ABSTRAK
Tinea pedis merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
jamur pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tiga genus
utama yang menjadi penyebabnya adalah Trichophyton, Epidermophyton
dan Microsporum, sedangkan spesies yang paling sering menyebabkan
tinea pedis adalah Trichophyton rubrum dan Trichophyton
mentagrophytes. Penyakit ini dapat menyerang segala usia, tanpa
membedakan jenis kelamin.3 Tinea pedis dapat ditransmisikan melalui
kontak langsung, person to person; di kolam renang, penularan terjadi
melalui kontak fisik dengan permukaan, seperti lantai kamar mandi umum,
ruang ganti dan sebagainya yang terkontaminasi oleh fragmen kulit yang
terinfeksi. Gejala yang ditimbulkan antara lain kulit pecah bersisik serta
rasa gatal.
PENDAHULUAN
Prevalensi tinea pedis di Istanbul tidak dapat diketahui dengan pasti karena
banyak pasien yang tidak mendatangi pusat pelayanan kesehatan selama
kualitas hidup mereka tidak terpengaruh. Ini merupakan salah satu alasan
mengapa angka prevalensi berbeda pada setiap penelitian.5 Di Amerika
Serikat, tinea pedis diperkirakan menjadi penyakit kulit kedua terbanyak
setelah jerawat. Di Eropa dan Asia Timur, prevalensi tinea pedis
diperkirakan sebesar 20%.1 Sementara di Spanyol, prevalensi tinea pedis
adalah sebesar 2,9% (4,2% untuk laki-laki dan 1,7% untuk perempuan).2
Prevalensi lebih tinggi pada ras yang tinggal di daerah tropis. Udara yang
panas, kelembapan tinggi, penggunaan sepatu yang sempit serta bekerja di
tempat yang basah seperti ibu rumah tangga dan petani mempermudah
terjadinya infeksi.3
By : Rickky_Kurniawan@2008 1
DERMATOLOGY
By : Rickky_Kurniawan@2008 2
DERMATOLOGY
By : Rickky_Kurniawan@2008 3
DERMATOLOGY
GAMBARAN KLINIK
Ukk pada tinea pedis :
1. Biasa terlihat pada interdigitalis diantara jari IV dan V serta dapat
meluas hingga subdigital dan sela jari yang lainnya
2. Terlihat fissura yang dilapisi sisik halus dan tipis
3. Terdapat maserasi berupa kulit putih dan rapuh
4. Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga dapat terjadi
selulitis,limfangitis, limfadenitis dan dapat terjadi erisipelas
5. Dapat berbentuk moccasin foot yaitu pada seluruh kaki, dari telapak ,
tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik, dapat
ada eritema yang bersifat ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi.
Vesikel dan papul dapat ditemukan.
- Pada keaadaan subakut dapat terlihat vesikel, vesiko-pustul dan
kadang-kadang bula. Vesikel berisi cairan jernih yang kental,
apabila pecah maka vesikel akan meninggalkan sisik yang
berbentuk lingkaran dan disebut dengan koleret. Infeksi sekunder
data juga terjadi pada keadaan ini sehingga dapat menyebabkan
selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai erisipelas.7
By : Rickky_Kurniawan@2008 4
DERMATOLOGY
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
TERAPI PROMOTIF
Sebagai dokter sebaiknya menanyakan tentang perkembangan penyakit tinea
pedis seperti penggunaan fasilitas olahraga yang dipakai secara umum, tipe
sepatu dan kaos kaki yang sering dipakai, dan pekerjaan yang sehari-hari di
lakukan serta apakah kaki penderita lebih dominan terlibat dalam
pekerjaannya.
Terapi promotif pada penderita Tinea Pedis mengutamakan prinsip pemberian
informasi atau penyuluhan baik pada penderita maupun pada orang-orang
disekitar penderita yang diharapkan dapat mencegah penularan, kekambuhan
serta komplikasi lainnya. Upaya ini antara lain :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat atau penderita tentang
gambaran umum tinea pedis.
2. Memberikan pengetahuan tentang faktor resiko tinea pedis, sehingga
diharapkan dapat melakukan pencegahan.
3. Melakukan penyuluhan untuk tetap menjaga kebersihan pada tubuh dan
lingkungan dimana penderita lebih sering terpapar (rumah, tempat
kerja, dan lain-lain).
By : Rickky_Kurniawan@2008 5
DERMATOLOGY
TERAPI PREVENTIF
1. Cuci tangan dan kaki secara rutin tiap harinya dengan sabun.
2. Keringkan seluruh kaki setelah dicuci. Jangan mengenakan kaos kaki
dalam keadaan kaki yang basah karena akan menyebabkan jamur mudah
tumbuh.
By : Rickky_Kurniawan@2008 6
DERMATOLOGY
3. Jangan gunakan handuk yang sama dengan orang lain tanpa terlebih
dahulu dicuci.
4. Ganti kaos kaki setiap hari. Kaos kaki berbahan cotton dan kulit lebih baik
dari pada yang berbahan nilon dan plastik karena keduanya menyebabkan
kaki lebih banyak berkeringat.
5. Gantilah sepatu setiap 2-3 hari dengan sepatu lain agar masing-masing
sepatu benar-benar kering setelah dipakai.
6. Gunakan sandal apabila berkunjung ke tempat pemandian umum atau
tempat ganti umum untuk menghindari kontak kaki dengan lantai yang
mngkin telah terkontaminasi kulit orang yang menderita tinea pedis.
7. Ketika di dirumah, biarkan kaki kontak dengan udara dan jangan terlalu
sering menggunakan kaos kaki atau sepatu di dalam rumah.
By : Rickky_Kurniawan@2008 7
DERMATOLOGY
2. Makin akut suatu dermatosis, makin lemah bahan aktif yang dipakai
Berarti pada dermatosis yang akut jangan diberi terapi dengan bahan
aktif yang kuat, yakni dengan konsentrasi yang tinggi karena akan
menghebat. Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas dua bagian
yaitu bahan dasar (vehikulum) dan bahan aktif dengan penjelasan
sebagai berikut : 1. Bahan dasar (vehikulum) Memilih bahan dasar
(vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yang
harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai
pegangan ialah pada keadaan yang membasah dipakai bahan dasar yang
cair atau basah, misalnya kompres; dan pada keadaan kering dipakai
bahan dasar padat atau kering, misalnya salep. Secara sederhana bahan
dasar dibagi menjadi tiga yaitu cairan, bedak dan salep. Disamping itu
ada dua campuran atau lebih bahan dasar, yaitu bedak kocok (lotion),
krim, pasta dan linimen.8
a. Cairan
Cairan terdiri atas solusio (larutan dalam air) dan tinctura (larutan
dalam alkohol). Solusio dibagi dalam kompres, rendam (bath) dan
mandi (full bath). Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit
yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat
topikal yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi perlunakan atau
pecahnya vesikel, bula dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah
By : Rickky_Kurniawan@2008 8
DERMATOLOGY
By : Rickky_Kurniawan@2008 9
DERMATOLOGY
b. Bedak
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang
tidak melekat erat sehingga penetresinya sedikit sekali. Efek bedak
ialah mendinginkan, antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek
vasokonstriksi, antipruritus lemah, mengurangi pergeseran pada kulit
yang berlipat (intertrigo) dan proteksi mekanis. Pengobatan dengan
bedak yang diharapkan terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah
talkum venetum. Bedak biasanya dicampur dengan seng oksida, sebab
zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik
lemah dan antipruritus lemah. Indikasi pemberian bedak ialah
dermatosis yang kering dan superfisial, mempertahankan vesikel atau
bula agar tidak pecah. Kontraindikasinya adalah dermatitis yang basah,
terutama bila disertai dengan infeksi sekunder (Hamzah, 2005). Jika
terjadi eksudat atau pus, maka campuran bedak dengan eksudat
merupakan adonan yang memudahkan terjadinya infeksi.7
c. Salep
Salep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar
berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi
dapat pula lanolin atau minyak. Indikasinya adalah dermatosis yang
kering dan kronik, dermatosis yang dalam dan kronik dan dermatosis
yang bersisik dan berkrusta. Kontraindikasinya adalah dermatitis
madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang
berambut, penggunaan salep tidak dianjurkan dan salep jangan dipakai
di seluruh tubuh.8
d. Bedak kocok
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak yang biasanya
ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat, supaya bedak tidak
terlalu kental dan cepat menjadi kering maka jumlah zat padat
maksimal 40 % dan jumlah gliserin 10 – 15 %. Hal ini berarti jika
beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka prosentase tersebut jangan
By : Rickky_Kurniawan@2008 10
DERMATOLOGY
e. Krim
Krim adalah emulsi O/W (oil in water) atau W/O (water in oil).
Kombinasi antara minyak dengan air ditambah emulgator
menghasilkan emulsi W/O atau O/W, bergantung pada susunan
komponen di atas. Krim W/O (cold cream) lebih cocok dipakai waktu
malam karena melengket lebih lama di kulit. Krim O/W (vanishing
cream) lebih cocok dipakai waktu siang karena lebih cair dan tidak
lengket.10 Indikasi digunakan krim ialah indikasi kosmetik, dermatosis
yang subakut dan luas, dan boleh digunakan di daerah yang berambut.
Kontraindikasi untuk krim W/O ialah dermatitis madidans.8
f. Pasta
Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat
protektif dan mengeringkan. Indikasi penggunaan pasta ialah
dermatosis yang agak basah. Kontraindikasinya ialah dermatosis yang
eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna
dan lipatan-lipatan badan, pasta tidak dianjurkan karena terlalu
melekat.8 Sekarang pasta jarang dipakai karena pengolesan dan
pembersihannya lebih sulit.10
g. Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salep.
Indikasi penggunaanya yaitu pada dermatosis yang subakut.
Kontraindikasinya yaitu dermatosis madidans. Ada vehikulum lain
yaitu gel. Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi
yang dibuat dari senyawa organik. Zat untuk membuat gel di antaranya
ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat-zat tersebut
By : Rickky_Kurniawan@2008 11
DERMATOLOGY
I. 2. Obat Antijamur Topikal , obat antijamur topikal yang ideal adalah obat
yang aktif pada konsentrasi sangat rendah, mempunyai formula yang
beragam, efek samping minimal atau bahkan tidak ada, dengan formula
yang spesifik (misalnya untuk kuku dan mukosa) dan mempunyai
manfaat tambahan untuk kelainan yang biasa menyertai infeksi jamur
(misalnya antiinflamasi, keratolitik dan antibakteri). Obat topikal yang
diperuntukkan pada infeksi dermatofita berdasarkan mekanisme
kerjanya meliputi :11
1. Bahan kimia antiseptic Mempunyai sifat antibakteri dan antijamur
ringan serta bersifat mengeringkan, misalnya Cestallani paint
(solusio carbol fuchsin) dapat digunakan untuk kasus tinea kruris dan
kandidosis intertriginosa. Selain itu juga dapat dindikasikan untuk
tinea unguium, tinea imbrikata dan tinea korporis.11,12
By : Rickky_Kurniawan@2008 12
DERMATOLOGY
By : Rickky_Kurniawan@2008 13
DERMATOLOGY
bahwa obat ini efektif dan tertoleransi dengan baik oleh anak-anak.
Terbinafin dioleskan 4 kali sehari pada penderita tinea kruris dan
tinea korporis baik dewasa maupun anak-anak dalam waktu 1 – 4
minggu. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak (>12 tahun)
diberikan olesan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk krim.3,9,12
Contoh nama merk dagang obat naftitin yaitu exoderil dan contoh
nama merk dagang obat terbinafin yaitu interbi, lamisil dan termisil.
13
By : Rickky_Kurniawan@2008 14
DERMATOLOGY
a. Mikonazol.
Derivat mikonazol ini berkhasiat fungisid kuat dengan spektrum kerja
lebar sekali. Lebih aktif dan efektif terhadap dermatofit biasa dan kandida
daripada fungistatika lainnya. Zat juga bekerja bakterisid pada dosis terapi
terhadap sejumlah kuman Gram positif kecuali basil-basil Doderlein yang
terdapat dalam vagina. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak
diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 2 %,
bedak kocok ataupun bedak. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak
diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 2 – 6 minggu dalam bentuk krim 2
% atau bedak kocok. Jika menggunakan bedak, maka cukup ditaburkan 2
kali sehari selama 2 – 4 minggu.14Contoh nama merk dagang obat
mikonazol yaitu micoskin, mexoderm dan daktarin.13
b. Klotrimazol.
Derivat imidazol ini memiliki spektrum fungistatis yang relatif lebih
sempit daripada mikonazol. Pada konsentrasi tinggi, zat ini juga berdaya
bakteriostatis terhadap kuman Gram positif. Penderita tinea pedis dan tinea
korporis dewasa diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 2 – 6 minggu
dalam bentuk krim 1 % atau solusio, sedangkan pada anak-anak tidak
tersedia. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak diberikan sebanyak
2 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 1 %, solusio ataupun
bedak kocok.14Contoh nama merk dagang obat klotrimazol yaitu canesten,
lotremin dan fungiderm.13
c. Ketokonazol.
Fungistatikum imidazol pertama yang digunakan per oral (1981).
Spektrum kerjanya mirip dengan mikonazol dan meliputi banyak fungi
patogen. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2
kali atau 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 %.
Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali
atau 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 2 %. Penderita
By : Rickky_Kurniawan@2008 15
DERMATOLOGY
d. Ekonazol.
Ekonazol adalah derivat mikonazol, tetapi satu dari empat atom klor
diganti oleh atom H. Spektrum kerjanya lebih kurang sama, hanya lebih
aktif terhadap Aspergillus. Obat ini efektif untuk infeksi kutaneus. Titik
tangkapnya berhubungan dengan metabolisme sintesis RNA dan protein,
mengganggu permeabilitas dinding sel jamur sehingga menyebabkan
kematian sel jamur. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan
sebanyak 2 kali atau 4 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 1
%. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali
atau 4 kali sehari dalam bentuk krim 1 %. Contoh nama merk dagang obat
ekonazol adalah pevaryl.14
e. Oksikonazol
Oksikonazol merupakan obat jamur yang memiliki spetrum luas. Titik
tangkapnya yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan
kematian sel jamur. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan
sebanyak 4 kali sehari selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %. Penderita
tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama
2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 % atau bedak kocok. Contoh nama
merk dagang obat oksikonazol adalah oxistat.14
f. Sulkonazol
Sulkonazol merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik
tangkapnya yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan
kebocoran komponen sel, sehingga menyebabkan kematian sel jamur.
Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak (> 12 tahun) dioleskan
By : Rickky_Kurniawan@2008 16
DERMATOLOGY
g. Sertakonazol.
Bentuk krim sertakonazol nitrat merupakan antijamur yang aktif melawan
Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton
floccosum. Diindikasikan untuk tinea pedis dengan dioleskan 2 kali sehari
baik dewasa maupun anak-anak (> 12 tahun). Contoh nama merk dagang
obat sertakonazol adalah ertaczo.
h. Bifonazol
Bifonazol merupakan derivat imidazol yang berkhasiat terhadap beberapa
jenis jamur dan ragi yang patogen terhadap manusia serta terhadap
beberapa kuman Gram positif. Bifonazol bermanfaat pada pengobatan
tinea unguium dalam bentuk losio atau krim yang dikombinasikan
bersama urea 40 % dengan bebat.10,14Contoh nama merk dagang obat
bifonazol yaitu mycospor.13
6. Golongan lainnya
a. Siklopiroks.
Senyawa hidroksipiridon ini berspektrum luas. Senyawa ini berkhasiat
fungisid terhadap Candida albican dan Trichophyton rubrum, fungistatis
terhadap Malassezia furfur (panu), lagi pula bekerja bakteriostatis lemah.
Walaupun struktur kimianya berbeda dengan zat-zat imidazol, tetapi
mekanisme kerjanya diperkirakan sama, yaitu terhadap membran plasma
sel jamur. Mungkin juga mekanisme kerjanya berdasarkan perintah
transpor dari asam-asam amino dan ion-ion melalui membran sel. Daya
kerjanya diperkuat bila dibuat ester oalmin. Siklopiroks khusus digunakan
secara dermal. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak (> 10 tahun)
dioleskan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk krim 1 %, jika tidak ada
perbaikan setelah 4 minggu maka perlu dievaluasi lagi. Hal tersebut juga
berlaku pada penderita tinea kruris dan tinea kapitis. Solusio siklopiroks
By : Rickky_Kurniawan@2008 17
DERMATOLOGY
telah dilaporkan dapat berpenetrasi melalui semua lapisan kuku pada kasus
tinea unguium namun memiliki efikasi yang rendah sehingga perlu
kombinasi dengan obat antijamur oral.14 MIMS tahun 2005 menyebutkan
contoh nama merk dagang obat siklopiroks yaitu batrafen dan loprox nail
lacquer.13
b. Tolnaftat
Tonaftat termasuk golongan tiokarbonat dan merupakan antijamur yang
sangat efektif terhadap dermatofitosis dan infeksi Pityrosporum orbiculare
tetapi tidak terhadap Candida. Mekanisme kerjanya adalah dengan
menghambat epoksidasi skualen pada membran sel jamur. Biasanya
digunakan 2 kali sehari selama 2 – 4 minggu dan dilanjutkan 2 minggu
setelah gejala klinis hilang. Penderita tinea kruris dewasa dan anak anak
dioleskan sebanyak 2 kali sehari. Tersedia dalam bentuk krim 1 %, solusio
dan bedak. Tolnaftat dapat diindikasikan pada pengobatan topikal untuk
tinea korporis dan tinea unguium. Contoh nama merk dagang obat
tolnaftat adalah tinactin.3,9
c. Haloprogin.
Haloprogin berkhasiat fungisid terhadap Epidermophyton, Pityrosporum,
Trichophyton dan Candida. Kadang-kadang terjadi sensitasi dengan
timbulnya gatal gatal, perasaan terbakar dan iritasi kulit. Penderita tinea
kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 3 kali sehari. Tersedia
dalam bentuk krim 1 % dan solusio. Biasanya digunakan dalam waktu 2 –
4 minggu. Contoh nama merk dagang obat haloprogin adalah halotex.11,14
Pengobatan pada tinea unguium sangat memerlukan kombinasi dengan
obat antijamur oral terutama generasi baru seperti itrakonazol dan
terbinafin, karena jika hanya mengandalkan obat topikal saja maka daya
penetrasi terhadap kuku sangat terbatas sehingga tidak efektif. Pengobatan
tinea manus pada prinsipnya sama dengan pengobatan yang dilakukan
pada tinea pedis.10
By : Rickky_Kurniawan@2008 18
DERMATOLOGY
TERAPI REHABILITATIF
Rehabilitasi medik pada pasien tinea pedis pada dasarnya tergantung pada
penyebab dasar yang menyertai penyakit tersebut, misalnya diabetes
mellitus, HIV AIDS.
Adapun langkah-langkah dalam rehabilitasi sebagai berikut :
a. Anamnesis ( faktor resiko, adanya penyulit misalnya ulkus
diabetik)
b. Pemeriksaan fisik : keadaan umum pasien, mobilitas/gerak, fungsi
neurologis, sensorik, motorik.
c. Pemeriksaan psikis : jika pasien mengalai depresi, stress maka
dilakukan model pendekatan baik secara personal maupun kepada
keluarga untuk menjelaskan penyakitnya.
d. Evaluasi fungsi nutrisi agar adekuat
e. Latihan jalan/gerak
f. Mengembalikan fungsi aktivitas kehidupan sehari-hari agar dapat
maksimal.
g. Mencegah kembalinya penyakit dan mengobati faktor resiko.
By : Rickky_Kurniawan@2008 19
DERMATOLOGY
KESIMPULAN
1. Tinea pedis merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
jamur pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.
2. manifestasi klinis berupa fisura, maserasi, dpt berupa maccosin foot,
bisa terjadi infeksi sekunder.
3. T. rubrum juga menghasilkan keratinase yang dapat melisiskan
keratin pada stratum korneum kulit sehingga menimbulkan gejala
klinis seperti timbulnya skuama. Dengan rusaknya stratum korneum
jamur ini dapat menginvasi ke jaringan yang lebih dalam dan
menimbulkan reaksi inflamasi local.
4. Penatalaksanaan perlu dilakukan secara komprehensif.
By : Rickky_Kurniawan@2008 20
DERMATOLOGY
DAFTAR PUSTAKA
1) Abbas Ali Mansour dan Khalil I Hamdi. (2007). Tinea Pedis Among
Diabetics in Basrah: prevalence and predictors. Journal of Chinese
Clinical Medicine 2, 9.
2) Sofia Perea, Maria Jose Ramos, Margarita Garau, Alba Gonzalez,
Antonio R. Noriega, and Amalia Del Palacio. (2000). Prevalence and
Risk Factors of Tinea Unguium and Tinea Pedis in the General
Population in Spain. Journal Of Clinical Microbiology 38, 9.
3) Siregar, R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit dalam
Penyakit Jamur. Edisi 2. Jakarta. EGC, Hal.23.
4) WHO. (2006) Guidelines for safe recreational water environments. Hal
52.
5) Hapcioglu. (2005). The Prevalence Of Superficial Mycosis (Tinea
Pedis And Onychomycosis) In Elementary School Children In
Istanbul. J Ist Faculty Med 68, 113-8.
6) Muhannad Al Hasan, S Matthew Fitzgerald, Mahnaz Saoudian, Guha
Krishnaswamy. Dermatology for the practicing allergist: Tinea pedis
and its complications alvailable at
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=419368
accessed on September 3rd 2008.
7) Djuanda adhi et al. ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ke 4. balai
penerbit FKUI, jakarta 2005 : 93
8) M Hamzah. (2005), Dermatoterapi, dalam Djuanda, A., Hamzah, M.
dan Aisah, S. (eds), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. 4th ed,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
9) Hardyanto.(1990).Antijamur Dalam Dermatologi, dalam Ednawati dan
Soedarmadi (eds), Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin,
Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah mada. Hal. 41 – 58.
10) F Madani. (2000). Infeksi Jamur Kulit, dalam Harahap, M. (ed), Ilmu
Penyakit Kulit. Jakarta. Penerbit Hipokrates. Hal. 73 – 87.
By : Rickky_Kurniawan@2008 21
DERMATOLOGY
By : Rickky_Kurniawan@2008 22