net/publication/323387315
CITATIONS READS
0 409
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Agni Alam Awirya on 25 September 2018.
Djoni Hartono+
Departemen Ilmu Ekonomi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia
AbSTrAK
Indonesia sedang mengalami fenomena urbanisasi yang pesat, pembangunan pada sektor industri menjadi
pemicu terbesar dalam peningkatan urbanisasi. Bertumbuhnya populasi urban, berkembangnya sektor
industri, dan sektor rumah tangga akan meningkatkan konsumsi energi. Dampak dari meningkatnya konsumsi
energi adalah peningkatan emisi CO2 yang tinggi dan hal itu tentunya akan berdampak pada lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pengaruh urbanisasi terhadap konsumsi energi dan
CO2. Penelitian ini menggunakan data tahun 2008 sampai dengan 2012, dan metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis data panel.Hasil estimasi menunjukkan bahwa urbanisasi memiliki hubungan
2
terhadap konsumsi bahan bakar minyak, konsumsi listrik, dan total konsumsi energi, serta emisi CO2.
AbSTrACT
Indonesia is experiencing the phenomenon of rapid urbanization. Development of the industrial sector
is the major trigger of Increased urbanization. The growing urban population, the development of the
industrial sector and the household sector will increase of energy consumption. The impact of rising energy
consumption is an increase in CO2 emissions, and it will certainly have an impact on the environment. The
study covers period from 2008 until 2012, and employs the analysis of the data panel as the methods. The
*e-mail: prima.agung.ps@gmail.com 9
+e-mail: djoni.hartono@ui.ac.id /djoni.hartono@gmail.com
-e-mail: agniiesp98@gmail.com
PenDAHUlUAn menjadi kota metropolitan. Salah satu contohnya
adalah kota Jakarta yang merupakan ibu kota Negara
Urbanisasi di Indonesia sedang berjalan dengan Indonesia.
pesat. Saat ini jumlah penduduk yang tinggal di Pembangunan pada sektor industri merupakan
perkotaan sekitar separuh dari total jumlah penduduk pemicu terbesar dalam peningkatan urbanisasi.
Indonesia. Kebijakan pembangunan ekonomi dan Tumbuhnya sektor industri akan secara langsung
pembangunan daerah perkotaan telah meningkatkan membawa urbanisasi karena terbukanya lapangan
daya tarik perkotaan karena ketersediaan lapangan pekerjaan baru. Selain itu, perkembangan sektor
pekerjaan yang lebih besar dan akses terhadap industri diikuti dengan perkembangan sektor
energi, informasi, dan teknologi yang lebih mudah. penunjang lainnya, seperti jasa dan komersil.
Pada tahun 1970, penduduk yang tinggal di daerah Urbanisasi membuat aktivitas produksi yang
perkotaan hanya 17,5% dan meningkat menjadi sebelumnya menggunakan sedikit energi menjadi
48,1% pada tahun 2005, atau tumbuh rata-rata aktivitas produksi yang menggunakan energi yang
2,9% per tahun. Pada periode tahun 2005--2010, lebih banyak (Jones, 1989). Terdapat beberapa
pertumbuhan penduduk perkotaan meningkat, tetapi faktor yang dapat menjelaskan bagaimana
dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah, yaitu urbanisasimemengaruhi permintaan energi,
1,2% per tahun. Pada tingkat nasional, urbanisasi diantaranya adalah perubahan pada produksi,
diproyeksikan akan mencapai 66,6%pada tahun mobilitas, infrastruktur, dan perubahan gaya hidup
2035 (Badan Pusat Statistik/BPS, 2013). (Madlener& Sunak, 2011).
Pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia Peningkatan populasi perkotaan tentu saja
sebesar 238 juta jiwa yang terdiri dari 118,5 juta berbanding lurus dengan perkembangan kebutuhan
jiwa (49,8%) tinggal di perkotaan dan sebesar energi dimasa yang akan datang sebagai akibat
119,5 juta jiwa (50,2%) tinggaldi pedesaan. BPS adanya perubahan pola konsumsi energi masyarakat
(2013) mencatat bahwa terdapat 5 (lima) provinsi yang tentunya disebabkan oleh tingginya kebutuhan
di Indonesia yang merupakan provinsi dengan dan mobilitas di daerah kota.Urbanisasi dan
persentase penduduk perkotaan terbesar, yaitu pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat akan
DKI Jakarta (100%), Kepulauan Riau (82,8%), disertai oleh perubahan gaya hidup, perubahan
Banten (67%), DI Yogyakarta (66,4%),dan Jawa pola permukiman penduduk, dan peningkatan
Barat(65,7%). Kota Jakarta menjadi tujuan utama infrastruktur transportasi yang selanjutnya akan
arus urbanisasi, selain karena anggapan tersedianya berdampak pada peningkatan permintaan energi.
lapangan kerja yang luas, kota ini merupakan ibu Hal ini terlihat dalam meningkatnya pola hidup
kota Negara yang menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat perkotaan yang cenderung boros dalam
pendatang. Sedangkan jumlah pendatang yang penggunaan energi.
semakin meningkat untuk bermukim di sekitar Dalam era industri dan teknologi, peranan energi
Kota Batam, Banten, dan Bandung dikarenakan sangatlah penting.Dengan adanya bantuan teknologi
pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan maka produktivitas manusia dalam bekerja akan
ekonomi yang tumbuh sangat pesat. Sementara meningkat, sehingga mendorong pertumbuhan
itu, kota Yogyakarta merupakan kota pendidikan, ekonomi. Menurut Kraft & Kraft (1978),
kebudayaan, dan pariwisata dalam skala internasional peningkatan konsumsi energi mencerminkan
yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pendatang. peningkatan perekonomian. Bertumbuhnya populasi
Kasto (2002) menjelaskan bahwa faktor ekonomi urban, sektor industri, dan sektor rumah tangga akan
merupakan determinan mobilitas penduduk yang meningkatkan konsumsi energi.
utama, yang berkaitan dengan kekuatan sentripetal dan Konsumsi energi di indonesia terus meningkat
sentrifugal di daerah asal.Kekuatan ini mempunyai pada periode sepuluh tahun terakhir (2002--2012),
daya dorong yang cukup besar dan sulit dibendung. yaitulebih dari 4,2% per tahun. Konsumsi energi
Oleh karena itu, urbanisasi selalu berkaitan dengan meningkat dari 529 juta Setara Barrel Minyak
masalah kemiskinan dan pengangguran di perkotaan (SBM) menjadi 904 juta SBMpada tahun 2012.
serta masalah perkembangan daerah pinggiran kota. Dalam kurun waktu itu, peran energi fosil masih
Kondisi tersebut secara relatif menyebabkan tidak tetap dominan pada tingkat sekitar 96% (minyak
terkendalinya perpindahan penduduk ke kota besar. bumi 48%, gas 18%, dan batubara 30%) dalam
Urbanisasi menyebabkan kota-kota besar akan bauran energi nasional tahun 2012. Peningkatan
tumbuh dan kemudian membentuk kota tersebut ini terjadi hampir pada semua sektor seperti sektor
10
Pengaruh Urbanisasi terhadap Konsumsi Energi
industri, sektor rumah tangga, sektor transportasi, akan menyebabkan proses pembangunan ekonomi
dansektor komersial (Pusdatin ESDM, 2013).Lima dan transformasi sosial berjalan dengan dinamis.
kota yang mengonsumsi energi terbesar pada tahun Akibat dari bila tingkat pembangunan suatu negara
2012 adalah Jawa Barat sebesar 72 jutaSBM, Jawa bertambah tinggi, maka proporsi penduduk yang
Timur sebesar 60 juta SBM, DKI Jakarta sebesar 46 berada di kawasan perkotaan juga menjadi bertambah
juta SBM, Jawa Tengah sebesar 44 juta SBM, dan besar. Menurut Sukirno (1985), dibandingkan
Sumatera Utara sebesar 23 jutaSBM. dengan berbagai faktor lainnya, faktor yang
Berdasarkan fenomena tingginya tingkat urbanisasi bersifat ekonomi merupakan penyebab terpenting
dan tingkat pertumbuhan konsumsi energi maka dari timbulnya urbanisasi dan perkembangan
perlu diinvestigasi lebih lanjut untuk menjamin perkotaan kota.Pembangunan ekonomi akan
ketersediaan energi di Indonesia. Minyak bumi diikuti juga dengan kegiatan ekonomi: makin
yang masih dominan sebagai input energi utama, maju suatu perekonomian, makin penting peranan
namun sayangnyaIndonesia telah menjadi negara kegiatan industri dan perdagangan. Urbanisasi
pengimpor minyak bumi sehingga Indonesia berkonsentrasi pada populasi dan kegiatan ekonomi
memiliki ketergantungan terhadap impor minyak yang melibatkan transfer tenaga kerja dari pertanian
bumi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke industri dan jasa.
di satu sisi dan menekan laju urbanisasi di sisi Kota sebagai titik sentral produksi mengandalkan
yang lainnya, makapenelitian ini penting untuk pasokan sumber daya yang menyiratkan transportasi
dilakukan, agar dapat menekan laju konsumsi energi jarak jauh. Peningkatan konsentrasi produksi dan
(utamanya impor minyak bumi) tanpa mengabaikan tenaga kerja di daerah perkotaan menimbulkan
pertumbuhan ekonomi. kebutuhan transportasi yang mana kebutuhan bahan
Penelitian tentang hubungan antara urbanisasi bakar fosil akan meningkat (Jones,2004).Seiring
dengan konsumsi energi telah banyak dilakukan, dengan urbanisasi yang meningkat, begitu juga
diantaranya Parikh & Shukla (1995), Poumanyvong dengan transportasipribadi.Hal ini disebabkan lalu
& Kaneko (2010), Ghosh & Kanjilal (2014), lintas dan jarak yang dibutuhkan.
dan Solarin & Shahbaz (2013), sementara Urbanisasi juga memberikan perubahan terhadap
kebutuhan konsumen dan gaya hidup rumah tangga.
pada level nasionaldi Indonesia. Sepengetahuan Secara khusus, perubahan kebutuhan konsumen
penulis belum ada penelitian sejenis yang dilakukan dan perilaku akan memengaruhi permintaan energi
pada tingkat provinsi. Dengan demikian, penelitian perkotaan. Secara umum, penduduk perkotaan lebih
ini perlu dilakukan sebagai upaya mencoba mengisi tergantung pada produk dan layanan komersial
kesenjangan literatur hubungan antara urbanisasi daripada penduduk pedesaan (Clancyet al., 2008).
dan konsumsi energi. Rumah tangga pedesaan dapat menutupi sejumlah
Berdasarkan fenomena tingginya emisi CO2 yang komoditas oleh produksi in-house, sedangkan
dihasilkan dari konsumsi energi serta komitmen rumah tangga perkotaan cenderung membeli produk
Indonesia menurunkan emisi sebesar 29%, maka perlu dan jasa. Sejalan dengan urbanisasi, pembangunan
dilakukan penelitian terkait hal tersebut. Penelitian ekonomi pada dasarnya memengaruhi perilaku
mengenai hubungan antara urbanisasi dengan emisi konsumen. Meningkatnya konsumsi energi tidak
CO2 telah banyak dilakukan, diantaranya Martinez- hanya disebabkan oleh adanya pertumbuhan populasi,
Zarzoso & Maruotti (2011), Gu et al.(2011), Liu et melainkan juga adanya peningkatan konsumsi per
al. (2011) dan Fenget al. (2011). Namun demikian, kapita dari perubahan kebutuhan konsumen dan
masih sangat jarang penelitian yang menganalisis perilaku serta gaya hidup (Satterthwaite, 2009).
hubungan antara urbanisasi dengan emisi CO2 di Terlepas dari dampak meningkatnya populasi
Indonesia. Sehingga selain menganalisis hubungan penduduk perkotaan dan pembangunan ekonomi,
urbanisasi dengan konsumsi energy, juga dianalisis urbanisasi juga memengaruhi isu-isu global, seperti
hubungan antara urbanisasi dengan emisi CO2. perubahan iklim dan meningkatkan kelangkaan
sumber daya. Inovasi teknologi, terutama mengenai
TInjAUAn reFerenSI teknologi energi yang inovatif, mempunyai peran
penting dalam rangka mitigasi perubahan iklim dan
Urbanisasi akan menciptakan perkembangan kelangkaan sumber daya, dan juga untuk mendorong
kota, dan selanjutnya, terdapatnya kota-kota besar pembangunan berkelanjutan.
11
Yusgiantoro (2000) menyatakan bahwa peranan MeToDe PenelITIAn
energi terhadap perekonomian sangatlah besardi
Indonesia. Selain penerimaan pemerintah, Model pada penelitian ini mengacu pada penelitian
penerimaan dari ekspor, dan neraca pembayaran, Zhang & Lin (2012) yang menggunakan model
komponen mikro lain yang sangat memengaruhi STIRPAT, bahwa model tersebut dapat digunakan
pembangunan ekonomi adalah konsumsi energi untuk menganalisis hubungan antara urbanisasi dan
secara nasional. Peningkatan penggunaan energi perekonomian, termasuk konsumsi energi dan emisi
juga mendorong kegiatan industri. Permintaan energi CO2 (Fan et al., 2006; Lin et al., 2009; Martinez-
pada industri manufaktur untuk menjalankan mesin- Zarzoso & Maruotti, 2011; Wang et al., 2011).
mesin memang sangat tinggi. Hal ini didukung oleh Setelah mengambil bentuk logaritma, model dapat
peranan energi dalam mendukung kinerja ekonomi ditulis sebagai berikut:
nasional seperti menjadi salah satu komoditas
ekspor utama. Kuatnya hubungan energi dengan lnIit= a+b(lnPit^) + c(lnAit^) + d(lnTit^) + eit (1.1.)
besarnya PDB, maka dapat diestimasi besarnya
perubahan konsumsi energi yang diperlukan untuk dengan I menggambarkan keadaan atau perubahan
mendapatkan tingkat output tertentu melalui lingkungan, P menunjukkan ukuran populasi, A
perhitungan elastisitas konsumsi energi terhadap diukur dengan PDB per kapita, T diukur dengan
output nasional. dua variabel: pangsa sektor industri dalam PDB
Teori IPAT adalah formula yang digunakan untuk (dilambangkan dengan IND) dan pangsa sektor jasa
menganalisis dampak dari aktivitas manusia terhadap dalam PDB (dilambangkan dengan SV), pemilihan
lingkungan yang diusulkan oleh Ehrlich & Holdren variabel tersebut dilakukan karena sektor industri
(1971). Dengan model tersebut, dapat terlihat bahwa dan jasa paling banyak mengonsumsi energi
dampak lingkungan (I atau impact on environment), sehingga akan menghasilkan emisi yang cukup
P (population) yang merupakan ukuran populasi, A besar juga (Shi, 2003), dan t menunjukkan tahun.
( ) yang merupakan pengaruh atau tingkat Penelitian ini menggunakan persamaan (1.2.) dan
konsumsi per kapita biasanya dinyatakan dalam hal (1.3.). Persamaan (1.2.) menggambarkan konsumsi
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, dan T energi dari penggunaan energi yang merupakan
(technology) adalah faktor teknologi yang umumnya fungsi dari total populasi (P), Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), persentase sektor industri
per unit Produk Domestik Bruto (PDB). (IND), persentase sektor jasa (SV), dan Urbanisasi
Teori IPAT, pada perkembangannya, belum dapat (URB).Berdasarkan persamaan (1.2.), variabel yang
memberikan gambaran mengenai dampak masing- dinyatakan dalam bentuk logaritma adalah populasi,
masing faktor pendorong perubahan lingkungan. PDRB, dan konsumsi energi.
Ehrlich & Holdren (1971) memandang bahwa
perubahan lingkungan merupakan dampak dari lnEnergiit= a0+a1(lnPit)+a2(lnPDRBit)+a3(INDit)
ketiga faktor (populasi, tingkat konsumsi, dan +a4(SVit)+a5(URBit)+e1it
teknologi) secara bersama-sama dari model tersebut, (1.2.)
tanpa memberikan gambaran dengan analisis empiris Selanjutnya,persamaan (1.3.) menggambarkan
mengenai faktor mana yang memiliki peran dominan emisi karbon dioksida yang dihasilkan merupakan
atau kurang dominan. Hal tersebut yang mendorong fungsi dari total populasi (P), Produk Domestik
penulis untuk mengetahui lebih lanjut faktor Regional Bruto (PDRB), persentase sektor industri
apa yang lebih berpengaruh dan dapat dijadikan (IND), persentase sektor jasa (SV), Urbanisasi (URB),
prioritas dalam mengurangi dampak lingkungan Intensitas Energi (EI) yang diproksikan dengan
tersebut. Pengembangan kedua model tersebut terus konsumsi BBM dibagi dengan PDRB. Berdasarkan
berlangsung hingga beberapa tahun kemudian. persamaan (1.3), variabel yang dinyatakan dalam
Yorket al. (2003) mereformulasi persamaan IPAT bentuk logaritma adalah populasi, PDRB, dan Emisi
menjadi bentuk logaritma agar dapat dilakukan CO2.
analisis regresi dalam menginvestigasi efek dari
masing-masing variabel independen. Teori tersebut lnCO2it = b0 + b1(lnPit ) + b2(lnPDRBit) + b3(INDit) +
dinamakan Stochastic impacts by regression on b4(SVit) + b5(URBit ) + b6(IEit) + e2it)
(STIRPAT). (1.3)
12
Pengaruh Urbanisasi terhadap Konsumsi Energi
dengan:
lnEnergiit : konsumsi energi (bbm, listrik dan DATA DAn SUMber DATA
total energi) dari penggunaan energi
provinsi i pada tahun t, dinyatakan Penelitian ini menggunakan data selama 5 tahun,
dalam bentuk logaritma natural yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Penentuan
lnCO2it : emisi karbon dari data yang digunakan berdasarkan ketersediaan data.
emisi kendaraan bermotor provinsi Data yang digunakan adalah populasi, penduduk
i padatahun t, dinyatakan dalam perkotaan, Produk Domestik Regional Bruto Atas
bentuk logaritma natural Dasar Harga Konstan 2000, PDRB Tanpa Migas
lnPit : total populasi provinsi i pada tahun t, Atas Dasar Harga Konstan 2000 lapangan usaha
dinyatakan dalam bentuk logaritma industri pengolahan,PDRB Tanpa Migas Atas Dasar
natural Harga Konstan 2000 lapangan usaha jasa, dan emisi
lnPDRBit : PDRB Riil (dalam juta rupiah) karbon kendaraan bermotor yang sumber datanya
provinsi i pada tahun t, dinyatakan berasal daripublikasi dari Badan Pusat Statistik.
dalam bentuk logaritma natural Konsumsi energi dan intensitas energi bersumber
INDit : PDRB Riil (Tanpa Migas) industri dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya
pengolahan provinsi i pada tahun t Mineral.
(persentase terhadap Total PDRB
Riil) HASIl PenelITIAn
SVit : PDRB Riil (TanpaMigas) sektor jasa
provinsi i pada tahun t (persentase Hasil estimasi model energi dengan menggunakan
terhadap Total PDRB Riil)
URBit : persentase penduduk perkotaan 1. Populasi dan pertumbuhan ekonomi memiliki
provinsi i pada tahun t hubungan positif terhadap konsumsiBBM dan listrik
IEit : Intensitas Energi (SBM/Juta Rupiah)
provinsi i pada tahun t memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap
eit : error term konsumsi energi, terutama konsumsi BBM dan
i : individu (provinsi) listrik apabila dibandingkan dengan pengaruh yang
t : time (tahun) diberikan oleh petumbuhan ekonomi. Selain itu,
populasi juga memiliki hubungan positif terhadap
Peneliti sebelumnya yang menggunakan model
yang sama adalah Shi (2003), Poumanyvong
& Kaneko (2010),serta Zhang & Lin, (2012). Selanjutnya,persentase sektor industri memiliki
Rancangan model penelitian ini akan diestimasi hubungan positif terhadap konsumsi energi,namun
dengan menggunakan pendekatan model panel pada
software Stata12. Pendekatan yang akan digunakan untuk persentase sektor jasamemiliki hubungan
adalah model (FEM) dan hipotesis yang positif terhadap konsumsi listrik dan secara statistik
digunakan dalam studi ini adalah populasi yang akan
memengaruhi konsumsi energi dan emisi CO2, yang jasamemiliki hubungan negatif terhadap total
akan memengaruhi konsumsi energi dan emisi Urbanisasi memiliki hubungan positif terhadap
CO2 konsumsi bahan bakar minyak dan total konsumsi
pertumbuhan ekonomi akan memengaruhi konsumsi
energi dan emisi CO2, yang diharapkan memiliki Urbanisasi memberikan pengaruh yang lebih besar
terhadap konsumsi total energi apabila dibandingkan
konsumsi energi dan emisi CO2, yang diharapkan dengan konsumsi bahan bakar minyak.
13
Tabel 1. Hasil Estimasi Model Energi Tabel 2. Hasil Estimasi Model CO2
ln_bbm ln_listrik ln_totalenergi l-emisi
14
Pengaruh Urbanisasi terhadap Konsumsi Energi
. Intensitas
2
ini mungkin disebabkan bahwa dalam penelitian energi merupakan energi yang dibutuhkan untuk
ini menggunakan data sektor jasa (Perdagangan, meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada
Hotel & Restoran; Pengangkutan & Komunikasi;
Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan; Jasa- sebesar 348 SBM/milyar rupiah, kemudian turun 14
jasa) yang lebih banyak menggunakan konsumsi SBM/milyar rupiah atau sebesar 4,02%, sehingga
energi listrik. pada tahun 2013 nilainya tercatat sebesar 334 SBM/
Persentase sektor jasa memiliki hubungan positif milyar rupiah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
0,013 danemisi CO2 sebesar 0,02,dan secara statistik namun tidak memengaruhi emisi CO2.
15
dan socially inclusive. Kraft, J., & Kraft, A. (1978). On the Relation
Selain itu pula, penulis juga menyarankan untuk between Energy and GNP. Journal of Energy
segera melakukan pemerataan infrastruktur energi, and Development, vol. 3, no. 2, pp. 401--403.
sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan Kasto, (2002). Mobilitas Penduduk dan
Dampaknya terhadap Pembangunan
akses ke energi. Pemerataan infrastruktur akan
Daerah dalam Mobilitas Penduduk Indonesia:
mengakibatkan pemerataan perekonomian sehingga
Tinjauan Lintas Disiplin. PSKK UGM,
dapat menahan laju urbanisasi. Yogyakarta.
Li, B., &Yao, R. (2009). Urbanisation and Its
reFerenSI Impact on Building Energy Consumption and
Renewable Energy, vol.
BPS. (2012). Produk Domestik Regional Bruto 34, no. 9, pp. 1994--1998.
Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lin, S., Zhao, D., &Marinova, D. (2009). Analysis
Lapangan Usaha 2007--2011. Badan Pusat of the Environmental Impact of China Based
Statistik, Jakarta. on STIRPAT Model. Environmental Impact
BPS. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia. Badan Assessment Review, vol. 29, no. 6, pp. 341--
Pusat Statistik, Jakarta. 347.
BPS. (2014a). Produk Domestik Regional Bruto Lise, W., & Van Montfort, K. (2007). Energy
Provinsi-Provinsi di Indonesia Consumption and GDP in Turkey: Is There A
Menurut Lapangan Usaha 2009--2013. Badan Co-Integration Relationship?. Energy
Pusat Statistik, Jakarta. Economics, vol. 29, no. 6, pp. 1166--1178.
BPS. (2014b). Indikator Pembangunan Liu, Y. (2009). Exploring the relationship between
Berkelanjutan. Badan Pusat Statistik, Jakarta. urbanization and energyconsumption in China
Clancy, J.S., Maduka, O., & Lumampao, F. using ARDL (autoregressive distributed lag)
(2008). Sustainable Energy Systems and Urban and FDM(factor decomposition model).
Poor Livelihoods,inP. Droege (ed.), Urban Energy, vol. 34, no. 11, pp. 1846--1854.
Energy Transition: from Fossil Liu, L.-C., Wu, G., Wang, J.-N., &Wei, Y.-M.
Fuels to Renewable Power, pp. 533--562. (2011). China’s Carbon Emissions from
Elsevier, Amsterdam. Urban and Rural Households During 1992--
Ehrlich, P.R.,& Holdren, J.P. (1971). Impact of 2007. Journal of Cleaner Production, vol. 19,
Population Growth. Science, New Series, vol. no. 15, pp. 1754--1762.
171, no. 3977, pp. 1212--1217. Madlener, R., &Sunak, Y. (2011). Impacts of
Fan, Y., Liu, L.-C., Wu, G., &Wei, Y.-M. (2006). Urbanization on Urban Structures and Energy
Analyzing Impact Factors of CO2 Emissions Demand: What Can We Learn for Urban
Using the STIRPAT Model. Environmental Energy Planning and Urbanization
Impact Assessment Review, vol. 26, no. 4, pp. Management? Sustainable Cities and Society,
377--395. vol. 1, no. 1, pp. 45--53.
Feng, Z.-H., Zou, L.-L., &Wei, Y.-M.(2011). The Martinez-Zarzoso, I., &Maruotti, A. (2011).
Impact of Household Consumption on Energy The Impact of Urbanization on CO2 Emissions:
Use and CO2 Emissions in China. Energy, vol. Evidence from Developing Countries.
36, no. 1, pp. 656--670. Ecological Economics, vol. 70, no. 7, pp. 1344-
Ghosh, S.,& Kanjilal, K.(2014). Long-Term -1353.
Equilibrium Relationship between Pachauri, S., &Jiang, L. (2008). The Household
Urbanization, Energy Consumption Energy Transition in India and China. Energy
and Economic Activity: Empirical Evidence Policy, vol. 36, no. 11, pp. 4022--4035.
from India. Energy, vol. 66, pp. 324--331. Parikh, J., &Shukla, V. (1995). Urbanization,
Gu, C., Hu, L., Zhang, X., Wang, X., &Guo, J. Energy Use and Greenhouse Effects in
(2011). Climate Change and Urbanization in Economic Development: Results from A Cross-
The Yangtze River Delta. Habitat National Study of Developing Countries.
International,vol. 35, no. 4, pp. 544--552. Global Environmental Change,vol. 5, no. 2, pp.
Jones, D.W. (1989). Urbanization and Energy Use 87--103.
in Economic Development. The Poumanyvong, P., &Kaneko, S. (2010). Does
Energy Journal, vol. 10, no. 4, pp. 29--44. Urbanization Lead to Less Energy Use and
Jones, D.W. (2004). Urbanization and Energy. Lower CO2 Emissions? A Cross-Country
Encyclopedia of Energy, vol.6, no. 1--6, Analysis. Ecological Economics, vol.70, no. 2,
pp.329--335 pp. 434--444.
16
Pengaruh Urbanisasi terhadap Konsumsi Energi
Pusdatin ESDM. (2013). Indonesia Energy Outlook Wang, M., Che, Y., Yang, K., Wang, M., Xiong,
2013. Pusat Data dan Teknologi Informasi L., &Huang, Y. (2011). A Local-Scale Low-
Energi dan Sumber Daya Mineral -- Carbon Plan Based on the STIRPAT Model
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. and the Scenario Method: The Case of Minhang
District, Shanghai, China. Energy Policy,
Indonesia_Energy_Outlook_2013.pdf vol.39, no. 11, pp. 6981--6990.
Refaniadewi, N. (2014). Analisis Hubungan Wei, B. R., Yagita, H., Inaba, A., &Sagisaka, M.
Konsumsi Energi dan Urbanisasi di Indonesia (2003). Urbanization Impact on Energy
Tahun 1980--2011. Skripsi. Program Studi Ilmu Demand and CO2 Emission in China. Journal
Ekonomi Fakultas Ekonomi dan of Chongqing University, vol. 2, pp. 46--50.
Bisnis Universitas Indonesia, Depok. York, R., Rosa, E.A., &Dietz, T. (2003). STIRPAT,
Satterthwaite, D. (2009). Implications of IPAT and ImPACT: Analytic Tools for
Population Growth and Urbanization for Unpacking the Driving Forces of
Climate Change. Environment and Environmental Impacts. Ecological Economics,
Urbanization, vol. 21, no. 2, pp. 545--567. vol. 46, no. 3, pp. 351--365.
Shi, A. (2003). The Impact of Population Pressure Yusgiantoro, P. (2000). Ekonomi Energi: Teori dan
on Global Carbon Dioxide Emissions, 1975-- Praktik. LP3ES, Jakarta.
1996: Evidence from Pooled Cross-Country Zhang, C., & Lin, Y. (2012). Panel Estimation
Data. Ecological Economics, vol. 44, no. 1, pp. for Urbanization,Energy Consumption, and
29--42. CO2 Emissions: A Regional Analysis in China,
Solarin, S., & Shahbaz, M. (2013). Trivariate Energy Policy, vol. 49, pp. 488--498.
Causality between Economic Growth, Sukirno. (1985). Ekonomi Pembangunan: Proses,
Urbanisation and Electricity Consumption in Masalah dan Dasar Kebijakan. Lembaga
Angola: Cointegration and Causality Analysis. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Energy Policy, vol. 60, pp. 876--884. Indonesia, Jakarta.
Tang, C. F., & Tan, B. W. (2015). The Impact of
Energy Consumption, Income and Foreign
Direct Investment on Carbon Dioxide
Emissions in Vietnam. Energy, vol. 79, pp. 447-
-454.
17
18