Anda di halaman 1dari 14

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Superkonduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listrik tanpa
hambatan. Gejala superkonduktivitas pertama kali ditemukan oleh seorang
Fisikawan Belanda Heike Kamerlingh Onnes pada tahun 1911 di Leiden Belanda.
Pada 1911, ia mulai mempelajari sifat-sifat listrik pada logam yang bersuhu sangat
rendah. Pada waktu itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan turun
ketika didinginkan dibawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat
mengetahui berapa batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperatur logam
mendekati 0 K atau nol mutlak. Beberapa ahli ilmuwan pada waktu itu seperti
William Kelvin memperkirakan bahwa elektron yang mengalir dalam konduktor
akan berhenti ketika suhu mencapai nol mutlak. Dilain pihak, ilmuwan yang lain
termasuk Onnes memperkirakan bahwa hambatan akan menghilang pada keadaan
tersebut. Untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi, Onnes kemudian
mengalirkan arus pada kawat merkuri yang sangat murni dan kemudian mengukur
hambatannya sambil menurunkan suhunya. Pada suhu 4,2 K, Onnes terkejut
ketika mendapatkan bahwa hambatannya tiba-tiba menjadi hilang. Arus mengalir
melalui kawat merkuri terus menerus. Demikian dengan tidak adanya hambatan
yang mengalir maka mengakibatkan arus mengalir dengan energi yang kekal.
Penemuan di bidang superkonduktor memberikan fenomena berhasilnya
disintesisnya

suatu bahan organik yang

bersifat superkonduktor, yaitu

(TMTSF)2PF6. Titik kritis senyawa organik ini masih sangat rendah yaitu 1,2 K.
ditemukan suatu keramik yang bersifat superkonduktor pada suhu 90 K yang
menggunakan nitrogen cair sebagai pendinginnya. Karena, suhunya cukup tinggi
dibandingkan dengan material superkonduktor yang lain, maka material-material
tersebut diberi nama superkonduktor suhu tinggi. Suhu tertinggi suatu bahan
menjadi superkonduktor hingga saat ini adalah 138 K.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimana sejarah superkonduktor?
1.2.2 Apa yang dimaksud hantaran super (superkonduktor)?
1.2.3 Bagaimana sifat kelistrikan superkonduktor?
1.2.4 Bagaimana sifat kemagnetan superkonduktor?
1.2.5 Bagaimana proses terjadinya superkonduktor?
1.2.6 Apa saja aplikasi dari superkonduktor?
1.3 Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah adalah sebagai berikut:
1.3.1 Menjelaskan sejarah superkonduktor.
1.3.2 Menjelaskan pengertian hantaran super (superkonduktor).
1.3.3 Menjelaskan sifat kelistrikan superkonduktor.
1.3.4 Menjelaskan sifat kemagnetan superkonduktor.
1.3.5 Menjelaskan proses terjadinya superkonduktor.
1.3.6 Mengetahui aplikasi dari superkonduktor.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Superkonduktor


Sifat superkonduktivitas bahan ditemukan pertama kali oleh Heike
Kammerlingh Onnes pada tahun 1911. Pada saat itu, dia sedang mencoba
mengamati hambat jenis (resistivity) logam merkuri (Hg) ketika didinginkan

sampai suhu helium cair. Ternyata dia mendapatkan hambat jenis merkuri tiba-tiba
turun drastis menjadi nol pada suhu 4,2 K. Fenomena konduktivitas sempurna
inilah yang disebut superkonduktivitas, dan bahan yang mempunyai sifat
superkonduktif ini dinamakan bahan superkonduktor. Suhu ketika suatu bahan
superkonduktor mulai mempunyai sifat superkonduktif disebut suhu kritis (Tc)
(Anwar,2012).
Pada tanggal 10 Juli 1908, Onnes berhasil mencairkan helium dengan cara
mendinginkan hingga 4 K atau 269 oC. Kemudian pada tahun 1911, Onnes mulai
mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada suhu yang sangat dingin. Pada
waktu itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan turun ketika
didinginkan dibawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat mengetahui
berapa batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperatur logam mendekati 0
K atau nol mutlak. Beberapa ahli ilmuwan pada waktu itu seperti William Kelvin
memperkirakan bahwa elektron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti
ketika suhu mencapai nol mutlak.
Dilain pihak, ilmuwan yang lain termasuk Onnes memperkirakan bahwa
hambatan akan menghilang pada keadaan tersebut. Untuk mengetahui yang
sebenarnya terjadi, Onnes kemudian mengalirkan arus pada kawat merkuri yang
sangat murni dan kemudian mengukur hambatannya sambil menurunkan suhunya.
Pada suhu 4,2 K, Onnes terkejut ketika mendapatkan bahwa hambatannya tibatiba menjadi hilang.
Dengan tidak adanya hambatan, maka arus dapat mengalir tanpa
kehilangan energi. Percobaan Onnes dengan mengalirkan arus pada suatu
kumparan superkonduktor dalam suatu rangkaian tertutup dan kemudian
mencabut sumber arusnya lalu mengukur arusnya satu tahun kemudian ternyata
arus masih tetap mengalir. Fenomena ini kemudian oleh Onnes diberi nama
superkondutivitas. Atas penemuannya itu, Onnes dianugerahi Nobel Fisika pada
tahun 1913.
Penemuan lainnya yang berkaitan dengan superkonduktor terjadi pada
tahun 1933. Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu
superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila

suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan
mengalir dalam konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan
dalam generator. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat
berlawanan dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat
menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet
tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah diamagnetisme dan efek ini
kemudian dikenal dengan efek Meissner. Efek Meissner ini sedemikian kuatnya
sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor.
Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar. Apabila medan magnetnya terlalu
besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan kehilangan sifat
superkonduktivitasnya.
Dengan

berlalunya

waktu,

ditemukan

juga

superkonduktor-

superkonduktor lainnya. Selain merkuri, ternyata beberapa unsur-unsur lainnya


juga menunjukkan sifat superkonduktor dengan harga Tc yang berbeda. Sebagai
contoh, karbon juga bersifat superkonduktor dengan Tc 15 K. Hal yang ironis
adalah logam emas, tembaga dan perak yang merupakan logam konduktor terbaik
bukanlah suatu superkonduktor.
Pada

tahun

1986

terjadi

sebuah

terobosan

baru

di

bidang

superkonduktivitas. Alex Mller and Georg Bednorz, peneliti di Laboratorium


Riset IBM di Rschlikon, Switzerland berhasil membuat suatu keramik yang
terdiri dari unsur Lanthanum, Barium, Tembaga, dan Oksigen yang bersifat
superkonduktor pada suhu tertinggi pada waktu itu, 30 K. Penemuan ini menjadi
spektakuler karena keramik selama ini dikenal sebagai isolator. Keramik tidak
menghantarkan listrik sama sekali pada suhu ruang. Hal ini menyebabkan para
peneliti pada waktu itu tidak memperhitungkan bahwa keramik dapat menjadi
superkonduktor. Penemuan ini membuat keduanya diberi penghargaan hadiah
Nobel setahun kemudian (Ismandar,2014).
Beberapa contoh bahan superkonduktor yang berhasil ditemukan dan suhu
kritisnya dapat dilihat di bawah ini :
1. Jenis bahan Unsur :

Al ( Tc = 1 K)
Pb ( Tc = 7 K)
Nb ( Tc = 9 K)
2. Jenis bahan paduan logam biner dan senyawa biner :
Nb-Ti ( Tc = 9 K)
Nb3Sn ( Tc = 18 K)
3. Jenis bahan Senyawa organik :
k-(BEDT-TTF)2Cu(NCS)2 ( Tc = 10 K)
4. Jenis bahan Superkonduktor Oksida :
La2-xSrxCuO4 ( Tc = 38 K)
YBa2Cu3O7-x ( Tc = 93 K)
Tl2Ca2Ba2Cu3O10 ( Tc = 125 K)
HgBa2Ca2Cu3O8+x ( Tc = 135 K)
Tl5Ba4Ca2Cu10Oy ( Tc = 233 K)

(Anwar,2012).

2.2 Hantaran Super (Superkonduktor)


Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan di
bawah suatu nilai suhu tertentu. Sehingga superkonduktor dapat menghantarkan
arus walaupun tanpa adanya sumber tegangan. Suatu superkonduktor dapat berupa
konduktor, superkonduktor ataupun isolator pada keadaan ruang. Suhu dimana
terjadi perubahan sifat konduktivitas menjadi superkonduktor disebut dengan
temperature critis (Tc) (Sumardi, 2013).
Tahanan logam pada suhu rendah hampir konstan. Hal ini disebabkan pada
suhu rendah sumbangan kisi terhadap tahanan ini sangat berkurang sehingga bila
suhu mencapai R = 0 K tahanan akan betul-betul mendekati konstan. Banyak
logam-logam yang dikenal sebagai logam normal yang berperilaku seperti ini,
seperti yang dilukiskan pada gambar 5.22a. Akan tetapi ada jenis logam lain yang
berperilaku seperti yang dilukiskan pada gambar 5.22b. Pada penurunan suhu,
logam ini berperilaku seperti logam normal pula, tetapi pada suhu kritis T C,
hambatannya jatuh secara tiba-tiba sampai harga nol. Bahan-bahan yang seperti
ini dikenal sebagai penghantar super atau superkonduktor. Pada suhu dibawah

suhu kritis TC ini, hambatan penghantar ini menjadi sangat kecil sekali dan bahkan
hilang sama sekali. Harga suhu kritis TC ini sangat bergantung pada sifat-sifat
logam itu sendiri.
Logam-logam biasa dapat merupakan penghantar yang baik bila interaksi
elektron-elektronnya dengan kisi tidak begitu kuat sedang pada penghantar super
memiliki kopling elektron-kisi-elektron yang relatif kuat. Jadi bahan-bahan yang
baik semestinya tidak menjadi superkonduktor. Tampaknya hal ini sebagai suatu
paradoks yang aneh, dimana hantaran seperti itu dihasilkan oleh elektron-elektron
yang interaksinya dengan kisi begitu kuat sehingga dia tidak berinteraksi sama
sekali. Perubahan watak bahan dari keadaan normal ke keadaan superkonduktor
dapat dianalogikan misalnya dengan perubahan fase air dari keadaan cair ke
keadaan padat. Perubahan watak seperti ini sama-sama mempunyai suatu suhu
transisis, pada transisi superkonduktor suhu ini disebut sebagai suhu kritik Tc,
pada transisi fase ada yang disebut titik didih (dari fase cair ke gas) dan titik beku
(dari fase cair ke padat). Pada transisi feromagnetik suhu transisinya disebut suhu
Curie. Besaran fisis yang berkaitan dengan transisi superkonduktor adalah
resistivitas bahan, mari kita lihat grafik resistivitas sebagai fungsi suhu mutlak
pada gambar dibawah ini.

Pada suhu T > Tc bahan dikatakan berada dalam keadaan normal, ia


memiliki resistansi listrik. Transisi ke keadaan normal ini bukan selalu berarti
menjadi konduktor biasa yang baik, pada umumnya malah menjadi penghantar
yang jelek, bahkan ada yang ekstrim menjadi isolator! Untuk suhu T < Tc bahan
berada dalam keadaan superkonduktor. Di dalam eksperimen, pengukuran
resistivitasnya dilakukan dengan menginduksi suatu sampel bahan berbentuk
cincin, ternyata arus listrik yang terjadi dapat bertahan sampai bertahun-tahun.

Resistivitasnya yang terukur tidak akan melebihi 10-25 ohm.meter, sehingga


cukup beralasan bila resistivitasnya dikatakan sama dengan nol (Pikatan,1989).
Pada temperatur rendah (<20 K) beberapa logam memiliki tahanan listrik
nol dan berubah menjadi superkonduktor. Sifat superkonduktivitas ini hilang
apabila temperatur logam melampaui temperatur kritis TC, atau bila diterapkan
medan magnet yang cukup kuat, atau ada aliran arus yang kuat. Kekuatan medan
kritis HC, kerapatan arus JC, dan temperatur TC saling bergantung. Pada gambar
diperlihatkan keterangan HC pada temperatur untuk berbagai jenis logam; logam
dengan nilai TC dan HC yang tinggi, termasuk elemen transisi, disebut
superkonduktor keras, sedangkan dengan nilai rendah seperti Al, Zn, Cd, Hg, Snputih adalah superkonduktor lunak. Kurva hamper berbentuk parabola dan

2
mendekati persamaan H C H 0 1 (TlTC ) dimana H0 adalah medan kritis pada

0 K; dan ho sekitar 1,6 x 105 A/m untuk Nb (Hayt dan Buck, 2006).
Besarnya suhu kritis TC itu ditentukan oleh energi ikat dari pasangan
elektron itu. Walaupun kedua elektron itu memiliki fungsi gelombang yang cocok,
secara fisis elektron itu tidak perlu berikatan bersama, dan bisa saja dia itu
dipisahkan oleh jarak yang besar dan bergerak dalam arah yang berlawanan
(Suwitra, 1989).
2.3 Sifat Kelistrikan Superkonduktor
Bahan logam tersusun dari kisi-kisi dan basis serta elektron bebas. Ketika
medan listrik diberikan pada bahan, elektron akan mendapat percepatan. Medan
listrik akan menghamburkan elektron ke segala arah dan menumbuk atom-atom
pada kisi. Hal ini menyebabkan adanya hambatan listrik pada logam konduktor.

Pada bahan superkonduktor terjadi juga interaksi antara elektron dengan


inti atom. Namun elektron dapat melewati inti tanpa mengalami hambatan dari
atom kisi. Efek ini dapat dijelaskan oleh Teori BCS. Ketika elektron melewati
kisi, inti yang bermuatan positif menarik elektron yang bermuatan negatif dan
mengakibatkan elektron bergetar.

Jika ada dua buah elektron yang melewati kisi, elektron kedua akan
mendekati elektron pertama karena gaya tarik dari inti atom-atom kisi lebih besar.
Gaya ini melebihi gaya tolak-menolak antar elektron sehingga kedua elektron
bergerak berpasangan. Pasangan ini disebut Cooper Pairs. Efek ini dapat
dijelaskan dengan istilah Phonons. Ketika elektron pertama pada Cooper Pairs
melewati inti atom kisi. Elektron yang mendekati inti atom kisi akan bergetar dan
memancarkan Phonon. Sedangkan elektron lainnya menyerap Phonon. Pertukaran

Phonon ini mengakibatkan gaya tarik menarik antar elektron. Pasangan elektron
ini akan melalu kisi tanpa gangguan dengan kata lain tanpa hambatan (Ghuna,
2015).
2.4 Sifat Kemagnetan Superkonduktor
Sifat lain dari superkonduktor yaitu bersifat diamagnetisme sempurna. Jika
sebuah superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak akan ada
medan magnet dalam superkonduktor. Hal ini terjadi karena superkonduktor
menghasilkan medan magnet dalam bahan yang berlawanan arah dengan medan
magnet luar yang diberikan. Efek yang sama dapat diamati jika medan magnet
diberikan pada bahan dalam suhu normal kemudian didinginkan sampai menjadi
superkonduktor. Pada suhu kritis, medan magnet akan ditolak. Efek ini dinamakan
Efek Meissner (Triya, 2014).

2.5 Proses Terjadinya Superkonduktor


Superkonduktor terjadi karena ada gaya tarik menarik antara elektronelektron konduksi akibat distrorsi pada kisi yang dilalui oleh elektron; suatu
interksi lemah karena pada logam interaksi ini luluh oleh aktivasi termal pada
temperatur sangat rendah. Apabila elektron bergerak melalui kisi, elektron
menarik ion positif berdekatan sehingga kerapatan muatan positif setempat
bertambah sedikit. Sebaliknya elektron berdekatan mengalami gaya tarik muatan

positif, dan besar gaya tarik menarik bergantung pada kerapatan elektron, muatan
ionic, dan frekuensi getaran kisi. Pada kondisi yang menguntungkan efek ini
sedikit lebih kuat dibandingkan gaya tolak menolak antar elektron (Smallman dan
Bishop, 2000: 201).
Teori superkonduktivitas

menunjukkan

bahwa gaya

tarik-menarik

elektron-elektron paling kuat terjadi antara pasangan elektron, sedemikian hingga


momentum yang dihasilkan tiap pasangan tepat sama dan elektron individual
pasangan mempunyai spin berlawanan tanda. Dengan bentuk tatanan khusus ini,
energi total (meliputi energi kinetic dan interaksi) turun dan secara efektif
membentuk senjang energi terbatas antara keadaan terorganisir ini dan keadaan
gerak tereksitasi biasa. Kesenjangan sesuai dengan kulit tipis pada permukaan
Fermi, namun tidak membuahkan isolator atau superkonduktor karena penerapan
medan listrik menyebabkan seluruh distribusi Fermi, bersama dengan celah,
bergeser ke posisi yang tidak simetris, dan dengan demikian menimbulkan aliran
arus. Arus ini tetap ada meskipun medan listrik dihilangkan, karena hamburan
yang diperlukan untuk mengubah distribusi Fermi yang tergeser ditekan.
Pada 0 K semua elektron berada dalam keadaan berpasangan tetapi ketika
temperatur dinaikkan, aktivasi termal memutuskan hubungan pasangan tadi dan
menghasilkan sejumlah elektron normal dalam kesetimbangan dengan pasangan
superkonduksi. Dengan meningkatnya temperatur, jumlah pasangan terputus
bertambah hingga pada TC, bersama senjang energi, lenyap; keadaan
superkonduksi berubah menjadi keadaan konduksi normal (Hayt dan Buck, 2006).
2.6 Aplikasi atau Penggunaan Superkonduktor
Sistem mendeteksi kecacatan ini membuat para pakar sains fisika bahan
meneliti lebih jauh di dalam bidang fisika terutama untuk bahan-bahan padat.
Teknik ini membenarkan kerusakan-kerusakan yang tidak dapat dilihat di dalam
bahan dapat diketahui. Teknik ini juga telah dicoba dalam disiplin sains yang lain
termasuk biologi. Teknik pengujian ultrasonik telah membuka peluang baru
kepada para penderita tumor otak dimana dengan pengujian ultrasonik, tumor di
dalam otak dapat dikesan.
10

Teknik ini juga mengurangkan penggunaan sinar-X di dalam beberapa


metode kedokteran yang ternyata penggunaan sinar-X amat berbahaya terhadap
jaringan (tissue) tubuh di badan manusia dan juga kepada wanita hamil.
Berdasarkan kepada prinsip gema pulsa ini juga sistem sonar dicipta. Sistem sonar
adalah teknik dimana penggunaan gelombang elektromagnet di dalam sistem
radar digantikan dengan ultrasonik. Sistem sonar digunakan dalam menentukan
posisi sebuah kapal selam ketika waktu perang. Tetapi kini digunakan pula untuk
menentukan bentuk muka bumi di dasar lautan dan juga kelompok-kelompok ikan
untuk tujuan nelayan.
Gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke dasar lautan akan terpantul
apabila ia tiba di dasar. Ketidakseragaman permukaan dasar lautan akan
melahirkan variasi pantulan pulsa dan melalui gema yang terhasil, parit, jurang,
dan juga gunung-gunung di dasar lautan dapat dipetakan. Waktu yang diambil
oleh pulsa untuk kembali ke pada transduser pengobservasi dari transduser
pemancar akan membolehkan kedalaman lautan di sesuatu kawasan itu dapat
dianggarkan hingga ke angka yang paling tepat. Variasi gema pulsa juga
digunakan oleh bot-bot nelayan untuk mendeteksi kumpulan ikan di bawah
permukaan air. Aplikasi lainnya adalah :

Kereta Magnet (Maglev, Magnetic Levitation Train) Di Jepang, kereta api


supercepat ini diberi nama The Yamanashi MLX01 MagLev train, dimana
kereta ini dapat melayang diatas magnet superkonduktor. Dengan melayang,
maka gesekan antara roda dengan rel dapat dihilangkan dan akibatnya kereta

dapat berjalan dengan sangat cepat, 343 mph (550 km/jam).


Generator listrik super-efisien. Bayangkan pembangkit-pembangkit listrik bisa
berefisiensi tinggi. Berapa milyar uang negara yang bisa di hemat? Sebagai
perbandingan, untuk transmisi listrik, pemerintah AS dan Jepang berencana
untuk menggunakan kabel superkonduktor dengan pendingin nitrogen untuk
menggantikan kabel tembaga. Menurut perhitungan, arus yang dapat
ditransmisikan akan jauh meningkat, 250 pon kabel superkonduktor dapat

menggantikan 18.000 pon kabel tembaga.


Supercomputer Jangankan Pentium Core 2 Duo, ratusan kali lebih cepat dari
processor PC tercepat saat ini pun bisa dibuat dengan superkonduktor. Bahkan
11

di bidang militer, HTS-SQUID (Superconducting Quantum Interference

Devices) telah digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau laut.
Kedokteran Diciptakannya alat MRI, sebuah alat pencitra Gema Magnetik.

(Janwardi, 2013).

BAB 3. KESIMPULAN

12

3.1 Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda,


Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911.
3.2 Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan di bawah
suatu nilai suhu tertentu.
3.3 Bahan logam tersusun dari kisi-kisi dan basis serta elektron bebas. Ketika
medan listrik diberikan pada bahan, elektron akan mendapat percepatan.
Medan listrik akan menghamburkan elektron ke segala arah dan menumbuk
atom-atom pada kisi. Hal ini menyebabkan adanya hambatan listrik pada
logam konduktor.
3.4 Jika sebuah superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak
akan ada medan magnet dalam superkonduktor. Hal ini terjadi karena
superkonduktor menghasilkan medan magnet dalam bahan yang berlawanan
arah dengan medan magnet luar yang diberikan.
3.5 Superkonduktor terjadi karena ada gaya tarik menarik antara elektron-elektron
konduksi akibat distrorsi pada kisi yang dilalui oleh elektron; suatu interksi
lemah karena pada logam interaksi ini luluh oleh aktivasi termal pada
temperatur sangat rendah.
3.6 Aplikasi dari superkonduktor antara lain: kereta magnet (Maglev, Magnetic
Levitation Train) di Jepang, generator listrik, supercomputer, MRI (sebuah alat
pencitra gema magnetik).

13

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Fuad. 2012. Sejarah dan Pengertian Superkonduktor. Diakses di
http://fanwar.staff.uns.ac.id/2010/04/23/sejarah-dan-pengertian
superkonduktor/ pada tanggal 6 Mei 2015
Hayt dan Buck. 2006. Elektromagnetika Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Hidayat, Muslih. 2012. Bahan Superkonduktor dan Superkonduktor. Diakses di
https://www.scribd.com/doc/171146491/BAHAN-SEMI
KONDUKTOR-DAN-SUPERKONDUKTOR-pdf pada tanggal 6 Mei
2015.
Ismandar dan Cun Sen. 2014. Mengenal Superkonduktor. Diakses di
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100396563 pada
tanggal 6 Mei 2015.
Janwardi. 2013. Makalah Ilmu Bahan Listrik. Diakses di
https://janwardi.files.wordpress.com/2013/04/bab-i-makalah-ibl.doc
pada tanggal 6 Mei 2015.
Pikatan, Sugata. 1989. Mengenal Superkonduktor. Diakses di
http://tan.awardspace.com/pubi/Konduktor.PDF pada tanggal 6 Mei
2015.
Smallman ,R. E dan Bishop, R. J. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material Edisi Keenam. Surabaya: Erlangga.
Sumardi, FR. 2013. Superkonduktor. Diakses di
http://digilib.unila.ac.id/76/8/BAB%20II.pdf pada tanggal 6 Mei 2015.
Suwitra, Nyoman. 1989. Pengantar Fisika Zat Padat. Jakarta: DIKTI.
Triya. 2014. Buku Superkonduktor. Diakses di
https://www.scribd.com/doc/249670601/68296246-2-BukuSuperkonduktor-1 pada tanggal 6 Mei 2015.
Uciha, Ghuna. 2015. Superkonduktor. Diakses di
https://www.academia.edu/8122871/SUPERKONDUKTOR pada
tanggal 6 Mei 2015.

iii

Anda mungkin juga menyukai