Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan
antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. (Kemenkes RI, 2015)
Menurut Hendrik L Bloom (1986). Derajat Kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : keturunan, lingkungan, perilaku dan
pelayanan kesehatan.Status kesehatan tercapai secara optimal, bila mana keempat
faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula
(Notoadmodjo, 2003)
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah
paradigma pembangunan global yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi
Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New
York pada bulan September 2000.

Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menandatangani


deklarasi MDGs, Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta
menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan program pembangunan nasional baik
jangka pendek, menengah,dan panjang. Salah satu dari delapan sasaran MDGs
yaitu pengendalian penyakit menular. Tujuan-tujuan MDGs tersebut adalah
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk
semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS,
malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup,
serta mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.(Kompasiana)
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang
masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada
tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /
1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010
menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering
terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(CFR 1,74 %.) (Buletin Jendela Data dan Informasi Kemenkes RI, 2011)

Dari sekitar 9,6 juta total penduduk DKI Jakarta, diperkirakan 390 ribu
diantaranya menderita diare, perkiraan ini dihitung dengan berdasarkan angka
morbiditas diare nasional, yaitu 411 per 1.000 jumlah penduduk. Angka perkiraan
jumlah kasus dapat dijadikan sebagai target cakupan layanan kasus diare. Di
Jakarta Barat sendiri memiliki 93.788 target penemuan diare dan 52.975 cakupan
layanan diare.
Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat jumlah kasus
diare pada tahun 2013 mencapai 1100 kasus, sedangkan tahun 2014 meningkat
2,2% dari tahun 2013 mencapai 1213 kasus dan tahun 2015 meningkat lagi
10,27% dari tahun 2013 mencapai 1240 kasus .Berdasarkan data tersebut dapat
kita lihat kasus diare di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
terdapat peningkatan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan untuk menekan angka kejadian / kesakitan diare sudah
dilakukan baik didalam ataupun diluar gedung. Dengan menyediakan leaf let,
brosur-brosur tentang pencegahan diare, tetapi angka kejadian /kesakitan masih
tetap tinggi.
1.2

Rumusan Masalah
Angka kejadian diare di Indonesia masih tinggi dan CFR nya masih tinggi

2,7 %. Di Jakarta sendiri angka kejadian diare juga tinggi dari sekitar 9,6 juta total
penduduk DKI Jakarta, diperkirakan 390 ribu diantaranya menderita diare. Di
Puskesmas Grogol Petamburan sendiri Kejadian diare pada balita tahun 2013
sebanyak 1100 kasus dan naik hingga 10,27 % pada tahun 2015 sebanyak 1240
kasus. 10 peneliti terakhir masih belum selalu lengkap menyebutkan ada
hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare dan masih

ada kontrofersi antara pengetahuan, pendidikan dan jamban yang sehat dengan
kejadian diare. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian hubungan
perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di poli
manajemen terpadu balita sakit di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Kota Jakarta Barat tahun 2016.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan, maka dirumuskan pertanyaan
penelitian yaitu :
a. Apakah terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare
pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat tahun 2016
b. Apakah terdapat hubungan penggunaan botol susu dengan kejadian diare
pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat tahun 2016
c. Apakah terdapat hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare
pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat tahun 2016
d. Apakah terdapat hubungan kebiasaan membuang tinja dengan kejadian
diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat tahun 2016
e. Apakah terdapat hubungan kebiasaan menggunakan air yang bersih
dengan kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
f. Apakah terdapat hubungan penggunaan jamban yang sehat dengan
kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat tahun 2016

g. Apakah terdapat hubungan jarak sumber air dengan jamban dengan


kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
h. Apakah terdapat hubungan makan buah dan sayur dengan kejadian diare
pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat tahun 2016
i. Apakah terdapat hubungan memberantas jentik nyamuk dengan kejadian
diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat tahun 2016
j. Apakah terdapat hubungan tidak merokok didalam rumah dengan kejadian
diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat tahun 2016
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dan hubungan

antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian diare di Poli
MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan tahun 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian


diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
b. Diketahuinya hubungan penggunaan botol susu dengan kejadian
diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
c. Diketahuinya hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian
diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat tahun 2016

d. Diketahuinya hubungan kebiasaan membuang tinja dengan


kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
e. Diketahuinya hubungan kebiasaan menggunakan air yang bersih
dengan kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
f. Diketahuinya hubungan penggunaan jamban yang sehat dengan
kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
g. Diketahuinya hubungan jarak sumber air dengan jamban dengan
kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
h. Diketahuinya hubungan makan buah dan sayur dengan kejadian
diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
i. Diketahuinya hubungan memberantas jentik nyamuk dengan
kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
j. Diketahuinya hubungan jarak tidak merokok didalam rumah
dengan kejadian diare pada balita di Poli MTBS Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2016
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat khususnya para kaum ibu, pemerintah dan penulis sendiri.
a. Bagi Masyarakat
Dengan adanya program hidup bersih dan sehat yang telah
direncanakan

oleh

pemerintah,
6

berarti

dapat

mengetahui

bahwa

pemerintah sangat mementingkan kesehatan bagi masyarakat terhadap


balita, dan hal itu telah dibuktikan dengan didirikannya pusat-pusat
kesehatan masyarakat baik diperkotaan maupun di pedasaan. Secara tidak
langsung masyarakat dapat meningkatkan pola hidup bersih dan sehat
ketingkat yang lebih baik.
b. Bagi Pemerintah
Lebih menyadari bahwa semakin tinggi angka kematian yang
diderita oleh balita dalam masyarakat, maka di harapkan akan lebih
meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan khususnya bagi para balita.
Karena ada harapan yang panjang di tangan mereka demi majunya dunia
kesehatan Indonesia.

c. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini dapat dikatakan sebagai suatu usaha bagi
penulis untuk memperoleh dan mengembangkan baik secara teoritis
maupun secara praktis.
Dalam penelitian ini, penulis akan terjun langsung kelokasi dimana
permasalahannya berada, penulis akan melakukan wawancara langsung
dengan masyarakat yang bersangkutan khususnya bagi para ibu tentang
permasalahanyang akan diteliti. Disini penulis akan mencari penyebab
masalah dan berusaha untuk menemukan solusi dalam permasalahan

tersebut.

Sehingga

akan

ditemukan

suatu

hasil

yang

nantinya

akanmembawa manfaat bagi semua pihak dan dibuat suatu kesimpulan


akhir dari permasalahan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai