Anda di halaman 1dari 6

Ragam Pigmen Rumput Laut Coklat : Potensi Dan Aplikasi

Dian Ridwan Nurdiana 1) dan Leenawaty Limantara 1) 2)


Program Pascasarjana Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga 50711, E-mail : dee_nurdiana@yahoo.co.id 1,2) Ma Chung Research Centre for Photosynthetic Pigments, Universitas Ma Chung, Malang 65151, E-mail : leenawaty.limantara@machung.ac.id Abstrak Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara raksasa keanekaragaman hayati dunia (mega biodiversity) memiliki 17% jumlah spesies yang ada dimuka bumi. Rumput laut merupakan salah satu kekayaan hayati kelautan Indonesia, yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama dari jenis rumput laut coklat. Jenis rumput laut yang ada di Indonesia kurang lebih 555 jenis yang terbagi kedalam rumput laut merah, coklat dan hijau. Rumput laut sebagai organisme fotosintetik memiliki pigmen klorofil dan karotenoid yang berlimpah. Klorofil merupakan pigmen tetrapirol makrosiklik yang secara struktur dan fungsinya berbeda-beda dan terdapat dalam bentuk oksidasi porfirin, klorin atau bakterioklorin. Pada rumput laut coklat, terdapat klorofil a, klorofil c1, klorofil c2 dan fukoxantin. Fukoxantin merupakan pigmen yang berwarna kecoklatan yang memberikan ciri pada jenis rumput laut coklat. Di beberapa negara, fukoxantin sebagai karotenoid utama dari rumput laut coklat sudah dimanfaatkan sebagai anti kanker, anti obesitas, antioksidan dan bahan makanan seperti sup dan salad. Kata kunci : Karotenoid, Klorofil, Rumput laut coklat.
1)

Pengantar Indonesia sebagai negara yang memiliki iklim tropis, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar dengan memiliki potensi garis pantai terpanjang di dunia yakni 81.000 km atau 14% dari garis pantai yang ada di seluruh dunia. Luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2, atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara Indonesia [1]. Indonesia menduduki peringkat ketiga pada keanekaragaman hayati dunia dan peringkat pertama pada keanekaragaman endemisme dunia [2]. Jenis rumput laut yang ditemukan di Indonesia kurang lebih 555 jenis yang tersebar di seluruh perairan Indonesia diantaranya dari jenis rumput laut coklat yaitu jenis Sargassum, Padina, Turbinaria, Dictyota, Hormophysa dan Hydroclathrus [3,4]. Rumput laut merupakan bagian dari tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki akar, batang dan daun [5]. Beberapa jenis rumput laut memiliki organ pelampung untuk mengapung diperairan seperti jenis sargassum sp [6]. Secara umum rumput laut dibagi kedalam tiga kelompok berdasarkan pigmen yang dikandungnya; yaitu merah, hijau dan coklat. Secara alamiah, rumput laut biasa hidup pada rataan terumbu karang atau pada bebatuan. Di beberapa negara khususnya Asia, rumput laut sudah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan produksi makanan, pakan, bahan kimia, kosmetik dan

obat-obatan. Jenis yang saat ini banyak digunakan pada berbagai bidang industri adalah jenis rumput laut merah dan rumput laut coklat [5,6]. Rumput laut coklat Secara alami rumput laut coklat tumbuh di perairan dangkal bersama dengan jenis rumput laut yang lainnya (rumput laut merah dan hijau), pada beberapa jenis bahkan dapat tumbuh pada kedalaman 30 meter [7]. Morfologi jenis rumput laut ini beraneka ragam mulai dari yang bercabang, lembaran sampai thallus [8]. Perbedaan morfologi ini merupakan bentuk respon penyesuaian pada kondisi lingkungan, sebagai contoh pada Dictyota dichotoma yang melakukan perubahan pada antena penangkap cahaya untuk mendukung proses fotosintesisnya [9]. Secara taksonomi, rumput laut coklat diklasifikasikan kedalam divisi Phaeophyta dengan ciri khas warna coklat pada seluruh bagian thallus [10]. Warna ini disebabkan oleh adanya pigmen fukoxantin yang dikandungnya, yang tergolong karotenoid xantofil [10]. Selain itu, terdapat pigmen lain yang kandungannya melimpah pada jenis ini yaitu klorofil c [11]. Rumput laut coklat merupakan salah satu jenis rumput laut yang sudah banyak dibudidayakan di dunia; tercatat 10 jenis diantaranya telah dibudidayakan antara lain : Laminaria, sargassum, Macrocystis pyrifera dan Undaria [6,8]. Menurut data

FAO, produksi budidaya rumput laut coklat mencapai nilai tertinggi di dunia pada tahun 2001 dengan nilai total produksi 4.691.210 ton yang tersebar pada berbagai industri [12]. Berbeda halnya dengan di Jepang dan Korea yang telah memanfaatkan Undaria (salah satu jenis rumput laut coklat) sebagai bahan makanan yang kaya akan fukoxantin [13], pemanfaatan rumput laut coklat di Indonesia masih kurang dan kegiatan budidayanya belum populer seperti halnya rumput laut merah dan hijau (Gracilaria, Caulerpa dan Eucheuma). Dari enam genus rumput laut coklat yang ditemukan di Indonesia, hanya genus Sargassum saja yang telah dijadikan komoditas ekspor [3]. Pigmen Rumput laut coklat Klorofil a Klorofil a merupakan pigmen yang melimpah pada berbagai organisme fotosintetik, salah satunya pada rumput laut. Pada rumput laut coklat, klorofil a berfungsi sebagai penangkap cahaya yang utama dalam proses fotosintesis yaitu sekitar 99 % [14,15,16]. Konsentrasi klorofil a akan meningkat pada proses pematangan thallus sehingga dapat dianggap sebagai ukuran pertumbuhan rumput laut [17,18] contohnya pada Phorphyra salah satu jenis rumput laut merah [19]. Keberadaan klorofil a pada rumput laut coklat dilengkapi dengan pigmen pendukung (aksesori) yaitu klorofil c dan karotenoid yang berfungsi melindungi klorofil a dari fotooksidasi [3,20]. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi klorofil a pada rumput laut coklat, memiliki persamaan dengan fitoplankton dan jenis rumput laut lainnya, yaitu : nutrien, suhu dan cahaya [17, 21, 22]. Gambar 1 menyajikan Struktur klorofil a, dan kandungan klorofil a pada beberapa jenis rumput laut coklat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan klorofil a pada beberapa jenis rumput laut coklat

No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Jenis Laminaria saccharina Sargassum muticum Fucus distichus Alaria esculenta Chorda tomentosa Chordaria flagelliformis Desmarestia aculeata Laminaria solidungula Scytosiphon lomentaria Sphacelaria plumosa

Kandungan 0.538 (g/kg) 0,631 (g/kg) 0,383 (g/kg) 1399 (g/g) 1338 (g/g) 1595 (g/g) 1190 (g/g) 1072 (g/g) 1517 (g/g) 1510 (g/g)

Sumber pustaka [11] [11] [11] [24] [24] [24] [24] [24] [24] [24]

Klorofil c Selain adanya klorofil a, rumput laut coklat memiliki klorofil c1, c2 [10,25]. Klorofil c1 dan c2 merupakan klorofil yang menjadi ciri pada Phaeophyta [15]. Klorofil c memiliki perbedaan dengan klorofil lainnya karena memiliki Mg-porfirin bukan Mg-klorin [25]. Komposisi klorofil a dan c pada rumput laut coklat bervariasi dari 1:1 sampai 5:1 dengan serapan panjang gelombang maksimum pada 630-638 nm [10]. Secara alami fungsi klorofil c memiliki kesamaan dengan klorofil a dan b sebagai antenna penangkap cahaya pada proses fotosintesis dan masih belum banyak diketahui secara detail. Gambar 2 menampilkan struktur klorofil c1 dan c2, yang diperlengkapi dengan Tabel 2. terkait dengan kandungan klorofil c pada beberapa jenis rumput laut coklat.

Klorofil c1 Gambar 1. Struktur klorofil a [23]

Gambar 3. Struktur Fukoxantin [32]

Klorofil c2 Gambar 2. Struktur klorofil c1 dan c2 [25] Tabel 2. Kandungan klorofil c pada beberapa jenis rumput laut coklat Gambar 4. Struktur Fukoxantinol [32] Tabel 3. Jenis karotenoid pada beberapa jenis rumput laut coklat

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Jenis Undaria pinnatifida Ecklonia cava Sargassum muticum Laminaria saccharina Fucus distichus

Kandungan 0,082 5,44 (mg/g) 0,1 (mg/g) 0,080 (g/kg) 0,075 (g/kg) 0,038 (g/kg)

Sumber pustaka [26] [27] [11] [11] [11]

No. 1.

Jenis Padina pavonica

Karotenoid Karotenoid merupakan pigmen aksesori pada organisme fotosintetik yang berfungsi untuk melindungi klorofil a dari foto-oksidasi cahaya [28], molekul ini menyerap cahaya dan mentransfer energi ke pusat reaksi [29]. Menurut beberapa penelitian, alga (termasuk rumput laut coklat) merupakan salah satu penghasil karotenoid terbesar, dimana hampir setiap tahun produksi alami karotenoid mencapai kurang lebih 100 juta ton [30]. Pigmen yang banyak terkandung dan menjadi salah satu ciri khas pada rumput laut coklat adalah fukoxantin, flavoxantin, diatoxantin dan zeaxantin [15]. Fukoxantin merupakan jenis karotenoid utama yang membantu dalam proses fotosintesis dan telah banyak digunakan dalam dunia pengobatan [31]. Orang-orang Asia, seperti Jepang dan Korea sering mengkonsumsi rumput laut coklat yang kaya akan fukoxantin seperti Undaria pinnatifida dan Hijikia fusiformis sebagai sumber makanan dalam bentuk sup miso dan salad [32]. Berikut Gambar 3 dan 4 menyajikan struktur kimia dari fukoxantin dan fukoxantinol serta Tabel 3. menyajikan jenis karotenoid yang ditemukan pada beberapa jenis rumput laut coklat. 2. Fucus serratus

3. 4. 5.

Fucus distichus Sargassum muticum Laminaria sacharina

Jenis karotenoid Fukoxantin, violaxantin, flavoxantin, fukoxantol, anteraxantin, 9cis-neoxantin, diatoxantin, zeaxantin, karoten - karoten, zeaxantin, luteoxantin, violaxantin, alltransfukoxantin, mono-cisfukoxantin, neokrom, neoxantin, fukoxantinol Fukoxantin, Karoten Fukoxantin, Karoten Fukoxantin, Karoten

Sumber pustaka [15]

[33]

[11] [11] [11]

Potensi dan Aplikasi rumput laut coklat Rumput laut pada umumnya digunakan sebagai penghasil agar untuk berbagai keperluan industri. Penggunaan rumput laut coklat, pada umumnya dimanfaatkan sebagai penghasil alginat, laminarin dan manitol. Selain itu, rumput laut coklat berpotensi sebagai penyerap logam berat [34], anti pembekuan darah [35], anti virus Herpes simplex [36],

anti jamur, anti bakteri, anti tumor dan anti kegemukan [13,37,38]. Kandungan klorofil dan karotenoid khususnya yang melimpah pada rumput laut coklat, merupakan potensi yang dapat dikembangkan kedepan dan tidak hanya terbatas pada pemanfaatan produk fotosintetiknya saja. Klorofil a memiliki koefisien ekstingsi pada 660 nm dan penghasil oksigen tunggal [39], dimana hal ini berpotensi digunakan sebagai sensitizer alternatif terapi kanker PDT (Photodynamic Therapy) [40]. Selain itu, klorofil a dan c dapat digunakan dalam memonitor produktivitas, struktur komunitas dan proses ekologi lautan [41,42] dengan metode penginderaan jauh [43]. Selain klorofil, karotenoid dari rumput laut coklat memiliki potensi yang menjanjikan untuk dikembangkan. Karotenoid memiliki antioksidan yang tinggi, sehingga mampu mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker (-karoten) [44, 45]. Menurut penelitian, dengan mengkonsumsi rumput laut coklat, contoh Undaria (wakame) sebanyak 25g setara dengan 0,6mg fukoxantin, mampu mencegah penyakit kanker [46]. Kandungan fukoxantin yang banyak dikandung pada rumput laut coklat, telah lama diketahui mampu mengobati beberapa penyakit diantaranya kegemukan (sebagai anti obesitas) [13,32], kanker prostat [46] dan sebagai sumber suplemen alami seperti halnya astaxantin [31]. Jenis karotenoid lain yaitu zeaxantin yang mampu mengobati penyakit mata dan kanker kulit. Disamping terdapat neoxantin yang berpotensi untuk mencegah penyakit kanker. -karoten dan zeaxantin juga berfungsi sebagai pewarna makanan [47]. Pada industri makanan, rumput laut coklat sudah dijadikan menu yang spesial di Jepang seperti sup miso, salad dan suplemen bagi penderita stroke. Kesimpulan Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis menjadi surga bagi organisme fotosintetik baik di daratan maupun di lautan. Rumput laut khususnya rumput laut coklat sebagai salah satu biota yang tumbuh di perairan, menyimpan potensi yang besar. Tidak hanya pemanfaatan produk fotosintetiknya, akan tetapi juga pemanfaatan perangkat fotosintetik itu sendiri; dalam hal ini pigmen baik klorofil maupun karotenoid dalam bidang industri makanan, obatobatan maupun lingkungan. Daftar Pustaka [1] Anonim. 2008. Terumbu Karang Indonesia. http://www.terangi.or.id (diakses 22 Mei 2008). [2] Lestari, R.R. 2007. Keanekaragaman Hayati Laut. http://www.republika.co.id/koran_detail.asp (diakses 23 Mei 2008).

[3] Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistijo dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan jenis-jenis rumput laut Indonesia. PUSLITBANG Oseanologi. LIPI, Jakarta. Hlm.56-152. [4] Riyanto, R. 2007. Industri Alginat (Peluang dan potensinya). http://www. Kabaraindonesia.com (diakses 23 Mei 2008). [5] Atmadja, W.S. 2007. Apa rumput laut sebenarnya?. http://www.coremap.or.id/print/article.php? id=264 (diakses 22 Maret 2008). [6] Carlsson, Anders. S., Beilen, J.B van., Moller, R., dan Clayton, D. 2007. Micro and macro algae : utility for industrial applications. CPL Press. UK. [7] Kelly, Eamom. 2005. The Role of Kelp in the Marine Environment. Irish Wildlife Manuals. 17. National Parks and Wildlife Service, Department of Environment, Heritage and Local Government, Dublin, Ireland. [8] Anonim. 2008. Phaeophyceae : Brown algae http://www.seaweed.ie/algae/phaeophyta.lass o (diakses 22 Mei 2008). [9] Hanelt, D. dan W. Nultsch. 1990.Daily changes of the phaeoplast arrangement in the brown alga Dictyota dichotoma as studied in field experiment. Mar Ecol. Prog. Ser 61 : 273-279. [10] Luning, K. 1990. Seaweeds : Their environment, biogeography and ecophysiology. John Wiley and Sons Inc. Kanada. [11] Seely, G.R., Duncan, M.J., dan Vidaver, W.E. 1972. Preparative and analytical extraction of pigments from brown algae with dimethyl sulfoxide. Marine Biology 12: 184-188. [12] FAO. 2004. Fishery statistics.http://www.fao.org. [13] Maeda, H., Masashi Hosokawa, Tokutake Sashima, Katsura Funayama dan Kazuo Miyashita. 2005. Fucoxanthin from edible seaweed, Undaria pinnatifida, shows antiobesity effect through UCP1 expression in white adipose tissues. Biochemical and Biophysical Research Communications 332 : 392-397. [14] Gross, J. 1991. Pigment in vegetables : Chlorophylls and Carotenoids. Van Nostrand Reinhold. New York. [15] Hegazi, M.M., Angel Perez Ruzafa, Luis Almela, dan Maria Emilia Candela. 1998. Separation and identification of chlorophylls and carotenoids from Caulerpa prolifera, Jania rubens and Padina pavonica by reversed-phase high-

performance liquid chromatography. Journal of Chromatography A 829 : 153159. [16] Pepe, M., C. Giordino, G. Borsani, A.C. Cardoso, G. Chiauda, G. Premazzi, E., Rodari dan E. Zilioli. 2001. Relationship between apparent optical properties and photosynthetic pigments in the sub-alpine Lake Iseo. The science of total environment 268 : 31-45. [17] Dhargalkar, V.K. 2004. Effect of different temperature regimes on the chlorophyll a concentration in four species of Antarctic macroalgae. Seaweed Res. Utilin 26(1&2) : 237-243. [18] Wasmund, N., Ina Topp dan Dirk Schories. 2006. Optimising the storage and extraction of chlorophyll samples. Oceanologia 48(1): 125-144. [19] Aguilera, J. Flix L. Figueroa. Donat, P. Hder dan Carlos Jimnez. 2008. Photoinhibition and photosynthetic pigment reorganisation dynamics in light/darkness cycles as photoprotective mechanisms of Porphyra umbilicalis against damaging effects of UV radiation. Scientia Marina 72(1) : 87-97. [20] Green, B.R., dan D. G. Durnford. 1996. The chlorophyll-carotenoid proteins of oxygenic photosynthesis. Annu. Rev. Plant Physiol. Plant Mol. Biol 47 : 685-714. [21] Raateoja, M.P dan Seppala, J. 2001. Light utilization and photosynthetic efficiency of Nannochloris sp. (Chlorophyceae) approached by spectral absorption characteristics and Fast Repetition Rate Fluorometry (FRRF). Boreal Environment Research 6 : 205-220. [22] Temel, M. 2006. Relationship between some photosynthetic pigments and total algae numbers in Lake Omerli, Istanbul, Turkey. E.U. Journal of fisheries and aquatic sciences 23 : 13-19. [23] Larkum, Anthony.W.D., dan Kuhl, M. 2005. Chlorophyll d: the puzzle resolved. Trends In Plant Science 10 (8) : 355-357. [24] Gordillo, Francisco J.L., Jose Aguilera dan Carlos Jimenez. 2006. The response of nutrient assimilation nand biochemical composition of Artic seaweeds to a nutrient input in summer. Journal of experimental botany 57(11): 2661-2671. [25] Zapata, M., Garrido, J.L dan Jeffrey, S.W. 2006. Chlorophyll c pigments : Current status. Didalam: Grimm, B., Porra, R.J., Rudiger, W., dan Scheer, H. 2006. chlorophylls and Bacteriochlorophylls : Biochemsitry, Biophysics, Functions and

Applications.Vol 25, Netherland : Springer. Hlm 40-50. [26] Campbell, S.J., J.S. Bite dan T.R. Burridge. 1999. Seasonal patterns in the photosynthetic capacity, tissue pigment and nutrient content of different developmental stages of Undaria pinnatifida (Phaeophyta : Laminariales) in Port Phillip Bay, South-Eastern Australia. Botanica Marina 42 : 231-241. [27] Altamirano, M., A. Murakami dan H. Kawai. 2003. Photosynthetic performance and pigment content of different developmental stages of Ecklonia cava (Laminariales, Phaeophyceae). Botanica Marina 46: 9-16. [28] Vechetel, B.W. dan Ruppel, H.G. 1992. Lipid Bodies in Eremosphaera viridis De Bary (Chlorophyceae). Plant and Cell Phys. 31: 41-48. [29] Mimuro, M., dan Katoh, T. 1991. Carotenoids in photosynthesis : absortion, transfer and dissipation of light energy. Pure & Appl. Chem 63(1) : 123-130. [30] Britton, G., Jensen, S.L., dan Pfander. 1995. Carotenoids Vol 1A : Isolation and Analysis.Birkhauser Verlag.Switzerland. [31] Mori, K., Ooi, T., Hiraoka, M., Oka, N., Hamada, H., Tamura, M., dan Kusumi, T. 2004. Fucoxanthin and Its metabolits in edible brown algae cultivated in deep seawaters. Marine Drugs 2 : 63-72. [32] Maeda, H. Masashi Hosokawa, Tokutake Sashima, Nobuyuki Takahashi, Teruo Kawada dan Kazuo Miyashita. 2006. Fucoxanthin and its metabolite, fucoxanthinol, suppress adipocyte differentiation in 3T3-L1 cells. International Journal of Molecular Medicine 18: 147-152. [33] Haugan, J.A., Torunn Aakermann dan Synove Liaaen Jensen. 1995. Macroalgae and microalgae. Didalam Britton, G., Jensen, S.L., dan Pfander. 1995. Carotenoids Vol 1A : Isolation and Analysis.Birkhauser Verlag.Switzerland. pp. 215-226. [34] Davis, T.A., Bohumil Volesky dan Alfonso Mucci. 2003. A review of the biochemistry of heavy metal biosorption by brown algae. Water research 37 : 4311-4330. [35] Athukorala, Y., Ki- Wan Lee, Se- Kwon Kim dan You-Jin Jeon. 2006. Anticoagulant activity of marine green and brown algae collected from Jeju Island in Korea. Elsevier. [36] Cooper, R, GFS. 2002. A preaparation of Tasmanian Undaria pinnatifida is associated with healing and inhibition of

reactivation of Herpes. BMC Complement Altern Med 20: 2-11. [37] Iwashima, M. et al., 2005. Antioxidant and antiviral activities of plastoquinones from brown alga sargassum micracanthum, and a new chromene derivative converted from the plastoquinones. Biol. Pharm. Bull 28(2) : 374-377. [38] Zahra, R., Mehranian Mehrnaz, Vahabzadeh farzaneh dan Sartavi Kohzad. 2007. Antioxidant activity of extract from a brown alga, Sargassum boveanum. African Journal of Biotechnology 6(24) : 2740-2745. [39] Krasnovsky Jr AA, Neverov KV, Egorov SYu, Roder B dan Lewald W. 1990. Photophysical studies of pheophorbide a pheophytin a. Phosphoresence and photosensitized singlet oxygen luminescence. Didalam: Grimm, B., Porra, R.J., Rudiger, W., dan Scheer, H. 2006. chlorophylls and Bacteriochlorophylls : Biochemsitry, Biophysics, Functions and Applications.Vol 25, Netherland : Springer. Hlm 462-476. [40] Scherz, A., Brandis, A.S., dan Salomon, Y. 2006. Chlorophyll sensitizers in Photodynamic Therapy. Didalam: Grimm, B., Porra, R.J., Rudiger, W., dan Scheer, H. 2006. chlorophylls and Bacteriochlorophylls : Biochemsitry, Biophysics, Functions and Applications.Vol 25, Netherland : Springer. Hlm 462-476. [41] Wright SW dan Van den Enden. 2000. Phytoplankton community structure and stocks in the East Australian marginal ice zone (BROKE survey, January March 1996) determined by CHEMTAX analysis of HPLC pigment signatures. Didalam: Grimm, B., Porra, R.J., Rudiger, W., dan Scheer, H. 2006. chlorophylls and Bacteriochlorophylls : Biochemsitry, Biophysics, Functions and Applications.Vol 25, Netherland : Springer. Hlm 40-50. [42] Litaker RW, Tester PA, Duke CS, Kenney BE, Pickney JL dan Ramus J. 2002. Seasonal niche strategy of the bloom-forming dinoflagellate Heterocapsa triquetra.Didalam: Grimm, B., Porra, R.J., Rudiger, W., dan Scheer, H. 2006. chlorophylls and Bacteriochlorophylls : Biochemsitry, Biophysics, Functions and Applications.Vol 25, Netherland : Springer. Hlm 40-50. [43] Morel, A. 2006. Meeting the challenge of Monitoring chlorophyll in the ocean from outer space. Didalam: Grimm, B., Porra, R.J., Rudiger, W., dan Scheer, H. 2006. chlorophylls and Bacteriochlorophylls :

Biochemsitry, Biophysics, Functions and Applications.Vol 25, Netherland : Springer. Hlm 521-534. [44] Burtin, P. 2003. Nutritional value of seaweeds. EJEAF Che 2(4) : 498-503. [45] Yan, Xiaojun., Chuda, Y., Suzuki, M., dan Tadahito Nagata. 1999. Fucoxanthin as the major antioxidant in Hijikia fusiformis, a common edible seaweed. Biosci. Biotechnol. Biochem 63(3): 605-607. [46] Nagao, A., Asai, A., dan Nara, Eiichi Kotake. 2005. Neoxanthin and fucoxanthin induce apoptosis in PC-3 human prostate cancer cells. Cancer letters 220 : 75-84. [47] Mercado, Judy. D. Ribaya., dan Blumberg, Jeffrey B. 2004. Review Lutein and zeaxanthin and their potential roles in disease prevention. Journal of the American College of Nutrition 6(23) : 567S-587S.

Anda mungkin juga menyukai