Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kita akan melihat bahwa bila medan listrik dan medan magnet berubah-ubah terhadap waktu.,
maka ternyata, medan-medan ini dihubungkan satu sama lain di dalam suatu pola yang
mengagumkan. Medan magnetik yang berubah-ubah menghasilkan medan listrik induksi dan
medan listrik yang berubah-ubah menghasilkan medan magnet induksi. Salah satu
konsekuensi besar dari efek-efek ini adalah adanya gelombang elektromagnetik yang
bergerak dengan laju cahaya.Seperti yang kita lihat, Oersted menemukan di dalam tahun1820
bahwa arus listrik menghasilkan medan magnetik. Michael Faraday (1971-1867), seorang
fisikawan dan kimiawan yang belajar sendiri, menerka bahwa medan magnet dapat juga
menghasilkan aru listrik. Dia mendapatkan bahwa hal ini tidak terjadi jika sebuah simpa (wire
loop) dan sebuah magnet kedua-duanya stasioner. Akan tetapi, dia menemukan di dalam
tahun 1831 bahwa bila medan magnet melalui sebuah simpal berubah-ubah maka sebuah arus
akan diinduksi di dalam simpal tersebut.
Fenomena ini, yang dinamakan hukum Faraday, dapat dilukiskan dengan sebuah koil
kawat yang dihubungkan ke sebuah baterai dan sebuah simpal kawat terpisah kedua yang
diikatkan ke sebuah ammeter. Bila saklarnya ditutup, ammeter menunjukkan bahwa sebuah
arus terjadi buat sementara di dalam simpal kedua; jika saklar itu dibuka kembali, maka
sebuah arus di dalam arah yang berlawanan akan diamati dalam waktu singkat. Dengan
menggunakan simpal lebih jauh dari koil itu atau dengan mereduksi luasnya dengan
membengkokkan kawat.
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara
reaksi kimia dengan arus listrik. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam bernagai keperluan
manusia, seperti keperluan sehari-hari dalam skala rumah tangga dan industri-industri besar
seperti industry yang memproduksi bahan-bahan kimia organic maupun anorganik, farmasi,
polimer dan bidang analisis.

1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui efisiensi Faraday dan energy efisiensi dari Electrolyzer.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari Electrolyzer.
3. Untuk mengetahui aplikasi percobaan.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB II

DASAR TEORI

Hukum induksi Faraday, yang merupakan salah satu dari persamaan-persamaan dasar
elektromagnrtisma, adalah berbeda di dalam hal bahwa ada sejumlah ekerimen sederhana dari
mana hukum tersebut dapat dan telah dideduksi secara langsung. Eksperimen-ekperimen seperti
itu dilakukan oleh Michael Faraday di Inggris di tahun 1831 dan oleh Joseph Henry di Amerika
Serikat pada waktu yang kira-kira bersamaan.
Terminal-terminal (ujung-ujung) sebuah koil yang dihubungkan kepada sebuah
galvanometer. Biasanya kita tidak akan mengharapkan alat ini menunjukkan penyimpangan
karena kelihatannya tidak ada tegangan gerak elektrikk (electromotive force) di dalam rangkaian
ini, tetapi jika kita mendorong sebuah magnet batang ke dalam koil tersebut, dengan kutub
utaranya menghadap pada koil, maka terjadi sesuatu yang sangat mengagumkan. Ketika magnet
sedang bergerak, galvanometer menunjukkan penyimpangan, yang memperlihatkan bahwa
sebuah arus telah dihasilkan didalam koil tersebut. Jika kita memegang magnet tersebut didalam
kedudukan tetap (stasioner) terhadap koil tersebut, maka galvanometer tidak menyimpang. Jika
kita menggerakkan magnet menjauhi koil tersebut, maka galvanometer menyimpang lagi, tetapi
didalam arah yang berlawanan, yang berarti bahwa arus didalam koil mengalir didalam arah yang
berlawanan. Jika kita menggunakan ujung kutub selatan sebuah magnet sebagai ganti dari ujung
kutub utara, maka eksperimenbekerja seperti yang dijelaskan tetapi penyimpangan-
penyimpangannya adalah kebalikan dari yang tadi.
Eksperimen selanjutnya memperlihatkan bahwa apa yang penting disini adalah gerakan
relative magnet dan koil. Tidak ada perbedaan apakah kita menggerakan magnet menuju koil atau
koil menuju magnet. Arus yang muncul didalam percobaan (eksperimen) ini dinamakan arus
imbas (induced current) dan dikatakan akan dihasilkan oleh sebuah tegangan gerak elektrik
imbas (induced electromotive force). Perhatikan bahwa tidak ada baterrai didalam rangkaian
tersebut. Faraday mampu menyimpulkan dari eksperimen seperti ini hukuum yang memberikan
besar dan arah medan.
Jika kita memegang magnet tersebut didalam kedudukan tetap (stasioner) terhadap koil
tersebut, maka galvanometer tidak menyimpang. Jika kita menggerakkan magnet menjauhi koil
tersebut, maka galvanometer menyimpang lagi, tetapi didalam arah yang berlawanan, yang
berarti bahwa arus didalam koil mengalir didalam arah yang berlawanan. Jika kita menggunakan
ujung kutub selatan sebuah magnet sebagai ganti dari ujung kutub utara, maka eksperimenbekerja
seperti yang dijelaskan tetapi penyimpangan-penyimpangannya adalah kebalikan dari yang
tadi.Didalam sebuah eksperimen lain digunakan alat lain. Koil-koil ditempatkan bersama-sama
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

saling berdekatan tetapi berada didalam keadaan diam terhadap satu sama lain. Bila kita menutup
kontak pengubung switch, yang berarti bahwa sebuah arus tetap mengalir didalam koil yang
sebelah kanan, maka galvanometer menyimpang lagi buat sementara, tapi didalam arah yang
berlawanan.
Faraday mempunyai pengertian untuk merasakan bahwa perubahan fluks ɸ𝐵 untuk koil
kiri didalam eksperimen terdahulu adalah merupakan factor bersama yang penting. Fluks ini
dapat dihasilkan oleh sebuah magnet batang atau sebuah simpal arus. Hukum induksi Faraday
menyatakan bahwa tegangan gerak elektrik imbas ɛ didalam sebuah rangkaian adalah sama
(kecuali tanda negatifnya) dengan kecepatan perubahan fluks yang melalui rangkeaian tersebut.
Jika kecepatan perubahan fluks dinyatakan didalam weber/sekon, maka tegangan gerak elektrik ɛ
akan dinyatakan di dalam volt. Di dalam bentuk persamaan
𝑑ɸ𝐵
ɛ=− ………………………………………………………………………………(2.1)
𝑑𝑡

Inilah hukm induksi Faraday (Faraday’s Law induction). Tanda negative tersebut adalah
suatu petunjuk mengenai arah tegangan gerak elektrik imbas. Kepada sebuah koil yang N lilitan,
maka sebuah tegangan gerak elektrik muncul di dalam setiap lilitan dan semua tegangang gerak
elektrik ini harus dijumlahkan. Jika koil tersebut dililit dengan begitu eratnya sehingga setiap
lilitan dapat dikatakan menempati daerah yang sama dari ruang, maka fluks yang melalui setiap
liluitan akan sama besarnya. Fluks yang melewati setiap lilitan adalah juga sama untuk toroida
(ideal) dan solenoid (ideal). Tegangan gerak elektrik imbas di dalam semua alat seperti itu adalah
diberikan oleh
𝑑ɸ𝐵 𝑑(𝑁ɸ𝐵 )
ɛ = −𝑁 =ɛ=− ,……………………………………………………………(2.2)
𝑑𝑡 𝑑𝑡

dimana 𝑁ɸ𝐵 mengukur apa yang dinamakan tautan fluks (flux linkages) di dalam alat tersebut.
Ada dua cara di dalam mana kita bisa membuat fluks yang melalui sebuah rangkaian berubah dan
dengan demikian mengimbas sebuah tegangan elektrik di dalam rangkaian ter. (Halliday, 1978)
Kita telah melihat bahwa benda bermuatanyang diam dapat mengalami gaya listrik dan bahwa
benda bermuatanyang bergerak dapat mengalami gaya listrik dan gaya magnetik. Akan tetapi,
belum menemukan suatu situasi di dalam mana gaya listrik dan kemagnetan telah muncul sebagai
fenomena-fenomena yang pada pokoknya berbeda.
Kita akan melihat bahwa bila medan listrik dan medan magnet berubah-ubah terhadap
waktu., maka ternyata, medan-medan ini dihubungkan satu sama lain di dalam suatu pola yang
mengagumkan. Medan magnetik yang berubah-ubah menghasilkan medan listrik induksi dan
medan listrik yang berubah-ubah menghasilkan medan magnet induksi. Salah satu konsekuensi
besar dari efek-efek ini adalah adanya gelombang elektromagnetik yang bergerak dengan laju
cahaya.Seperti yang kita lihat, Oersted menemukan di dalam tahun1820 bahwa arus listrik
menghasilkan medan magnetik. Michael Faraday (1971-1867), seorang fisikawan dan kimiawan
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

yang belajar sendiri, menerka bahwa medan magnetdapat juga menghasilkan aru listrik. Dia
mendapatkan bahwa hal ini tidak terjadi jika sebuah simpa (wire loop) dan sebuah magnet kedua-
duanya stasioner. Akan tetapi, dia menemukan di dalam tahun 1831 bahwa bila medan magnet
melalui sebuah simpal berubah-ubah maka sebuah arus akan diinduksi di dalam simpal tersebut.
Fenomena ini, yang dinamakan hukum Faraday, dapat dilukiskan dengan sebuah koil
kawat yang dihubungkan ke sebuah baterai dan sebuah simpal kawat terpisah kedua yang
diikatkan ke sebuah ammeter. Bila saklarnya ditutup, ammeter menunjukkan bahwa sebuah arus
terjadi buat sementara di dalam simpal kedua; jika saklar itu dibuka kembali, maka sebuah arus di
dalam arah yang berlawanan akan diamati dalam waktu singkat. Dengan menggunakan simpal
lebih jauh dari koil itu atau dengan mereduksi luasnya dengan membengkokkan kawat, maka
akan menghasilkan arus di dalam arah yang sama, seperti yang dihasilkan dengan membuka
saklar. Dengan merotasikan simpal itu sehingga bidangnya tidak horizontal juga akan
menginduksi sebuah arus.
Pengkajian Faraday menyebabkannya untuk mengamati bahwa sifat tunggal yang utama
di dalam fenomena dan di dalam fenomena-fenomena yang lain adalah terjadinya perubahan
“banyaknya” medan magnetic yang lewat melalui di dalam mana arus yang diinduksi. Sebagai
contoh misalkan kita membilang banyaknya garis magnetic yang lewat melalui garis simpal dari
gambar. Maka sebuah arus akan diinduksi di dalam simpal itu bila suatu perubahan terjadi di
dalam banyaknya garis yang memotong luas simpal tersebut. Suatu perubahan seperti itu tewrjadi
di dalam setiap situasi yang baru saja kita jelaskan.
Jadi, fluks magnetic adalah hasil kali dari luas dan komponen Bn dari medan magnetik
yang normal terhadap simpal itu. Perhatikan bahwa fluks sebanding dengan luas, karena luas
yang lebih besar mempunyai garis yang lewat melalui nya. Factor cos tetha menunjukkan bahwa
jumlah maksimum dari garis B akan lewat melalui lus itu bilan n parallel denagn B, dan
banyaknya garis ini akan berkurang sampai tidak ada garis yang lewat melalui simpal itu bila
theta = 90. Kita akan segera melihat bahwa perubahan fluks magnetiklah yang paling langsung
dihubungkan terhadapa garis induksi.
Fenomena ini, yang dinamakan hukum Faraday, dapat dilukiskan dengan sebuah koil
kawat yang dihubungkan ke sebuah baterai dan sebuah simpal kawat terpisah kedua yang
diikatkan ke sebuah ammeter. Bila saklarnya ditutup, ammeter menunjukkan bahwa sebuah arus
terjadi buat sementara di dalam simpal kedua; jika saklar itu dibuka kembali, maka sebuah arus di
dalam arah yang berlawanan akan diamati dalam waktu singkat. Dengan menggunakan simpal
lebih jauh dari koil itu atau dengan mereduksi luasnya dengan membengkokkan kawat, maka
akan menghasilkan arus di dalam arah yang sama, seperti yang dihasilkan dengan membuka
saklar. Dengan merotasikan simpal itu sehingga bidangnya tidak horizontal juga akan
menginduksi sebuah arus.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Hukum Faraday sekarang dpat dituliskan di dalam fluks magnetic. Misalkan bahwa fluks
magnetic melalui sebuah simpal diubah sebanyak delta p. Hukum faraday mengatakan bahwa
TGE yang diinduksi di dalam rangkaian sama dengan kecepatan perubahan rata-rata fluks
tersebut. Tanda minus menunjukkan arah TGE induksi dan arus induksi, seperti yang dapat
dilihat di dalam contoh. Perhatikan bahwa hukum Faraday hanya mengandung kecepatan
perubahan dari fluks dan tidak bergantung pada bagaiman fluks itu dicapai. Hal ini konstinten
dengan menjauhkan simpal dengan mereduksi luas simpal, atau dengan merotasikan simpa
tersebut semuanya akan menghasilkan efek kualitatif yang sama seperti efek yang dihasilkan
dengan mereduksi medan itu; semuanya ini akan mengakibatkan reduksi fluks.
Dengan memakai kaedah tangan kanan, kita menempatkan ibu jari kita sepanjang arus;
jari-jari kita memperlihatkan bahwa arus itu menghasilakan sebuah medan yang arahnya ke
dalam halaman gambar di bagian dalam simpal. Ini berarti bahwa medan di sebelah dalam simpal
yang ditimbulkan oleh arus induksi itu berada di dalam arah yang sama seperti medan semula dan
cenderung melambatkan reduksi medan dan fluks. Sebagai contoh, jika di dalam B mengarah ke
dalam halaman dan semakin bertambah maka arus induksi akan menghasilkan sebuah medan
yang mengarah keluar dari halaman gambar, sehingga arus itu harus berlawanan arah dengan
arah perputaran jarum jam. Pengamatan bahwa medan yang ditimbulkan oleh arus induksi selalu
menentang perubahan fluks dinamakan hukum Lenz. Di dalam memecahkan soal-soal, sering kali
lebih mudah menggunakan hukum Lenz untuk mencari arah arus induksi daripada terus
mengikuti secara teliti tanda minus di dalam pemakaian hukum Faraday. Akan tetapi, kita harus
mengingat bahwa perubahan fluks lah, dan bukanlah fluks, yang dilawan. (Kane, 1988)
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia
dengan arus listrik. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam bernagai keperluan manusia, seperti
keperluan sehari-hari dalam skala rumah tangga dan industri-industri besar seperti industry yang
memproduksi bahan-bahan kimia organic maupun anorganik, farmasi, polimer dan bidang
analisis.
Penggunaan elektrokimia diantaranya adalah: (a) Sel galvani yaitu sel yang didasarkan
pada reaksi kimia yang dapat menghasilkan arus listrik , seperti baterai, aki dan sel bahan
bakar(fuel cell). (b) Sel elektrolisis, yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang
memerlukan arus listrik. Contoh penggunaan sel elektrolisis yaitu; (1) Elektrodeposisi adalah
pengendapan logam di permukaan elektroda. Teknik ini digunakan untuk pembuatan bahan
nanoteknologi, electroplating, pencegah korosi, perhiasan dan asesoris mobil. (2) Elektroanalisis
adalah aplikasi elektrolisi untuk analisis, seperti; polarografi, vootometri. (3) Elektrosintesis
adalah sintesis senyawa organic dan anorganik dengan cara elektrolisis. Teknik ini dapat
mengatasi beberapa kelemahan sintesis dengan cara biasa. Beberapa senyawa organic dapat dapat
disintesis dengan cara elektrosintesis antara lain asam asetat, adiponitril.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari tiga komponen penting yaitu anoda, katoda
dan elektrolit. Anoda adlah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi, elektroda adlah
konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian atau media non-logam dari sebuah
sirkuit. Pada sel galvani dan sel elektrolisis, anoda adalah tempat berlangsungnya reaksi oksidasi.
Katoda merupakan elektroda yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya.
Perbedaan sel galvani dengan sel elektrolisis, sel elektrokimia minimal terdiri dari dua
elektroda, yaitu anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, sedangkan pada katoda
terjadi reaksi reduksi. Secara umum terdapat dua jenis sel dalam elktrokimia aitu sel galvani dan
sel elektrolisis. Penguraian limbah organic dan anorganik. Penguraian limbah dengan teknik ini
lebih efisien dan hemat energi. Hasil akhir dari penguraian limbah organic adalah air dan gas
CO2, sedangkan limbah anorganik seperti logam-logam akan terendapkan di katoda. Logam yang
sudah terendapkan di katoda, dapat dipisahkan dengan melarutkan logam tersebut dalam asam
kuat, kemudian dipisahkan menjadi logam murni melalui pengendapan.
Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk dapat berlangsungnya
reaksi kimia. Pada sel elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara spontan tetapi melalui
perbedaan potensial yang dipicu dari luar system. Anoda berfungsi sebagai elektroda bermuatan
positif dan katoda bermuatan negative, sehingga arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel
ini terdiri dari: (1) sumber arus searah yang dihubungkan dengan (2) kawat penghantar pada (3)
dua buah elektroda (katoda dan anoda), kedua ujung elektroda dicelupkan dalam bejana yang
berisi (4) cairan elektrolit. Elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif berfungsi sebagai
anoda, sedangkan katoda adalah elektroda yang dihubungkan dengan kutub negative.
Elektoda yang digunakan di dalam sel elektrolisis terdiri dari dua jenis yaitu :Elektroda
inert, adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi baik sebagai katoda maupun anoda, sehingga
dalam sel elektrolisis yang mengisi reaksi redoks adalah elektrolit sebagai zat terlarut dan atau air
sebagai pelarut contohnya adalah karbon (C) dan platina (Pt).Elektroda tidak inert atau elektroda
aktif, yaitu elektroda yang ikut bereaksi, terutama jika digunakan sebagai anoda, dapat
mengalami reaksi oksidasi. Contohnya adalah Fe, Al, Cu, Zn, Ag dan Au. Penggunaan jenis
elektroda sangat menentukan reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis.Elektrolisis larutan
denganelektroda inert, reaksi yang terjadi di anoda dan katoda adalah sebagai berikut:
1. Reaksi di katoda. (a) Kation logam dari golongan IA,IIA,IIIA, Aluminium dan Mn tidak
dapat tereduksi dalam pelarut air, sehingga air yang mengalami reaksi reduksi sebagai
berikut :
2𝐻2 𝑂 + 2𝑒 − → 𝐻2 + 2𝑂𝐻 − …………………………………………………………...(2.3)
(b) Kation H+ dan logam selain golongan IA, IIA, IIIA, Aluminium (Al) dan Mangan
(Mn) dapat tereduksi sebagai berikut:
2𝐻 + + 2𝑒 − → 𝐻2 ……………………………………………………………………....(2.4)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

𝐹𝑒 2+ + 2𝑒 − → 𝐹𝑒……………………………………………………………………...(2.5)
2. Reaksi di anoda. (a) Anion sisa asam oksi(𝑆𝑂42− , 𝑁𝑂3− , 𝑃𝑂43− , 𝐶𝑙𝑂4− ) tidak dapat
teroksidasi dalam pelarut air, sebagai gantinya aiar yang menagalami oksidasi sebagai
berikut:
2𝐻2 𝑂 → 4𝐻 + + 𝑂2 + 4𝑒 − ……………………………………………………………(2.6)

b. Anion lain (𝑂𝐻 − , 𝐶𝑙 − , 𝑆 2− , 𝐵𝑟) mengalami oksidasi:


2𝑂𝐻 − → 2𝐻 + + 𝑂2 + 2𝑒 − ……………………………………………………………(2.7)
Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis dengan elektroda aktif biasanya terjadi pada
anoda. Anoda mengalami reaksi oksidasi dan diikuti oleh reaksi reduksi di katoda.
elektrolisis dengan elektroda aktif biasanya menggunakan elektrolit garam, basa, atau
oksida dari anoda. katoda yang digunakan disesuaikan dengan tujuan elektrolisis.
Misalkan elektolisis untuk melapisi logam Au, maka anoda yang digunakan adalah Au
dan elektrolitnya adalah 𝐴𝑢𝐶𝑙3 . elektolisis demikian dapat digunakan untuk pemurnian
logam ata pelapisan logam.
Sel elektrolisis banyak digunakan untuk memisahkan beberapa logam seperti Na, Cu, Au,
Ag, Ni, dan lain-lain. Cirri-ciri khusus dari sel elektrolisis ialah: Reaksi redoks tidak spontan,
Reaksi dijalankan dengan tambahan energy,danΔG > 0, 𝐸𝑠𝑒𝑙 bernilai negative.Sel elektrolisis
adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk dapat berlangsungnya reaksi kimia. Pada sel
elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara spontan tetapi melalui perbedaan potensial yang
dipicu dari luar system. Anoda berfungsi sebagai elektroda bermuatan positif dan katoda
bermuatan negative, sehingga arus listrik mengalir dari anoda ke katoda.
Medan magnetik yang berubah-ubah menghasilkan medan listrik induksi dan medan
listrik yang berubah-ubah menghasilkan medan magnet induksi. Salah satu konsekuensi besar
dari efek-efek ini adalah adanya gelombang elektromagnetik yang bergerak dengan laju
cahaya.Faraday mempunyai pengertian untuk merasakan bahwa perubahan fluks ɸ𝐵 untuk koil
kiri didalam eksperimen terdahulu adalah merupakan factor bersama yang penting. Contoh
penggunaan sel elektolisis addalah pada produksi gas hydrogen dari air. Salah satu contoh
penggunaan sel elektrolisis adalah pemecahan air menjadi gas hydrogen dan oksigen. Gas
oksigen yang dapat digunakan untuk menjalankan reaksi pada sel bahan bakar. Reaksi oksidasi di
anoda akan menghasilkan gas oksigen, sedangkan reaksi reduksi di katoda akan menghasilkan
gas hydrogen. Reaksi oksidasi di anoda akan menghasilkan gas oksigen.Potensial dari
keseluruhan reaksi adalah -1.23 V. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai potensial dari
reaksi elektrolisis air adalah sebesar 1,23 V. Tanda negative pada potensial menunjukkan bahwa
reaksi berlangsung secara tidak spontan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan gas hydrogen dan
oksigen dari air secara teori diperlukan potensial -1,23 V. (Riyanto, 2013)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Fungsi


1. Modul surya
Fungsi : sebagai sumber energi yang akan diubah menjadi energi listrik
2. Elektrolyzer
Fungsi:untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik
3. Ammeter
Fungsi : untuk mengukur arus
4. Voltmeter
Fungsi : untuk mengukur tegangan
5. Lampu (120 watt) sebanyak 2 buah
Fungsi : sebagai sumber cahaya
6. Tabung
Fungsi : sebagai wadah (tempat) bahan yaitu air distilas atau aquades
7. Klip tabung
Fungsi : untuk menutup silinder penyimpanan hidrogen
8. Stop watch
Fungsi : untuk mengukur waktu
9. Penggaris
Fungsi : untuk mengukur jarak antara solar sell dengan lampu
10. Cok sambung
Fungsi : untuk menyambungkan peralatan denga sumber arus listrik (PLN)
11. Kabel penghubung (sebanyak 3 kabel hitam, 2 kabel merah)
Fungsi : sebagai penghubung antara peralatan
12. Kaca mata hitam
Fungsi : untuk melindungi mata dari cahaya lampu.
13. Adaptor
Fungsi: mengubah tegangan AC menjadi DC.
14. Botol berisi air terdistilasi
Fungsi: sebagai bahan yang diuji
15. Sumber Arus PLN
Fungsi: sebagai sumber arus.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.2 Bahan Dan Fungsi


1. Air distilas (Aquades)
Fungsi : Digunakan sebagai sampel yang akan di elektrolisis sehingga menghasilkan
Hidrogen.

3.3 Prosedur Percobaan


1. Disiapkan peralatan dan bahan.
2. Dirangkai alat:
 dengan menghubungkan kutub positif solar modul ke positif elektrolyzer dengan
kabel penghubung berwarna merah.
 Dihubungkan kutub positif elekrolyzer ke kutub positif voltmeter dengan kabel
penghubung berwarna merah.
 Dihubungkan kutub negatif solar modul ke kutub negatif ammeter dengan kabel
penghubung berwarna hitam.
 Dihubungkan kutub negatif elekrolyzer ke kutub positif ammeter dengan kabel
penghubung berwarna hitam.
 Dihubungkan kutub negatif elektrolyzer ke kutub negatif voltmeter dengan kabel
penghubung berwarna hitam.
3. Diisi air distilasi pada tabung silinder gas penyimpanan electrolyzer dan dipastikan
sampai ke tanda 0 ml.
4. Ditutup silinder penyimpanan hidrogen dengan klip tabung.
5. Diatur jarak antar lampu dengan modul surya sejauh 30 cm.
6. Dihidupkan lampu bersamaan dengan stopwatch.
7. Setelah 3 menit dilihat penunjukkan ammeter, voltmeter dan volume pada tabung
kemudian dicatat hasil pengukurannya.
8. Dilakukan percobaan yang sama untuk waktu 5 menit, 10 menit, 15menit dan 20 menit.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.4 Skema Rangkaian


LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Data Percobaan


Jarak : 30 cm

Waktu (menit) Tegangan (V) Arus (A) Volume (ml)


5 2,10 0,68 2
10 2,08 0,72 4
15 2,07 0,74 6
20 2,06 0,74 8

Medan, 18 Mei 2018


Asisten Praktikan

(Suri Khairunnisa) (Heni Meilanda)


LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

4.2 Analisa Data


1. Menentukan efisiensi Faraday electrolyzer
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
𝜂𝐹 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘
Dimana Volume H2 teoritik = 23,88ml
 Untuk t = 300 sekon
2 𝑚𝑙
𝜂𝐹 = = 0,083
23,88 𝑚𝑙

 Untuk t = 600 sekon


4 𝑚𝑙
𝜂𝐹 = = 0,167
23,88 𝑚𝑙

 Untuk t = 900 sekon


6 𝑚𝑙
𝜂𝐹 = = 0,251
23,88 𝑚𝑙

 Untuk t = 1200 sekon


8 𝑚𝑙
𝜂𝐹 = = 0,335
23,88 𝑚𝑙

2. Menentukan efisiensi energi electrolyzer.


𝐻0 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
𝜂𝐸 =
𝑉. 𝐼. 𝑡
Dimana H0 = 11,920 𝑘𝑗⁄𝑚3
 Untuk t = 300 sekon
11,920 𝑘𝑗⁄𝑚3 × 2 𝑚𝑙
𝜂𝐸 =
2,10 𝑉 × 0,68 𝐴 × 300 𝑠
11,92 × 103 𝑗⁄𝑚3 × 2 × 10−6 𝑚3
=
2,10 𝑉 × 0,68 𝐴 × 300 𝑠
0,0238
=
428,4
= 0,55 × 10−4

 Untuk t = 600 sekon


11,920 𝑘𝑗⁄𝑚3 × 4 𝑚𝑙
𝜂𝐸 =
2,08 𝑉 × 0,72 𝐴 × 600 𝑠
11,92 × 103 𝑗⁄𝑚3 × 4 × 10−6 𝑚3
=
2,08 𝑉 × 0,72 𝐴 × 600 𝑠
0,0477
=
898,56
= 0,53 × 10−4
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

 Untuk t = 900 sekon


11,920 𝑘𝑗⁄𝑚3 × 6 𝑚𝑙
𝜂𝐸 =
2,07 𝑉 × 0,74 𝐴 × 900 𝑠
11,92 × 103 𝑗⁄𝑚3 × 6 × 10−6 𝑚3
=
2,07 𝑉 × 0,74 𝐴 × 900 𝑠
0,0715
=
1378,62
= 0,52 × 10−4

 Untuk t = 1200 sekon


11,920 𝑘𝑗⁄𝑚3 × 8 𝑚𝑙
𝜂𝐸 =
2,06 𝑉 × 0,74 𝐴 × 1200 𝑠
11,92 × 103 𝑗⁄𝑚3 × 8 × 10−6 𝑚3
=
2,06 𝑉 × 0,74 𝐴 × 1200 𝑠
0,0954
=
1829,28
= 0,52 × 10−4
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

4.3 Gambar Percobaan

Sumber arus PLN

voltmeter

ammeter

Modul
surya
Klip tabung

elektrolyzer

Lampu PAR
120 watt
penggaris

Kabel corong
penghubung Tabung
aquades
Kacamata
hitam stopwatch Cok sambung
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

4.4 Gambar Percobaan


LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan, nilai efisiensi Faraday adalah :
 Untuk t = 300 sekon
2 𝑚𝑙
𝜂𝐹 = = 0,083
23,88 𝑚𝑙

 Untuk t = 600 sekon


4 𝑚𝑙
𝜂𝐹 = = 0,167
23,88 𝑚𝑙

 Untuk t = 900 sekon


6 𝑚𝑙
𝜂𝐹 = 23,88 𝑚𝑙
= 0,251

 Untuk t = 1200 sekon


8 𝑚𝑙
𝜂𝐹 = = 0,335
23,88 𝑚𝑙

Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar waktu yang terpakai maka volume hidrogen
yang terpakai akan semakin banyak, oleh karena hal itu besar efisiensi faraday akan
semakin tinggi.
Dan dari percobaan, nilai efisiensi energi electrolyzer adalah :
 Untuk t = 300 sekon
𝜂𝐸 = 0,55 × 10−4
 Untuk t = 600 sekon
𝜂𝐸 = 0,53 × 10−4
 Untuk t = 900 sekon
𝜂𝐸 = 0,52 × 10−4
 Untuk t = 1200 sekon
𝜂𝐸 = 0,52 × 10−4

2. Prinsip kerja dari electrolyzeradalah dengan memanfaatkan energi cahaya yang


dipaparkan ke panel surya, kemudian panel surya mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik yang dipakai untuk memecah molekul-molekul air (H2O) pada tabung yang terisi
air terdistilasi. Molekul-molekul air tersebut terpecah menjadi H2 dan O2 yang kemudian
akan dialirkan ke electrolyzer dan akan dikonversikan menjadi energi listrik yang akan
terbaca pada voltmeter dan ammeter.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3. Aplikasi dari percobaan :


a. Pendeteksi kemurnian Air
Salah satu pengaplikasian dari electrolyzer adalah digunakan untuk mendeteksi
kemurnian air, dimana alat ini dapat mengetahui seberapa bersih air yang ingin
dideteksi dari hasil endapan air tersebut didasar tabung electrolyzer sehingga kita dapat
mengatahui apakah air itu layak dikonsumsi atau tidak.
b. Pemurnian logam
Pemurnian adalah suatu proses untuk merubah logam kotor menjadi logam dengan
kemurnian tinggi. Pemurnian dengan elektrolisis, Sel elektrolitik yang dipakai harus
terbuat dari anoda logam kotor (logam yang akan dimurnikan), sedangkan katode
terbuat dari logam murni yang dilapisi lapisan tipis grafit agar logam murni yang
dihasilkan mudah dilepas, sedangkan elektrolit yang digunakan adalah larutan garam
dari logam yang akan dimurnikan. Selama elektrolisis berlangsung logam kotor
sebagai anodaakan larut, sedangkan logam murni akan diendapkan pada katoda.
Pemurnian dengan cara ini hanyalah dapat dilakukan untuk logam-logam yang
keelektropositifannya rendah seperti Cu, Sn, Pb, Au, Zn, Cr, dan Ni. Jadi metode ini
digunakan untuk logam yang tidak bereaksi dengan air, mudah dioksidasi pada anoda,
dan mudah direduksi pada katoda.
b. Penyepuhan Logam
Suatu produk dari logam agar terlindungi dari korosi (perkaratan) dan terlihat lebih
menarik seringkali dilapisi dengan lapisan tipis logam lain yang lebih tahan korosi dan
mengkilat. Salah satu cara melapisi atau menyepuh adalah dengan elektrolisis. Benda
yang akan dilapisi dipasang sebagai katoda dan potongan logam penyepuh dipasang
sebagai anoda yang dibenamkan dalam larutan garam dari logam penyepuh dan
dihubungkan dengan sumber arus searah. Contoh: untuk melapisi sendok garpu yang
terbuat dari baja dengan perak, maka garpu dipasang sebagai katoda dan logam perak
dipasang sebagai anoda, dengan elektrolit larutan AgNO3.
c. Elektroplatting
Elektroplatting adalah aplikasi elektrolisis pada pelapisan suatu logam atas logam yang
lain. Teknik ini bisa dipakai untuk memperbaiki penampakan dan daya tahan suatu
logam. Contohnya, suatu lapisan tipis logam chromium pada bemper baja mobil untuk
membuatnya menarik dan melindunginya dari karat. Pelapisan emas dan perak
dilakukan pada barang-barang perhiasan yang berasal dari bahan-bahan logam yang
murah. Berbagai lapisan-lapisan tipis logam tersebut ketebalannya berkisar antara 0,03
s/d 0,05 mm.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

d. Pembuatan Aluminium
Bauksit adalah biji aluminium yang mengandung Al2O3-.Untuk mendapatkan
aluminium, bijih tersebut dimurnikan dan Al2O3 nya dilarutkan dan didisosiasikan
dalam larutan elektrolit.Pada katoda, ion-ion aluminium direduksi menghasilkan logam
yang terbentuk sebagai lapisan tipis dibagian bawah wadah elektrolit.Pada anoda yang
terbuat dari karbon, ion oksida teroksidasi menghasilkan O2 bebas.
Reaksinya adalah Al3+ + 3e- → Al(l) (katoda)
2O2- → O2(g) + 4 e-(anoda)
4Al3+ + 6O2- → 4Al(l) + 3O2(g)(Hasil)

5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan selanjurnya memahami prosedur percobaan yang akan dilakukan.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya teliti dalam mengamati tegangan, arus, dan volume yang
ditunjukkan oleh voltmeter, ammeter, dan electrolyzer.
3. Sebaiknya praktikan selanjutnya teliti dalam melihat waktu dengan tepat yang digunakan
dalam electrolyzer.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, D. 1984. FISIKA EDISI KETIGA JILID KEDUA. Jakarta: Erlangga


Halaman: 339-341
Kane, Joseph W. 1988. “FISIKA”. John Wiley &Son : New York.
Halaman : 884 – 889.
Riyanto, 2013. “ELEKTROKIMIA DAN APLIKASINYA”. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Halaman : 1-19

Medan, 18 Mei 2018


Asisten, Praktikan,

(Suri Khairunnisa) (Heni Meilanda)

Anda mungkin juga menyukai