Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lotus (Nelumbo nucifera) merupakan tumbuhan air yang secara alami biasa hidup
di daerah perairan rawa dan sungai berair tenang. Kebanyakan masyarakat kini
membudidayakan lotus sebagai tanaman hias karena tanaman ini memiliki bunga berwarna
cerah dan indah. Namun selain keindahannya tersebut, ternyata tanaman lotus memiliki
kebermanfaatan lain yaitu sebagai bahan pangan yang baik bagi kesehatan tubuh.
Kurniawan, dkk. (2010) dari hasil penelitiannya menyatakan tanaman lotus memiliki
kandungan klorofil, karotinoid dan vitamin C yang tinggi. Bahkan kandungan vitamin C
lotus mencapai 14,1 mg/30g setara dengan 47 mg/100 g, dan jika dibandingkan dengan
tumbuhan air lainnya kadar vitamin C pada lotus memiliki konsetrasi tertinggi. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kadar vitamin C pada lotus lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kandungan vitamin C yang terdapat pada buah mangga, melon, rasberry dan
limau, yaitu 20 mg/100 g, lemon 40 mg/100 g, dan hampir setara dengan buah jeruk
dan strawberi, yaitu 50 mg/100g. Penelitian-penelitian mengenai kebermanfaatan
tanaman lotus juga semakin banyak dilakukan, melihat tanaman ini memiliki potensi
sebagai alternatif panganan bernutrisi dan menyehatkan. Dari penjabaran tersebut maka
perlu adanya kajian mengenai pemanfaatan tanaman lotus sebagai bahan pangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kandungan nutrisi yang terdapat pada lotus (Nelumbo nucifera)?
2. Bagaimana peranan lotus (Nelumbo nucifera) sebagai tumbuhan air sarat nutrisi
yang baik bagi tubuh?
3. Apa saja produk olahan lotus (Nelumbo nucifera) yang dapat digunakan untuk
pemenuhan kecukupan gizi dan kesehatan tubuh?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kandungan nutrisi yang terdapat pada lotus (Nelumbo nucifera).
2. Mengetahui peranan lotus (Nelumbo nucifera) sebagai tumbuhan air sarat nutrisi
yang baik bagi tubuh.
3. Mengetahui produk olahan lotus (Nelumbo nucifera) yang dapat digunakan untuk
pemenuhan kecukupan gizi dan kesehatan tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
1

2.1 Lotus (Nelumbo nucifera) beserta Kandungan Nutrisinya


Lotus termasuk tanaman keluarga Nymphaceae dan tergolong jenis tanaman yang
berbunga sepanjang tahun. Famili Nymphaceae terdiri dari tujuh genus yaitu: Nymphae
(teratai), Nelumbo (lotus), Euryale, Barclaya, Ondinea, dll. Hingga saat ini tanaman lotus
yang tersebar di seluruh dunia diperkirakan
ada 40 sampai 200 varietas. Tanaman lotus
tersebut tersebar luas dan merata di seluruh
dunia, mulai dari daerah yang gersang seperti
Afrika hingga daerah yang dingin di Eropa.
Adapun klasifikasi dari tumbuhan lotus
menurut (Marianto, 2001) adalah sebagai
berikut:

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Magnoliidae

Ordo

: Nymphaeales

Famili

: Nelumbonaceae

Genus

: Nelumbo

Spesies

: Nelumbo nucifera

Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Tracheobionta

Lotus merupakan salah satu tanaman yang berhabitat di daerah perairan tawar,
seperti rawa-rawa atau sungai dan danau yang tidak begitu dalam dan berair tenang. Lotus
merupakan tanaman air yang tumbuh di daerah bersuhu 20-30C. Dari penelitian yang
dilakukan para ilmuan kesehatan pangan. Ternyata biji lotus memiliki kandungan gizi yang
tinggi terutama pati, lemak, dan protein. Hal ini memungkinkan apabila biji lotus dicampur
dengan serealia atau tanaman biji-bijian lain dapat dijadikan sebagai bahan pembuat kue
dan makanan ringan. Menurut Fuaddi (1996), biji lotus mengandung karbohidrat sebesar
87,67 %. Angka tersebut hampir setara dengan kandungan karbohidrat pada beras dan
tepung terigu. Selain mengandung karbohidrat, kandungan gizi biji teratai yang lainnya
seperti pati, lemak dan proteinnya juga tinggi. Menurut Khairina dan Fitrial (2008), tepung
biji teratai juga mengandung asam amino dan asam lemak esensial yang lengkap dengan
2

kadar lemak yang sangat rendah. Sehingga serat yang terkandung dalam biji lotus
merupakan sumber serat yang sangat baik.
Hal tersebut juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fuaddi
pada tahun 2002, terhadap kandungan nutrisi yang terdapat pada lotus yang dipaparkan
dalam tabel dibawah ini:
Komposisi (%b/k)

Tepung bji lotus

Fuaddi 2002
Fitrial 2008
Karbohidrat
87,67
87,67
Protein
10,66
10,55
Lemak
1,11
0,99
Fosfor
0,032
Besi
0,0126
Serat kasar
2,75
Gula pereduksi
7,36
Abu
0,79
Pada beberapa daerah di Indonesia tanaman lotus sering digunakan sebagai
makanan pengganti nasi, seperti pada daerah Kalimantan. Masyarakat sekitar hulu sungai
di Kalimantan mencampurkan tepung biji lotus dengan panganan mereka. Selain bisa
digunakan untuk mensubstitusi nasi, masyarakat sekitar meyakini bahwa kandungan dalam
tanaman lotus dapat menyembuhkan aneka penyakit. Selain itu masyarakat disana juga
yakin bahwa mengkonsumsi lotus baik akar, batang ataupun bijinya dapat menyebabkan
awet muda. Ternyata kepercayaan masyarakat di Kalimantan tidaklah salah, terbukti
dengan beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa tanaman lotus sarat akan nutrisi.
Zat yang terkandung dalam lotus dapat menjadikan orang yang mengkonsumsinya menjadi
lebih sehat, karena mengandung protein, lemak, karbohidrat, karoten, pati, fosfor, besi,
kalsium dan lain sebagainya, serta senyawa aktif seperti antioksidan, polifenol dan vitamin
C serta terdapat antibakteri. Berdasarkan penelitian Kurniawan dkk pada tahun 2010
menyatakan bahwa dari 15 tanaman air yang telah di teliti, tanaman lotus menghasilkan
vitamin C yang paling banyak. Jumlah tersebut dapat disetarakan dengan kandungan
vitamin C pada buah strawberry dan jeruk.
Secara lengkap, adapun informasi gizi dan nutrisi dari biji lotus berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh organisasi Asgar adalah sebagai berikut:
Kandungan mineral
Kalsium
Besi
Magnesium
Posfor
Potassium

Nilai per 100 gram


26 mg
0,90 mg
22 mg
78 mg
363 mg
3

Sodium
Seng

45 mg
0,33 mg

Kandungan vitamin
Nilai per 100 gram
Vitamin C
47 mg
Thiamin
0,127 mg
Riboflavin
0,010 mg
Niacin
0,300 mg
Vitamin B6
0,218 mg
Asam folat
8 g
Vitamin E
0,01 mg
Vitamin K
0,1 g
Inilah sebabnya mengapa mulai banyak peneliti berlomba untuk menemukan halhal baru terkait dengan tanaman lotus dan kesehatan. Terutama pada pemanfaatan tanaman
lotus sebagai penghuni rawa di Indonsia yang luasnya mencapai sekitar 33,4 juta hektar
dari luas lahan 162,4 juta hektar. Lahan yang luas tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal dan sebagian besar masih ditumbuhi oleh semak belukar (Depkominfo, 2002).
Dengan adanya info ini diharapkan pemanfaatan lahan yang sangat luas untuk produksi
tanaman lotus dapat dimaksimalkan, sehingga tanaman ini dapat digunakan sebagai
tanaman pangan substitusi beras yang kaya akan nutrisi untuk kesehatan tubuh. Sehingga,
jika mulai diaplikasikan secara berkesinambungan dapat memerangi malnutrisi di banyak
negara-negara miskin di Asia.
2.2 Peranan Lotus (Nelumbo nucifera) sebagai Tumbuhan Air Sarat Nutrisi
Lotus (Nelumbo nucifera) telah terbukti secara ilmiah merupakan jenis tumbuhan
yang memiliki nilai gizi tinggi. Salah satu hal yang menjadikan lotus menjadi perhatian
dunia adalah karena tumbuhan ini dapat memberikan harapan sebagai sumber nutrisi
tambahan yang murah dan melimpah untuk menyalamatkan jutaan manusia yang
kekurangan gizi. Seluruh bagian tanaman lotus dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan,
menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan manusia dan terutama untuk tambahan
asupan nutrisi keluarga.
Di Indonesia selain menghadapi masalah gizi, saat ini sangat diperlukan inovasi
baru dalam proses pengawetan makanan. Karena sangat marak kasus penggunaan
pengawet kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan konsumen. Salah satu
strategi mengurangi jumlah kasus food borne-illness dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan antimikroba pada saat proses pengolahan pangan untuk menginaktifkan
ataupun untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Seperti yang telah dipaparkan pada
4

beberapa hasil penelitian bahwa tanaman lotus mengandung zat antibakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Senyawa antimikroba digunakan untuk membunuh
mikroorganisme yang tidak diinginkan dalam pangan atau untuk mencegah dan
menghambat pertumbuhannya (Ray, 2001). Antimikroba alami dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pengawet pangan alami yang kini sangat dibutuhkan untuk menggantikan bahan
pengawet kimia yang memiliki resiko bagi kesehatan.
Selain sebagai antibakteri, biji lotus juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi
setara dengan kandungan vitamin C pada buah jeruk dan strawberry. Antioksidan yang
terkandung dalam tanaman lotus dapat larut dalam lemak dan mudah memberikan
hidrogen pada gugus hidroksil pada struktur cincin ke radikal bebas. Radikal bebas adalah
molekul-molekul reaktif yang dapat merusak, yang mempunyai elektron tidak
berpasangan. Sehingga bila menerima hidrogen, radikal bebas menjadi tidak reaktif dan ini
akan efektif sebagai pencegahan penyakit-penyakit degeneratif yang sangat berbahaya.
(Almatsier, 2009). Sedangkan, menurut Mukhopadhiay (2000) senyawa antioksidan
memiliki kemampuan untuk berikatan dengan metabolit lain seperti protein, lemak, dan
karbohidrat membentuk senyawa kompleks yang stabil sehingga menghambat mutagenesis
dan karsinogenesis. Selain itu, senyawa antioksidan berfungsi menghambat reaksi oksidasi
lemak pada bahan pangan. Berbagai kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi,
perubahan warna dan rasa, serta kerusakan fisik lain pada produk pangan karena oksidasi
dapat dihambat oleh antioksidan. Oleh karena itu, eksplorasi sumber-sumber antioksidan
alami sangat dibutuhkan oleh masyarakat mengingat bahaya radikal bebas semakin tidak
dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Serta sangat dianjurkan untuk mulai
mengaplikasikan tepung biji lotus sebagai pangan tambahan untuk meningkatkan nutrisi
dalam tubuh, serta dimanfaatkan sebagai zat pengawet alami pada makanan yang
mengandung antibakteri dan antioksidan yang bermanfaat bagi makanan yang diproduksi
dan konsumen.
2.3 Produk Olahan Lotus (Nelumbo nucifera)
Berbagai bagian dari tanaman lotus seperti akar, batang, bunga dan biji
mengandung berbagai zat yang dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi tambahan. Adapun
produk olahan lotus yang sudah mulai diproduksi adalah sebagai berikut:
1. Tape biji lotus
Berdasarkan penelitian, tanaman lotus dapat dijadikan sebagai alternatif pangan
lokal dan dapat dimanfaatkan sebagai agensia probiotik. Pemanfaatan tape biji
5

lotus

sebagai sumber probiotik terutama berkaitan dengan kemampuan

penghambatannya terhadap bakteri patogen secara in vitro dan in vivo. Menurut


Rahayu (2004), proses fermentasi tape yang berlangsung selama 1-2 hari akan
menyebabkan tekstur bahan dasar menjadi lunak, berair, dengan rasa dan aroma
asam alkohol. Tape pada umumnya dikonsumsi langsung tanpa proses pemasakan
lanjut sehingga dapat dikategorikan sebagai makanan probiotik apabila di dalam
proses pembuatannya melibatkan bakteri asam laktat sebagai kandidat probiotik.
Khairina (2007) menyatakan bahwa jumlah bakteri asam laktat yang terdapat
dalam tape biji teratai mencapai 108 dan terjadi peningkatan selama fermentasi
berlangsung sehingga berpotensi sebagai makanan fungsional. Makanan fungsional
pada prinsipnya adalah makanan yang memiliki efek positif bagi kesehatan
manusia.
2. Teh bunga lotus
Pengolahan lotus (Nelumbo nucifera) menjadi teh merupakan upaya untuk
memanfaatkan senyawa yang ada di dalamnya yang mampu memberikan karakter
tersendiri untuk hasil teh tersebut. Salah satu senyawa tersebut adalah senyawa
yang mengandung antioksidan, karena teh merupakan salah satu jenis minuman
yang memiliki manfaat bagi tubuh yang memiliki kandungan antioksidan.
Pengolahan teh lotus bertujuan untuk meningkatkan kadar antioksidan pada hasil
produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum
(2013) menyatakan bahwa teh lotus yang memiliki karakteristik terbaik adalah teh
yang diolah tanpa oksidasi enzimatis dengan waktu pelayuan 8 jam yang memiliki
kadar air 9,65 %, kadar abu 7,30%, aktifitas antioksidan 32,19%, kadar tanin
152,73 ppm, lightness 48,63%, chroma 7,36%, hue 69,77% dan rendemen 25,88%.
3. Roti dan biskuit tepung biji lotus
Pemanfaatan tepung biji lotus sangat bermanfaat dalam proses produksi panganan
berupa roti ataupun biskuit. Selain kaya akan serat dan karbohidrat, tepung biji
lotus juga mengandung antibakteri dan antioksidan yang cukup tinggi, sehingga
jika dicampurkan dengan bahan lain pada produksi roti atau biskuit, akan
menghasilkan produk yang lebih tahan lama tanpa pengawet makanan yang
berbahaya. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuspihana
(2012). Substitusi tepung biji lotus pada bahan produksi pangan, akan
menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan kelebihan dapat mencegah diare
berkepanjangan pada konsumen dan dapat melindungi kerusakan epitel usus halus.
Hal ini terjadi karena pada tepung biji teratai mengandung tannin yang berfungsi
6

sebagai antibakteri (Lemmens dan Wulijarni-Soetjipto, 1992) dan karbohidrat yang


berperan mencegah berlanjutnya diare yaitu oligosakarida. Adapun beberapa jenis
kue dari tepung biji teratai antara lain apam, kue talam, roti, pupudak, dan
cincin.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Tanaman lotus mengandung nutrisi yang cukup komplek yaitu mengandung
karbohidrat sebesar 87,67%, pati, asam amino dan asam lemak esensial yang
lengkap dengan kadar lemak yang sangat rendah.
2. Tanaman lotus digunakan untuk penyembuhan, menjaga dan meningkatkan kualitas
kesehatan manusia dan terutama untuk tambahan asupan nutrisi keluarga. Selain itu
dapat juga digunakan sebagai bahan substitusi pangan sekaligus pengawet alami
dengan zat antibakteri dan antioksidan yang tinggi.
3. Produksi olahan lotus berupa tape biji lotus dengan kandungan probiotik tinggi,
sebagai makanan fungsional. Selain itu lotus dapat diolah untuk menghasilkan teh
herbal berkualitas baik untuk kesehatan dengan rasa dan khas dan kadar
antioksidan yang tinggi. Serta panganan berupa roti dan biskuit yang kaya nutrisi
dan terbebas dari pengawet berbahaya.

DAFTAR RUJUKAN
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia . 2002. 33,4 Juta Hektar
Lahan Di Indonesia Berupa Rawa. http://www.depkominfo.go.id [ 2 Desember
2006]
Fuaddi, K. 1996. Analisa Kandungan Gizi pada Umbi, Biji Buah, dan Tangkai Bunga
Teratai (Nymphae pubescens Willd). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. UNLAM. Banjarmasin.
Khairina, R. dan Y. Fitrial. 2002. Produksi dan Kandungan Gizi Biji Teratai (Nymphaea
pubescens Willd) Tanaman Air Yang Terdapat Di Hulu Sungai Utara. Jurnal
Ilmiah Fakultas Pertanian. Hal. 77-88. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Mariontono, L. A. 2001. Tanaman air. Penerbit PT Agro Media Pustaka. Bintaro, Jakarta.
Nuraini, Annisa Dian. 2007. Ekstraksi Komponen Antibakteri dan Antioksidan dari
Biji Teratai (Nymphaea pubescen Willd). Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas
Teknologi Pertania, Institut Pertanian Bogor.
Kurniawan, Munifatul Izzati, dan Yulita Nurcahyati. 2010. Kandungan Klorofil,
Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Jurnal
Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 18 (1), 28-40
Kusumaningrum, Agus Supriadi, dan Siti Hanggita R.J. 2013. Karakteristik dan Mutu Reh
Bunga Lotus (Nelumbo nucifera). Jurnal Fishtech. Vol. 2 (1), 9-21
Yuspihana, Rita Khairina, dan Ika K Oktaviyanti. 2012. Aktivitas Biologis Tepung Biji
Teratai Pra-Masak Sebagai Produk Pangan Pencegah Diare. JPHPt Vol.15 (1),136147. Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan, FP Universitas Lambung Mangkurat,
Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat.

Anda mungkin juga menyukai