Anda di halaman 1dari 11

POTENSI MAKROALGA SEBAGAI SUMBER PANGAN DAN GIZI

Oleh:

Gloria Destiana Pangul(2113010017)

Kelas :A

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PETERNAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan dan gizi memegang peran sentral dalam pemeliharaan kesehatan


manusia. Dalam konteks masyarakat yang terus berkembang, tantangan
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi populasi dunia semakin kompleks. Kekurangan
pangan dan gizi, bersama dengan dampak negatif yang terkait, seperti peningkatan
penyakit kronis dan ketergantungan pada sumber daya pangan yang tidak
berkelanjutan, menjadi isu global yang mendesak.Salah satu potensi solusi untuk
mengatasi tantangan ini adalah eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya alam
yang belum sepenuhnya dimanfaatkan, dan di antaranya adalah makroalga.
Makroalga, yang meliputi kelompok alga berukuran besar yang hidup di perairan
laut, telah muncul sebagai sumber pangan dan gizi yang menjanjikan.

Makroalga menawarkan keunikan dalam kandungan nutrisinya, mencakup


protein, serat, vitamin, mineral, dan asam lemak omega-3. Keberagaman jenis
makroalga, seperti alga merah, coklat, dan hijau, memberikan potensi untuk
menyediakan berbagai nutrisi esensial yang dibutuhkan oleh manusia. Namun,
pemahaman dan pemanfaatan potensi ini masih terbatas, dan perlu penelitian lebih
lanjut untuk menggali secara maksimal manfaatnya.Selain memberikan kontribusi
pada aspek nutrisi, makroalga juga memiliki dampak positif pada lingkungan.
Pertumbuhan makroalga dapat membantu mengurangi tekanan pada ekosistem
laut dan memberikan alternatif berkelanjutan dalam pertanian laut. Oleh karena
itu, penelitian mengenai potensi makroalga sebagai sumber pangan dan gizi tidak
hanya relevan untuk kesehatan manusia tetapi juga untuk keberlanjutan
lingkungan.
1.2 Tujuan
untuk merinci dan mengeksplorasi potensi makroalga sebagai sumber pangan
dan gizi. Melalui analisis mendalam terhadap kandungan nutrisi, teknik
budidaya, dan dampak lingkungan, diharapkan makalah ini dapat memberikan
pandangan komprehensif tentang bagaimana makroalga dapat diintegrasikan
ke dalam sistem pangan global untuk meningkatkan kesehatan manusia dan
menjaga keberlanjutan lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Dan Keanekaragaman Makroalga

Makroalga termasuk dalam kelompok tumbuhan yang berbeda dari


tumbuhan darat, dan mereka umumnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok
utama: Rhodophyta (alga merah), Phaeophyta (alga coklat), dan Chlorophyta
(alga hijau).

1. Alga Merah

hodophyta atau alga merah merupakan alga yang memiliki klorofil a dan d serta
mengandung pigmen fotosintetik berupa fikoeritrin, karoten, xantofil, dan
fikobilin. Tetapi pigmen fikoeritrin yang lebih dominan sehingga menyebabkan
warna merah. Rhodophyta diperkirakan mempunyai jumlah spesies sekitar 6000
spesies, baik yang hidup di air tawar, di darat, air payau, dan di lautan. Jenis alga
ini adalah multiselular dengan ukuran panjang mencapai 10-100cm dalam bentuk
lembaran atau berkas. Ukuran alga merah dapat mencapai ukuran paling besar jika
berada pada daerah dengan suhu dingin, sedangkan pada daerah tropis ukurannya
cenderung kecil. Morfologinya sangat beragam dan mempunyai talus yang
berkembang dari hasil diferensiasi perkembangan sel-sel yang membentuk
semacam cabang-cabang talus yang seragam dengan talus induknya. Sel dari alga
merah tersusun berlapis dan talusnya berpigmen fikobilin, serta memiliki pirenoid
di dalam kloroplas. Pirenoid adalah penyimpan cadangan makanan atau hasil
asimilasi.

Reproduksi alga merah dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Vegetatif
dengan cara konjugasi atau pembelahan sel, sedangkan generatif dilakukan
dengan fertilisasi antara jantan dan betina yang menghasilkan zigot. Umumnya
alga merah bersifat autotrof, tetapi ada juga yang bersifat heterotrof. Beberapa
jenis heterotrof tidak memiliki kromatofora dan biasanya hidup sebagai parasit
atau menempel pada jenis alga lain.

2. Alga Hijau

Chlorophyta atau alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga.
Ciri-ciri alga hijau ini memiliki pigmen yang terdapat dalam kloroplas yang di
dominansi oleh klorofil a dan klorofil b sehingga menyebabkan alga ini berwarna
hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah karoten, xantofil, dan lutein. Chlorophyta
diperkirakan mempunyai jumlah spesies sekitar 7000 spesies, baik yang hidup di
air tawar, di darat, air payau, dan di lautan. Alga bersifat autotrof karena mampu
mensintesis bahan anorganik dengan bantuan cahaya matahari menjadi bahan
organik. Hampir seluruh alga hijau bersifat eukariotik.

Manfaat alga hijau yang sangat penting adalah sebagai penghasil utama
bahan organik di dalam ekosistem perairan. Dalam ekosistem perairan,
keberadaan alga merupakan bagian utama dari rantai makanan. Hal ini berkaitan
dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi pada alga. Sebab aktivitas fotosintesis
merupakan sumber oksigen terhadap lingkungan perairan di sekitarnya, di mana
akan memberikan keuntungan secara langsung terhadap organisme lainnya yang
hidup dalam air. Selain itu, beberapa jenis dari alga hijau juga telah digunakan
sebagai bahan makanan sebab mengandung sejumlah mineral, vitamin,
karbohidrat dan protein. Zat-zat makanan tersebut dapat ditemukan baik dalam
dinding sel maupun dalam sitoplasma. Alga hijau yang banyak digunakan untuk
bahan makanan seperti Monostroma, Ulva, Codium dan Chlorella.

3. Alga Coklat

Phaeophyta atau alga coklat merupakan alga yang mengandung klorofil serta
pigmen-pigmen berwarna cokelat untuk melangsungkan proses fotosintesis. Alga
ini berwarna cokelat karena memiliki pigmen fikosantin selain klorofil, karoten,
dan xantofil. Pigmen yang paling dominan adalah fikosantin karena jumlahnya
yang sangat banyak sehingga menyebabkan alga berwarna cokelat sampai hijau
kecoklatan. Beberapa spesies dari Phaeophyta memiliki morfologi yang mirip
dengan tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki bentuk yang sempurna yang
menyerupai batang, daun, semacam akar, semacam bunga, dan semacam buah.

Ukuran talus beberapa jenisnya sudah lebih tinggi dari jenis-jenis alga
merah dan hijau, dapat mencapai sampai sekitar tiga meter. Kelas ganggang ini
mempunyai ukuran dan bentuk yang sangat beraneka ragam. Ada yang berupa
tumbuh-tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil dan halus (Ectocarpus), ada
yang berbentuk rantai seperti sosis yang kopong dan kasar yang panjangnya 30
cm atau lebih (Scytosiphon), ada yang bertangkai pendek dan bertalus lebar
(Laminaria, Costaria, dan Alaria beberapa di antaranya mempunyai lebar 2 m),
dan ada yang bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia). Di Samudra Pasifik,
terdapat ganggang berukuran raksasa dengan tangkai yang panjang dan daun
seperti kulit yang panjang (Macrocystis, Nereocystis, Pelagophycus).

2.2 Makroalga Sebagai Sumber Nutrisi

Rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap, bahkan untuk


senyawa tertentu kadarnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan
daratan. Secara kimia rumput laut terdiri dari air protein, karbohidrat, lemak, serat
kasar, dan abu. Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut juga
mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C, D, E dan K) dan
makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro
mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium. Karbohidrat yang terdapat pada
alga merupakan vegetable gum, yaitu karbohidrat yang banyak mengandung
selulosa dan hemiselulosa sehingga tidak dapat dicerna seluruhnya oleh enzim di
dalam tubuh sehingga alga dapat dimanfaatkan menjadi makanan diet dengan
sedikit kalori, berkadar serat tinggi. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral
rumput laut mencapai 1020 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
darat. Kandungan senyawa bermanfaat yang terdapat pada rumput laut, dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber pangan alternatif bernilai gizi tinggi.

 Kandungan Gizi Tinggi


Vitamin: Makroalga mengandung berbagai jenis vitamin, termasuk
vitamin A, B, C, D, dan E. Vitamin-vitamin ini penting untuk fungsi tubuh
yang optimal, seperti kesehatan mata, kulit, dan sistem kekebalan tubuh.
Mineral: Iodin, yang esensial untuk fungsi tiroid, merupakan mineral
yang banyak terdapat dalam makroalga. Selain itu, terdapat mineral lain
seperti besi, kalsium, dan magnesium yang mendukung kesehatan tulang
dan sel-sel darah merah.
 Asam Lemak Omega-3: Beberapa jenis makroalga, seperti alga laut
merah, mengandung asam lemak omega-3, yang dikenal bermanfaat untuk
kesehatan jantung, otak, dan sistem saraf.
 Sumber Protein: Meskipun tidak mengandung semua asam amino
esensial, makroalga dapat memberikan kontribusi sebagai sumber protein
tanpa lemak dan rendah kalori. Ini dapat menjadi alternatif yang baik
untuk orang yang menjalani diet vegetarian atau vegan.
 Serat untuk Pencernaan: Kandungan serat dalam makroalga dapat
mendukung kesehatan pencernaan dengan meningkatkan gerakan usus dan
mencegah sembelit.
 Antioksidan dan Senyawa Bioaktif: Makroalga mengandung senyawa
antioksidan seperti fukoksantin dan pigmen lainnya, yang dapat membantu
melawan radikal bebas dan melindungi sel-sel dari kerusakan. Senyawa
bioaktif ini juga memiliki potensi khasiat anti-inflamasi dan antikanker.
 Potensi Regulasi Gula Darah: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak makroalga tertentu memiliki efek positif pada regulasi gula darah,
yang dapat bermanfaat bagi individu dengan diabetes atau yang berisiko
tinggi.
 Berpotensi Ramah Lingkungan: Budidaya makroalga dapat menjadi
alternatif yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dibandingkan
dengan beberapa bentuk produksi pangan hewani dan tanaman. Makroalga
dapat tumbuh dengan cepat tanpa memerlukan banyak input sumber daya
alam.
2.3 Pemanfaatan Makroalga Dalam Industri

 ndustri Pangan:Bahan Baku Makanan: Makroalga sering digunakan dalam


industri pangan sebagai bahan baku untuk produk seperti nori,
wakame,dan dulse. Mereka bisa diintegrasikan dalam suplemen nutrisi,
salad, atau makanan ringan.Pewarna Alami, Pigmen alami dari makroalga,
seperti klorofil dan karotenoid, dapat digunakan sebagai pewarna alami
dalam produk pangan.
 Industri Farmasi: Ekstrak Bioaktif: Senyawa bioaktif dalam makroalga,
seperti fukoksantin dan polisakarida, dapat memiliki sifat farmakologis.
Penelitian terus dilakukan untuk mengidentifikasi potensi penggunaan
mereka dalam pengembangan obat-obatan atau suplemen kesehatan.
 Industri Kosmetik:Bahan Baku Kosmetik: Ekstrak makroalga digunakan
dalam pembuatan kosmetik karena sifat antioksidannya yang dapat
mendukung kesehatan kulit.Bahan Pelembab dan Anti-Penuaan:
Makroalga juga digunakan dalam produk perawatan kulit sebagai bahan
pelembab dan anti-penuaan karena kandungan asam lemak omega-3 dan
antioksidannya.
 Industri Peternakan dan Pakan Ternak:Beberapa jenis makroalga dapat
digunakan sebagai bahan pakan tambahan untuk ternak, memberikan
nutrisi tambahan seperti protein, vitamin, dan mineral.
 Industri Kimia:Pemanfaatan Polisakarida: Alginat, yang diekstrak dari
makroalga cokelat, digunakan dalam industri kimia untuk pembuatan
hidrogel, pembekuan, dan pengentalan.
 Energi Terbarukan: Biogas dan Bioetanol: Makroalga dapat menjadi
sumber energi terbarukan melalui produksi biogas dan bioetanol. Proses
ini melibatkan fermentasi makroalga untuk menghasilkan metana atau
etanol.
 Industri Farming dan Budidaya:Produksi Bahan Kimia Alami: Makroalga
dapat digunakan dalam sistem akvakultur untuk menghasilkan bahan
kimia alami, seperti bioaktivator tanah atau pupuk organik.
 Pembersih Lingkungan:Bioremediasi: Beberapa makroalga memiliki
kemampuan bioremediasi, yaitu membersihkan air dari polutan dan logam
berat. Mereka dapat digunakan dalam upaya perlindungan lingkungan dan
pemulihan ekosistem perairan.
 Bahan Bangunan dan Material:Bahan Isolasi dan Penyerap: Komponen
seperti alginat dan karagenan dari makroalga dapat digunakan dalam
industri bahan bangunan sebagai bahan isolasi dan penyerap.
DAFTAR PUSTAKA

Heny Budi Setyorini,Amallia Puspitasari.2021. KANDUNGAN PROTEIN DAN


KARBOHIDRAT PADA MAKROALGA DI PANTAI SEPANJANG,
YOGYAKARTA. Program Studi Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi
Sumber Daya Alam, Institut Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta,
Indonesia Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Yogyakarta.

Mursal Ghazali dan Nurhayati.2018. PELUANG DAN TANTANGAN


PENGEMBANGAN MAKROALGA NON BUDIDAYA SEBAGAI
BAHAN PANGAN DI PULAU LOMBOK.Program Studi
Biologi,UNIVERSITAS MATARAM.

Aulia Andin Kinanti, Aziz Husein Nasution, Balqis Putri Wardana Purba, Fitriya
Handayani, Syarifah Widya Ulfa. Identifikasi Produk Bahan Makanan
yang Berbahan Dasar Alga : Mikroalga atau Makroalga pada Pasar
Tradisional dan Modern yang ada di Kota Medan

Aulia Indah Juita, dan Linda Hetri Suriyanti.2022. Pemberdayaan Limbah


Makroalga (Rumput Laut) untuk meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Riau.

Billyardi Ramdhan, Suhendar, Jujun Ratnasari. Pemanfaatan Makroalga oleh


Masyarakat Binuangeun Lebak Banten. Pendidikan Biologi, Universitas
Muhammadiyah Sukabumi, Sukabumi.

Anda mungkin juga menyukai