Anda di halaman 1dari 5

»

© 2009 djonijoplin

Situs Gunung Padang Di Rusak


 
setelah selama delapan belas tahun dirawat. Sabtu 15 Agustus 2009 menjadi saksi sejarah
perusakan batu Gendong di Situs Megalitik Gunung Padang

Beberapa batu Andesit Besaltis berbentuk poligonal yang ditemukan rusak pada saat
bersamaan Sabtu 15 Agustus 2009

Situs Gunung Padang Di Rusak

Teks dan foto: Prabowo Setyadi

Bukan pengrusakan pertama..namun yang paling besar 

Bangunan berundak Gunung Padang merupakan penemuan peninggalan tradisi Megalitik


yang baru di temukan pada tahun 1979, setelah tiga orang penduduk yaitu, Endi, Soma dan
Abidin menemukan misteri yang terkandung dalam semak belukar di bukit Gunung Padang
tersebut.
 

 Mata pencaharian penduduk nya adalah bertani, berkebun dan berdagang. Keadaan udara
cukup dingin sehingga memungkinkan juga untuk perkebunan teh.

Di situs Megalitik Gunung Padang  terdapat lima bebatuan yang menjadi ikon nya. Tiap batu
nya berada di macam-macam tingkat. Tingkat satu adalah batu gamelan, tingkat dua batu
lumbung, tingkat tiga batu sanghiyang tapak, tingkat empat batu gendong dan tingkat lima
batu pandaringan.

Yuda salah satu pengurus pemelihara situs Megalitik Gunung Padang yang juga punya
warung kopi di area parkir situs tersebut mengatakan,” bahwa funsi dari tingkatan-tingkatan
tersebut adalah, tingkat pertama untuk kesenian, tingkat dua untuk tafakur, tingkat tiga untuk
kemakmuran, tingkat empat untuk mengukur diri dan tingkat lima untuk kekuasaan.”

Sabtu 15 Agustus 2009. Pukul 09.00 wib. Setelah bermalam di area parkir situs megalit
Gunung Padang yang terletak di wilayah Kecamatan Cempaka. Kabupaten Cianjur tersebut
lalu menikmati kopi di pagi harinya di warung milik Yuda, saya bersama ke-empat teman
jurnalis saya yaitu, Frino Bariarcianur Barus (pemilik media kantor beritaseni.com) Bambang
Muryanto (Ketua AJI-Yogyakarta, Argus Firmansyah dan Alwan Ridha Ramdani (wartawan
tempo biro bandung) langsung menaiki tangga yang tersusun dari batu situs tersebut. Letak
situs tersebut dari area parkir kurang lebih 200 meter. Cukup susah dan curam. Belum lagi
kita berlima harus berhenti beberapa kali karena kecapaian.

Sesampainya kami di lokasi situs Megalitik tersebut kami terpukau dengan susunan-susunan
batuan Andesit Besaltis berbentuk poligonal yang ada sejak tahun 1000 SM yang tersusun
secara rapih, besar dan kokoh. Di tingkat satu tersebut kami sempat mencoba batu gamelan
tersebut dengan memukulkan bongkahan batu yang berukuran kecil ke batu gamelan tersebut.
Dan memang muncul nada-nada yang biasa kita dengar dari musik gamelan.

“ situs ini sejak tahun 1000 SM,” menurut Ujang Sutarsa Kepala Desa Karyamukti
,Kecamatan Cempaka. Kabupaten Cianjur.

Di tingkat dua kami melihat susunan batu lumbung yang berada tepat di atas bukit kecil di
tingkat satu. Lanjut ke tingkat tiga kami melihat beberapa batu seperti batu yang berbentuk
kursi kecil, batu tempat singgasana pangeran tajimalela dan tentu nya batu telepak yang di
atas batu tersebut terdapat bekas pijakan kaki macan.
 

Menurut Nanang Juru Pelihara Situs dari BPP Purbakala Serang,” jejak kaki macan tersebut
merupakan bekas pijakan prabu siliwangi yang berubah menjadi macan.” Ucapnya.

Kami berlanjut ke tingkat empat dimana terdapat batu gendong. Menurut Nanang, belum
tentu seseorang yang mempunyai badan besar mampu mengangkat batu tersebut sedangkan
yang berbadan kecil malah mampu mengangkatnya.

Kami baru tersadar  kalau sebenarnya sedang terjadi kekacauan di Area situs Megalitik
Gunung Padang tersebut ketika beberapa petugas pemelihara situs kelabakan melihat batu
gendong tersebut pecah di beberapa sisi nya serta beberapa batu yang pecah. Menurut Dadi
pengurus situs tersebut, bahwa pada hari kamis ada seorang pria warga sekitar yang
mengalami stress datang ke situs tersebut sambil membawa senapan angin dan beberapa botol
kosong sambil menyusun nya. Kemudian hari jumat nya pria tersebut menembaki botol-botol
tersebut. Menurut kesaksian pak dadi, karena botol tersebut tidak terkena tembakan. Si pria
tersebut pun merasa kesal dan mulai menembaki bebatuan Andesit Besaltis polygonal itu.
Dari kedelapan pengurus pemelihara situs tersebut. Mereka berasumsi bahwa pria tersebut lah
yang melakukan nya.

“ panggil KANIT (Kepala Unit Polisi Kriminal). Buat di laporkan kejadian ini,” seru Dadi
kepada para pengurus pemelihara situs Megalit Gunung Padang dengan mimik muka yang
marah.”

Masih menurut Dadi, “padahal hari jumat kemarin batu ini masih berbentuk seperti biasanya.
Tidak pecah dan rusak,” sambil menyerengatkan dahi nya.

Saya jadi teringat pada sabtu subuh 02.30 ketika kami baru sampai di situs megalit gunung
padang tersebut dan sedang mengobrol. Tiba-tiba teman saya Frino Bariarcianur Barus
mendengar suara bebatuan yang dipukul keras-keras. Itu terjadi tepat pada pukul 03.00 sabtu
dinihari.

“ oh. Mungkin ada yang sedang jiarah diatas,”papar frino.

Ketika kami menyampaikan kejadian subuh itu. Para pengurus pemelihara situs tersebut
langsung berujar,” pasti si orang itu yang melakukan nya.”
 

Namun kami pun aneh bagaimana bisa para pengurus pemelihara situs tersebut melayangkan
tuduhan itu tanpa adanya saksi mata yang melihat kalau orang stress itu yang memecahkan
batu-batu tersebut pada subuh itu.

Tak mau larut memikirkan siapa pelaku nya, kami pun dengan spontan membantu pak dadi,
pak deni, pak nanang, pak yusuf, pak dahlan, pak asep mengumpulkan serpihan-serpihan batu
yang rusak tersebut dan mencoba menyusun nya kembali.

Lalu pak dadi berujar,” sudah nanti tinggal di lem saja serpihan-serpihan nya mengikuti urat
batu nya.”

Pak nanang yang tampak begitu kaget bercampur kesal berkata,” Baru kali ini setelah selama
18 tahun kejadian pengrusakan Situs Megalitik ini terjadi. Apalagi yang di rusak nya adalah
salah satu ikon dari bebatuan yang memiliki sejarah panjang yaitu batu gendong,”ucapnya
lirih.

Kami semua turut berduka dengan kejadian tersebut.

Dengan nada yang lirih, Pak Nanang menitipkan pesan pada kami semua bahwa,” tolong
sampaikan pada pemerintah agar dibuatkan pagar pembatas beton. Supaya tidak ada maling
ataupun perusak-perusak lainnya yang kurang paham akan makna dari Situs Megalitik
Gunung Padang ini. Serta tolong perhatikan kesejahteraan kami,” paparnya.

Anda mungkin juga menyukai