Oleh:
Ayu Nur Rohmawati
3613100015
Judul Jurnal
Penulis
Tahun Terbit
: 2010
Diterbitakan pada : Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 7 No.1 Maret 2010
Pembahasan isu pokok
Tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu negara adalah factor penting dan
menentukan bagi tingkat kecepatan dan perluasan pembangunan ekonomi (Todaro, 2000).
Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja (Yudhoyono, 2004). Sehingga
diketahui bahwa infrastruktur memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi serta memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek dalam pembangunan ekonomi.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan, maka lingkup infrastruktur yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi meliputi subsektor listrik, gas, dan air bersih dan
subsektor konstruksi/bangunan yang meliputi bangunan tempat tinggal dan bukan tempat
tinggal, prasarana pertanian, jalan, jembatan dan pelabuhan,
Untuk mengetahui hubungan antara investasi infrastruktur dengan pendapatan,
tingkat kesempatan kerja dan nilai tambah bruto di dapatkan melalui analisis dampak
investasi. Sedangkan untuk mengetahui peranan sektor infrastruktur dikaji dengan analisis
multiplier dan analisis keterkaitan. Konsep keterkaitan meliputi analisis keterkaitan ke depan
dimana output sektor tertentu (sektor i) digunakan sebagai input sektor lain (sektor j) dan
keterkaitan ke belakang yang menunjukkan bahwa input sektor tertentu (sektor i) diperoleh
dari output sektor lain (sektor j). Sedangkan analisis penyebaran adalah analisis yang
bertujuan untuk mengetahui sektor manasaja yang mempunyai kemampuan untuk
mendorong sektor hulu atau hilir baik melalui mekanisme transaksi pasar output maupun
pasar input. Untuk menggambarkan terjadinya peningkatan aktivitas suatu sektor yang akan
meningkatkan aktivitas sektor tersebut atau sektor lainnya sebesar nilai penggandanya
menggunakan analisis multiplier.
Output dari subsektor listrik dan gas paling banyak digunakan sebagai input oleh
subsektor itu sendiri sebesar 19,31%, hal yang sama juga ditemui pada subsektor air bersih
dimana output subsektor tersebut paling banyak digunakan oleh subsektor itu sendiri yakni
sebesar 40,54%. Input yang digunakan oleh subsektor listrik dan gas paling banyak berasal
dari subsektor barang-barang hasil kilang minyak yaitu sebesar 36,02%, sedangkan
subsektor air bersih paling banyak berasal dari subsektor itu sendiri yaitu sebesar 43,26%.
Berbeda dengan infrastruktur penunjang yang telah disebutkan, output subsektor bangunan
tempat tinggal dan bukan tempat tinggal paling banyak digunakan sebagai input subsektor
jasa perdagangan yaitu sebesar 33,25%. Sedangkan subsektor bangunan dan instalasi
listrik, gas, air bersih dan komunikasi sebagian besar digunakan oleh subsektor jasa
komunikasi yaitu sebesar 47,43%. Untuk subsektor prasarana pertanian, subsektor jalan,
jembatan dan pelabuhan serta subsektor bangunana lainnya, sebagian besar digunakan
oleh subsektor pemerintahan umum yaitu masing-masing sebesar 25,07% , 29,35% , dan
23, 67%. Sementara itu input dari subsektor bangunan tempat tinggal dan bukan tempat
tinggal serta subsektor bangunan lainnya paling banyak berasal dari subsektor jasa dan
perdagangan yaitu masing-masing sebesar 15,23% dan 13, 88% dari jumalha input antara
subsektor tersebut, input subsektor prasarana pertanian dari subsektor barang-barang hasil
kilang minyak sebesar 22,14% , input subsektor jalan, jembatan dan pelabuhan dari
subsektor bahan galian segala jenia sebesar 23,25% , input subsektor bangunan dan
instalasi listrik, gas dan air bersih dan komunikasi dari subsektor jasa perusahaan sebesar
13,65%
Tinggi atau rendahnya keterkaitan suatu sektor terhadap sektor perekonomian
lainnya dapat dilihat dari nilai koefisien keterkaitan sektor tersebut. Dalam jurnal ini
keterkaitan sektor dikatakan tinggi apabila nilainya melebihi nilai rata-rata keterkaitan
seluruh sektor. Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata keterkaian yaitu sebesar 1,61 untuk
keterkaitan total kedepan dan kebelakang. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa semua
sektor kategori infrastruktur berada pada kuadran II yang berarti bahwa sektor-sektor
tersebut memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi, namun memiliki keterkaitan ke depan
yang rendah.
Gambar 1. (A) Kuadran keterkaitan sektor perekonomian Indonesia (B) Keterkaitan total ke
depan dan ke belakang berdasarkan klasifikasi 9 sektor
Sumber: Tabel input output Indonesia tahun 2005 (diolah)
Dari hasil analisis keterkaitan ke depan menunjukkan bahwa semua sektor yang
dikategorikan ke dalam kategori infrastruktur memiliki keterkaitan total kedepan yang rendah
yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan output sektor lainnya melalui penyediaan input. Pada gambar 1 b, juga dapat
diketahui bahwa sektor infrastruktur memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi, hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
subsektor-subsektor
infrastruktur
tersebut
memiliki
kemampuan untuk meningkatkan output sektor lain yang menyediakan input bagi
infrastruktur. Keterkaitan infrastruktur cukup besar terutama terhadap sektor industri
pengolahan begitu juga terhadap sektor pertambangan dan galian karena proyek-proyek
infrastruktur seperti ketenagalistrikan membutuhkan banyak input berupa batu bara dari
sektor tersebut.
Gambar 2. (A) Kuadran koefisien dan kepekaan penyebaran (B) Nilai koefisien dan
kepekaan penyebaran sektor perekonomian Indonesia tahun 2005 klasifikasi 9 sektor
Suatu sektor dikatakan mempunyai nilai yang tinggi apabila nilai koefisien atau
kepekaan penyebarannya lebih besar dari 1. Sektor listrik, gas dan air bersih memiliki nilai
koefisien penyebaran 1,26 yang berarti sektor tersebut memiliki kemampuan untuk
meningkatkan sektor hulunya, sedangkan sektor lain yang termasuk ke dalam kategori
infrastruktur dengan nilai kepekaan penyebaran kurang dari 1 menunjukkan sektor-sektor
tersebut kurang mampu dalam mendorong sektor hilirnya yang menggunakan input dari
sektor-sektor tersebut. Sedangkan untuk nilai koefisien penyebaran, semua sektor kategori
infrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu, salah satu infrastruktur
yang patut mendapat perhatian guna mendorong pertumbuhan sektor hilirnya adalah
peningkatan ketersediaan infrastruktur prasaran pertanian.
Analisis multiplier yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi multiplier tipe I dan II.
Berdasarkan perhitungan multiplier output tipe I terbesar adalah sektor listrik, gas dan air
bersih yaitu sebesar 2,02. Nilai ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap
sektor tersebut sebesar Rp 1 juta maka output di seluruh sektor perekonomian akan
meningkat sebesar Rp 2,02 juta. Dengan memperhitungkan induksi konsumsi (multiplier tipe
II) sektor listrik, gas, dan air bersih memiliki nilai sebesar 2,45 yang berarti jika terjadi
peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor tersebut sebesar Rp 1 juta
makan akan meningkatkan output seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 2,45 juta. Untuk
mengetahui data multiplier output sektor-sektor perekonomian Indonesia tahun 2005 dapat
dilihat pada tabel 1.
Untuk mengetahui dampak investasi infrastruktur terhadap perekonomian Indonesia
melalui perhitungan asumsi, diasumsikan dana sebesar 150 triliun diinvestasikan untuk
pembangunan infrastruktur penunjang. Dimana dana tersebut dialokasi secara merata pada
subsektor-subsektor kategori infrastruktur sebesar 10,17 triliyn. Dampak investasi tersebut
akan memberikan tambahan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 348,42
triliun. Pada sisi pendapatan, dampak investasi infrastruktur memberikan tambahan
pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar 53,53 triliun. Dampak langsung yang
terjadi adalah sebesar Rp 12,67 triliun dan dampak tidak langsung sebesar 40,96 triliun.
Sedangkan pada sisi tenaga kerja, dampak investasi infrastruktur akan memberikan
tambahan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 5,18 juta orang. Dampak
langsung sebesar 0,66 juta dan dampak tidak langsung sebesar 4,52 juta. Untuk
mengetahui data lengkap mengenai dampak investasi infrastruktur dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 1. Multiplier output sektor-sektor perekonomian Indonesia tahun 2005
Tabel 2. Dampak investasi infrastruktur terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja
total dengan menggunakan pendekatan analisis input output. Hasil akhir dari penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh positif dari investasi infrastruktur terhadap sektor
perekonomian, seperti adanya peningkatan jumlah tenaga kerja serta perubahan
pendapatan dari para pekerja.
Subsektor yang termasuk infrastruktur di dalam makalah ini meliputi subsektor listrik,
gas, dan air bersih dan subsektor konstruksi/bangunan yang meliputi bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal, prasarana pertanian, jalan, jembatan dan pelabuhan,
subsektor tersebut dipilih dari hasil tinjauan pustaka yang telah dilakukan oleh penulis. Di
dalam jurnal lain yang hampir sama berjudul Pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan
ekonomi wilayah di Indonesia dan ditulis oleh Rindang Bangun Prasetya dan Muhammad
Firdaus menggunakan variabel listrik, jalan dan air bersih dengan hasil penemuan yang
hampir sama dengan jurnal ini. Menurut penelitian tersebut infrastruktur baik listrik, jalan
maupun air bersih mempunyai pengaruh yang positif terhadap perekonomian di Indonesia.
Listrik mempunyai peranan paling penting dalam proses produksi. Disamping itu aspek lain
yang perlu diperhatikan untuk meningkat ekonomi adalah industry padat karya. Dimana
industry padat kerja biasanya membutuhkan banyak tenaga kerja. Sehingga untuk
memajukan perekonomian disamping perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas
infrastruktur, perlu juga adanya peningkatan jumlah industry padat ksrya di Indonesia
Di dalam jurnal ini juga membahas mengenai hubungan investasi infrastruktur
dengan peningkatan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan
mampu mengurangi tingkat kemiskinan. Hal tersebut selaras dengan hasil temuan
Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti dalam jurnal dampak pertumbuhan ekonomi
terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Jurnal ini menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang dibutuhkan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin adalah pertumbuhan
yang berkualitas dan berkeadilan. Investasi sebagai penyumbang pertumbuhan penduduk
harus dilakukan untuk mempercepat industrialisasi pertanian yang salah satu caranya
adalah dengan perbaikan infrastruktur perdesaan. Lebih lanjut mengenai investasi di bidang
pertanian, menurut hasil penelitian di dalam jurnal yang direview ini, investasi pada sektor
pertanian akan mampu meningkatkan Rp 16.799,4 milliar output, Rp 2.898,8 milliar dan
tenaga kerja sebesar 1.409,8 orang. Dari data terseut diketahui bahwa investasi pada sektor
pertanian akan memberikan dampak positif yang cukup besar, sehingga diharapkan bisa
menjadi salah satu solus terhadap masalah kemiskinan yang ada di desa.
Semua data dan hasil analisis di dalam jurnal ini baik berupa tabel maupun gambar
suda dilengkapi dengan sumber sehingga telah sesuai dengan ketentuan penulisan yang
baik dan benar.
Lesson lerned
Dengan menggunakan analisis input output bisa didapatkan pengaruh dan
keterkaitan dari masing-masing sektor terhadap sektor lainnya. Disamping itu tabel input
output bisa digunakan untuk mengetahui multiplier effect dari perkembangan sektor-sektor
terhadap output