‘Alaih)
Abu Muhammad (al-Hasan) bin Abi Thalib ra. berkata bahwa ia telah
menghafal dari ajaran Rasulullah SAW: “Tinggalkanlah yang engkau ragukan kepada
apa yang tidak engkau ragukan. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada
ketenangan dandusta itu membawa? Menimbulkan keraguan”. (HR. at -
Tirmidzi).Dalam pribahasa sering disebutkan:”Berani karena benar, takut karena
salah”. Betapa kebenaran itu menimbulkan ketenangan daripadanya melahirkan
keberanian. Rasulullah SAW telah memberikan contoh betapa beraninya
berjuaangkarena beliau berjalan di atas prinsip-prinsip kebenaran. Ketika surat
Rasulullah SAW diterima oleh Heraclius, Raja Rum dari Baitul Muqaddas, ia panggil
orang-orang Arabyang berasal dari Mekkah yang kebetulan berdagang kesitu untuk
ditanyai mengenai diri Nabi. Dalam percakapan tersebut, Heraclius berkata:”…….
Aku bertanya tadi, adakah kamu tuduh Muhammad pernah berdusta sebelum ia
mengaku menjadi Nabi? Lantaskamu jawab : Tidak! Maka aku berpendapat, bahwa
orang yang tidak berdusta kepada
manusia tidak bisa jadi berdusta atas nama Allah”
3. Menepati Janji (al-Wafa’)
Sebagai rangkaian dari sifat amanah dan benar tersebut diatas adalah al-
Wafa’(menepati janji), sebagaimana dalam QS. Al-Ahzab (33): 23

4. Keadilan (al-Adl)
Prinsip keadilan ditegaskan dalam QS.an-Nahl (16): 90. Sifat dan sikap
adil ada dua macam, adil yang berhubungan dengan perseorangan dan adil yang
berhubungan dengan kemasyarakatan dan pemerintah. Adil perseorangan ialah
tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak. Bilaseseorang mengambil haknya
tanpa melewati batas, atau memberikan hak orang laintanpa menguranginya itulah yang
dinamakan tindakan adil.Adil dalam segikemasyarakatan dan pemerintahan misalnya
tindakan hakim yang menghukum orang-orang yang jahat atau orang-orang yang
bersengketa sepanjang neraca keadilan. Jikahakim menegakkan neracakeadilannya
dengan lurus dikatakanlah dia hakim yang adildan dia berat sebelah dikatakanlah atau
dipandanglah dia dhalim. Pemerintah dipandangadil jika dia mengusahakan
kemakmuran rakyat secara merata, baik di kota-kota tau didesa-desa, itu
diingatkanTuhan dalam QS. Al-Maidah (5): 8

Pelbagai faktor keadilan untuk menegakkan neraca keadilan dalam diri


pribadi dan masyarakat, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antaranya
ialah, Tenang dalam mengambil keputusan. Tidak berat sebelah dalam tindakan
karenapengaruh hawa nafsu, angkara murka atau karena kecintaan kepada
seseorang.Rasulullah dalam salah satu sabdanya mengingatkan agar janganlah seorang
hakimmemutuskan perkara dalam keadaan amarah. Emosi yang tidak stabil
biasanyamembuat seseorang tidak adil dalam putusan. Bukan itu sahaja, kita juga
harulas memperluas pandangan dan melihat soalnya secara obyektif, mengumpulkan
data dan fakta sehingga dalam putusan nanti dapat seadil. Keadilan adalah sendi
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu jika prinsip keadilan ini
ditegakkan, niscaya akan terwujudlah kesejahteraan dan keamanan.
5. Memelihara Kesucian Diri(al-Ifafah)
Al-Ifafah (memelihara kesuciandiri) termasuk dalam rangkaian fadlilah
atau akhlaqul karimah yang dituntut dalam ajaran Islam. Menjaga diri dari segala
keburukandan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada setiap waktu. Dengan
penjagaandiri secara ketat, maka dapatlah diri dipertahankan untuk selalu berada pada
statuskesucian. Hal ini dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak
membuatrencana dan angan-angan yang buruk. Perhatikan QS. As-Syams (91): 9. Demikian
juga memelihara lidah dan anggota dari segala perbuatan yang tercela,karena sadar bahwa
gerak gerik itu tidak lepas dari penglihatan Allah, termasuk akhlak luhur. Perhatikan QS. As-
Syu’ara (26): 218-219.
Berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan mencatat segala gerak
tingkahnya,maka orang yang beriman selalu waspada jangan sampai terjerumus ke
dalamkemaksiatan yang dimurkai Allah SWT. Sebagai kebalikan dari sikap tersebut ialah
sikapmemperturutkan panggilan hawa nafsu. Orang yang demikian itu telah menjadi budak
dan tawanan hawa nafsunya, sehingga hilanglah kesucian dirinya dan jatuhlah
martabatkemuliaannya dan akhirnyaakan memperoleh kesesatan dan kerugian yang nyata.
6. Malu (al-Haya’)
Sebagai rangkaian dari sifat dan sikap al-Ifafah ialah al-
Haya’ (malu). Yang dimaksud disini ialah malu terhadap Allah dan malu terhadap diri
sendiri dikala akanmelanggar peraturan-peraturan Allah. Perasaan ini dapat menjadi
pembimbing kepada jalan keselamatan dan mencegah diri dari perbuatan nista. Dari
Muttafaq ‘Alaih: “Imamitu mempunyai 60 cabang, sedangkan malu adalah salah satu
cabang dari pada iman”.
Juga dalam hal itu dikemukakan: “Malu itu tidak membuahkan kecuali
kebaikan”.(Muttafaq ‘Alaih). HR. Bukhari: ”Jika engkau tidak malu, berbuatlah apa
yang engkau kehendaki”.

7. Keberanian (as-Syaja’ah)
Syaja’ah atau sifat berani termasuk sebagai fadlilah dalam akhlaq.
Syaja’ah
bukanlah semata-mata keberanian berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap
mental dimana seseorang dapat menguasai jiwanya yang berbuat menurut semestinya.
Orangyang dapat menguasainya (jiwanya) pada masa-masa kritis ketika bahaya di
ambangpintu, itulah yang berani.
“Bukanlah yang dinamakan pemberani orang yang kuat
bergulat, sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai hawa
nafsunya di kala marah”. (Muttafaq ‘Alaih).
Dengan demikian rahasia keberanian itu terletak pada kesanggupan mengendalikan diri
dari mental tetapi stabil dalam cuaca bagaimanapun dan tetap tenang menghadapi
segala sesuatu dalam keadaan darurat. Al Qur’an mengungkapkan sikap berani
Rasulullah SAW dan para sahabat, ketika bahaya penyerangan musuh di ambangpintu.
(QS.Ali Imran (3): 173-174

Bukti keberanian Nabi dan para sahabat Nampak jelas, ketika mereka
digertak oleh pihak lawan untuk dibinasakan. Dalam keadaan genting itu, mereka
tunjukkanke
tenangannya dan sebagai buah dari syaja’ahnya, mereka gondola piala kemenangan
gilang gemilang. Jika kita berbicara tentang keberanian Rasulullah sebagai uswatun
hasanah, terdapat banyak contoh yang menjadi bukti syaja’ahnya. Beliau tidak dapat
digertak dan ditakut-takuti, karena yang ditakutinya hanyalah Allah. Sahabat-
sahabatNabi sama mengakui bahwa tiada manusia yang lebih berani dari Rasulullah
SAW yangberkali-kali diuji dalam keadaan gawat dan genting, namun belum pernah
menunjukkanrasa takut dan cemas. Memang itulah identitas pembawa amanah Allah,
sebagaimanadalam QS. Al-Ahzab (33): 39.
8. Kekuatan (al-Quwwah)
Al-Quwwah(sifat kuat) atau izzatunnafs (jiwa takut) termasuk dalam
rangkaian fadlilah. Kekuatan pribadi manusia dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu
Kekuatan fisik atau kekuatan jasmaniah yang meliputi otot, Kekuatan jiwa atau
semangat dan Kekuatan akal fikiran atau kecerdasan.
Ada yang beranggapan bahwa kekuatan ada hubungannya dengan
keturunan. Dariorangtua yang kuat akan melahirkan keturunan yang kuat pula dan dari
orang yang lemahakan melahirkan keturunan yang lemah pula. Sekalipun demikian
faktor lingkungan,pendidikan dan latihan yang diterimanya turut menentukan matang
tidaknya kekuatan yang diwariskan. Seseorang yang memiliki persediaan otot yang
kuat jika dilatih dandikembangkan maka otot itu aka bertambah kuat, dan jika tidak
dilatih maka persediaan otot itu tidak bertumbuh. Ada orang yang mungkin memiliki
persediaan semangat yang lemah, tetapi karena ditempa dan digembleng, maka
persediaan yang sedikit itu efektif kuat. Demkian juga kecerdasan dapat dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan dan latihan keterampilan. Kekuatan sebagai fadlilah
(keutamaan) difahamkan dari berbagai dalil, antara satu sama lain, QS.Ali Imran (3):
139. Kekuatan itu hendaklah dibina dan diikhtiarkan supaya bertambah dalam diriyang
dengannya dapat dipergunakan meningkatkan amal kebaikan. Tambahan kekuatanitu
dapat diperoleh selain berusahamenurut fitrah atau jalan-jalan yang wajar juga
memohon kepada Allah SWT. Perhatikan QS.al-Isra’ (17): 80. Sikap kuat termasuk
dalam fadlilah dan sebaliknya dilarang bersifat lemah karenadengan kekuatan itulah
seorang mukmin akan bekerja lebih banyak dan lebi h produktif,sedangkan orang-orang
yang lemah tidak dapat diharapkan berbuat apa-apa untuk kemajuan dan
perkembangan.
9. Kesabaran (as-Shabr)
Ada peribahasa menyatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam,
namunakibatnya lebih manis daripada madu.Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah
kesabaran sebagai fadlilah. Kesabaran dapat dibagi kepada dua kategori, yaitu
Kesabaran ketika ditimpa musibah (tabah) dan Kesabaran dalam mengerjakan sesuatu
(rajin, tekun, istiqamah)-Kesabaran sebagai fadlilah.
Selain itu, Sabar ketika ditimpa musibah atau malapetaka, dipandang sebagai fadlilah,
lihatQS.al-Baqarah (2): 155-156. Sabar dalam mengerjakan sesuatu berarti tekun , rajin,
dan ulet. Juga dimasukkan sebagai istiqamah. Lurus pantang mundur dan belok dari
melaksanakan kewajiban. Sikap ini jelas masuk dalam fadlilah (lihat QS. Fussilat
(41):30.

Terdapat beberapa faktor Kesabaran. Antaranya ialah, kesabaran itu


tidak dapat dipaksakan begitu saja dalam pribadi seseorang, melainkan ada beberapa
faktornya, yaitu, Syaja’ah atau keberanian dimana seseorang dapat bersabar terhadap
sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam
mengerjakansesuatu. Dari seorang pengecut sukar diharapkan padanya sikap sabar.
Selain itu, Al-Quwwah atau kekuatan, Seseorang dapat bersabar terhadap segala
sesuatu jika dalam dirinya cukup tersimpan sejumlah kekuatan sebagaimana pernah
diuraikan. Dari orang yang lemah kepribadiannya sukar diharapkan kesabarannya
menghadapi sesuatu. Di samping itu, Kesadaran juga adalah sumber kesabaran. Jika
seseorang tahu dan sadar akanmanfaat sesuatu pekerjaan barulah dia dapat bersabar
dalammengerjakannya. Hal ini diingatkan oleh Khidr as. kepada Nabi Musa as. (QS.
Al-Kahfi: 68).
10. Kasih saying (ar-Rahmah)
Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahmah) adalah fitrah yang
dianugrahkan Allah kepada pelbagai makhluk. Pada haiwan misalnya kita perhatikan
begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga rela berkorban jika anaknya diganggu.
Naluri ini pun ada pada manusia, dimulai dari kasih sayang orangtua kepada anaknya,
dan sebaliknya kecintaananak kepada orangtuanya, hingga dalam lingkungan yang
lebih luas, yaitu lingkungan keluarga, tetangga, kampong, bangsa dan yang amat luas
adalah kasih sayang antara manusia.Akan tetapi naluri kasih sayang ini dapat tertutup
jika terdapat hambatan-hambatan misalnya karena pertengkaran, permusuhan,
kerakusan, kedengkian, dan lain-lain qabihah. Islam menghendaki agar kasih sayang
dan sifat belas kasih dikembangkan secara wajar, sejak kasih sayang dalam lingkungan
keluarga sampai kepada kasih sayangyang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan ,
malahan lebih luas lagi belasan kasih kepadahewan-hewan sekalipun.
Jika diperinci maka ruang lingkup ar-Rahmah ini dapat diutarakan
dalam beberapa tingkatan, yaitu Kasih sayang dalam lingkungan keluarga contohnya,
kasihnya orangtua kepada anak, kasihnya suami istri, kasihnya antara orang yang
bersaudara dan berkeluarga. Seterusnya, Kasih sayang dalam lingkungan tetangga dan
kampong dimana suatu pertalian kasih sayang yang timbul dan tumbuh kerana hidup
bersama dalam suatu lingkungan tetangga dan kampung. Bukan itu sahaja, terdapat juga
kasih sayang dalam lingkungan bangsa seperti perasaan kasih dan simpati yang timbul
akibat persamaan rumpun, suku bangsa, rasa senasib, baik dalam perjuangan yang
menyangkut kenegaraan.
Di samping itu, Kasih sayang dalam lingkungan keagamaan contohnya
Mencintai dan mengasihi sesama orang yang seagama, kerana memandang saudara
dalam aqidah dan keyakinan. Seterusnya, Kasih sayang dalam bentuk prikemanusiaan
contohnya mencintai sesama manusia atas dasar pengertian bahwa manusia adalah
sama-sama berasal dari satu keturunan , asalnya satu bapa dan satu ibu. Akhir sekali,
Kasih sayang kepada sesama makhluk (universal) Misalnya mengasihi haiwan dan
tumbuh-tumbuhan
Prinsip-prinsip kasih sayang dalam Islam. Allah mengajarkan bahwa
Dialah yang Maha Pengasih (ar-Rahman) atau paling luas dan agung belas kasihnya.
Tercermin dalam do’a para malikat, (lihat QS.al-Mu’min(40): 7. Dari contoh-contoh
ayat diatas itu Allah memerintahkan pula agar hendaknya manusiamemilki sifat kasih
sayang dalam diri pribadinya: QS. Al-Balad (90): 17.
11. Hemat (al-Iqthishad)
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak manusia menderita
kerugian adalahpemborosan, yang meliputi adalah pemborosan harta benda, waktu dan
tenaga. Sebaliknyaberuntunglah manusia yang memiliki sifat dan sikap hemat (al-
Iqthishad) dalam segala-galanya, yang segala langkahnya diukur berdasarkan garis-
garis ketentuan syara’, Yang dimaksud hemat (al-Iqtishad) ialah menggunakan segala
sesuatu yangtersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan,
mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan.-Penghematan harta
bendaPenghematan harta benda menurut garis-garis ketentuan Islam dinyatakan pada

QS.al-Furqan (25): 67
dan dengan pengambilan jalan tengah antara boros dan kikir adalah sifat yangterpuji,
akhlaqul mahmudah. Itulah yang dimaksud dengan penghematan,
karenamembelanjakan harta benda dengan sebaik-baiknya dengan cara yang wajar dan
pantas.

Lihat QS.al-Lail (92):8-10.


QS.al-Isra’(17): 29, bahwa Allah memperingatkan akibat yang bakal diderita oleh
orang yang borosdan kikir. Oleh karena itu jalan yang paling baik ialah memelihara
harta benda yangdianugrahkan Allah dengan mengambil sikap jalan tengah, dengan
berhemat yang memungkinkan manusia terpelihara dari kehinaan dan penderitaan,

(QS.at-Talaq (65): 7. Itulah garis pokok dalam pembuatan anggaran belanja yang
hemat, yaknimenyesuaikan dengan pendapatan (income) dan jangan sampai lebih besar
pengeluarandari pemasukan. Sesuai dengan hal tersebut di atas, maka ada beberapa
factor teknis yang perlu mendapatkan perhatian, antaranya ialah, membelanjakan
sesuatu harta dengan mendahulukan apa-apa yang paling perlu. Yakni kebutuhan
primer harus didahulukan, baru menyusul kebutuhan sekunder. Selain itu, tidak boleh
membelanjakan sesuatu yang akibatnya merugikan diri pribadi dan tidak memberikan
manfaat apa-apa, misalnya minuman keras. Seterusnya, Tidak boleh memelihara
sesuatu yang hanya memberikan manfaat bagi diri sendiri, tetapi merugikan
kepentingan orang banyak. Misalnya membeli pangan sebanyak-banyaknya dengan
tujuan penimbunan untuk memperoleh untung besar dalam musimpaceklik. Karena hal
tersebut menghalangi sampainya barang kepada orang banyak. Ia juga perlu
diperhitungkan dengan teliti antara pemasukan dan pengeluaran keuangan. Janganlah
pasak lebih besar dari pada tiang, dan yang terakhir ialah apabila sesuatu kepentingan
itu sangat diperlukan dalam memenuhi hajat pribadi dan keluarga, janganlah segan
mengeluarkan harta (infaq) secara wajardan pantas, misalnya dalam urusan pengobatan
keluarga yang sakit.
Rumusan buku
Berdasarkan buku Pendidikan Akhlak, maka rumusan yang dapat dibuat adalah pengertian
akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Selain itu, perkara-perkara tentang akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah. Oleh itu, pengertian hikmah, syaja’ah dan iffah serta
perkara-perkaranya juga terdapat dalam buku tersebut.Di samping itu, cara bagaimanakah
untuk mernghindari akhlak mazmumah dan sifat-sifat yang perlu diterapkan dalam kehidupan
seharian. Cadangan adalah untuk menyeru maskarakat bukan saja umat Islam malah agama-
agama lain untuk mempelajari buku ini kerana dapat membantu akhlak jati diri, menjadi
panduan dalam hidup dan memperkuatkan keperibadian diri daripada anasir-anasir jahat.
Kesimpulan
Akhlak madzmumah (Akhlak adalah sesuatu tingkah laku yang dapat
membawa manusia kepada kebinasaan dan kehancuran yang didorong oleh beberapa factor
yaitu dunia (harta), manusia, setan, dan nafsu. Akhlak tercela ini dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu maksiat lahir seperti berbicara hal-hal batil, menguping pembicaraan orang lain,
melihat aurat orang yang bukan muhrimnyam, dan lain-lain. Kemudian maksiat batin yaitu
seperti marah, dongkol, dengki, sombong.Akhlak tersebut diperlukan 2 cara yaitu perbaikan
pergaulan dan memberi hukuman bagi yang melakukan perbuatan buruk.
Adapun akhlak mahmudah (Akhlak Terpuji) yakin menghilangkan
semua kebiasanaan yang tercela sebagaimana yang telah digariskan dalam ajaran Islam serta
menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan kebiasaan yang baik,
melakukannya dan mencintaikannya. Akhlak terpuji ini dibagi menjadi dua bagian yaitu taat
lahir seperti tobat, amar makruf dan nahi munkar, dan syukur. Kemudian taat batin yaitu seperti
tawakal, sabar, dan qana’ah untuk meningkatkan akhlak terpuji dapat dilakukan dalam
beberapa cara yaitu apabila secara lahiriah seperti memilih pergaulan yang baik, membiasakan
kegiatan yang baik, dan menaati peraturan yang berlaku baik yang ada di Negara maupun di
masyarakat.Apabila secara batiniah yaitu dengan cara muhasabah, mu’aqobah, mu’ahadah,
mujahadah.

Anda mungkin juga menyukai