Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENJABARAN

PEMUAIAN RUANG AKIBAT


PANAS

Oleh:
Risnandar Eriecha Candra (1301006)
Murni Erawati(1301007)
Prodi:
Teknik Fisika
Semester 5
Dosen:
Drs Rokhmadi M.Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MUTU


MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
Rahmatnyalah sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
lancar,Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan wawasan
tentang pemuaian zat akibat panas terutama pemuaian ruang, di dalam
penyusunan tugas ini tidak sedikit hambatan dan rintangan yang dihadapi,
namun dengan bantuan, bimbingan, dorongan dan petunjuk berbagai pihak,
akhinya semua hambatan dan rintangan tersebut dapat teratasi.
Kami sadari bahwa apa yang ditulis dalam makalah ini masih jauh dari
apa yang diharapkan, oleh sebab itu kami mohon adanya kritik dan saran
dalam rangka perbaikan/ penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Demikan penyusunan tugas ini dan semoga Allah SWT. Memberikan
kekuatan kepada kami.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Pembahasan............................................................................................... 1
BAB 2 DASAR TEORI........................................................................................................ 2
2.1. Jenis-jenis pemuaian zat....................................................................................... 2
2.1.1. Pemuaian Zat Padat........................................................................................ 2
A. Pemuaian panjang............................................................................................... 2
B. Pemuaian luas...................................................................................................... 2
C. Pemuaian volume................................................................................................. 3
2.1.2. Pemuaian Zat Cair.......................................................................................... 3
2.1.3. Pemuaian Zat Gas/ Pemuaian Gas..................................................................5
2.2. Pemuaian Zat Pada Kehidupan Sehari-hari...........................................................6
A. Pemasangan kaca jendela.................................................................................... 6
B. Pemasangan sambungan rel kereta api................................................................6
C. Pemasangan bingkai besi pada roda pedati.........................................................7
D. Pemasangan jaringan listrik dan telepon..............................................................7
E. keping bimetal...................................................................................................... 7
BAB 3 PEMBAHASAN....................................................................................................... 8
3.1. PEMUAIAN RUANG/VOLUME...................................................................................8
3.1.1. Pemuaian Ruang Zat Padat.............................................................................8
3.1.2. Pemuaian Ruang Zat Cair...............................................................................8
3.1.3. Pemuaian Ruang Gas.................................................................................... 12
BAB 4 PENUTUP............................................................................................................. 14
4.1. Kesimpulan......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 15

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemuaian adalah peristiwa bertambah panjang,luas,atau volume suatuu benda
akibat perubahan suhu. Pemuaian pada suatu zat terjadi karena zat menerima kalor
sehingga suhu naik. Peristiwa pemuaian dalam kehidupan sehari-hari sangatlah
banyak dari rel kereta api yang dipasang tidak rapat oleh rel lain, karena rel akan
memuai bila terkena sinar matahari yang panas
Ada pula pemasangan jendela kaca yang tidak rapar terhadap kayunya/bingkainya, hal
inidisebabkan karena kaca nantinya/lama kelamaan akan memuai. Dan ada juga pemo
mpaan ban yang dipompa tidak sampai penuh, hal itu dilakukan oleh paramontir
bengkel agar ban tidak mudah pecah yang disebabkan oleh pemuaian sertauntuk
membengkokkan sebuah besi yang keras tukang las menggunakan
sifat pemuaian dengan cara me las sebuah besi tersebut sampai memuai dan dapat
dibengkokkan.

1.2 Tujuan Pembahasan


Maksud dari pembahasan pada studi kasus ini adalah kita dapat mengetahui
penerapan pemuaian yang diterapkan pada kehidupan sehari hari. Kita dapat
mengetahui bagaimana cara kerja pemuaian dan manfaatnya.

BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Jenis-jenis pemuaian zat
2.1.1. Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat padat merupakan peristiwa bertambah panjang, lebar, atau
volume suatu benda padat karena pengaruh panas (kalor). Contoh pemuaian zat padat
seperti pemuaian rel kereta yang telah disebutkan tadi.Benda padat pada prinsipnya
mengalami pemuaian di semua bagian benda tersebut (volume) tapi guna
memudahkan mempelajarinya, pemuaian zat padat dibagi menjadi 3:
.

A. Pemuaian panjang
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu bendakarena
menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecildibandingkan
dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebaldianggap tidak ada.
Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja adalah kawat kecil yang
panjang sekali.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang
awal benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisienmuai panjang
suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Secara matematis
persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan panjang benda setelah
dipanaskan pada suhu tertentu adalah
L = L0 (1+ t)
Dengan,
L

: Panjang akhir (m)

L0

: Panjang mula-mula (m)

: Koefisien muai panjang ( C/m)

: kenaikan suhu (m)

B. Pemuaian luas
Pemuaian luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima
kalor. Pemuaian luas terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang dan lebar,
sedangkan tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada.Contoh benda yang
mempunyai pemuaian luas adalah lempeng besi yang lebar sekali dan tipis. Seperti
halnya pada pemuian luas faktor yang mempengaruhi pemuaian luas adalah luas awal,
koefisien muai luas, dan perubahan suhu. Karena sebenarnya pemuaian luas itu
merupakan pemuian panjang yang ditinjau dari dua dimensi maka koefisien muai luas
besarnya sama dengan 2 kali koefisien muai panjang. Untuk menentukan pertambahan
luas dan volume akhir digunakan persamaan sebagai berikut :

A = A0 (1+ t)
Dengan
A

: luas akhir (m2)

A0

: luas mula-mula (m2 )

: koefisien muai luas zat ( C/ m2 )

: kenaikan suhu (C)

Pemuaian luas dapat kita amati pada jendela kaca rumah, pada saat udara
dingin kaca menyusut karena koefisien muai kaca lebih besar dari pada koefisien muai
kayu. Dan jika suhu memanas maka kaca akan memuai lebih besar dari pada kayu
kusen sehingga kaca akan terlihat terpasang dengan sangat rapat pada kusen kayu

C. Pemuaian volume
Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena
menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran panjang,
lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus, air
dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu
untuk menentukan koefisien muai volume sama dengan 3 kali koefisien muai panjang.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan volume dan
volume akhir suatu benda tidak jauh beda pada perumusan sebelum. Hanya saja beda
pada lambangnya saja. Perumusannya adalah
V = V0 (1+ t)
= 3 atau =
dengan

: volume akhir (m3)

V0

: volume mula-mula (m3 )


3

: koefisien muai volume ( C/ m3 )

: kenaikan suhu (C )

2.1.2. Pemuaian Zat Cair


Pada zat cair pemuaian yang terjadi hanya pemuaian volume, tidak ada
pemuaian panjang dan luas. Ini terkait dengan sifat dar zat cair sendiri yang bentuknya
berubah-ubah sesuai dengan bentuk wadah yang ditempatinya. Coba sobat isi penuh
sebuah panci dengan air kemudia panaskan, beberapa saat kemudian akan ada air
yang tumpah dari panci tersebut, itulah salah satu contoh pemuaian zat cair. Masih
banyak lagi contoh-contoh pemuaian zat cair yang bisa sobat temukan.secara
matematis rumus pemuaian zat cair sama dengan rumus pemuaian volume pada
pemuaian zat padat. Besarnya pemuaian zat cair ditentukan dari koefisien muai
volumenya.
V = Vo.b.T
dengan b adalah koefisien muai volume zat cair. Nilai b ini berbeda dengan atau
koefisien muai volume zat padat. V penambahan volume yang terjadi. T selisih
suhu.
Titik pertemuan antara wujud cair, padat dan gas disebut titik tripel.

Khusus untuk air pada kenaikan suhu dari 0 C sampai 4 C volumennya tidak
bertambah akan tetapi justru menyusut, pengecualian ini disebut dengan anomali air
sehingga pada suhu 40 C air mempunyai volume terendah.
Pada suhu 4C air menenpati posisi terkecil sehingga pada suhu itu air memiliki
massa jenis terbesar. Jadi air bila suhunya dinaikkan dari 0C 4C akan menyusut,
dan bila suhunya dinaikkan dari 4C ke atas akan memuai. Biasanya pada setiap benda
bila suhunya bertambah pasti mengalami pemuaian. Peristiwa yang terjadi pada air itu
disebut anomali air. Hal senada juga terjadi pada bismuth pada suhu-suhu yang
berbeda.

2.1.3. Pemuaian Zat Gas/ Pemuaian Gas


Gas juga megalamai pemuaian layaknya pada pemuaian zat cair dan zat padat.
Khusus untuk pemuaian zat ini agak berbeda dengan pemuaian zat padat dan
pemuaian zat cair. Ada satu variabel yang sangat menentukan pemuaia zat gas yaitu
tekanan. Sobat muengkin pernah melihat balon yang kepanasan tiba-tiba meletus, itu
salah satu contoh sederhana pemuaian gas.
Hukum yang menjelaskan tentang pemuaian zat gas
a. Hukum Gay Lussac
PV = nRT
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
n = mol zat
R = 0,0082
T = suhu (K), xC = (x + 273) K
hukum Gay Lussac menyatakan bahwa pada tekanan tetap volume gas sebanding
dengan suhu gas mutlak tersebut sehingga
V/T = nR/T = tetap
karena perbandingan volme dan suhu tetap, maka perbandingan volume dan susu
sebelum dan sesudah pemuaian juga akan tetap. Sehingga persamaannya menjadi
Vo

V1

- = T1

> pemuaian gas pada tekanan tetap (Isobar)

T2

dengan T = suhu dalam satuan kelvin


b. Hukum Boyle
5

hukum boyle menyatakan bahwa pada batas-bats tertentu suhu rendah yangp, berlaku
bbahwa hasil perkaian antara tekanan dan volume selalu tetap. Secara matematis
rumusnya
PV = nRT = tetap
karena perkalian tekanan dan volume selalu tetap, maka perkalian volume dan volume
sebelum dan sesudah pemuaian juga tetap. jadi persamaan rumusnya
P1.V1 =P2.V2 > pemuaian gas pada suhu tetap (isotermal)
c. Hukum Boyle-Gay Lussac
Sesuai namanya hukum ini merupakan perpaduan antara hukum boyle dengan hukum
lussac. Hukum ini menyatakan bahwa dalam pemuaian zat gas perkalian volume
dengan tekanan dibagi suhu selalu tetap.

P1.V.1

P2.V2

= - = tetap

T1

T2

2.2. Pemuaian Zat Pada Kehidupan Sehari-hari


A. Pemasangan kaca jendela

Dalam pemasangan kaca jendela perlu diperhatikan ruang muai bagi kaca sebab
koefisien muai kaca lebih besar daripada koefisien muai kayu tempat kaca tersebut
dipasang.

B. Pemasangan sambungan rel kereta api

Penyambungan rel kereta api harus menyediakan celah antara satu batang rel
dengan batang rel lain. Jika suhu meningkat, maka batang rel akan memuai hingga
akan bertambah panjang. Dengan diberikannya ruang muai antar rel maka tidak akan
terjadi desakan antar rel yang akan mengakibatkan rel menjadi bengkok.

C. Pemasangan bingkai besi pada roda pedati


Pada keadaan normal bingkai roda pedati dibuat sedikit lebih kecil daripada
tempatnya sehingga tidak dimungkinkan untuk dipasang secara langsung pada
tempatnya. Untuk memasang

bingkai tersebut terlebih dahulu besi harus dipanaskan hingga memuai dan ukurannya
pun akan menjadi lebih besar daripada tempatnya sehingga memudahkan untuk
dilakukan pemasangan bingkai tersebut. ketika suhu mendingin, ukuran bingkai
kembali mengecil dan terpasang kuat pada tempatnya.

D. Pemasangan jaringan listrik dan telepon


Pada pemasangan kabel jaringan listrik atau telepon maka kabel harus dipasang
dengan kendur dari tiang satu ke tiang lainnya sehingga saat udara dingin pannjang
kabel akan sedikit berkurang dan mengencang. Jika kabel tidak dipasang kendur maka
saat terjadi peyusutan kabel akan terputus.

E. keping bimetal
Keping bimetal adalah dua buah keping logam yang memiliki koefisien muai

panjang berbeda yang dikeling menjadi satu. Keping bimetal sangat peka terhadap
perubahan suhu. Pada suhu normal panjang keping bimetal akan sama dan kedua
keping dam posisi lurus. Jika suhu naik kedia keping akan mengalami pemuaian
dengan pertambahan panjang yang berbeda. Akibatnya keping bimetal akan
membengkok ke arah logam yang mempunyai koefisien muai panjang yang kecil.
Keping bimetal dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan misalnya pada
termometer bimetal, termostat bimetal pada setrika listrik, saklar alarm bimetal,
sekring listrik bimetal.
Pemanfaatan pemuaian zat yang tidak sama koefisien muainya dapat berguna
bagi industri otomotif misalnya pada bimetal yang dipasang sebagai saklar otomatis,
pada lampu reting kendaraan dan lain-lain
.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. PEMUAIAN RUANG/VOLUME
3.1.1. Pemuaian Ruang Zat Padat
Muai ruang adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena merima
kalor. Pemuaian volume terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang, lebar
dan tebal. Contohnya: benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus, air
dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu
menetukan koefisiensi muai volume sama dengan 3 kalikoefisien muai panjang.
Pemuaian volume zat tergantung jenis zat padatnya. Sebuah benda padat pada
suhu 0oC volumenya V0, pada suhu toC, volumenya Vt. Pertambahan volume tiap
satuan suhu benda padat adalah sebesar :

Bilangan yang menunjukkan pertambahan volume suatu benda tiap satuan


volume jika suhunya naik 1oC disebut koefisien muai ruang (). Jadi,
9

Persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan berikut ini.


Vt = V0 (1 + t)
Jika volume zat padat pada t1 adalah V1 dan volume pada t2 adalah V2 maka berlaku

Untuk zat padat yang angka muainya sangat kecil, berlaku persamaan
V2 = V1 {1 + (t2-t1)}
V2 = V1 {1 + t}
Hubungan antara koefisien muai ruang () dengan koefisien muai panjang () dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut.
= 3
Pada konstruksi jembatan, pada setiap sambungan diberikan ruang kosong
(spasi) yang berfungsi untuk menghindari tekanan antara bagian jembatan dengan
jalan akibat terjadinya pemuaian zat padat.

3.1.2. Pemuaian Ruang Zat Cair


Pada zat cair hanya dikenal ukuran volume, karena itu pada zat cair hanya
dikenal muai volume.Makin tinggi kenaikan suhu, makin besar penambahan volume
zat cair. Pemuaian zat cair yang satu dengan yang lain umumnya berbeda, meskipun
volume zat cair mula-mula sama. Untuk seluruh zat cair pemuaian makin besar jika
kenaikan suhu bertambah besar.

Pemuaian zat cair dapat dimanfaatkan dalam penggunaan termometer zat cair,
biasanya zat cair yang digunakan adalah raksa atau alkohol. Sifat naik atau turunnya
zat cair dalam pipa kapiler sebagai akibat pemuaian zat cair inilah yang digunakan
untuk mengukur suhu. Permukaan zat cair naik sepanjang pipa kapiler dan berhenti
pada posisi tertentu yang sesuai dengan suhu benda. Suhu yang terukur dinyatakan
oleh skala yang berimpit dengan permukaan zat cair pada pipa kapiler tersebut.

Pemuaian yang terjadi pada zat cair adalah muai volume. Air yang keluar dari
bejana merupakan indikasi perbedaan pemuaian yang berbeda antara zat padat dan
zat cair. Air yang tertumpah dari bejana menandakan pemuaian zat cair yang lebih
besar dari muai zat padat, dalam hal ini adalah bejananya.
Besarnya muai volume:

V= Vo(1 + t )
10

pertambahan volume:

V= Vo t
Ketika suhu naik, volume zat cair bertambah, sementara massanya tetap,
akhirnya ketika suhu zat cair bertambah massa zat cair berkurang.
Bila massa jenis zat cair mula-mula adalah maka:

= m/ V
Keterangan :
m = massa zat cair (kg)

= massa jenis mula-mula (kg/m kubik)


V= volume mula-mula ( m kubik atau liter)
V = volume akhir ( m kubik atau liter)
= koefisien muai volume

Di bawah ini adalah tabel koefisien muai volume beberapa zat cair.

11

Gambar 5. Termometer alkohol adalah salah satu contoh penerapan pemuaian pada
zat cair

Prinsip kerja termometer zat cair menggunakan prinsip dasar pemuaian zat cair.
Naiknya permukaan raksa mengindikasikan adanya pemuaian, semakin besar panas
yang diterima semakin besar pula tingkat kenaikan raksa.Selain termometer zat cair
terdapat termometer lain yaitu termometer digital. Keuntungan dari termometer digital
adalah hasil pengukuran lebih akurat dan langsung dapat dilihat, tetapi termometer
digital memiliki kekurangan yaitu memerlukan baterai sebagai sumber energi.
Hampir semua zat akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan.
Tetapi, air memiliki sedikit pengecualian. Jika suhu diturunkan, memang volume air
akan makin kecil seperli lainnya. Namun pada suatu ketika volume air justru membesar
meskipun suhunya tetap diturunkan. Jadi ada suhu dimana air memiliki volume paling
kecil. Jika pada suhu tersebut air dipanaskan, volumenya akan bertambah besar, jika
pada suhu tersebut air didinginkan, volumenya akan membesar.

Sifat air yang demikian disebut anomali air. Pada tekanan 1 atm, volume terkecil
yang dimiliki air pada suhu 4C . Dengan demikian, volume es lebih besar daripada
volume air pada suhu 4C . Karena volumenya paling kecil maka, massa jenis yang
terbesar terjadi saat suhu 4C.
Gafik 1. Pada suhu 4C air menunjukkan sifat anomali

12

Ketika danau di daerah yang bersuhu dingin membeku, es yang terbentuk


akanmengapung di atas permukaan air. Hal ini terjadi karena massa jenis es lebih
kecildaripada air yang bersuhu 1C sampai 4C. Itulah sebabnya permukaan
danausudah menjadi es, namun di dasarnya masih menjadi air. Begitu juga bila
kitamembuat es batu dengan menggunakan pendingin (refrigerator ) , volume
airsebelum menjadi es akan jauh lebih kecil dibandingkan setelah seluruh air
telahberubah menjadi es.

Foto. Sebuah danau yang pada permukaannya telah terjadi perubahan wujud.

3.1.3. Pemuaian Ruang Gas


Pemuaian pada gas terjadi pada saat gas tersebut dipanaskan, pemuaian pada
gas ini terjadi pada semua jenis gas. Ban mobil meletus terjadi karena pemuaian udara
atau gas di dalam ban. Pemuaian pada gas tersebut terjadi karena adanya kenaikan
suhu udara di ban mobil akibat gesekan roda dengan aspal.

Pemuaian pada gas adalah pemuaian volume yang dirumuskan sebagai:


13

V = Vo(1 + t)
adalah koefisien muai volume. Nilai sama untuk semua gas, yaitu 1/273 oC-1

Pemuaian gas dibedakan tiga macam, yaitu


1. pemuaian gas pada suhu tetap (isotermal),
2. pemuaian gas pada tekanan tetap, dan
3. pemuaian gas pada volume tetap.
A. Pemuaian Gas pada Suhu Tetap (Isotermal)
Pernahkah kita memompa ban dengan pompa manual. Apa yang kita rasakan
ketika baru pertama kali menekan pompa tersebut? Apa yang kita rasakan ketika kita
menekannya lebih jauh? Awalnya mungkin terasa ringan. Namun, lama kelamaan
menjadi berat. Hal ini karena ketika kita menekan pompa, itu berarti volume gas
tersebut mengecil.Pemuaian gas pada suhu tetap berlaku hukum Boyle, yaitu gas di
dalam ruang tertutup yang suhunya dijaga tetap, maka hasil kali tekanan dan volume
gas adalah tetap. Dirumuskan sebagai
P V = tetap
atau
P1 V1 = P2 V2

Keterangan:
P = tekanan gas (atm)

B. Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap (Isobar)(Pengayaan)


Pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku hukum Gay Lussac, yaitu gas di
dalam ruang tertutup dengan tekanan dijaga tetap, maka volume gas sebanding
dengan suhu mutlak gas. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai:

Dimana :

V = volume (L)
T = suhu (K) V = volume gas (L)

C. Pemuaian Gas Pada Volume Tetap (Isokhorik) (Pengayaan)


14

Pemuaian gas pada volume tetap berlaku hukum Boyle-Gay Lussac, yaitu jika
volume gas di dalam ruang tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas sebanding dengan
suhu mutlaknya. Hukum Boyle-Gay Lussac dirumuskan sebaga:

Dengan menggabungkan hukum boyle dan hukum Gay Lussac diperoleh

persamaan
Keterangan:
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
T = suhu (K)

BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus mengenai pemuaian ini
adalah pemuaian banyak diterapkan dalam kehidupan sehari hari.Melalui
pembahasan salah satu contoh penerapan pemuaian, pengelingan dan keping bimetal,
15

kita telah mengetahui faktor yang mempengaruhi keping bimetal adalah koefisien
muai panjang suatu logam dan pada pengelingan adalah pemuaian volume loga
Kemudian melalui contoh contoh penerapan yangkami sebutkan kita dapat melihat
bahwa penerapan pemuaian tidak hanya menjadi bagian dalam proses kerja suatu
system tetapi dengan mengetahui pemuaian kitadapat mengantisipasi pemuaian yang
terjadi karena perubahan suhu lingkungan.Sebagai contohnya adalaha penerapan
pada kabel listrik dan pemasangan rek kereta api.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com
http://fisikazone.com/
http://tikatiwiberbagitentangfisika.blogspot.com
http://bangkusekolah.com/2014/07/20/rumus-pemuaian
16

http://rumushitung.com/2013/01/24/pemuaian-zat-padat-cair-gas
http://smpn5solo.net/wp-uploads/fisika/MP_188.html

17

Anda mungkin juga menyukai