Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS LKPJ AKHIR MASA JABATAN

BUPATI KABUPATEN JEMBRANA 2005 - 2010

MADEKHAN ALI

prakarsa_la@yahoo.co.id

Pengantar

Pada bagian ini, akan dikaji perkembangan kebijakan dan hasil pembangunan
Kabupaten Jembrana selama Tahun 2005-2010. Kajian ini dilakukan dengan suatu
metode dasar yaitu membandingkan kerangka kebijakan yang telah dijalankan dengan
hasil-hasil kebijakan tersebut. Sebagai dokumen utama kajian adalah: Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ AMJ) Bupati Jembrana
2005-2010.

Sebagai dokumen pendukung adalah Laporan Pertanggungjawaban


Pelaksanaan APBD 2009, dimana dokumen ini digunakan untuk menilik komitmen
alokasi anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam APBD.

Ranah kajian dipetakan menjadi empat topik analisis kebijakan, yaitu:

1. Kebijakan pendidikan,
2. kebijakan kesehatan,
3. kebijakan ekonomi, dan
4. kebijakan pengembangan aparatur pemerintahan.

Keempat matra kajian tersebut setidaknya mengacu kepada esensi RPJMD


Jembrana 2006-2010. Dalam RPJMD Tahun 2006-2010, disebutkan bahwa Kabupaten
Jembrana memiliki visi “Terwujudnya Masyarakat Jembrana yang Sejahtera,
Berkeadilan, Beriman, dan Berbudaya”. Berdasarkan visi tersebut, ditetapkan 4 Misi
Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana, yaitu:

1. Meningkatkan kualitas hidup (quality of live) melalui peningkatan kualitas


pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan peningkatan daya beli
masyarakat (Perekonomian).

1
2. Peningkatan pelayanan umum (publik service) meliputi peningkatan infra
struktur, sarana fisik seperti jalan, listrik, jaringan air bersih, peningkatan
pelayanan administrasi dan komunikasi serta peningkatan sosial budaya.

3. Membangun semangat persatuan dan kesatuan bangsa, gotong royong, serta


harmonisasi antar seluruh lapisan masyarakat dalam heterogenitas agama, suku
dan adat istiadat.

4. Mewujudkan supremasi hukum dan menciptakan pemerintahan yang bersih,


efektif dan efisien

Dan berdasarkan Visi dan Misi Pembangunan diatas, disusun 4 (empat) Agenda
Utama Pembangunan Kabupaten Jembrana Tahun 2006 – 2010, yaitu:

1. Mewujudkan Jembrana yang Sejahtera.

2. Mewujudkan Pelayanan Publik yang Transparan dan Akuntabel.

3. Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan yang di dasari oleh Budaya.

4. Mewujudkan Jembrana yang Aman, Damai, Adil dan Demokratis.

KINERJA PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Kebijakan Urusan Pendidikan

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Jembrana ditempatkan sebagai salah


satu kebijakan prioritas. Pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan yang
dilaksanakan pada periode tahun 2005 s/d 2010 diarahkan guna mewujudkan
peningkatnya kualitas pendidikan yang merata dilaksanakan dengan
kebijakan dalam memberikan peluang yang luas kepada masyarakat untuk
mendapatkan dan berpartisipasi dalam pendidikan serta meningkatkan kualitas
sumber daya pendidikan.

Logika kebijakan pendidikan 2006-2010 Kabupaten Jembrana secara


terstuktur bisa dilihat pada Tabel berikut ini;

2
1. Peningkatan Akses Serta Kualitas Pendidikan

Sasaran : Pendidikan Strategi : Pendidikan Indikator sasaran:


a. Meningkatnya anak yang terlayani a. Membuka – %
b. Meningkatnya APK SD/MI, kesempatan yang penduduk
SMP/MTS, SMU/SMK/MA seluas-luasnya menamatk
c. Menurunnya Angka DO untuk an SD
d. Meningkatnya angka prevalensi memperoleh – %
kelulusan dengan lapangan kerja pendidikan penduduk
e. Menurunnya jumlah penduduk b. Meningkatkan menamatk
berusia 15 tahun keatas yang tidak kualitas guru an SMP
berpendidikan c. Meningkatkan – %
f. Meningkatnya proporsi penduduk sarana prasarana penduduk
yang mengikuti jenjang pendidikan pendidikan menamatk
menengah dan pendidikan tinggi d. Pengembangan an SMA
g. Meningkatnya angka melanjutkan model pendidikan – % lulusan
sekolah dari lulusan SMP ke jenjang sekolah
pendidikan menengah – Nilai
h. Meningkatnya kualitas hasil belajar UAN/UAS
yang diukur dengan meningkatnya – Prestasi
presentase siswa yang lulus evaluasi Akademik
hasil belajar dan Non
akademik
– % sekolah
menamatk
an MBS
– Lama
[endidikan
– Jumlah
lulusan
terserap
dalam
lapangan
kerja

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 8 (delapan) sasaran kebijakan


pendidikan yang bisa digunakan dasar atau alat ukur tercapai atau tidaknya upaya
peningkatan kualitas pendidikan yang merata di Kabupaten Jembrana. Dari 8
sasaran tersebut, di sini dicatat sejumlah capaian kinerja yang kiranya
dipandang pencapaiannya tidak optimal ataupun gagal memenuhi target
RPJMD 2006 – 2010.

1. Salah satu sasaran penyelenggaraan pendidikan dasar penurunan angka

drop out atau angka putus sekolah. Sebagaimana terlihat pada Tabel

berikut berikut, selama 2005 sampai 2009 angka DO tidak pernah menurun

3
dari angka 0,02%. Kondisi demikian berimplikasi pada kegagalan sasaran

atau target kebijakan bila kita mengacu pada target yang dicanangkan

dalam Revisi RPJMD 2006-2010 1 ataupun dalam RKPD 2009 dimana

dicanangkan untuk menurunnya angka DO usia sekolah pada berbagai

jenjang dan jenis pendidikan tahun 2009 menjadi 0,01 %.

Berdasar kondisi yang tergambar dalam Grafik di atas, tentu menjadi relevan
untuk dipertanyakan efektifitas program-program dalam kerangka strategi
membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan.
Pertanyaan terkait efektifitas strategi kebijakan pendidikan tersebut sangat
relevan mengingat begitu kuatnya opini bahwa Kabupaten Jembrana telah
mampu menggratiskan biaya pendidikan warganya. Bila biaya pendidikan
telah digratiskan namun angka drop out terutama di tingkat SD/MI saja
belum bisa turun selama lima tahun terakhir ini, tentu terdapat persoalan
manajemen pengelolaan anggaran pendidikan di Kabupaten Jembrana.
Persoalan sangat mungkin di terjadi tingkat;
• Keadilan dan ketepatsasaran distribusi anggaran,
• Akuntabilitas pejabat pengelola anggaran,
• Lemahnya kualitas SDM penyelenggara pendidikan, dan
• Partisipasi masyarakat dalam pengawasan penyelenggaran
pendidikan.

1 Peraturan Bupati Jembrana Nomor 13 tahun 2008 tentang Perubahan Atas


Peraturan Bupati Jembrana Nomor 31 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Jembrana tahun 2006 – 2010.

4
1. Untuk mencapai sasaran kebijakan pendidikan, alokasi anggaran dari
APBD selama periode tahun 2005 - 2009 dilaksanakan melalui 6 (enam)
program dengan total anggaran mencapai Rp.93.990.114.608,- dengan
realisasi sebesar Rp. 91.428.608.108,-. Sebagaimana pada Tabel berikut;

Tabel
PERBANDINGAN BELANJA PUBLIK PENDIDIKAN TERHADAP BELANJA
DAERAH KABUPATEN JEMBRANA 2005-2009 (dalam Ribuan Rp)

URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 TOTAL

Realisasi
Anggaran 23,157,07 26,356,52 31,683,22
Program 9,588,217 643,579 91,428,608
0 1 0
Pendidika
n
2 3
Belanja 26,679,0 29,797,4 392,3 445,27 479,13 1,873,26
Daerah 32 01 80,636 1,547 4,809 3,427
%
Anggaran
Pendidik
an
4.23% 0.20% 5.90% 5.92% 6.61% 4.9%

2. Bila total belanja pendidikan tersebut dibandingkan dengan total belanja


daerah selama 5 tahun terakhir, maka hanya mencapai angka 4,9%. Atau
dengan rincian setiap tahun sebagaimana grafik di bawah ini;

Penyajian gambaran atas alokasi anggaran untuk program-program


pendidikan selama lima tahun terakhir tersebut ditujukan terutama untuk
mempertanyakan pelaksanaan komitmen pemerintah Jembrana dalam
mengalokasikan minimal 20% anggaran yang bersumber dari APBD.

5
3. Sebagaimana tergambar pada Grafik di atas, Angka Partisipasi Murni
(APM) jenjang SD selama 5 Tahun terakhir di Kabupaten Jembrana
tidak menunjukkan kemajuan berarti. Bila dibandingkan dengan APM
rata-rata Propinsi Bali, maka sebagaimana dalam grafik berikut, terlihat
bahwa kinerja pencapaian APM jenjang SD Jembrana fluktuatif dan di
bawah rata-rata APM SD Propinsi Bali.

4. Kondisi penurunan APK jenjang SD/MI juga bisa menjadi petunjuk tidak
optimalnya capaian kebijakan pendidikan sebagaimana dicanangkan dalam
RPJMD 2006-2010 yang mentarget adanya peningkatan APS, APK-SD,
APK-SMP dan APK-SMK/A tahun 2009 sebesar rata-rata 10% dibandingkan
dengan tahun 2008. Sebagaimana dilaporkan dalam LKPJ, bahwa bila
tahun 2008 terdapat capaian APK 110,27%, pada tahun 2009 hanya tercapai
110,63%, atau jauh menurun dari tahun dasar 2005 yang mencapai
112,25%. Sebagaimana secara jelas diperlihatkan Grafik berikut ini;

Kebijakan Urusan Kesehatan

Sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Jembrana pada tahun 2006-2010


adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang antara lain tercermin dari:

1. Meningkatnya umur harapan hidup masyarakat dari,


2. Menurunnya angka kematian bayi di masyarakat,

6
3. Menurunnya angka kematian ibu,
4. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada anak balita.

Bila sasaran di atas dipergunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan


urusan kesehatan, maka dari data LKPJ AMJ Urusan Kesehatan bisa dicatat;

1. Peningkatan Umur harapan hidup masyarakat sebagai target pertama


selama tahun 2005-2009 bisa dikatakan tidak memperlihatkan prestasi
yang menggembirakan. Dilihat dari data statistic LKPJ AMJ, terungkap
bahwa capaian kinerjanya stagnan diangka 71 tahun dan sayangnya
capaian tahun 2009 tidak diungkap. Dilihat dari tren capaian kinerja,
tentu prestasi Jembrana lebih rendah disbanding rata-rata Propinsi Bali,
dimana meski UHH pada tahun 2005 berada di bawah Jembrana yaitu
70,4 tahun, namun pada 2009 berhasil mencapai 72,4 tahun.
Sebagaimana terlihat pada Grafik berikut;

2. Target penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) bisa dikatakan tidak


berhasil dicapai pada tahun 2005-2009. Dari data LKPJ secara
sederhana terungkap bahwa AKB tahun 2009 malah lebih tinggi daripada
AKB Tahun 2005. Bila tahun 2005, AKB mencapai 10,11, maka tahun
2009 menjadi sebesar 10,62. Prestasi terbaik penurunan AKB terjadi
pada tahun 2008 dimana Pemkab. Jembrana berhasil menekan AKB
sampai tingka 7,75. Namun prestasi capaian AKB tahun 2008 ini
sayangnya juga tidak bisa dipertahankan dimana Tahun 2009, AKB
melonjak lagi menjadi 10,62.
3. Pada LKPJ, diungkapkan bahwa Penyebab kematian bayi sebagian besar
adalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yang disebabkan kondisi ibu
yang mengalami anemia dan kekurangan energi kronis ( KEK), baik sejak
masa remaja maupun selama masa kehamilan. Dengan alasan demikian,
maka tentu patut dipertanyakan validitas dari klaim keberhasilan capaian
kinerja, antara lain;

7
Kegiatan / Indikator Kinerja Satua 2006 2007 2008 2009
Penanggulangan Anaemia
a. Jumlah sasaran Ibu hamil 4.095 4.587 4.240 4.500
b. Jumlah Ibu Hamil yang % 99,34 96,99 96,58 98,02
c. Jumlah Ibu Hamil yang % 99,51 87,27 92,19 93,96

Dengan capaian yang optimal pada indicator kegiatan penanggulangan


anemia selama tahun 2006-2009, maka seharusnya angka kematian bayi bisa
ditekan atau diturunkan.

4. Kinerja pembangunan kesehatan Jembrana 2005-2009 kiranya juga belum


bisa sepenuhnya menunjukkan bahwa Kabupaten ini sebagai daerah yang
unggul ataupun inovatif di pembangunan bidang kesehatan. Selama tahun
2005-2009, AKB Jembrana tidak pernah berhasil di bawah AKB rata-rata
Propinsi Bali. Sebagaimana pada grafik, pada periode 3 tahun terakhir,
Propinsi Bali secara konsisten bisa terus menurunkan angka kematian bayi.

5. Selama 5 tahun pemerintahan, target penurunan angka kematian ibu telah


berhasil dilaksanakan meskipun tidak bisa dicapai secara konsisten setiap
tahun. Sebagaimana terlihat pada data Grafik, Angka kematian ibu melahir di
Kabupaten Jembrana bersifat fluktuatif, dimana bila diukur secara tren (linier)
memang terjadi penurunan. Namun bila diukur dari konsistensi capaian
kinerja, pada Tahun 2007 terdapat AKI yang paling tinggi mencapai 134,74
dan pada Tahun 2008 terjadi penurunan drastis mencapai 70,47. Sayangnya
pada tahun 2009, Pemkab, Jembrana tidak mampu mempertahankan capaian
kinerjanya sehingga AKI mengalami kenaikan yang cukup signifikan
mencapai 98,59.
6. Sebagaimana juga terlihat pada Grafik, patut dicatat pula bahwa, selama
pelaksanaan RPJMD 2006-2010, AKI Kab. Jembrana selalu di atas rata-rata
AKI Propinsi Bali. Untuk tataran kinerja Pemerintah Propinsi, terlihat tren
keberhasilannya lebih stabil atau konsisten.

8
Kebijakan Urusan Ketenagakerjaan

Sasaran yang dicanangkan untuk pelaksanaan urusan ketenagakerjaan


kabupaten Jembrana sebagaimana RPJMD tahun 2006 – 2010 adalah penurunan
tingkat pengangguran. Di dalam dokumen LKPJ AMJ dilaporkan bahwa selama kurun
lima tahun terakhir tercatat tingkat partisipasi angkatan kerja tahun 2005 sebesar
67,23 %, tahun 2006 sebesar 65,97 %,tahun 2007 sebesar 73,68%, tahun 2008
sebesar 70,80% dan tahun 2009 sebsar 67% dan tahun 2010 sampai dengan bulan
Juni 2010 sebesar 66,87 %.
Dilaporkan pula bahwa prosentase pekerja yang ditempatkan atau diserap
tahun 2005 sebesar 24,28 %, tahun 2006 sebesar 32,30 % tahun 2007 sebesar
55,68 %, tahun 2008 sebesar 1,27% (yg ditempatkan Pemda dengan dana APBD),
tahun 2009 sebesar 2,6% ( yg ditempatkan Pemda dengan dana APBD ) dan tahun
2010 sampai bulan Juni 2010 sebesar 3%.
Bila diukur dari target RPJMD, bisa dicatat bahwa:

1. Di dalam Dokumen RPJMD 2006-2010, diungkapkan bahwa pada tahun


2003 Tingkat pengangguran terbesar adalah pada kelompok usia produktif
umur 15 – 64 tahun yaitu sebesar 40,25%. Sementara mengacu pada
dokumen LKPJ AMJ, rupanya capaian kinerja penurunan pengangguran di
Kab. Jembrana sejak tahun 2005 terlihat tidak menunjukkan ketercapaian
yang signifikan dan hampir tidak ada perkembangan berarti. Pada capaian
tingkat partisipasi angkatan kerja misalnya, angka partisipasi kerja tahun
2009 masih sama dengan tahun 2005. Sebagaimana pada grafik berikut;

9
2. Pada Grafik di atas, prestasi terbaik penurunan angka pengangguran terjadi
pada tahun 2007. Sayangnya 2 tahun berikutnya, tingkat partisipasi tenaga
kerja Jembrana kembali menurun, dimana pada tahun 2009 kembali pada
tingkat 67% atau dengan tingkat pengangguran 33% sebagaimana kondisi
tahun 2005 sebagai tahun dasar RPJMD 2006-2010.
3. Grafik di atas juga menunjukkan bagaimana Kab. Jembrana sangat tertinggal
dalam penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Selama lima tahun,
tingkat penggangguran di kabupaten jembrana tidak selalu jauh lebih tinggi di
banding rata-rata TPT Propinsi Bali.
4. Mencermati rendahnya kinerja penurunan penggangguran yang ditunjukkan
oleh stagnannya angka partisipasi angkatan kerja demikian, maka patut
dipertanyakan efektifitas kebijakan pemkab jembrana dalam penurunan
pengangguran, sekaligus berbagai program dan kegiatan di Dinas Catatan
Sipil Dan Tenaga Kerja Jembrana.

Kebijakan Urusan Pemerintahan Umum

Salah satu misi pembangunan Jembrana dalam RPJMD 2006-2010 adalah


mewujudkan supremasi hukum dan menciptakan pemerintahan yang bersih, efektif dan
efisien. Dalam menjalankan misi tersebut, kabupaten Jembrana mencanangkan agenda
mewujudkan Jembrana yang Aman, Damai, Adil dan Demokratis.

Dalam perjalanan pelaksanaan RPJMD, sebagaimana dilaporkan dalam LKPJ


AMJ terungkap bahwa dari tahun 2005 s.d 2010 dapat dilihat total produk hukum
daerah yang telah ditetapkan dengan jumlah yang tidak sedikit yaitu sebanyak
7.630 produk hukum daerah. Adapun data produk hukum daerah yang telah
ditetapkan sampai saat ini tertuang dalam tabel berikut:

Tabel
Produk Hukum Daerah Kabupaten Jembrana

No Produk Hukum TAHUN Jml


Daerah 2005 2006 2007 200 2009 *201
1 Peraturan Daerah 10 27 19 85 6 0
3 70
2 Peraturan Bupati 29 51 43 60 42 22 247
3 Keputusan Bupati 2671 986 903 1056 1136 5 25 7.277

10
4 Instruksi Bupati 3 13 10 5 2 3 36
Total 2713 1077 975 1126 1186 553 7,630

Dengan mencermati kondisi jenis produk hukum daerah selama lima tahun
terakhir sebagaimana pada Tabel di atas, bisa dicatat;

1. Regulasi tata pemerintahan daerah Jembrana selama lima tahun sangat


dominan dipengaruhi kehendak politik (political will) Kepala Daerah. Dari
7.630 produk hukum daerah, Keputusan Bupati menjadi produk hokum
terbanyak dimana mencapai 95%, sementara peraturan bupati mencapai 3%,
dan Surat Keputusan Bupati mencapai 1%.
2. Jumlah Peraturan Daerah dimana di dalamnya memiliki derajat dinamika
demokrasi yang lebih tinggi, dimana melalui pembahasan dan persetujuan
DPRD, selama lima tahun hanya mencapai angka 70 Perda atau 1% dari
total produk hokum selama lima tahun.

3. Mencermati kondisi proses dan hasil regulasi Jembrana lima tahun terakhir
tentu menjadi relevan untuk dipertanyakan komitmen kepala daerah, terkait
upaya membangun hubungan kemitrasejajaran antara eksekutif dan
legislative daerah, sekaligus pencapaian arah sasaran, kebijakan dan
program di RPJMD terutama pada;
a. Terciptanya sistem Pemerintahan dan birokrasi yang bersih,
akuntabel, transparan, efisien, dan berwibawa;
b. Pencapaian sasaran peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan kebijakan publik dan penyelesaian persoalan
sosial kemasyarakatan.

4. Masih terkait dengan target terciptanya sistem pemerintahan dan birokrasi


yang bersih, akuntabel, transparan, efisien, dan berwibawa; maka penting

11
diungkapkan pula bahwa pelaksanaan kebijakan peningkatan budaya kerja
aparatur yang bermoral, profesional, produktif dan bertanggungjawab belum
banyak berdampak pada peningkatan kinerja disiplin aparatur.Hal ini bisa
diindikasikan dari masih besarnya tingkat pelanggaran disiplin dari tahun
2005 – 2009. Jumlah pelanggaran disiplin terkecil terjadi pada tahun 2008,
sayangnya pada tahun 2009 jumlahnya melonjak menjadi 150 pelanggaran,
jauh lebih besar dari angka pelanggaran 2005 yang hanya sejumlah 79,
Sebagamana nampak pada grafik berikut:

200 200 200 200 200


JENIS PELANGGARAN 5 6 7 8 9
Disiplin Ringan 73 37 125 30 134
Disiplin Sedang 2 8 10 3 3
Disiplin Berat 4 14 15 4 13
TOTAL 79 59 150 37 150

Kebijakan Pengawasan Inspektorat Daerah

Diungkapkan dalam LKPJ AMJ, bahwa di dalam mewujudkan tata pemerintahan


yang baik, Pemkab Jembrana melalui Inspektorat daerah telah melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan
masyarakat. Di dalam pelaksanaannya sebagaimana ditetapkan dalan arah kebijakan
RPJMD, ditargetkan adanya peningkatan efektivitas pengawasan aparatur
Pemerintahan melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan
pengawasan masyarakat. Sebagaimana dilaporkan pada Tabel berikut bahwa
Pelaksanaan pengawasan rutin telah dapat dilakukan dengan baik, dan dari
rekomendasi yang dikeluarkan seluruhnya dapat terselesaikan. Temuan tertinggi
terjadi pada tahun 2008 dan di t a h u n 2 0 0 9 m e n g a l a m i penurunan.

Tabel

Hasil Pemeriksaan Rutin/Reguler

12
Program/Keg Tah Jml.obj Jml Reko Tindak %
Temu m
iatan un ek an Lanjut
Peningkatan Sele Dlm Sele
pros
Sistem sai sai
Pengawasan 200 36 LHP 156 156 156 es 100
Internal dan 5
pengedalian 200 36 LHP 164 164 16 - - 100
kebijakan 620 69 LHP 409 409 4
Kepala 07 69 LHP 592 662 40 10
Daerah, 200 9 0
kegiatan 8 66 10
pelaksanaan 200 46 LHP 340 340 340 - - 100
pengawasan 9
internal *201 27 LHP 191 191 100 91 - 52,3
secara 0 6

Dari kondisi yang dilaporkan dalam LKPJ AMJ bisa dicatat:


1. Target adanya peningkatan efektivitas pengawasan aparatur Pemerintahan
belum menunjukkan tren positif, kecuali pada dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Artinya secara capaian kinerja, keberhasilan kerja Inspektorat Daerah hanya
tercapai sesuai target pada tahun 2009. Sementara selama tiga tahun pertama
(2006,2007, dan 2008) pelaksanaan RPJMD, kinerja inspektorat daerah bisa
dipandang tidak berhasil memenuhi target. Hal ini bisa ditunjukkan dengan
perkembangan jumlah temuan dari tahun 2005-2009 pada grafik berikut:

2. Karena adanya logika bahwa semakin besar jumlah temuan pemeriksaan,


semakin mengindikasikan rendahnya tingkat akuntabilitas pengelolaan
sumberdaya pembangunan daerah, maka pada tataran tindak lanjut temuan
pemeriksaan, di dalam LKPJ dilaporkan bahwa sampai LHP 2009, telah 100%
ditindaklanjuti dan terselesaikan. Tentu menjadi penting dipertanyakan seberapa
tingkat ketuntasan dan besar nilai hasil pengembalian kerugian daerah dari
temuan pemeriksaan Inspektorat dan BPK tahun 2005-2010?.

Kebijakan Urusan Pertanian

Salah satu misi pembangunan 2006-2020 adalah “peningkatan daya beli”, untuk
menjalankan misi ini, secara komitmen kebijakan, Pemkab Jembrana telah

13
mencanangkan sejumlah kebijakan dala kerangka revitalisasi pertanian. Dua sasaran
utama dalam pembangunan pertanian sesuai RPJMD Jembrana adalah :

1. Terjaganya kemantapan ketersediaan beras dengan mengoptimalkan pemanfaatan


lahan sawah,
2. Meningkatnya kemampuan petani untuk dapat menghasilkan komoditas yang
memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif,
Sasaran akhir dari target besar kebijakan revitalisasi pertanian kabupaten
jembarana yaitu adanya tingkat pertumbuhan sektor pertanian dalam tahun 2006 –
2010

Melalui pencermatan kita atas LKPJ AMJ, maka bisa ditinjau beberapa
penjelasan LKPJ sebagai indicator berhasil tidaknya pencapaian kebijakan revitalisasi
pertanian untuk mendorong pertumbuhan sektor pertanian.

1. Data – data statistik pencapaian kinerja pertanian, beberapa di antaranya


memperlihatkan kenaikan yang diragukan validitasnya. Terdapat tengara
data statistik produksi Kakao terutama untuk tahun 2009 kurang akurat.
Sebagaimana tergambar pada grafik mengalami penurunan dari tahun 2005
sampai 2008, namun tahun 2009 mulai mengalami peningkatan produksi
yang cukup signifikan yatu sebesar 558,34 ton atau sebesar 19,81 %.

Ketidakakuratan data terlihat dari penjelasan bahwa peningkatan produksi


Kakao tahun 2009 disebabkan oleh adanya Gerakan Peningkatan Produksi dan
Mutu Kakao Nasional atau disingkat Gernas Pro Kakao. Bila gerakan peremajaan
kakao dilakukan pada tahun 2009, apakah bisa langsung dihasilkan peningkatan
secara signifikan? Bukankah umur pohon kakao minimal bisa berbuah setelah 3-4
tahun?

2. Bila pertumbuhan sektor pertanian diukur dari capaian peningkatan PDRB di


sector Primer, maka sebagaimana pada grafik di bawah ini, terlihat kontribusi

14
sektor primer (pertanian) tidak mengalami perkembangan yang berarti,
dimana sampai tahun 2009 kontribusi sektor ini di angka 26,64, atau turun
dari kondisi dasar tahun 2005 yang mencapai 28,51%

3. Kebijakan dalam urusan ketahanan pangan Pemkab. Jembrana selama


2005-2009 adalah berupaya mempertahankan tingkat produksi beras di
Kabupaten Jembrana dengan ketersediaan mencukupi untuk kebutuhan
masyarakat. Kebijakan diarahkan dengan melakukan pengamanan lahan
sawah di daerah irigasi berproduktivitas tinggi agar kemandirian pangan
Daerah mendukung ketahanan pangan Nasional dapat diamankan. Pada
grafik berikut tergambar bagaimana tekat Pemkab Jembrana dalam RPJMD
untuk menjaga kemantapan ketersediaan beras dengan mengoptimalkan
pemanfaatan lahan sawah tidak bisa menunjukkan kinerja yang optimal.

Meskipun setiap tahun terjadi peningkatan produksi beras, namun pertumbuhan


antara 2005 sampai 2009 tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan
konsumsi beras masyarakat Jembrana. Akibatnya bila tahun 2005 terjadi surplus
beras mencapai 6,1 ribu ton, tahun 2009 terjadi penurunan surplus beras sampai
pada angka 2,6 ribu ton, atau selama kurun waktu dari tahun 2005 s/d tahun
2009 mengalami penurunan surplus persediaan sebesar 56.6%.

Kondisi penurunan surplus beras demikian mencerminkan bahwa tingkat


kemandirian pangan Jembrana mengalami penurunan. Oleh karena itu tentu
harus menjadi pertanyaan tersendiri terkait hasil-hasil dari banyaknya program

15
yang dicanangkan pemerintah Jembrana dalam di sektor pertanian tahun 2006-
2010.

16

Anda mungkin juga menyukai