Anda di halaman 1dari 19

46

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

Pendekatan Penelitian
Rancangan penelitian dengan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel
tersebut menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan
secara bersamaan dalam waktu yang bersamaan.
Sebagai variabel independen adalah umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, status gizi, status imunisasi BCG, merokok, dan
pengetahuan, sedangkan variabel dependen adalah pasien penyakit TB Paru di
Puskesmas wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur tahun 2016.
Keuntungan menggunakan metode Cross Sectional ini adalah memudahkan
peneliti untuk melakukan dan efisien karena tidak memerlukan tindak lanjut.
Subyek yang diamati sekali saja dalam satu waktu selama penelitian
berlangsung serta pengambilan data dilakukan sekaligus ada suatu saat (point
time approach) dan tidak memberikan perlakuan terhadap responden.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


4.2.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas wilayah Kecamatan Cipayung
Kota Jakarta Timur tahun 2016 yang dilaksanakan dengan pertimbangan
pemilihan lokasi karena selama ini belum pernah dilakukan penelitian

47

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit TB Paru di


tempat tersebut.
4.1.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016

4.3

Instrumen Penelitian
Jenis instrument yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner yang dibuat
oleh peneliti dengan mengacu pada teori dan konsep. Kuesioner yang berisi
pertanyaan terstruktur untuk mengukur masing-masing variabel yang diteliti,
yaitu karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, status gizi, status imunisasi BCG, merokok, dan pengetahuan)
terhadap penyakit TB Paru di Puskesmas wilayah Kecamatan Cipayung Kota
Jakarta Timur tahun 2016. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner
modifikasi dari penelitian Faris Muaz (2014) dan Theresia Novitasari (2015).

4.4. Populasi dan Sampel Penelitian


4.4.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah semua pasien
penyakit TB Paru di ke Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota
Jakarta Timur selama periode pengumpulan data dan memenuhi kriteria
inklusi, diikutsertakan dalam penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi
dengan menggunakan kuesioner terstruktur setelah responden mendapatkan
layanan kesehatan.

48

4.4.2 Sampel
Pada penelitian ini menggunakan total sampling, artinya sampel yang
digunakan adalah seluruh populasi yang ada. Kriteria retriksi responden:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini:
1) Pasien di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta
Timur tanpa melihat riwayat pengobatan sebelumnya.
2) Bersedia menjadi subjek untuk penelitian ini dan menandatangani
informed consent.
3) Saat diteliti, subjek sedang dalam keadaan sadar penuh.
b. Kriteria eksklusi
1) Subjek membatalkan partisipasi dalam penelitian.
4.4.2.1 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Z2 1- /2 {p1(1-p1)+p2(1-p2)}
n = -----------------------------------------------d2
n = besar sampel
Z2 1- /2 = nilai distribusi normal (tabel Z) pada derajad kemaknaan
(0,05 = 95% = 1,96)
p1

= perbesaran proporsi pada populasi 1


(populasi TB dari penelitian Iriyanti = 50%)

p2

= perbesaran proporsi pada populasi 2

49

(populasi TB dari penelitian Theresia = 60%)


d

= kesalahan yang dapat ditolerir (10% = 0,1)

Hasil perhitungan sampel :

1,962 {0,5 (1-0,5) + 0,6 (1-0,6)}


n = -----------------------------------------------0,12
n = 110 sampel

Berdasarkan rumus sampel diatas didapatkan jumlah sampel


sebesar 110 sampel.

4.5 Tehnik Pengumpulan Data


Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling dimana
dalam pengambilan sampel didasarkan pada kunjungan ke rumah pasien TB
Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur saat
pertama kali peneliti melakukan penelitian hingga sampel yang diambil
terpenuhi sesuai dengan besaran sampel yang diharapkan.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Data
primer yaitu data yang diambil dari sumbernya langsung yang dirumuskan
melalui kuesioner dan diisi langsung oleh responden yang menyangkut tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru di Puskesmas

50

wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur tahun 2016. Setelah kuisioner
diisi oleh pasien kemudian di koreksi kembali oleh peneliti untuk melihat
kelengkapan jawaban dari pasien.

4.6 Analisis Data


4.6.1 Pengolahan Data
Sebelum analisis data maka dilakukan pengolahan data terlebih dahulu
menggunakan bantuan komputer yaitu menggunakan aplikasi program
statistik. Secara lebih lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Editing
Yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan

pengisian

kuesioner dan konsistensi jawaban dengan pertanyaan.


b. Coding
Yaitu melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang akan
diteliti, dengan tujuan untuk mempermudah pada saat melakukan
analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Untuk
memudahkan dalam pengolahan data, maka setiap jawaban dari
kuesioner yang telah disebarkan diberi kode sesuai dengan karakter
masing-masing, sebagai berikut:
1) Umur
Umur responden diukur dengan menggunakan kuesioner dan
dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Non Produktif, (Apabila umur responden <15 tahun atau umur


>58 tahun).

: Produktif, (Apabila umur responden >15 tahun sampai umur 58


tahun).

2) Jenis kelamin

51

Jenis kelamin responden diukur dengan menggunakan kuesioner dan


dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Laki-laki (Apabila responden berjenis kelamin laki-laki sesuai


dengan identitas yang tertera di KTP responden).

: Perempuan (Apabila responden berjenis kelamin perempuan


sesuai dengan identitas yang tertera di KTP responden).

3) Pendidikan
Pendidikan responden diukur dengan menggunakan kuesioner dan
dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Rendah (Apabila responden Tidak Sekolah, Tidak Tamat SD,


Tamat SD, Tidak Tamat SMP, Tamat SMP, Tidak Tamat
SMA/SMK/Sederajat)

: Tinggi (Tamat SMA/SMK/Sederajat, Tidak Tamat PT, Tamat PT,


Lain-lain)

4) Status pekerjaan
Status pekerjaan responden diukur dengan menggunakan kuesioner
dan dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Tidak Bekerja (Apabila responden Pengangguran, Ibu Rumah


Tangga)

: Bekerja (Apabila responden Petani, Peternak, Pegawai swasta,


PNS, TNI/POLRI, Wiraswasta, Lain-lain)

5) Penghasilan
Penghasilan responden diukur dengan menggunakan kuesioner dan
dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Penghasilan < UMR (Apabila responden Tidak Berpenghasilan


dan memiliki penghasilan Rp 500.000, Rp 1.000.000, Rp
1.500.000, Rp 2.000.000)

: Penghasilan UMR (Apabila responden memiliki penghasilan


Rp 2.500.000, Lain-lain)

52

6) Status Gizi
Status gizi responden diukur dengan menggunakan kuesioner dan
dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: IMT < 18,5 (Apabila responden memiliki indeks massa tubuh


kurang dari 18,5).

: IMT 18,5 (Apabila responden memiliki indeks massa tubuh


lebih dari atau sama dengan 18,5).

7) Status Imunisasi BCG


Status Imunisasi BCG responden diukur dengan menggunakan
kuesioner dan dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Tidak diimunisasi (Apabila responden tidak pernah mendapat


imunisasi BCG).

: Imunisasi (Apabila

responden pernah mendapat imunisasi

BCG).
8) Perilaku Merokok
Perilaku merokok responden diukur dengan menggunakan kuesioner
dan dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Merokok (Apabila responden pernah melakukan kebiasaan


merokok).

: Tidak Merokok (Apabila responden tidak pernah melakukan


kebiasaan merokok).

9) Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur dengan menggunakan kuesioner dan
dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Buruk/Kurang (Apabila skor jawaban benar diperoleh < 75%


dari nilai total maksimal).

: Baik (Apabila skor jawaban benar diperoleh 75% dari nilai


total maksimal).

10) Kepadatan Hunian

53

Kepadatan hunian responden diukur dengan menggunakan kuesioner


dan dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:
1

: Padat (Apabilla responden menempati pemukiman rumah yang


luasnya 10 m2/ 1 orang).

: Tidak padat (Apabilla responden menempati pemukiman rumah


yang luasnya > 10 m2/ 1 orang).

11) Pencahayaan Hunian


Pencahayaan

hunian

responden

diukur

dengan

menggunakan

kuesioner dan dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu:


1

: Gelap (Apabila pemukiman tempat tinggal responden


memerlukan alat penerangan untuk membaca pada siang hari di
dalam rumah).

: Terang (Apabila pemukiman tempat tinggal responden tidak


memerlukan alat penerangan untuk membaca pada siang hari di
dalam rumah).

c. Prosesing

Setelah semua isian kuesioner telah terisi penuh dan benar serta telah
melewati tahap pengkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses
data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara
mengentry data dari kuesioner ke paket program komputer.
d. Cleaning
Yaitu pengecekan kembali data yang sudah di-entry, apakah ada
kesalahan atau tidak. Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan
komputer menggunakan program komputer dan diinterpretasikan lebih
lanjut.
d.6.2 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung

54

dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata,
median dan standar deviasi. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data tersebut dalam
bentuk persentase dengan rumus :
P = F/n x 100%
Keterangan : P = Persentase
F = Jumlah frekuensi kategorik
n = responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penyakit TB Paru di Puskesmas Wilayah
Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Penyakit
TB Paru Positif
TB Paru Negatif
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Faktor Umur Terhadap Penyakit TB Paru


di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung
Tahun 2016
Umur
Non Produktif
Produktif
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Faktor Jenis Kelamin Terhadap Penyakit


TB Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Faktor Pendidikan Terhadap Penyakit TB


Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Pendidikan
Rendah
Tinggi

Jumlah

Persentase

55

TOTAL
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Faktor Pekerjaan Terhadap Penyakit TB
Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Pekerjaan
Tidak Bekerja
Bekerja
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Faktor Penghasilan Terhadap Penyakit TB


Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Penghasilan
Penghasilan < UMR
Penghasilan UMR
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Faktor Status Gizi Terhadap Penyakit TB


Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Status Gizi
Kurang
Cukup Baik
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Faktor Status Imunisasi BCG Terhadap


Penyakit TB Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Status Imunisasi BCG
Tidak Imunisasi
Imunisasi
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Faktor Perilaku Merokok Terhadap Penyakit


TB Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Perilaku Merokok
Merokok
Tidak Merokok
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Faktor Pengetahuan Terhadap Penyakit


TB Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016

56

Pengetahuan
Buruk/Kurang Baik
Baik
TOTAL

Jumlah

Persentase

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan Terhadap Penyakit


TB Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
No

Pertanyaan Pengetahuan

Baik
N

Apakah

Bapak/Ibu/Sdr

tentang TBC ?
Seperti apa gejala TBC yang Bapak/Ibu/Sdr

3
4
5
6

ketahui ?
Menurut Bapak/Ibu/Sdr apakah penyebab TBC ?
Apakah penyakit TBC penyakit yang menular ?
Kalau ya, bagaimana cara penularannya ?
Menurut Bapak/Ibu/Sdr apakah penyakit TBC

dapat disembuhkan ?
Bila dapat disembuhkan,

penyembuhannya ?
Menurut Bapak/Ibu/Sdr

pencegahan TBC yang dilakukan ?


Menurut Bapak/Ibu/Sdr apakah OAT (Obat Anti

10

TBC) didapatkan secara cuma-cuma/gratis ?


Bila ya, bagaimana bisa didapatkan OAT (Obat

11

Anti TBC) tersebut ?


Apakah Bapak/Ibu/Sdr

tahu

Puskesmas

pengobatan

terdapat

pernah

Buruk
n

mendengar

bagaimana
bagaimana

bahwa

cara
cara

di
dan

pemeriksaan gratis TBC ?


TOTAL
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Faktor Kepadatan Hunian Terhadap
Penyakit TB Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Kepadatan Hunian
Padat

Jumlah

Persentase

57

Tidak Padat
TOTAL
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Faktor Pencahayaan Hunian Terhadap
Penyakit TB Paru di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Tahun 2016
Pencahayaan Hunian
Gelap
Terang
TOTAL

Jumlah

Persentase

d.6.3 Analisis Bivariat


Dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji perbedaan proporsi/persentase
antara beberapa kelompok data katagorik dengan katagorik menggunakan Uji
Chi Square melalui aplikasi perangkat lunak di komputer.
Hasil uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan Ho ditolak atau

Ho diterima (gagal ditolak) dengan ketentuan apabila P Value

(0,05) maka

Ho ditolak, artinya ada hubungan antarvariabel. Jika P Value >

(0,05) maka

Ho gagal ditolak, artinya tidak ada hubungan antar variabel.


Rumus Chi-Square sebagai berikut :

Xh2=

(OiEi)
______
Ei

=1
df = (b-1)(k-1)

Keterangan

: X2
0

= Chi kuadrat
= Nilai Observasi

58

= Nilai Harapan

df

= Derajat Kebebasan

= Jumlah Baris

= Jumlah Kolom

Tabel 4.14 Hubungan antara Umur dengan Penyakit TB Paru di Puskesmas


Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016
Variabel

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA -

Independen

(Umur)
Non Produktif
Produktif
TOTAL

Total
n %

Nilai

Nilai OR

(95% Cl)

Tabel 4.15 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Penyakit TB Paru di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016
Variabel
Independen

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA -

(Jenis Kelamin)
Laki-laki
Perempuan
TOTAL

Total
n

Nilai

Nilai OR

(95% Cl)

Tabel 4.16 Hubungan antara Pendidikan dengan Penyakit TB Paru di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016

Variabel Independen

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA n

Total
n %

Nilai

Nilai OR

59

(Pendidikan)
Rendah
Tinggi
TOTAL

(95% Cl)

Tabel 4.17 Hubungan antara Pekerjaan dengan Penyakit TB Paru di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016

Variabel Independen
(Pekerjaan)
Tidak Bekerja
Bekerja
TOTAL

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA n

Total
n %

Nilai

Nilai OR

(95% Cl)

Tabel 4.18 Hubungan antara Penghasilan dengan Penyakit TB Paru di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016

Variabel Independen
(Penghasilan)
Penghasilan < UMR
Penghasilan UMR
TOTAL

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA n

Total
n %

Nilai

Nilai OR

(95% Cl)

Tabel 4.19 Hubungan antara Status Gizi dengan Penyakit TB Paru di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016

Variabel Independen
(Status Gizi)
Kurang
Cukup Baik
TOTAL

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA n

Total
n %

Nilai

Nilai OR

(95% Cl)

60

Tabel 4.20 Hubungan antara Status Imunisasi BCG dengan Penyakit TB Paru di
Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016
Variabel Independen
(Status Imunisasi
BCG)
Tidak Imunisasi
Imunisasi
TOTAL

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA n

Total
n %

Nilai

Nilai OR

(95% Cl)

Tabel 4.21 Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Penyakit TB Paru di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016

Variabel Independen
(Perilaku Merokok)
Merokok
Tidak Merokok
TOTAL

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA n

Nilai OR
Total
N %

Nilai (95% Cl)


p

Tabel 4.22 Hubungan antara Pengetahuan dengan Penyakit TB Paru di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016

Variabel Independen
(Pengetahuan)
Buruk/Kurang Baik
Baik
TOTAL

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA n

Nilai OR
Total
n %

Nilai (95% Cl)


p

Tabel 4.23 Hubungan antara Kepadatan Hunian dengan Penyakit TB Paru di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016
Variabel Dependen (TB Paru)
BTA +
BTA -

Nilai OR
Total

Nilai (95% Cl)

61

Variabel Independen

(Kepadatan Hunian)
Padat
Tidak Padat
TOTAL

Tabel 4.24 Hubungan antara Pencahayaan Hunian dengan Penyakit TB Paru


di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur Tahun 2016
Variabel Independen
(Pencahayaan
Hunian)
Gelap
Terang
TOTAL

Variabel Dependen (TB Paru)


BTA +
BTA n

Nilai OR
Total
n %

Nilai
p

(95% Cl)

62

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. 1999. Pengantar Epidemiologi . Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Coker, R.; Reader; McKee, M.; Atun, R.; Dimitrova, B.; Dodonova, E.; Kuznetsov,
S.; Drobniewski, F. 2005. Risk factors for pulmonary tuberculosis in Russia:
case-control study. BMJ. 2006:332:85. Tersedia di http:// www. bmj. com/
content/332/7533/85. Diakses pada tanggal 11 Mei 2016.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Nasional
Tuberkulosis,cetakan kedua, 2008.Jakarta: Depkes RI.

Penanggulangan

Departemen Kesehatan RI, 2012. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


Jakarta: Kemenkes RI.
Departeman Kesehatan RI. 2013. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta: Kemenkes RI.
Departeman Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2012. Profil Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kota Jakarta
Timur. Jakarta: Dinkes Kota Jakarta Timur.
Ditjen PP&PL. 2011. Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
2010-2014. Jakarta: Kemenkes RI.
Ditjen PP&PL, 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Ditjen PP&PL, 2015. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Jakarta: Kemenkes RI.
Falletehan, Ryan Arvisza. 2014. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian
Tuberklosis Paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

63

Surakarta Tahun 2014. Tersedia di http://ejournals1.ums.ac.id/- index.


php/jkm. Diakses pada 11 Mei 2016.
Iriyanti. 2015. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Penyakit TB Paru di
Puskesmas Jati Rahayu Kota Bekasi Tahun 2015. Jakarta: Skripsi Urindo.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Pemukiman dan Prasarana.

RI)

No.

Korua, Elisa S. 2014. Hubungan antara Umur, Jenis Kelamin, dan Kepadatan
Hunian dengan Kejadian TB Paru pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Umum
Daerah
Noongan
Tahun
2014.
Tersedia
di
http://ejournals.unsara.ac.id/- index. php/jkm. Diakses pada 11 Mei 2016.
Muaz, Faris. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru
BTA Positif Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang Kota Serang Tahun
2014. Tersedia di http://ejournals1.uin.ac.id/- index. php/jkm. Diakses pada
11 Mei 2016.
NIH, NHLBI. 2000. The Practice Guide: Identification, Evaluation, and Treatment of
Overweight and Obesity in Adult. Bethesda: National Institute of Health, NIH
Publication.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Novitasari, Theresia. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Tuberkulosis Paru BTA Positif Di Rumah Sakit Marinir Cilandak Tahun
2015. Jakarta: Skripsi Urindo.
Nurjanah, Siti. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Suspek
TB Paru Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Parungponteng Kabupaten
Tasikmalaya
Tahun
2013.
Tersedia
di
http://ejournals.universitasdiannuswantoro.ac.id/- index. php/jkm. Diakses
pada 11 Mei 2016.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib
Belajar.
Pertiwi, Rikha Nurul. 2011. Hubungan antara Karakteristik Individu, Praktik
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Tuberclosis di Kecamatan
Semarang Utara Tahun 2011. Tersedia di http://ejournals1.undip.ac.id/index. php/jkm. Diakses pada 11 Mei 2016.

64

Rikesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.


Solberg, I, Leif et al. 2007. Smoking and Cessation Behaviour Among Young Adults
of
Various
Educational
Backgrounds.
Tersedia
di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1931464/. Diakses pada 11
Mei 2016.
Sudiantara, Ketut. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kasus TB
Paru di UPT Kesmas Sukawati I tahun 2014. Tersedia di
http://ejournals1.poltekkesdenpasar.ac.id/- index. php/jkm. Diakses pada 11
Mei 2016.
Sujana, I Ketut. 2013. Pengaruh Sanitasi Rumah terhadap Kejadian Penyakit TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi I Tahun 2013. Tersedia di
http://ejournals1.poltekkesdenpasar.ac.id/- index. Diakses pada 11 Mei 2016.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan
Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.
Widyasari, R.M.; Wuryanto, M.A.; Setyawan, H. S. 2011. Hubungan Antara Jenis
Kepribadian, Riwayat Diabetes Mellitus Dan Riwayat Paparan Merokok
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Dewasa Di Wilayah Kecamatan
Semarang Utara Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1 Nomor 2
Tahun 2012: Halaman 446-453. Tersedia di http://ejournals1.undip.ac.id/index. php/jkm. Diakses pada 11 Mei 2016.
Wijaya, A.A. 2012. Merokok dan Tuberkulosis. Jurnal Tuberkulosis Indonesia, vol
8. Jakarta: PPTI. Diakses pada tanggal 11 Mei 2016.
WHO 2012. Global Tuberculosis Report 2012. World Health Organization 20
Avenue Appia, 1211Geneva27, Switzerland. Tersedia di www. who.int/tuberkulosis. diakses pada tanggal 11 Mei 2016.
Yasa, Putra. 2013. Faktor risiko kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Karang
Taliwang Kota Mataram Provinsi NTB Tahun 2013. Tersedia di
http://ejournalsntb.ac.id/- index. php/jkm. Diakses pada 11 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai