Anda di halaman 1dari 51

KONSELING DASAR ADIKSI

NAPZA
MI-4

TUJUAN PEMBELAJARAAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
konseling dasar adiksi Napza.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Menjelaskan cara membangun hubungan klien - konselor
Menjelaskan tahap-tahap perubahan perilaku dan
wawancara motivasional

Menjelaskan dan menerapkan teknik dasar konseling adiksi


Napza
Menjelaskan dan menerapkan teknik mengatasi resistensi

Pokok Bahasan
1. Membangun Hubungan Klien - Konselor
2. Tahap perubahan perilaku & wawancara motivasional

3. Teknik dasar konseling Napza


4. Teknik mengatasi resistensi

Pokok Bahasan 1:
Membangun Hubungan Klien
- Konselor

Fakta
Konseling adiksi Napza dalam tata laksana terapi
gangguan penggunaan Napza (GPN) merupakan hal yang
sangat penting
Konseling berhubungan secara signifikan dengan
perubahan perilaku positif
Hasil konseling sangat tergantung pada hubungan antara
klien dengan konselor
Prinsip dasar konseling adiksi Napza sama dengan prinsip
dasar konseling secara umum tetapi fokus pada berbagai
isu terkait masalah gangguan penggunaan Napza

Tugas konselor dalam konseling


adiksi Napza
Memfasilitasi
Mengajarkan
Mendukung

Tujuan konseling
1. Membantu kemampuan klien untuk
mengambil keputusan yang bijaksana dan
realistis
2. Menuntun perilaku klien agar mampu
mengemban konsekuensi yang
ditimbulkannya
3. Memberikan informasi dan edukasi

Bagaimana agar konseling


berjalan optimal?
Konselor perlu membuat klien merasa
nyaman sehingga tumbuh rasa percaya klien
pada konselor
Hubungan konselor dan klien perlu bersifat
terapeutik, hingga dapat memfasilitasi
suatu perubahan perilaku

Bagaimana membangun hubungan


baik klien konselor?
Bersikap hangat
Mampu menjadi pendengar yang baik

Mampu berempati
Tidak bersikap menghakimi (judgemental)
Bertanggungjawab
Tulus

Fleksibel

Sejauh apa hubungan klien


konselor dpt dibina?
Harus dipertahankan dalam konteks
hubungan profesional. Karena itu penting
untuk:
1. Menetapkan batasan perilaku
2. Mengklarifikasi berbagai harapan & memberikan
aturan tentang peran konselor
3. Melindungi konselor, klien dan mitra kerja
lainnya

Menetapkan batasan perilaku


Hindari hubungan ganda (dual relationship):
Sosial
Bisnis
Finansial
Apabila hubungan ganda tdk dpt dihindari,
upayakan untuk meminimalisasi
keterlibatan konselor

Pokok Bahasan 2: Tahapan


Perubahan Perilaku &
Wawancara Motivasional

TAHAP PERUBAHAN PERILAKU


Prochaska, John C. Norcross & Carlo C.
DiClemente :
Tahap Pra-perenungan (precontemplation)
Tahap Perenungan (contemplation)
Tahap Persiapan (preparation)
Tahap Aksi (action)
Tahap Mempertahankan (maintenance)
Kekambuhan (recycling and relapse)

Manfaat mengetahui tahap


perubahan:
Memahami tahap kesiapan klien
Mengetahui respon yang tepat dalam
memfasilitasi klien agar bergerak ke tahap
kesiapan yg selanjutnya

15

Tahap-tahap Perubahan

1. Pre-Contemplation
6. Relapse

2. Contemplation

5. Maintenance
3. Preparation
4. Action

(Source: Prochaska & DiClemente, 1982; 1986)

Konselor dapat memberi informasi tentang efek ketergantungan Napza, bahaya yang berhubungan dengan ketergantungan Napza.
Konselor membangkitkan keinginan klien untuk sebuah gaya hidup yang berbeda, mengidentifikasikan hambatan untuk pemulihan dan membantu

Pre-contemplation
Saya tidak mempunyai
masalah.

Tugas konselor:
Memberi informasi lebih lanjut tentang Napza
Bangkitkan keinginan klien utk perubahan gaya hidup
Identifikasi hambatan / dukungan utk pemulihan

16

Contemplation

17

Mungkin saya mempunyai


masalah.

Contemplation
Tugas konselor:
Memberikan dukungan
Memberikan umpan balik
Menghargai perjuangan
klien

PreContemplation

18

Preparation
Saya harus
melakukan sesuatu.

Preparation

Contemplation
Tugas konselor:
Membantu klien utk berubah
Identifikasi hambatan yg ada
Bantu klien utk perencanaan
perubahan

PreContemplation

19

Action
Action

Preparation

Tugas konselor:
Bantu klien utk patuh
pd rencana terapi
Identifikasi kekuatan
klien
Mengembangkan
strategi penyelesaian
masalah

Saya siap
memulai.

Contemplation

PreContemplation

107

Maintenance

20

Bagaimana
saya
meneruskan?

Action

Maintenance
Preparation

Contemplation

PreContemplation

Tugas konselor:
Identifikasi situasi
risiko tinggi
Fasilitasi
ketrampilan
pemecahan
masalah

21

Relapse
Action
Maintenance

Relapse

Preparation

Contemplation

Apa yang
salah?

PreContemplation

Tugas konselor:
Bantu klien hadapi
ambivalensi
Evaluasi komitmen
utk berubah
Identifikasi
hambatan

Wawancara motivasional
Dikembangkan oleh Miller & Rollnick (1991)
sebagai metode wawancara untuk asesmen
gangguan penggunaan Napza
Dasar wawancara motivasional : memahami
tahapan perubahan perilaku

Sangat efektif untuk bagi klien yg dlm tahap


pra-perenungan dan perenungan

Wawancara motivasional
Tujuan:
Menggali pandangan klien atas masalahnya
Mendukung perubahan dgn menghindari
label
Meyakinkan klien bahwa tgjawab
pengambilan keputusan adalah diri klien
sendiri

Prinsip wawancara motivasional


1. Mengekspresikan empati
2. Membangun kesenjangan (develop discrepancy)

3. Menghindari argumentasi
4. Dukungan keyakinan diri (self efficacy)
5. Ketrampilan khusus:
OARS
Berbicara tentang perubahan

OARS
Open ended questions (pertanyaan terbuka)
Affirmations (penegasan)
Reflective Listening (mendengarkan dengan
cara merefleksikan)
Summarizing (membuat kesimpulan)

Berbicara mengenai perubahan


Mengenali kerugian bila tetap
menyalahgunakan Napza
Mengenali manfaat bila tidak
menyalahgunakan Napza
Menyampaikan optimisme tentang
perubahan
Menyampaikan tujuan untuk perubahan

Wawancara motivasional sesuai


tahapan
Perenungan:
Normalisasi sikap ambivalen
Bantu klien untuk berubah:
Hubungkan manfaat & kerugian
Kaji nilai2 personal klien terkait perubahan
Klien bebas ambil keputusan

Dorong klien berdayakan diri


Simpulkan pernyataan motivasi diri

Wawancara motivasional sesuai


tahapan
Pra perenungan:
Bina hubungan baik
Bangkitkan keraguan ttg penggunaan zatnya:
Eksplorasi alasan datang berobat atau peristiwa
buruk yg pernah dialami sebelumnya
Timbulkan persepsi bahwa masalah yg dialami
mungkin berhubungan dg penggunaan zatnya
Beri informasi berbasis bukti ttg risiko penggunaan
zat

Wawancara motivasional sesuai


tahapan
Persiapan (preparation):

Perjelas tujuan & strategi klien utk berubah


Berikan beberapa menu utk berubah / terapi
Beri saran apabila klien setuju
Negosiasi kontrak perilaku
Identifikasi dukungan sosial utk pemulihan
Identifikasi masalah & solusi yg menghambat
proses pemulihan

Wawancara motivasional sesuai


tahapan
Aksi:
Dukung klien
Dukung upaya perubahan melalui langkah
kecil tp realistis
Identifikasi kesulitan dlm tahap awal
perubahan
Kenali situasi risiko tinggi
Bantu klien mengenali dukungan keluarga /
sosial

Wawancara motivasional sesuai


tahapan
Rumatan (maintenance):
Bantu klien identifikasi kegiatan yg
mendukung pemulihan
Dukung perubahan gaya hidup klien
Afirmasi kemampuan klien dlm pemulihan
Pertahankan kontak utk dukungan
Bantu klien menerapkan strategi pencegahan
kambuh
Tinjau rencana jangka panjang

Wawancara motivasional sesuai


tahapan
Kekambuhan:
Bantu klien masuk kembali dlm lingkaran
perubahan
Eksplorasi makna & kenyataan kekambuhan
sebagai lesson learned
Bantu klien cari strategi alternatif
pemecahan masalah
Pertahankan kontak utk dukungan

Pokok Bahasan:
Prinsip Dasar Konseling

Kriteria konseling
Fokus pada masalah klien.
Percakapan dua arah.

Terstruktur: menyambut, membahas, membantu


menetapkan pilihan, mengingatkan.
Bertujuan membantu klien untuk mengenal dirinya

Memerlukan kemampuan melakukan komunikasi


interpersonal
Dilakukan dalam suasana yang menjamin rasa aman dan
nyaman

Lama & frekuensi konseling


Lama: 30 60 menit
Frekuensi: minimal 8 kali pertemuan dengan
jeda seminggu sekali

Ketrampilan dasar konseling


Mendengar aktif
Mengajarkan

Tujuan mendengar aktif


Membangun dan mempertahankan hubungan baik
(rapport)
Membantu klien merasa lebih dekat.
Membantu klien untuk mengekspresikan perasaan.
Menciptakan pengetahuan yang saling mendukung
antara klien dengan konselor

Penghambat mendengar aktif


Bersikap reaktif secara emosional
Berpikir bagaimana merespons klien sementara klien
masih berbicara
Memberikan perhatian pada berbagai hal yang ada di
sekitar kita
Adanya sikap praduga yang ada dalam pikiran kita
Berpikir tentang masalah kita sendiri

Melamun

Komponen mendengar aktif


Hadir
Parafrase
Refleksi perasaan:
1. Refleksi sederhana
2. Refleksi yang diamplifikasi (amplified
reflection)
3. Refleksi dua sisi (double-sided reflection)

Rangkuman

Refleksi sederhana
Adalah mendengarkan isi pembicaraan klien dan
mengamati perilaku klien. Sangat bermanfaat untuk
membina hubungan baik.
Contoh:
Klien: saya belum ingin berhenti dalam waktu
dekat
Konselor: jadi anda belum siap untuk tidak pakai
napza saat ini

Refleksi yg diamplifikasi
Adalah menambahkan atribut pada refleksi sederhana
tetapi tidak dalam bentuk yang sarkastik.
Mohon hati-hati untuk tidak menggunakan bentuk
refleksi ini pada tahap awal dan hati-hati apabila klien
merasa tdk nyaman
Contoh:
Klien: saya tahu saya buat salah, tapi tuntutan orangtua
kan juga nggak masuk akal
Konselor: hmm...sepertinya anda tidak bisa menerima
tuntutan apapun

Refleksi Dua Sisi


Adalah menerima apa yang diucapkan klien, tetapi juga
mengutarakan apa yang pernah dikatakan klien
sebelumnya. Bentuk refleksi ini juga tidak sesuai pada
tahap-tahap awal konseling.
Contoh:
Klien: kenapa sih harus berhenti? Orang kalo nggak pernah
coba-coba make tuh gampang tua, gak menikmati hidup

Konselor: sebentar....jadi menurut anda dengan make itu


artinya bagian dari cara menikmati hidup ya?. Tapi minggu
lalu anda bilang bahwa anda capek dan merasa menyianyiakan waktu dengan kehidupan kayak begini

Mengajarkan klien
Yang harus diperhatikan:
Mempraktekkan ketrampilan baru yg berguna
bagi pemulihan adalah hal yang penting
Konselor harus memberikan kesempatan yg cukup
(baik waktu maupun frekuensi) bagi klien untuk
mempraktekkan ketrampilan tersebut
Praktek akan berguna bila klien melihat ada nilai
tambah dr perilaku barunya tersebut

Dalam memberikan umpan balik..


Konselor perlu:
Menjelaskan bahwa ketrampilan baru dpt
meningkatkan kesejahteraan klien dlm arti luas
Menjelaskan pd klien bahwa praktek ketrampilan
baru perlu dimonitor dg seksama
Mengeksplorasi pengalaman klien dlm
menerapkan tugas tersebut
Memberikan dukungan / reward terhadap hal-hal
yg sudah dicapai klien sekecil apapun perubahan
tersebut

Pokok Bahasan 4:
Teknik Mengatasi Resistensi

Bentuk resistensi
Resistensi sering hadir ketika klien berada
dlm tahap praperenungan atau perenungan
Bentuknya:
Mendebat
Menyela/ menginterupsi
Menyangkal
Mengabaikan

Prinsip dasar mengatasi


resistensi:
Hindari argumentasi
Tidak bersikap menghakimi & tetap
menghargai klien

Mendorong klien utk tetap mengemukakan


pendapatnya & tetap bertahan dlm proses
pemulihan

Strategi mengatasi resistensi


Disebut sebagai bergulir dengan resistensi (rolling with
resistance)
Teknik:
Mendengar reflektif

Memindahkan fokus pembicaraan (shift the focus)


Menyetujui dengan berputar (agreeing with twist)
Mengubah kerangka pikir (reframing)
Menekankan pilihan dan kontrol personal (own choice)

Kasus 1 :
Andi (22 th) adalah seorang pekerja freelance. Datang
pertama kali ke layanan karena disuruh oleh
keluarganya. Andi rata2 dugem 2-3x setiap minggu
bersama teman2nya, mereka mengkonsumsi shabu dan
kadang juga mengkonsumsi alkohol. Andi sebenarnya
merasa tidak masalah dengan penggunaan zatnya ini,
tapi keluarga dan pacarnya mulai komplain dan marah
dengan kebiasaannya ini. Saat ini beberapa temannya
sudah ada yang ditangkap petugas pada saat dugem,
jadi mereka berharap mendapatkan kartu sakti wajib
lapor yang membebaskan mereka bila tertangkap suatu
saat nanti.

Video Konseling
Peserta latih menonton video konseling
setelah menonton video konseling kemudian peserta
berdiskusi apa yang harus dan tidak boleh dilakukan
pada saat proses konseling berjalan

Kasus 2 :
Budi adalah pasien lama RS A, sudah mengikuti program terapi
untuk ketergantungan amfetamin. Budi rutin datang seminggu
sekali. Saat ini kadang-kadang masih menggunakan ekstasi 2 - 3
kali seminggu terutama saat memiliki masalah dengan istrinya.
Budi sudah berusaha untuk menghentikan namun tetap merasa
belum bisa terutama bila sedang merasa sangat sedih. Dia juga
minum kamlet namun tidak rutin setiap hari. Budi sangat
bimbang apakah dia harus berhenti menggunakan ekstasi atau
tidak karena dia tahu dengan penggunaannya itu bisa
menghancurkan keluarganya. Setelah beberapa kali terapi, Budi
mencoba untuk bekerja kembali, walaupun tidak setiap hari
dan sudah berusaha untuk mengurangi pemakaian ekstasi. Saat
ini yang mendukung dirinya adalah ibunya. Hal yang membuat
dia mau berjuang untuk tidak menggunakan ekstasi dan kamlet
lagi adalah ia merasa memiliki tanggung jawab sebagai seorang
bapak.

Anda mungkin juga menyukai