ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan induksi elektromagnetik dengan tujuan untuk
membuktikan hukum induksi faraday melalui pengukuran ketergantungan tegangan
induksi dari kepadatan arus, luas induksi dan kecepatan induksi. Pada percoban ini
digunakan suatu alat lengkap dengan konduktornya yang mana konduktor itu akan ditarik
oleh sebuah tali yang ditarik oleh motor yang mana ada variasinya di situ. Dan
mikrovaltmeter akan mencatat tegangan konduktor dari yang semula diam kemudian
bergerak sampai berhenti. Saat motor di jalankan maka konduktor akan mengalami gaya
gerak listrik dan mikrovoltmeter akan mencatat perubahan nilai tersebut. Dalam
percobaan ini digunakan beberapa variasi yaitu pada B (pasang magnet), L (luas
penampang) dan juga variasi pada motor. Dan yang harus dicatat adalah waktu tempuh
konduktor dari diam kemudian bergerak sampai berhenti dan juga waktu perpindahan
yang tercatat di mikrovoltmeter itu sendiri.
(hukum faraday, konduktor, ggl)
Daftar Isi
ABSTRAK................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
2.1 Hukum Lenz...................................................................................................2
2.2 Superkonduktivitas.........................................................................................3
2.3 Hukum Faraday..............................................................................................4
2.4 Persamaan Maxwell.......................................................................................5
2.5 Arus Pusaran (Eddy Current).........................................................................6
BAB III....................................................................................................................7
3.1Alat dan Bahan................................................................................................7
3.2 Cara Kerja......................................................................................................7
BAB IV....................................................................................................................9
4.1 Analisa Data...................................................................................................9
4.2 Grafik...........................................................................................................15
4.3 Pembahasan..................................................................................................17
BAB V....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
RALAT...................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah luput dari penggunaan
listri, terutama di negara yang berkembang saat ini. Awalnya yang belum mengerti
listrik tapi saat ini disetiap rumah sudah memakai listrik, yang paling umum
adalah penggunaan lampu.
Jika terdapat dua magnet yang didekatkan dengan kutup yang berbeda
maka akan tarik menarik yang menyebabkan timbulnya garis-garis magbet di
sekitar magnetnya, sehingga terjadi perubahan medan magnet yang nantinya
menghasilkan arus listrik, hal tersebut dinamakan induksi elektromagnetik.
Induksi elektromagnetik ini digunakan penggerak arus aliran listrik yang
digunakan didalam dinamo yang biasanya digunakan pada lampu
BAB II
(DASAR TEORI)
d
dt
(2.1)
dalam simpal tersebut. Oleh sebab itu, diadakan sebuah percobaan induksi
elektromagnetik dalam kasus ini untuk menetukan suatu simpal yang nol.
Gaya ekstrim terjadi bila hambatan rangkaian sama dengan nol. Maka arus
induksi akan terus mengalir walaupun setelah tge induksi itu telah lenyap, yakni
walaupun setelah magnet itu berhasil berhenti bergerak relative terhadap simpal
tersebut. Kita berterima kasih kepada arus yang terus menerus ada ini , dan
ternyata bahwa fluks yang melalui simpal itu secara eksak sama seperti sebelum
magnet mulai bergerak, sehingga fluks yang melalui sebuah simpal yang
hambatannya nol tida pernah berubah. Material eksotik yang dinamakan
superkonduktor betul-betul mempunyai hambatan nol.
(Hugh D. Young, 2003)
2.2 Superkonduktivitas
Sifat yang paling dikenal dari sebuah seuperkonduktor adalah lenyapnya
semua hambatan listrik secara tiba tiba bila material itu didinginkan di bawah
suhu yang dinamakan suhu kritis, yang dinyatakan oleh Tc. kita telah membahas
perilaku ini dan suasana penemuannya dalam bab sebelumnya. Tetapi
superkonduktivitas adalah sesuatu yang lebih jauh dibandingkan sekedar
ketiadaan hambatan ketika diukur. Superkonduktor juga mempunyai sifat-sifat
magnetic yang luar biasa. Kita akan menyelidiki beberapa dari sifat-sifat ini pada
subbab ini.
Petunjuk pertama dari sifat-sifat magnetic yang tidak biasa adalah
penemuan bahwa untuk sebarang material superkonduktor suhu Tc berubah bila
material itu ditempatkan dalam sebuah medan listrik yang dihasilkan secara
eksternal. Ketergantungan ini untu air raksa, yang merupakan unsur pertama
dimana superkonduktivitas dialami. Jika besarnya medan magnetic bertambah,
peralihan superkonduksi itu terjadi pada suhu pada suhu yang semakin rendah.
Segi lain dari konduktivitas adalah ketidakhadiran lengkap dari medak
magnetik di dalam sebuah material pada fasa superkonduksi. Bila sebuah bola
homogeny yang terbuat dari material diamagnetic normal atau material
paragmagnetik normal ditempatkan dalam medan magnetik. Maka suatu medan di
dalam material itu hamper sama seperti medan di luarnya. (kita memilih bola
karna medan di dalam bola itu akan terbukti homogen, sehingga menghindari
kerumitan yang diasosiasikan dengan bentuk bahan contoh).
Ketidakhadiran medan magnetik di dalam superonduktor dapat dimengerti
berdasarkan arus pusaran yang diinduksi dalam material itu. Hukum Lenz
memperlihatkan
bahwa
arus
ini
selalu
menentang
perubahan
yang
(2.3)
Dan juga fluks magnetic total
B . d A= B d A cos
..
(2.4)
Hukum induksi faraday menyatakan tge( tegangan gerak elektrik) induksi
dalam sebuah simpal tertutup sama dengan negative dari kecepatan perubahan
terhadap waktu dari fluks magnetik yang melalui simpal itu. Dalam simbol,
hukum faraday adalah
=
d
dt
(2.4)
2.4 Persamaan Maxwell
Persamaan Maxwell ini bisa dikatakan dengan gabungan antara hukum
gauss, hukum faraday dan hukum ampere dan juga hukum gauss yang
magnetisme. Maxwell sendiri adalah penemu tentang pergeseran arus yang kita
kaji sebelumnya dan dia tidak menemukan semua persamaan ini sendirian, tetapi
dia menggabungkan persamaan-persamaan tersebut dan dia mengenal pentingnya,
khasnya dalam meramalkan gelombang elektromagnetik.
Dua dari persamaan maxwell melibatkan sebuah integral dari E atau B
pada permukaan tertutup. Yang pertama, tak lain dari hukum gauss untuk medan
listrik yang menyatakan bahwa integral permukaan dari E pada sebarang
permukaan tertutup yang tercakup dalam permukaan :
E . d A=
Q yang tercakup
0
(2.5)
Yang kedua adalah hubungan yang analog dengan hukum Gauss itu untuk
medan magnetik, yang menyataakan bahwa integral permukaan dari B pada
sebarang permukaan tertutup selalu sama dengan nol :
B .d A=0
....
(2.6)
Pernyataa ini berarti, antara lain, bahwa tidak ada monopol magnetik (muatan
magnetik tunggal) yang bertindak sebagai sumber medan magnetik.
Persamaan ketiga adalah hukum Ampere termasuk arus pergeseran, yang
kita bahas dalam subbab sebelumnya. Hukum ini menyatakan bahwa kedua
aruskonduksi dan arus pergeseran adalah fluks listrik, bertindak sebagai sumber
medan magnetik :
d
dt
B . d l= 0 (Hukum Ampere).........................(2.7)
i c+ 0
Yang keempat dan persamaan terakhir adalah hukum faraday, yang dikaji dalam
bab sebelumnya. Hukum itu menyatakan bahwa sebuah medan magnetik atau
fluks magnetik yang berubah-ubah menginduksi sebuah medan listrik :
E .dl=
d
dt
(Hukum Faraday).
(2.8)
Jika terdapat fluks magnetik yang berubah-ubah, maka integral garis dalam
persamaan 2.8 tidak sama dengan nol, yang memperlihatkan bahwa medan E yang
dihasilkan oleh fluks magnetik yang berubah-ubah tidaklah konservatif. Ingatlah
kembali bahwa ingral garis ini harus dilaksanakan pada lintasan tertutup yang
stasioner.
(Giancoli, 2008)
peralatan listik mengandung massa logam yang bergerak dalam medan magnetik
atau yang diletakkan dalam medan magnetik yang berubah-ubah. Dalam situasi
serupa ini kita dapat mempunyai arus induksi yang bersirkulasi di seluruh volume
sebuah material. Karena pola alirannya menyerupai pusaran melingkar dalam
sungai, maka kita menamakannya arus pusaran.
Sebagai contoh kita menggunakan sebuah logam yang berotasi pada
sebuah medan magnetik yang tegak lurus terhadap bidang cakram itu tetapi yang
dibatasi pada bagian yang terbatas dari luar cakram tersebut. Kita dapat
menggunakan hukum Lenz untuk memutuskan mengenai arah arus induksi pada
tetangga. Arus pusaran banyak kegunaan praktis. Cakram mengkilat dalam
perusahaan daya listrik di luar rumah anda berotasi akibat arus pusaran.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain peralatan
induksi dengan konduktor 1 set, pasangan magnet sebanyak 6 pasang, 1 buah
motor eksperimen 100 W, 1 buah alat kemudi dan alat pengatur, dan 1 buah
microvoltmeter.
220 Volt
10
Gambar 3.2.1
Disusun peralatan seperti gambar 3.2.1 dan dihubungkan dengan peralatan
lain. Kemudian, ikatkan senar pancingpada peluncur dan dihubungkan dengan
kopling penarik dan mikrovaltameter diatur pada 104. Lalu, 8 pasang magnet
dipasangkan pada alat induksi dan untuk proporsonalitas dari U dan V, konduktor
dihubungkan sepanjang b= 4 cm dengancara memasukkan penghubung
kortsluiting pada alat peluncur. Tali senar pancing diikatkan pada garis tengah
kumparan kopling yang bergerak terkecil. Motor dihidupkan dan putarannya distel
sehingga tercapai suatu tegangan induksi sebesar 40mV. Pada goyangan yang
mungkin terjadi pada alat penunjuk pengukur, maka dicari harga rata-rata /
menegah. Jumlah motor dipertahankan agar sama dalam waktu melakukanseluruh
percobaan dari bagian.
Percobaan diulangi dengan menggunakan kedua alat kumparan lain
dengan garis tengah kumparan yang berlainan. Kopling bergerak dengan
perbandingan 1:2:4. Untuk proporsionalitas dari U dan b, percobaan dilakukan
dengan menggunakan 8 pasang magnet dan garis tengah alat kumparan maksimal.
Percobaan diulangi namun dengan menggunakan 6,5,4,3, dan 2 pasang
magnet. Untuk proporsionalitas anatara V dan B, percobaan dulakukan dengan
garis tengah alat kumparan yang minimal dan lebar konduktor yang maksimal
pula yaitu b = 4cm dan percobaan diulangi namun dengan menggunakan 6,5,4,3
dan 2 pasang magnet.
11
BAB IV
4.1 Analisa Data
Tabel 4.1
Untuk L(luas penampang) = 2, B (pasang magnet) = 3
Roda Kecil
mV
100
100
100
100
100
t(s)
14.45
14.45
14.45
14.45
14.45
Roda Sedang
mV
t(s)
400
5.81
400
5.81
400
5.81
400
5.81
400
5.81
Roda Besar
mV
800
800
800
800
800
t(s)
1.12
1.12
1.12
1.12
1.12
Roda Besar
mV
600
700
600
700
700
t(s)
1.81
1.81
1.81
1.81
1.81
Tabel 4.2
Untuk L(luas penampang) = 2, B (pasang magnet) = 4
Roda Kecil
mV
200
200
200
200
200
t(s)
9.72
9.72
9.72
9.72
9.72
Roda Sedang
mV
t(s)
400
5.84
400
5.84
400
5.84
400
5.84
400
5.84
Tabel 4.3
Untuk L(luas penampang) = 2, B (pasang magnet) = 5
Roda Kecil
mV
t(s)
Roda Sedang
mV
t(s)
Roda Besar
mV
t(s)
12
100
100
100
100
100
12.15
12.15
12.15
12.15
12.15
300
300
300
300
300
5.55
5.55
5.55
5.55
5.55
600
700
700
600
800
1.68
1.68
1.68
1.68
1.68
Tabel 4.4
Untuk L(luas penampang) = 2, B (pasang magnet) = 6
Roda Kecil
mV
t(s)
300
300
300
300
300
Roda Sedang
mV
t(s)
13.47
13.47
13.47
13.47
13.47
500
500
500
500
500
Roda Besar
mV
t(s)
4.8
4.8
4.8
4.8
4.8
1300
1100
1300
1300
1300
1.67
1.67
1.67
1.67
1.67
Tabel 4.5
Untuk L(luas penampang) = 2,8. B (pasang magnet) = 3
Roda Kecil
mV
t(s)
200
200
200
200
200
Roda Sedang
mV
t(s)
15.65
15.65
15.65
15.65
15.65
500
500
500
500
500
Roda Besar
mV
t(s)
5.38
5.38
5.38
5.38
5.38
1300
1300
1300
1300
1300
1.88
1.88
1.88
1.88
1.88
13
Tabel 4.6
Untuk L(luas penampang) = 2,8. B (pasang magnet) = 4
Roda Kecil
mV
t(s)
100
100
100
100
100
Roda Sedang
mV
t(s)
14.85
14.85
14.85
14.85
14.85
400
400
400
400
400
Roda Besar
mV
t(s)
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
900
900
900
900
900
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
Tabel 4.7
Untuk L(luas penampang) = 2,8. B (pasang magnet) = 5
Roda Kecil
mV
t(s)
200
200
200
200
200
Roda Sedang
mV
t(s)
15.49
15.49
15.49
15.49
15.49
400
400
400
400
400
Roda Besar
mV
t(s)
5.54
5.54
5.54
5.54
5.54
1000
1000
1000
1000
800
1.47
1.47
1.47
1.47
1.47
Tabel 4.8
Untuk L(luas penampang) = 2,8. B (pasang magnet) = 6
Roda Kecil
mV
t(s)
400
Roda Sedang
mV
t(s)
14.88
600
Roda Besar
mV
t(s)
5.57
2000
1.38
14
400
400
400
400
14.88
14.88
14.88
14.88
500
600
600
600
5.57
5.57
5.57
5.57
2000
1500
1900
2400
1.38
1.38
1.38
1.38
Tabel 4.9
Untuk L(luas penampang) = 4. B (pasang magnet) = 3
Roda Kecil
mV
t(s)
300
300
300
300
300
Roda Sedang
mV
t(s)
14.03
14.03
14.03
14.03
14.03
700
700
700
700
700
Roda Besar
mV
t(s)
5.46
5.46
5.46
5.46
5.46
2200
2200
2200
2200
2200
1.53
1.53
1.53
1.53
1.53
Tabel 4.10
Untuk L(luas penampang) = 4. B (pasang magnet) = 4
Roda Kecil
mV
t(s)
300
300
300
300
300
Roda Sedang
mV
t(s)
13.03
13.03
13.03
13.03
13.03
500
500
500
500
500
Roda Besar
mV
t(s)
5.45
5.45
5.45
5.45
5.45
1300
1300
1300
1300
1300
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
15
Tabel 4.12
Untuk L(luas penampang) = 4. B (pasang magnet) = 5
Roda Kecil
mV
t(s)
200
300
200
200
200
Roda Sedang
mV
t(s)
15.05
15.05
15.05
15.05
15.05
500
500
500
500
500
Roda Besar
mV
t(s)
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
1200
1500
1500
1500
1500
1.71
1.71
1.71
1.71
1.71
Tabel 4.13
Untuk L(luas penampang) = 4. B (pasang magnet) = 6
Roda Kecil
mV
400
500
400
400
400
t(s)
13.35
13.35
13.35
13.35
13.35
Roda Sedang
mV
t(s)
800
5.12
900
5.12
1000
5.12
900
5.12
900
5.12
Roda Besar
mV
3200
3000
2900
2700
2700
t(s)
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
16
4.2 Grafik
Grafik 4.1
Grafik terhadap 3 pasang magnet
Grafik 4.2
Grafik terhadap 4 pasang magnet
17
Grafik 4.3
Grafik terhadap 5 pasang magnet
Grafik 4.3
Grafik terhadap 6 pasang magnet
18
4.3 Pembahasan
Pada percobaan induksi elektromagnetik kita menggunakan 3 variasi yaitu
variasi B ( pasang magnet), L ( luas penampang ) dan kecepatan di galvanometer.
Ada variasi pasang magnet yaitu 3,4,5,6 dan luas penampang 2, 2,8 dan 4 dan
yang terakhir ada variasi kecepatan di roda kecil sedang dan roda besar. Dan
ketelitian di voltmeter di kalibrasikan di -0,05 dan juga pada saat tali di kaitkan di
galvanometer harus di eratkan agar tidak terjadi slip dan tidak berjalannya alat
apabila terjadi slip dan yang terakhir pemasangan magnet harus sejajar artinya
apabila magnet di sebelah kiri ada 4 maka di sebelah kanan juga harus ada 4 tidak
boleh lebih tidak boleh kurang. Yang di cari adalah waktu saat besi dari diam
hingga galvanometer
Pada percobaan ini juga bertujuan untuk membuktikan induksi faraday
yang mana cara pengukuran melalui kepadatan arus, luas induksi dan kecepatan
induksi. Banyaknya magnet yang digunakan tentunya akan
mempengaruhi besarnya medan magnet dan mempengaruhi
besarnya kepadatan arus yang terjadi pada fluks tersebut.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan. Dapat diketahui
bahwasannya banyak magnet, kecepatan konduktor melewati
medan magnet dan luasan konduktor yang digunakan sangat
mempengaruhi besarnya tegangan induksi itu sendiri. Dan
berbanding lurus untuk setiap pertambahannya. Hal ini sesuai
dengan rumusan pada Hukum Induksi Faraday dan Hukum
Lorrentz.
19
BAB V
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Charles W. Keenan, Donald C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood.1992. Kimia Untuk
Univesitas.Jakarta: Erlangga
Douglas C. Giancoli. 2008.Physics For Scientists & Engineers. USA. Pearson
Education, Inc
Hugh D. Young, Roger A. Freedman. 2003. Fisika Universitas. Jakarta. Erlangga
Bambang Murdaka Eka, Tri Kuncoro P. 2002. Fisika Dasar. Yogyakarta. Andi
21
RALAT
Tabel ralat percobaan dengan 3 pasang magnet dengan
jarak 2 cm dengan roda kecil.
mVmV
m
100
100
100
100
100
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
nisbi
keseksam
aan
0
0
0
0
0
100
0.000
0%
100.0000
%
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
22
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
23
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
24
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
keseksam
aan
0%
100%
mV(tmutla
m
tr)^2
k
nisbi
-20
400
80
6400
-20
400
-20
400
-20
400
8000
20
9%
keseksam
aan
91%
keseksam
aan
95%
25
keseksam
aan
100%
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
26
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
27
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
mVm
20
-80
20
20
20
(tmutla
tr)^2
k
nisbi
400
6400
400
400
400
8000
20
3%
keseksam
aan
97%
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
28
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
29
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
keseksam
aan
0%
100%
mV(tmutla
m
tr)^2
k
nisbi
-60
3600
40
1600
-60
3600
40
1600
40
1600
24.49
12000
49
4%
keseksam
aan
96%
mV(tmutla
keseksam
m
tr)^2
k
nisbi
aan
-80
6400
20
400
20
400
-80
6400
120 14400
37.416
28000
57
6%
94%
30
keseksam
aan
97%
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
0%
keseksam
aan
100%
mVm
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
nisbi
keseksam
aan
0
0
0
0
0
31
900
0%
100%
mVm
40
40
40
40
-160
(tmutla
tr)^2
k
nisbi
1600
1600
1600
1600
25600
32000
40
4%
keseksam
aan
96%
keseksam
aan
93%
nisbi
keseksam
aan
32
2200
2200
2200
2200
0
0
0
0
0
0
0
0%
100%
(ttr)^2
0
0
0
0
0
mutla
k
0
0
0
0
0
0
nisbi
keseksam
aan
0%
100%
mV(tmutla
m
tr)^2
k
nisbi
-240 57600
60
3600
60
3600
60
3600
60
3600
72000
60
4%
keseksam
aan
96%
nisbi
keseksam
aan
33
3000
2900
2700
2700
2900
100
0
-200
-200
10000
0
40000
40000
18000
0
94.868
33
3%
97%
34