Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN SERTA SUHU PENYIMPANAN TERHADAP PH DAN

ERITROSIT URIN
The Influence of Analysis Delayed and Storage Temperature For Ph and Erytrocite Urine
Ismy Zahrin1, Nyoman Wande2, Nur Vita Purwaningsih1
Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika Bali1
2 RSUP Sanglah Denpasar Bali2

1 Program

ABSTRAK
Pendahuluan: Urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan. Selain karena sampel yang mudah
didapat, pemeriksaanya mudah dilakukan. Pemeriksaan Urinalisis sebaiknya dilakukan <1 jam setelah pengambilan
sampel. Namun seringkali dengan banyaknya sampel urin yang harus diperiksa dan kondisi lain yang menyebabkan
terjadinya penundaan pemeriksaan..Dari dua penelitian sebelumnya penundaan pemeriksaan urinalisis mengakibatkan
perubahan hasil pada parameter berat jenis, pH, Eritrosit, Keton, glukosa dan urobilinogen pada Urin. Metode: Jenis
Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan pemeriksaan urinalisis secara kimia untuk pH dan mikroskopis
untuk sedimen yang dilakukan pada bulan Mei 2014 di Laboratorium Klinik STIKes Wira Medika Bali dengan jumlah sampel
10. Hasil: hasil pengujian statistik dari penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh lama penundaan terhadap pH dan
eritrosit urin (p>0,05) sedangkan pada suhu penyimpanan menunjukkan ada pengaruh terhadap pH dan eritrosit urin
(p<0,05). Diskusi: ada pengaruh secara parsial penundaan pemeriksaan serta suhu penyimpanan terhadap pH dan
Eritrosit Urin.
Kata kunci: pH, Eritrosit, Penundaan Pemeriksaan dan Suhu Penyimpanan
ABSTRACT
Introduction: Urinalysis is the most frequently analysis, in addition to the sample easily obtained, the analysis is easy to
do. Urinalysis should do < 1 hour after taking the sample. But often so many urine sample that must be analysis and other
condition which causes analysis delayed. From two previous research the analysis delay change the result value of specific
gravity, pH, erytrocite, ketones, glucose, and urobilinogen urinalysis parameter. Method: The kind of research is laboratory
experiments with urynalisis according to chemistry examination for pH and microscopic for erytrocite that has done on May
2014 at Laboratorium Klinik STIKES Wira Medika Bali with 10 sample examination. Result: The result of this research
showing there is not existing influence of analysis delayed toward the value of pH and Eritrosit (p>0,05) while there is
existing influence of storage temperature toward the value of pH and Erytrocite(p<0,05). Discussion: There is partial
influence delayed analysis and storage temperature for pH and Erytrocite value on urine sample.
Keywords: pH, Erytrosite, Analysis Delayed and Storage Temperature.
Alamat Korespondensi

: Jalan Jeruk Gg. Attaubah no.17 Singaraja-Bali

Emai

: ismyz@yahoo.co.id / ismiezachrina@gmail.com

PENDAHULUAN
Dalam bidang laboratorium pemeriksaan
urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling
sering dilakukan. Pemeriksaan ini dapat
memberikan fakta-fakta tentang ginjal atau
disfungsi ginjal dan saluran kemih, serta dapat
juga mendeteksi kelainan berbagai organ
dalam tubuh seperti hati, saluran empedu,
pancreas (Chairlan, 2011).
Urinalisis telah rutin dilakukan di
laboratorium, hal ini dikarenakan pemeriksaan
ini merupakan pemeriksaan dengan sampel
yang mudah didapat serta teknik pemeriksaan
yang mudah dilakukan. Pemeriksaan urinalisis
bertujuan untuk menunjukkan adanya zat-zat
yang dalam keadaan biasa tidak terdapat dalam
urin ataupun menunjukkan perubahan kadar zat

yang dalam keadaan biasa terdapat pada setiap


sampel penderita (Rosita, 2011).
Urinalisis
merupakan
pemeriksaan
makroskopis,
mikroskopis
dan
kimia
urin.Pemeriksaan makroskopis adalah untuk
menilai warna, kejernihan dan bau.
Pemeriksaan kimia urin untuk menilai pH, berat
jenis, darah, leukosit esterase, nitrit, protein,
glukosa, bilirubin, urobilinogen, dan keton.
Pemeriksaan mikroskopis untuk menilai unsurunsur sedimen, yaitu epitel, eritrosit, leukosit,
silinder dan unsur anorganik lainnya (Rosita,
2011).
Namun seringkali sampel urin yang dikirim
ke laboratorium sudah tidak segar lagi karena
telah dikeluarkan beberapa jam sebelumnya.
Terkadang sampel urin tidak segera dibawa ke
laboratorium akibat dari banyaknya sampel

Klinika Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

yang harus diperiksa, sehingga hasil yang


didapatkan seringkali tidak sesuai dengan
kondisi klinis dari pasien tersebut (Rosita, 2011).
Menurut Soebrata 2009 pada buku
Penuntun Laboratorium Klinik jika urin disimpan,
kemungkinan terjadi perubahan susunan oleh
kuman-kuman. Kuman-kuman biasanya ada
karena urin untuk pemeriksaan biasanya tidak
dikumpulkan dan tidak ditampung secara
steril.Kuman-kuman mencerai ureum dengan
membentuk amoniak dan karbondioksida.
Amoniak menyebabkan pH urin menjadi lindi
dan terjadilah pengendapan kalsium dan
magnesium fosfat. Reaksi lindi juga dapat
merusak eritrosit dan silinder.Sebagian dari
amoniak hilang ke udara sehingga urin tersebut
tidak dapat digunakan lagi untuk menentukan
ureum. Selain itu juga glukosa akan dicerai oleh
kuman-kuman sehingga hilang dari urin.
Urin yang disimpan juga berubah
susunanya tanpa adanya kuman, asam urat dan
garam-garam urat mengendap, teristimewa
pada suhu rendah.Selain itu, urin simpanan
berubah susunannya pada proses-proses
oksidasi, hidrolisis, dan oleh pengaruh cahaya
(fotodegradasi) (Soebrata, 2009).
Menurut Rosita 2011 penundaan waktu
pemeriksaan
urinalisis
mengakibatkan
perubahan hasil urinalisis yaitu pH, glukosa,
eritrosit, keton dan urobilinogen.Keempat
parameter tersebut memiliki perbedaan
bermakna pada uji statistiknya.Hasil negatif
palsu pada glukosa diakibatkan oleh hasil dari
glikolisis bakteri.
Menurut penelitian Sutyasih 2012 bahwa
penundaan
hasil
pemeriksaan
urin
menyebabkan perubahan hasil pada beberapa
parameter, yaitu berat jenis, pH dan eritrosit
urin.Sehingga dari dua penelitian diatas penulis
ingin melanjutkan penelitian dan lebih
mengkhususkan untuk parameter kimia, yaitu
pH (Potensial Hidrogen).Sedangkan untuk
parameter mikroskopis pada penelitian ini yaitu
eritrosit urin.Hal-hal yang mempengaruhi nilai
pH dan eritrosit pada sampel adalah terjadi
kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia,
terjadi metabolisme sel-sel hidup pada
spesimen, terjadi penguapan, pengaruh suhu
dan terkena paparan sinar matahari.
Sehingga berdasarkan uraian yang telah
tertulis di atas, penulis berkeinginan untuk
melakukan penelitian dengan judul pengaruh
penundaan
pemeriksaan
serta
suhu
penyimpanan terhadap pH dan eritrosit urin.
Dengan harapan karya tulis ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu


pengetahuan dan sebagai acuan untuk klinisi
guna mengurangi penundaan terhadap
pemeriksaan specimen khususnya dalam
pemeriksaan urinalisis.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan jenis penelitian eksperimental
laboratorium untuk mengetahui pengaruh
penundaan
pemeriksaan
serta
suhu
penyimpanan terhadap pH dan eritrosit
urin.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Kimia Klinik STIKes Wira Medika Bali pada
tanggal 12-16 Mei 2014.Dengan populasi
penelitian yaitu urin pagi seluruh mahasiswa
STIKes Wira Medika Bali dengan sampel yang
diperiksa yaitu sampel urin pagi 10 orang
mahasiswa STIKes Wira Medika PPNI Bali.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: Wadah penampung urin
yang bermulut lebar dan tertutup rapat, bersih
dan kering kemudian wadah diberi label: nama,
nomor dan tangga, selanjutnya reagen strip
carik celup Dirui A10, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, mikroskop, centrifuge, tabung centrifuge,
cover glass, object glass serta label. Dan bahan
yang digunakan yaitu sampel urin pagi
Penelitian ini dimulai dengan pemisahan
sampel urin kedalam tabung, sampel urin pagi
yang diperoleh ditampung dalam wadah yang
bersih dan kering, diberi label: Nama, Nomor
dan tanggal, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
kimia untuk parameter pH dan sedimen urin
untuk parameter eritrosit. Sisa sampel urin yang
ditampung tersebut ditutup rapat dan diletakkan
dalam box sampel.Kemudian diperiksa lagi
setelah 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120
menit.Sampel yang ditunda pemeriksaannya
dibagi menjadi dua bagian, bagian yang
pertama disimpan pada lemari es dengan suhu
4oC dan bagian lain disimpan pada suhu
ruangan 25oC.
Untuk pemeriksaan kimia urin dilakukan
dengan menggunakan reagen strip dengan
pertama-tama menghomogenkan urin pasien
yang telah ditampung. Kemudian urin sebanyak
3 ml dimasukkan dalam tabung reaksi, sisa
sampel urin yang masih di wadah penampung
tersebut ditutup rapat, diletakkan dalam box
sampel serta tidak terpapar cahaya.Reagen
strip carik celup dicelupkan sekejap ke dalam
urin yang terdapat di tabung hingga semua
parameter terendam sampai tanda batas.

32

Ismy Zahrin, dkk: Pengaruh Penundaan Pemeriksaan serta


Kelebihan urin yang melekat pada strip carik
celup dengan menyentuhkan pinggir carik celup
ke pinggir tabung.Ditiriskan diatas tissue.
Selanjutnya strip carik celup dipegang dengan
posisi
horizontal
untuk
menghindari
kemungkinan tercampurnya zat kimia atau
reagen.Dilakukan pembacaan dengan alat semi
automatik. Pemeriksaan diulang dengan
langkah-langkah yang sama setelah 30 menit,
60 menit, 90 menit dan 120 menit.
Kemudian
dilakukan
pemeriksaan
mikroskopis atau disebut juga pemeriksaan
sedimen urin pada sampel urin pasien dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut : Memasukkan
urin kedalam tabung centrifuge sebanyak
Tabung, kemudian dilakukan sentrifugasi
dengan kecepatan 1500 rpm selama 15 menit.
Supernatan dari urin setelah sentrifugasi

dibuang dengan membalikkan tabung secara


cepat sehingga sedimen berada di dasar
tabung.Sedimen dihomogenkan, kemudian
diteteskan satu tetes diatas objek glass dan
ditutup dengan cover glass. Dilakukan
pengamatan dibawah mikroskop dengan
perbesaran lensa objektif 10 x dan 40 x.
Selanjutnya data yang diperoleh kemudian
dilakukan tabulasi dan dipresentasikan dalam
bentuk tabel.Untuk mengetahui pengaruh
penundaan
pemeriksaan
serta
suhu
penyimpanan terhadap pH dan eritrosit
urin.Kemudian dilakukan analisis statistik
dengan spss version 16 dengan uji regresi linier
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
penundaan
pemeriksaan
serta
suhu
penyimpanan terhadap pH dan eritrosit urin.

HASIL
Tabel 1. Pengaruh penundaan pemeriksaan dan suhu penyimpanan terhadap pH dan eritrosit urin
Perbedaan Perlakuan
No

Sampel

1
S1
2
S2
3
S3
4
S4
5
S5
6
S6
7
S7
8
S8
9
S9
10 S10
Rerata
Sd

Segera
5,5
5
8
6,5
5,5
6,5
5,5
5,0
5,5
5
5,8
0,9547

30
menit
5,5
5
8
6,5
5,5
6,0
5,5
5,5
5,5
5
5,75
0,9204

Suhu 25oC
60
90
menit
menit
5,5
5,5
5
5
8
8
6,5
6,5
5,0
5,0
6,5
6,5
5,5
5,5
5,0
5,5
5,5
5,5
5
5
5,8
5,75
0,9547 0,9789

120
menit
5,5
5
8
6,5
5,0
6,5
5,5
5,0
5,5
5
5,8
0,9487

30
menit
5,5
5
8
6,5
5,5
6,0
5,5
5,5
5,5
5
5,8
0,947

Suhu 4o C
60
90
menit
menit
5,5
5,5
5
5
8
8
6,5
6,5
5,5
5,5
6,5
6,5
5,5
5,5
5,0
5,0
5,5
5,5
5
5
5,85
5,85
0,9144 0,9144

120
menit
5,5
5
8
6,5
5,5
6,5
5,5
5,0
5,5
5
5,85
0,9144

Tabel 2. Hasil pengaruh rentang waktu penundaan dan suhu penyimpanan terhadap hasil pemeriksaan eritrosit
urin.

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Sampel
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8

Segera
3
7
3
3
5
1
3
2

Perbedaan Perlakuan
Suhu 25o
30
60
90
menit menit
menit
3
2
3
7
4
4
2
1
1
3
2
3
5
3
2
1
1
2
3
2
3
2
2
2

33

120
menit
2
4
1
2
2
2
2
2

Suhu 4o C
30
60
menit menit
3
3
7
7
3
3
4
4
5
5
1
2
3
3
2
2

90
menit
3
7
3
4
5
2
3
2

120
menit
3
6
2
3
5
2
2
2

Klinika Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015


9
S9
10
S10
Rerata
Sd

2
7
3.6
2,066

2
7
3,5
2,121

2
4
2,3
0,949

2
4
2,6
0,966

2
4
2,3
0,949

2
7
3,7
2,058

2
6
3,7
1,767

2
6
3,7
1,767

2
6
3,3
1,303

Dengan uji statistik sebagai berikut :


Tabel 3. Uji statistik pengaruh penundaan pemeriksaan dan suhu penyimpanan terhadap nilai pH dan eritrosit
urin
No

Uji pH

1
2

Normalitas
Regresi Linier
Penundaan Pemeriksaan
Regresi Linier Suhu
Penyimpanan

Nilai p
output
0,093
0,506

No

Uji Eritrosit

Normalitas

0,026

Regresi Linier
Penundaan Pemeriksaan
Regresi Linier Suhu
Penyimpanan

PEMBAHASAN

Nilai p
output
0,061
0,058
0,008

tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan


maupun pengaruh yang besar yang dapat
menyebabkan perbedaan yang signifikan.
Dengan uji regresi linier untuk pengaruh
penundaan
pemeriksaan
dan
suhu
penyimpanan terhadap nilai pH dan eritrosit urin
didapatkan nilai p output untuk penundaan
pemeriksaan adalah 0,058 yang artinya p > 0,05
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sedangkan
untuk suhu penyimpanan nilai p output adalah
0,008 yang artinya p < 0,05 maka Ho ditolak Ha
diterima. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ada
pengaruh
secara
parsial
penundaan
pemeriksaan serta suhu penyimpanan terhadap
eritrosit urin.
Berdasarkan tabel 1 pengaruh penundaan
pemeriksaan dan suhu penyimpanan terhadap
hasil pemeriksaan kimia dengan parameter nilai
pH dapat dilihat hasilnya yaitu segera diperiksa
didapatkan nilai rata-rata yaitu 5,75,
pemeriksaan dengan penundaan 30 menit
dalam suhu 25oC dengan rata-rata 5,8,
pemeriksaan dengan penundaan 60 menit suhu
25oC dengan rata-rata 5,8, pemeriksaan dengan
penundaan 90 menit suhu 25oC dengan ratarata 5,75, dan pemeriksaan dengan penundaan
120 menit suhu 25oC dengan rata-rata 5,8.
Sedangkan untuk penundaan 30 menit, 60
menit, 90 menit, 120 menit pada suhu 4o C
memiliki rata-rata berturut-turut 5,8 ; 5,85 ; 5,85
; dan 5,85.
Berdasarkan tabel 2 untuk pemeriksaan
sedimen urin dengan parameter eritrosit
urindapat dilihat hasilnya yaitu segera diperiksa
didapatkan nilai rata-rata yaitu 3,6, pemeriksaan
dengan penundaan 30 menit dalam suhu 25oC
dengan rata-rata 3,5, pemeriksaan dengan

Data yang diperoleh dari penelitian ini


disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis
dengan program SPSS for windows versi 16.0.
Analisis data dengan program SPSS terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas, untuk
mengetahui distribusi data yang yang diperoleh
normal atau tidak.Adapun uji normalitas yang
digunakan adalah Saphiro-Wilk. Berdasarkan
hasil uji normalitas data dengan menggunakan
uji Saphiro-Wilk,diperoleh dengan nilai
signifikansi untuk variabel pH (p) = 0,093. Hal ini
menunjukan bahwa data tersebut berdistribusi
normal.Untuk mengetahui adanya pengaruh
penundaan
pemeriksaan
serta
suhu
penyimpanan terhadap pH dan eritrosit urin
digunakan uji Regresi Linier. Hasil nilai p dari
output untuk penundaan pemeriksaan adalah
0,506 yang artinya p > 0,05 maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Sedangkan untuk suhu
penyimpanan nilai p output adalah 0,026 yang
artinya p < 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima
Sehingga dapat dinyatakan bahwa ada
pengaruh
secara
parsial
penundaan
pemeriksaan dan suhu penyimpanan terhadap
pH urin.
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa
dari hasil uji normalitas nilai p output adalah
0,061 dan lebih besar dari > 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal dan dapat dilanjutkan dengan uji statistik
selanjutnya, yaitu uji regresi linier. Uji regresi
linier merupakan analisis statistik untuk
mengetahui adanya pengaruh yang dihasilkan
dari suatu variabel bebas terhadap variable
terikatnya, baik pengaruh sangat kecil yang

34

Ismy Zahrin, dkk: Pengaruh Penundaan Pemeriksaan serta


penundaan 60 menit suhu 25oC dengan ratarata 2,3, pemeriksaan dengan penundaan 90
menit suhu 25oC dengan rata-rata 2,6, dan
pemeriksaan dengan penundaan 120 menit
suhu 25oC dengan rata-rata 2,3. Sedangkan
untuk penundaan 30 menit, 60 menit, 90 menit,
120 menit pada suhu 4oC memiliki rata-rata
berturut-turut 3,7 ; 3,7 ; 3,7 ; dan 3,3.
Dari hasil uji statistik menyatakan bahwa
ada pengaruh secara parsial penundaan
pemeriksaan dan suhu penyimpanan terhadap
pH dan eritrosit urin.Pengaruh ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Panduan
Praktek Laboratorium yang Benar DepKes
Republik Indonesia menyatakan bahwa, faktorfaktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen
antara lain : terjadi kontaminasi oleh kuman dan
bahan kimia, terjadi metabolisme sel-sel hidup
pada spesimen, terjadi penguapan, pengaruh
suhu dan terkena paparan sinar matahari.
Penyimpanan spesimen harus memperhatikan
jenis spesimen yang akan diperiksa.
Soebrata (2009) menyatakan bahwa jika
urin disimpan dan tidak segera diperiksa
kemungkinan akan menyebabkan kumankuman mencerai ureum dengan membentuk
amoniak dan karbondioksida. Sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan pH dan
pH menjadi alkalis. Bakteri juga akan lebih
cepat berkembang biak jika sampel dibiarkan
terbuka pada suhu ruangan sehingga lebih
rentan menyebabkan pH menjadi alkalis.
Menurut Riswanto 2010 nilai eritrosit
mengalami
perubahan
dikarenakan
berhubungan dengan nilai pH yang juga
mengalami perubahan.Urin yang tidak segera
diperiksa dan disimpan terlalu lama, maka pH
akan berubah menjadi basa. Urin dengan pH
basa dapat menyebabkan hasil negatif atau
tidak memadai terhadap albuminuria dan unsurunsur mikroskopik sedimen urin, seperti
eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis.
Eritrosit yang lisis tentunya akan mempengaruhi
hasil pemeriksaan dari nilai eritrosit pada
sampel tersebut. Dari uji statistik yang dilakukan
suhu penyimpanan yang berbeda hanya
mempengaruhi sedikit dari nilai pH dan eritrosit
urin.Jika dilihat nilai uji statistik yang dilakukan
pengaruh yang dihasilkan dari perbedaan suhu
penyimpanan sangat kecil sehingga tidak
menyebabkan perbedaan yang signifikan pada
hasil pemeriksaan pH maupun eritrosit urin.
Berdasarkan
Panduan
Praktek
Laboratorium stabilitas pemeriksaan urin akan
stabil pada penyimpanan suhu 25oC selama 1

jam sedangkan pada suhu penyimpanan suhu


4oC dapat menjaga stabilitas urin selama 1 hari.
Penundaan dengan suhu penyimpanan yang
sesuai akan mendapatkan hasil pemeriksaan
yang lebih stabil dan memiliki validitas yang
baik, sehingga seharusnya penundaan
pemeriksaan terhadap sampel khususnya urin
harus diminimalisir dan jika memang harus
ditunda dapat dilakukan penyimpanan pada
suhu 4oC (Labkes, 2010).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
pengaruh penundaan pemeriksaan dan suhu
penyimpanan terhadap pH dan eritrosit urin
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Ada pengaruh secara parsial penundaan
pemeriksaan serta suhu penyimpanan terhadap
nilai pH urin dan eritrosit urin. Namun pengaruh
yang dihasilkan dari penundaan pemeriksaan
serta suhu penyimpanan sangat kecil sehingga
tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan
terhadap hasil pemeriksaannya.
Saran
Dari penelitian ini penulis menyarankan
bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
meneliti pengaruh suhu penyimpanan dengan
parameter yang lain. Dan bagi petugas
laboratorium baik di rumah sakit ataupun
laboratorium klinik sebaiknya dapat menyimpan
sampel pada suhu lemari es (4oC) jika sampel
tidak segera diperiksa untuk menjaga stabilitas
sampel.
KEPUSTAKAAN
Chairlan, L.E., 2011. Pedoman Teknik Dasar
Untuk Laboratorium Kesehatan: Buku
Kedokteran: Jakarta: EGC.
Fever dan Lee K., 2007. Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta:
EGC
George, W., 2011. Dahsyatnya Terapi Urine.
Surabaya: Berlian Media.
Kaidir, M., 2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
(Online),
(http://www.jurnalkesmas.com/index.p
hp/kesmas/view/20/15)

35

Klinika Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

Labke, 2010. Stabilitas dan Nilai Normal Darah


dan Komponen Urin. Jakarta:
Diagnostika.
Lyndon, 2002. Patologi umum: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang
Nugroho, W., 2012. Laboratorium Klinik 2
(Pemeriksaan
Urin).
Hipstastic.schoolrack.comfiles.seri256
32333288: Lab Klinik
Pearce EC., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis.
Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
Riswanto, 2010. Pemeriksaan Glukosa Urine
dalam Urinalisis. Jakarta: Labkes.
Rosita, L., 2011. Pengaruh Penundaan Waktu
terhadap hasil Urinalisis, (Online),
(http://lsjd.pdii.go.id/admin.jurnal/1209
6269.pdf).
Soebrata dan Ganda, 2009. Penuntun
Praktikum
Laboratorium
Klinik.
Jakarta: Dian Rakyat.
Sutyasih, Ni Luh, 2012. Pengaruh Penundaan
Waktu Pemeriksaan terhadap kadar
analit Kimia Urin Sewaktu. KTI tidak
dipublikasikan. STIKES Wira medika
Bali.
Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk
Mahasiswa Keperawatan : Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Wahyudiana, T., 2010. Laporan Kimia Klinik
Dasar
Urinalisis
(Online),
(http//:laporanurinalisis/admin.jurnal/8
859522051301025.pdf)

36

Anda mungkin juga menyukai