Jalan raya pada musim kemarau banyak yang rusak dan retak-retak, karena pemuaian
baja dan aspalnya. Jembatan dan jalan raya dibuat dari besi baja yang saling
disambungkan satu dengan yang lainnya.
Agar sambungan besi baja tidak melengkung akibat pemuaian atau pun penyusutan
maka sambungan-sambungan besi baja tidak dipasang rapat, satu dengan yang
lainnya.
Harus ada rongga yang cukup di antara sambungan-sambungan tersebut agar tidak
timbul kerusakan pada jembatan dan jalan yang disebabkan pemuaian dan penyusutan
besi baja tersebut.
Apabila ban akan dipasang, harus dipanaskan terlebih dahulu supaya memuai.
Selanjutnya, masukkan ban tersebut ke dalam roda. Setelah masuk, biarkan suhunya
turun. Setelah dingin, ban menyusut dan akan melekat kuat pada rodanya, tanpa harus
menggunakan baut.
Kaca dipasang pada bagian itu dengan ukuran kaca lebih kecil sedikit daripada ruang
atau tempat kaca. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan kaca agar tidak pecah,
saat mengalami pemuaian pada siang hari atau pada musim kemarau.
e. Pengelingan
Mengeling yaitu menyambung dua pelat dengan paku keling. Pengelingan pelat pada
umumnya dilakukan dengan paku keling yang dipanaskan. Setelah dingin dua pelat itu
akan bersatu oleh paku yang mengerut.
ertian Pemuaian
Yang dimaksud pemuaian adalah bertambahnya ukuran benda karena pengaruh perubahan suhu
atau bertambahnya ukuran benda karena menerima kalor. Pemuaian benda dapat diamati dalam
bentuk pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.
Pemuaian Panjang
Pengertian pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
perubahan suhu. Jika dietahui suatu benda dengan panjang awal Lo, koefisien muai panjang α, dan
kenaikan suhu Δt, maka pemuaian panjang benda tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut.
ΔL = Lo.α.Δt
Sedangkan panjang benda setelah memuai adalah sebagai berikut
L = Lo + ΔL
atau
L = Lo {1 + α.Δt)
Jika diketahui suhu awal benda t1 dan suhu akhir benda t2 maka Δt = t2 – t1
Misal diketahui sebatang besi panjangnya 100 cm. Koefisien muai panjang besi 0.000017 /°C. Besi
tersebut dipanaskan hingga kenaikan suhunya 200°C. Pertambahan panjang besi tersebut setelah
memuai dapat dihitung sebagai berikut.
Lo = 100 cm
α = 0,000017 /°C
Δt = 200 °C
ΔL = Lo. α. Δt = (100).(0,000017)(200) = 0,34 cm
Panjang besi setelah memuai dapat dihitung sebagai berikut.
L = Lo + ΔL = 100 + 0,34 = 100,34 cm
Pemuaian Luas
Pengertian pemuaian luas adalah bertambahnya ukuran luas permukaan suatu benda karena
perubahan suhu. Jika diketahui suatu benda dengan luas permukaan awal Ao, koefisien muai
luas β, dan kenaikan suhu Δt, maka pemuaian luas benda tersebut dapat dihitung dengan rumus
berikut.
ΔA = Ao.β.Δt
Sedangkan luas permukaan benda setelah memuai adalah sebagai berikut
A = Ao + ΔL
atau
A = Ao {1 + β.Δt)
Didefinisikan koefisien muai luas adalah dua kali koefisien muai panjang. Jika diketahui koefien muai
panjang α, maka β = 2.α
Misalkan diketahui selembar kaca jendela luasnya 900 cm2. Koefisien muai panjang kaca adalah
0,000009 /°C . Kaca tersebut dipanaskan sehingga kenaikan suhunya 50 °C. Pertambahan luas
kaca tersebut setelah memuai dapat dihitung.
Ao = 900 cm2
α = 0,000009 /°C
β = 2.α = 2.(0,000009) = 0,000018 /°C
Δt = 50 °C
ΔA = Ao. β. Δt = (900).(0,000018)(50) = 0,81 cm2
Luas kaca setelah memuai dapat dihitung sebagai berikut.
A = Ao + ΔA = 900 + 0,81 = 900,81 cm2
Pemuaian Volume
Pengertian pemuaian volume adalah bertambahnya ukuran volume suatu benda karena perubahan
suhu. Jika dietahui suatu benda dengan volume awal Vo, koefisien muai volume γ, dan kenaikan
suhu Δt, maka pemuaian volume benda tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut.
ΔV = Vo.γ .Δt
Sedangkan volume benda setelah memuai adalah sebagai berikut
V = Vo + ΔV
atau
V = Vo (1 + γ .Δt)
Didefinisikan koefisien muai volume adalah tiga kali koefisien muai panjang. Jika diketahui koefien
muai panjang α, maka γ = 3.α
Misalkan diketahui sebuah bola kaca mempunyai volume 10 cm3. Koefisien muai panjang bahan
bola kaca itu 0,000005 /°C. Bola kaca tersebut dipanaskan sehingga kenaikan suhunya 5 °C.
Pertambahan volume bola kaca setelah memuai dapat dihitung sebagai berikut.
Vo = 10 cm3
α = 0,000005 /°C
γ = 3.α = 3.(0,000005) = 0,000015 /°C
Δt = 5 °C
ΔV = Vo. γ . Δt = (10).(0,000015)(5) = 0,00075 cm3
Volume bola kaca setelah memuai dapat dihitung sebagai berikut.
A = Ao + ΔA = 10 + 0,00075 = 10,00075 cm3
Pengertian Kalor, Satuan Kalor, dan Rumus Kalor
Kalor adalah bentuk energi yang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain karena
perbedaan suhu. Dalam pembelajaran, sobat idschool akan diminta untuk menentukan banyaknya
kalor yang diterima atau kalor yang dilepaskan suatu zat. Dalam perubahan zat, kalor sendiri dibagi
menjadi 2 (dua) jenis yaitu kalor untuk menaikkan suhu dan kalor laten.
Pada kalor untuk menaikkan suhu, besarnya kalor yang dihitung adalah kalor saat terjadinya
perubahan (kenaikan) suhu. Sedangkan pada kalor laten, kalor yang dibutuhkan pada perubahan
wujud zat. Kalor laten dibedakan menjadi dua yaitu kalor lebur dan kalor uap.
Kalor lebur dilepaskan saat terjadinya perubahan zat dari padat menjadi cair (mencair). Sedangkan
kalor uap dilepaskan saat terjadinya perubahan zat dari cair menjadi uap (menguap).
Satuan Kalor dinyatakan dalam Joule (J) atau Kalori (kal), dengan hubungan yang dinyatakan
sebagai berikut.
Satuan kalor:
Satuan kalor dinyatakan dalam Joule (J) atau kalori (kal). Hubungan antara keduanya dinyatakan
melalui persamaan di bawah.
1 J = 0,24 kal
1 kal = 4,2 J
Sekarang, simak rumus kalor untuk menaikkan suhu yang akan diberikan di bawah.
Rumus kalor untuk menaikkan suhu:
Keterangan:
Q = kalor
m = massa
c = kalor jenis
C = kapasitas kalor
= perubahan suhu
Selanjutnya, simak juga rumus kalor laten yang terdiri atas kalor lebur dan kalor uap.
Keterangan:
Q = kalor
m = massa
U = kalor uap
L = kalor lebur
Sebelum mempelajari proses menghitung kalor yang diterima atau dilepaskan sebuah benda, kita
akan mengulas sedikit tentang satu asas dalam pembahasan kalor yang terkenal, yaitu asas black.
Asas Black:
Pada pencampuran dua benda yang berbeda suhunya maka benda yang suhunya tinggi akan
melepaskan kalor. Kalor yang dilepaskan akan diserap oleh benda yang suhunya rendah sampai
akhirnya suhu kedua benda sama. Secara singkat, Asas Black dinyatakan dalam persamaan
berikut.
Catatan: Prinsip Asas Black hanya berlaku pada sistem terisolasi, artinya tidak ada pertukaran kalor
dengan lingkungan.
Ulasan materi yang akan dibahas selanjutnya adalah menghitung nilai kalor yang dibutuhkan untuk
suatu proses perubahan wujud zat.
Perubahan wujud zat dari padat ke cari, atau cair ke gas membutuhkan kalor. Banyak kalor yang
dibutuhkan unutk melakukan proses perubahan wujud zat tersebut dapat dihitung melalui sebuah
rumus. Melalui halaman ini, sobat idschool akan mempelajari rumus kalor.
Pada bagian akhir akan diberikan contoh soal kalor dan pembahasannya. Contoh soal yang
diberikan berupa contoh soal grafik perubahan wujud zat yang sudah dilengkapi dengan
pembahasa. Jadi, simak sampai selesai materinya, oke?
Proses perhitungan kalor yang dilepaskan suatu zat biasanya digambarkan dalam sebuah grafik
perubahan wujud zat. Penyampaian materi yang akan diberikan di sini berupa analisis grafik
tersebut. Materi yang akan diberikan di sini berupa sebuah study kasus.
Perhatikan grafik proses perubahan wujud zat cair (dalam kasus ini air) pada gambar di bawah!
Proses dan besarnya kalor yang dibutuhkan dapat dilihat pada persamaan di bawah.
Contoh Soal Grafik Perubahan Wujud Zat (SOAL UN IPA FISIKA SMP 2016)
Jika kalor jenis es 2.100 J/kgoC, kalor lebur es 336.000 J/kg, dan kalor jenis air adalah
4.200 maka kalor yang dibutuhkan dalam proses dari adalah ….
A. 10.500 J
B. 21.000 J
C. 336.000 J
D. 346.500 J
Pembahasan:
Perhatikan gambar berikut untuk memduhakan menentukan rumus yang digunakan dalam
menghitung setiap step proses kalor yang dilepaskan/dibutuhkan.
Jawaban: D
Sekian pembahasan mengenai materi kalor yang memuat pembahasan mengenai rumus kalor,
contoh soal kalor dan pembahasannya, serta contoh soal grafik perubahan wujud zat. Terimakasih
sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat.