Superkonduktor Makalah
Superkonduktor Makalah
PENDAHULUAN
(TMTSF)2PF6. Titik kritis senyawa organik ini masih sangat rendah yaitu 1,2 K.
ditemukan suatu keramik yang bersifat superkonduktor pada suhu 90 K yang
menggunakan nitrogen cair sebagai pendinginnya. Karena, suhunya cukup tinggi
dibandingkan dengan material superkonduktor yang lain, maka material-material
tersebut diberi nama superkonduktor suhu tinggi. Suhu tertinggi suatu bahan
menjadi superkonduktor hingga saat ini adalah 138 K.
BAB 2. PEMBAHASAN
sampai suhu helium cair. Ternyata dia mendapatkan hambat jenis merkuri tiba-tiba
turun drastis menjadi nol pada suhu 4,2 K. Fenomena konduktivitas sempurna
inilah yang disebut superkonduktivitas, dan bahan yang mempunyai sifat
superkonduktif ini dinamakan bahan superkonduktor. Suhu ketika suatu bahan
superkonduktor mulai mempunyai sifat superkonduktif disebut suhu kritis (Tc)
(Anwar,2012).
Pada tanggal 10 Juli 1908, Onnes berhasil mencairkan helium dengan cara
mendinginkan hingga 4 K atau 269 oC. Kemudian pada tahun 1911, Onnes mulai
mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada suhu yang sangat dingin. Pada
waktu itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan turun ketika
didinginkan dibawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat mengetahui
berapa batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperatur logam mendekati 0
K atau nol mutlak. Beberapa ahli ilmuwan pada waktu itu seperti William Kelvin
memperkirakan bahwa elektron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti
ketika suhu mencapai nol mutlak.
Dilain pihak, ilmuwan yang lain termasuk Onnes memperkirakan bahwa
hambatan akan menghilang pada keadaan tersebut. Untuk mengetahui yang
sebenarnya terjadi, Onnes kemudian mengalirkan arus pada kawat merkuri yang
sangat murni dan kemudian mengukur hambatannya sambil menurunkan suhunya.
Pada suhu 4,2 K, Onnes terkejut ketika mendapatkan bahwa hambatannya tibatiba menjadi hilang.
Dengan tidak adanya hambatan, maka arus dapat mengalir tanpa
kehilangan energi. Percobaan Onnes dengan mengalirkan arus pada suatu
kumparan superkonduktor dalam suatu rangkaian tertutup dan kemudian
mencabut sumber arusnya lalu mengukur arusnya satu tahun kemudian ternyata
arus masih tetap mengalir. Fenomena ini kemudian oleh Onnes diberi nama
superkondutivitas. Atas penemuannya itu, Onnes dianugerahi Nobel Fisika pada
tahun 1913.
Penemuan lainnya yang berkaitan dengan superkonduktor terjadi pada
tahun 1933. Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu
superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila
suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan
mengalir dalam konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan
dalam generator. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat
berlawanan dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat
menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet
tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah diamagnetisme dan efek ini
kemudian dikenal dengan efek Meissner. Efek Meissner ini sedemikian kuatnya
sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor.
Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar. Apabila medan magnetnya terlalu
besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan kehilangan sifat
superkonduktivitasnya.
Dengan
berlalunya
waktu,
ditemukan
juga
superkonduktor-
tahun
1986
terjadi
sebuah
terobosan
baru
di
bidang
Al ( Tc = 1 K)
Pb ( Tc = 7 K)
Nb ( Tc = 9 K)
2. Jenis bahan paduan logam biner dan senyawa biner :
Nb-Ti ( Tc = 9 K)
Nb3Sn ( Tc = 18 K)
3. Jenis bahan Senyawa organik :
k-(BEDT-TTF)2Cu(NCS)2 ( Tc = 10 K)
4. Jenis bahan Superkonduktor Oksida :
La2-xSrxCuO4 ( Tc = 38 K)
YBa2Cu3O7-x ( Tc = 93 K)
Tl2Ca2Ba2Cu3O10 ( Tc = 125 K)
HgBa2Ca2Cu3O8+x ( Tc = 135 K)
Tl5Ba4Ca2Cu10Oy ( Tc = 233 K)
(Anwar,2012).
suhu kritis TC ini, hambatan penghantar ini menjadi sangat kecil sekali dan bahkan
hilang sama sekali. Harga suhu kritis TC ini sangat bergantung pada sifat-sifat
logam itu sendiri.
Logam-logam biasa dapat merupakan penghantar yang baik bila interaksi
elektron-elektronnya dengan kisi tidak begitu kuat sedang pada penghantar super
memiliki kopling elektron-kisi-elektron yang relatif kuat. Jadi bahan-bahan yang
baik semestinya tidak menjadi superkonduktor. Tampaknya hal ini sebagai suatu
paradoks yang aneh, dimana hantaran seperti itu dihasilkan oleh elektron-elektron
yang interaksinya dengan kisi begitu kuat sehingga dia tidak berinteraksi sama
sekali. Perubahan watak bahan dari keadaan normal ke keadaan superkonduktor
dapat dianalogikan misalnya dengan perubahan fase air dari keadaan cair ke
keadaan padat. Perubahan watak seperti ini sama-sama mempunyai suatu suhu
transisis, pada transisi superkonduktor suhu ini disebut sebagai suhu kritik Tc,
pada transisi fase ada yang disebut titik didih (dari fase cair ke gas) dan titik beku
(dari fase cair ke padat). Pada transisi feromagnetik suhu transisinya disebut suhu
Curie. Besaran fisis yang berkaitan dengan transisi superkonduktor adalah
resistivitas bahan, mari kita lihat grafik resistivitas sebagai fungsi suhu mutlak
pada gambar dibawah ini.
2
mendekati persamaan H C H 0 1 (TlTC ) dimana H0 adalah medan kritis pada
0 K; dan ho sekitar 1,6 x 105 A/m untuk Nb (Hayt dan Buck, 2006).
Besarnya suhu kritis TC itu ditentukan oleh energi ikat dari pasangan
elektron itu. Walaupun kedua elektron itu memiliki fungsi gelombang yang cocok,
secara fisis elektron itu tidak perlu berikatan bersama, dan bisa saja dia itu
dipisahkan oleh jarak yang besar dan bergerak dalam arah yang berlawanan
(Suwitra, 1989).
2.3 Sifat Kelistrikan Superkonduktor
Bahan logam tersusun dari kisi-kisi dan basis serta elektron bebas. Ketika
medan listrik diberikan pada bahan, elektron akan mendapat percepatan. Medan
listrik akan menghamburkan elektron ke segala arah dan menumbuk atom-atom
pada kisi. Hal ini menyebabkan adanya hambatan listrik pada logam konduktor.
Jika ada dua buah elektron yang melewati kisi, elektron kedua akan
mendekati elektron pertama karena gaya tarik dari inti atom-atom kisi lebih besar.
Gaya ini melebihi gaya tolak-menolak antar elektron sehingga kedua elektron
bergerak berpasangan. Pasangan ini disebut Cooper Pairs. Efek ini dapat
dijelaskan dengan istilah Phonons. Ketika elektron pertama pada Cooper Pairs
melewati inti atom kisi. Elektron yang mendekati inti atom kisi akan bergetar dan
memancarkan Phonon. Sedangkan elektron lainnya menyerap Phonon. Pertukaran
Phonon ini mengakibatkan gaya tarik menarik antar elektron. Pasangan elektron
ini akan melalu kisi tanpa gangguan dengan kata lain tanpa hambatan (Ghuna,
2015).
2.4 Sifat Kemagnetan Superkonduktor
Sifat lain dari superkonduktor yaitu bersifat diamagnetisme sempurna. Jika
sebuah superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak akan ada
medan magnet dalam superkonduktor. Hal ini terjadi karena superkonduktor
menghasilkan medan magnet dalam bahan yang berlawanan arah dengan medan
magnet luar yang diberikan. Efek yang sama dapat diamati jika medan magnet
diberikan pada bahan dalam suhu normal kemudian didinginkan sampai menjadi
superkonduktor. Pada suhu kritis, medan magnet akan ditolak. Efek ini dinamakan
Efek Meissner (Triya, 2014).
positif, dan besar gaya tarik menarik bergantung pada kerapatan elektron, muatan
ionic, dan frekuensi getaran kisi. Pada kondisi yang menguntungkan efek ini
sedikit lebih kuat dibandingkan gaya tolak menolak antar elektron (Smallman dan
Bishop, 2000: 201).
Teori superkonduktivitas
menunjukkan
bahwa gaya
tarik-menarik
Devices) telah digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau laut.
Kedokteran Diciptakannya alat MRI, sebuah alat pencitra Gema Magnetik.
(Janwardi, 2013).
BAB 3. KESIMPULAN
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Fuad. 2012. Sejarah dan Pengertian Superkonduktor. Diakses di
http://fanwar.staff.uns.ac.id/2010/04/23/sejarah-dan-pengertian
superkonduktor/ pada tanggal 6 Mei 2015
Hayt dan Buck. 2006. Elektromagnetika Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Hidayat, Muslih. 2012. Bahan Superkonduktor dan Superkonduktor. Diakses di
https://www.scribd.com/doc/171146491/BAHAN-SEMI
KONDUKTOR-DAN-SUPERKONDUKTOR-pdf pada tanggal 6 Mei
2015.
Ismandar dan Cun Sen. 2014. Mengenal Superkonduktor. Diakses di
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100396563 pada
tanggal 6 Mei 2015.
Janwardi. 2013. Makalah Ilmu Bahan Listrik. Diakses di
https://janwardi.files.wordpress.com/2013/04/bab-i-makalah-ibl.doc
pada tanggal 6 Mei 2015.
Pikatan, Sugata. 1989. Mengenal Superkonduktor. Diakses di
http://tan.awardspace.com/pubi/Konduktor.PDF pada tanggal 6 Mei
2015.
Smallman ,R. E dan Bishop, R. J. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material Edisi Keenam. Surabaya: Erlangga.
Sumardi, FR. 2013. Superkonduktor. Diakses di
http://digilib.unila.ac.id/76/8/BAB%20II.pdf pada tanggal 6 Mei 2015.
Suwitra, Nyoman. 1989. Pengantar Fisika Zat Padat. Jakarta: DIKTI.
Triya. 2014. Buku Superkonduktor. Diakses di
https://www.scribd.com/doc/249670601/68296246-2-BukuSuperkonduktor-1 pada tanggal 6 Mei 2015.
Uciha, Ghuna. 2015. Superkonduktor. Diakses di
https://www.academia.edu/8122871/SUPERKONDUKTOR pada
tanggal 6 Mei 2015.
iii