Anda di halaman 1dari 4

ASAL NAMA AZMATKHAN

Sejarah mencatat meratanya serbuan dan perampasan bangsa


Mongol di belahan Asia. Diantara nama yang terkenal dari penguasa-
penguasa Mongol adalah Khubilai Khan. Setelah Mongol menaklukkan
banyak bangsa, maka muncullah Raja-raja yang diangkat atau diakui oleh
Mongol dengan menggunakan nama belakang “Khan”, termasuk Raja
Naserabad, India.
Setelah Sayyid Abdul Malik menjadi menantu bangsawan Naserabad,
mereka bermaksud memberi beliau gelar “Khan” agar dianggap sebagai
bangsawan setempat sebagaimana keluarga yang lain. Hal ini persis
dengan cerita Sayyid Ahmad Rahmatullah ketika diberi gelar “Raden
Rahmat” setelah menjadi menantu bangsawan Majapahit. Namun karena
Sayyid Abdul Malik dari bangsa “syarif” (mulia) keturunan Nabi, maka
mereka menambah kalimat “Azmat” yang berarti mulia (dalam bahasa
Urdu India) sehingga menjadi “Azmatkhan”. Dengan huruf arab, mereka
menulis ‫ عظمخخت خخخان‬bukan ‫عظمخخة خخخان‬, dengan huruf latin mereka menulis
“Azmatkhan”, bukan “Adhomatu Khon” atau “Adhimat Khon” seperti yang
ditulis sebagian orang.
Adapun nasab Sayyid Abdul Malik adalah sebagai berikut:

Abdul Malik bin


Alawi (Ammil Faqih) bin
Muhammd Shahib Mirbath bin
Ali Khali' Qasam bin
Alawi bin
Muhammad bin
Alawi (Asal usul marga Ba'alawi atau Al-Alawi) bin
Abdullah / Ubaidillah bin
Ahmad Al-Muhajir Ilallah bin
Isa bin
Muhammad bin
Ali Al-'Uraidhi bin
Ja'far Ash-Shadiq bin
Muhammad Al-Baqir bin
Ali Zainal Abidin bin
Husain bin
Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti Rasulillah SAW.
Sayyid Abdul Malik juga dikenal dengan gelar "Al-Muhajir Ilallah",
karena beliau hijrah dari Hadhramaut ke India untuk berda'wah,
sebagaimana kakek beliau, Sayyid Ahmad bin Isa, digelari seperti itu
karena beliau hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berda'wah.
Berkatalah H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini dalam bukunya “Pembahasan Tuntas Perihal
Khilafiyah”:
“Sayyid Abdul Malik bin Alwi lahir di kota Qasam, sebuah kota di Hadhramaut,
sekitar tahun 574 Hijriah. Ia meninggalkan Hadhramaut pergi ke India bersama jama’ah
para Sayyid dari kaum Alawiyyin. Di India ia bermukim di Nashr Abad. Ia mempunyai
beberapa orang anak lelaki dan perempuan, diantaranya ialah Sayyid Amir Khan
Abdullah bin Sayyid Abdul Malik, lahir di kota Nashr Abad, ada juga yang mengatakan
bahwa ia lahir di sebuah desa dekat Nashr Abad. Ia anak kedua dari Sayyid Abdul
Malik.”
Nama putra Sayyid Abdul Malik adalah “Abdullah”, penulisan “Amir Khan” sebelum
“Abdullah” adalah penyebutan gelar yang kurang tepat, adapun yang benar adalah Al-
Amir Abdullah Azmatkhan. Al-Amir adalah gelar untuk pejabat wilayah. Sedangkan
Azmatkhan adalah marga beliau mengikuti gelar ayahanda.
Sebagian orang ada yang menulis “Abdullah Khan”, mungkin ia hanya ingat Khan-
nya saja, karena marga “Khan” (tanpa Azmat) memang sangat populer sebagai marga
bangsawan di kalangan orang India dan Pakistan. Maka penulisan “Abdullah Khan” itu
kurang tepat, karena “Khan” adalah marga bangsawan Pakistan asli, bukan marga beliau
yang merupakan pecahan marga Ba’alawi atau Al-Alawi Al-Husaini.
Ada yang berkata bahwa di India mereka juga menulis Al-Khan, namun yang tertulis
dalam buku nasab Alawiyyin adalah Azmatkhan, bukan Al-Khan, sehingga penulisan Al-
Khan akan menyulitkan pelacakan di buku nasab.
Sayyid Abdullah Azmatkhan pernah menjabat sebagai Pejabat Diplomasi Kerajaan
India, beliaupun memanfaatkan jabatan itu untuk menyebarkan Islam ke berbagai negeri.
Sejarah mencatat bagaimana beliau bersaing dengan Marcopolo di daratan Cina,
persaingan itu tidak lain adalah persaingan didalam memperkenalkan sebuah budaya.
Sayyid Abdullah memperkenalkan budaya Islam dan Marcopolo memperkenalkan
budaya Barat. Sampai saat ini, sejarah tertua yang kami dapat tentang penyebaran Islam
di Cina adalah cerita Sayyid Abdullah ini. Maka bisa jadi beliau adalah penyebar Islam
pertama di Cina, sebagaimana beberapa anggota Wali Songo yang masih cucu-cucu
beliau adalah orang pertama yang berda’wah di tanah Jawa.
H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini melanjutkan:
“Ia (Sayyid Abdullah) mempunyai anak lelaki bernama Amir Al-Mu’azhzham Syah
Maulana Ahmad.”
Nama beliau adalah Ahmad, adapun “Al-Amir Al-Mu’azhzham” adalah gelar
berbahasa Arab untuk pejabat yang diagungkan, sedangkan “Syah” adalah gelar
berbahasa Urdu untuk seorang Raja, bangsawan dan pemimpin, sementara “Maulana”
adalah gelar yang dipakai oleh muslimin India untuk seorang Ulama besar.
Sayyid Ahmad juga dikenal dengan gelar “Syah Jalaluddin”.
H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini melanjutkan:
“Maulana Ahmad Syah Mu’azhzham adalah seorang besar, Ia diutus oleh Maharaja
India ke Asadabad dan kepada Raja Sind untuk pertukaran informasi, kemudian selama
kurun waktu tertentu ia diangkat sebagai wazir (menteri). Ia mempunyai banyak anak
lelaki. Sebagian dari mereka pergi meninggalkan India, berangkat mengembara. Ada
yang ke negeri Cina, Kamboja, Siam (Tailand) dan ada pula yang pergi ke negeri Anam
dari Mongolia Dalam (Negeri Mongolia yang termasuk di dalam wilayah kekuasaan
Cina). Mereka lari (?) meninggalkan India untuk menghindari kesewenang-wenangan
dan kezhaliman Maharaja India pada waktu terjadi fitnah pada akhir abad ke-7 Hijriah.
Diantara mereka itu yang pertama tiba di Kamboja ialah Sayyid Jamaluddin Al-
Husain Amir Syahansyah bin Sayyid Ahmad. Ia pergi meninggalkan India tiga tahun
setelah ayahnya wafat. Kepergiannya disertai oleh tiga orang saudaranya, yaitu Syarif
Qamaruddin. Konon, dialah yang bergelar ‘Tajul-muluk’. Yang kedua ialah Sayyid
Majiduddin dan yang ketiga ialah Sayyid Tsana’uddin.”
Sayyid Jamaluddin Al-Husain oleh sebagian orang Jawa disebut Syekh Jumadil
Kubro. Yang pasti nama beliau adalah Husain, sedangkan Jamaluddin adalah gelar atau
nama tembahan, sehingga nama beliau juga ditulis “Husain Jamaluddin”. Adapun
“Syahansyah” artinya adalah Raja Diraja. Namun kami yakin bahwa gelar Syahansah itu
hanyalah pemberian orang yang beliau sendiri tidak tahu, karena Rasulullah SAW
melarang pemberian gelar Syahan-syah pada selain Allah.
Sayyid Husain juga memiliki saudara bernama Sulaiman, beliau medirikan sebuah
kesultanan di Tailand. Beliau dikenal dengan sebutan Sultan Sulaiman Al-Baghdadi,
barangkali beliau pernah tinggal lama di Baghdad. Nah, Sayyid Husain dan Sayyid
Sulaiman inilah nenek moyang daripada keluarga Azmatkhan Indonesia, setidaknya yang
kami temukan sampai saat ini.
Sayyid Husain memiliki tujuh orang putra sebagi berikut:

1. Sayyid Ibarahim, diketahui memiliki tiga orang putra:


1.1. Maulana Ishaq (ayah Sunan Giri). Keturunannya mulai terdata.
1.2. Sayyid Fadhal Ali Al-Murtadha (Raden Santri). Keturunannya mulai terdata.
1.3. Sayyid Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel). Keturunannya mulai terdata.

2. Sayyid Barakat, diketahui memiliki empat orang putra:


2.1. Sayyid Abdurrahman Ar-Rumi. Belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.
2.2. Sayyid Ahmad Syah. Belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.
2.3. Maulana Malik Ibrahim. Belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.
2.4. Sayyid Abdul Ghafur. Diketahui memiliki satu putera:
2.4.1. Sayyid Ibrahim. Diketahui memiliki dua putera:
2.4.1.1. Sayyid Fathullah (Falatehan). Keturunannya mulai terdata.
2.4.1.2. Nyai Mas Gandasari (Istri Sunan Gunung Jati).

3. Sayyid Ali Nurul Alam, memiliki dua orang putra:


3.1. Sayyid Abdullah ; berputra Syarif Nurullah dan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Keturunannya mulai terdata .
3.2. Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung). Menikah dengan cucu Sunan Ampel dan berputra
Ja’far Ash-Shadiq (Sunan Kudus). Keturunannya mulai terdata.
3.3. Sayyid Haji Utsman (Sunan Manyuran). Keturunannya mulai terdata.

4. Sayyid Fadhal (Sunan Lembayung). Kami belum mendapatkan riwayat beliau dan belum
ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.

5. Sayyid Abdul Malik. Kami belum mendapatkan riwayat beliau dan belum ada informasi
bahwa beliau memiliki keturunan.
6. Pangeran Pebahar. Kami belum mendapatkan nama Arab dan riwayat beliau. Beliau
adalah kakek dari Tuan Faqih Jalaluddin, Ulama Palembang pada masa Sultan Mahmud
Badaruddin. Diketahui memiliki keturunan.
7. Yang ketujuh belum kami dapatkan nama dan riwayatnya dan belum ada informasi
bahwa beliau memiliki keturunan.

Adapun Sayyid Sulaiman Al-Baghdadi memiliki tiga orang putra dan seorang putri
yang semuanya berdakwah dan meninggal di Cirebon Jawa Barat:
1. Syekh Datuk Kahfi. Diketahui memiliki keturunan.
2. Sayyid Abdurrahman (Pangeran Panjunan). Keturunannya mulai terdata.
3. Sayyid Abdurrahim (Pangeran Kejaksan). Diketahui memiliki keturunan.
4. Syarifah Ratu Baghdad, menikah dengan Sunan Gunung Jati.
http://azmatkhanalhusaini.com/index.php?

option=com_content&task=view&id=19&Itemid=56

Anda mungkin juga menyukai