Anda di halaman 1dari 11

PERILAKU KONSUMEN PENGGUNA KAMERA DIGITAL SLR

Deodotus Alvika Yeno Magta


05120345
Asian Banking Finance and Informatics Institute Perbanas
Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan 12940
ddeodotus@Yahoo.co.uk

ABSTRAK

Kebutuhan akan kamera dslr terpaku hanya pada beberapa orang, atau bisa dibilang
peminat kamera dslr merupakan lingkup para pehobi fotografi serta professional.

PENDAHULUAN

Fotografi merupakan cara yang paling konvensional dalam mengabadikan suatu


momen yang telah dipakai sejak di temukannya camera obscura oleh Joseph Nicephore
Niepce, pada tahun 1826 (Davenport, 1991). Cara konvensional ini merupakan cara yang
paling mudah dalam mendokumentasikan momen. Seiring dengan perkembangan
teknologi, semakin memudahkan untuk mereka atau mendokumentasikan segala
peristiwa penting mereka.

Kelahiran kamera digital single lens reflex diawali dengan munculnya kamera single
lens reflex yang pencitraan gambarnya belum menggunakan sensor digital. Seiring
perjalanan teknologi kamera pun berkembang pesat, penggunaan kamera yang
semakin mudah kini pun menjadi gaya hidup para kaum sosialitas menengah.
Kehadiran ditambah lagi dengan situs-situs pertemanan yang memungkinkan untuk
masukan banyak foto ke dalam akun. Tidak heran maka kalau permintaan terhadap
kamera pun semakin marak. Industri kamera pun saling berlomba mengeluarkan
produk baru dengan fasilitas dan feature yang lengkap.

Selain dorongan dari penjual, permintaan juga datang dari lingkungan para konsumen
yang berada pada lingkup pecinta atau kelompok fotografi. Dari sisi inilah para
pelaku konsumen memiliki motivasi untuk memiliki dan yang pada akhirnya membeli
barang tersebut. Istilah perilaku konsumen sendiri merupakan proses pengambilan
keputusan dan aktifitas fisik dalam menggunakan dan menghabiskan barang dan jasa
(Della Bitta dkk, dalam Sumarwan, 2004:25 )

Di dalam makalah ini penulis akan menjelaskan perilaku konsumen terhadap


pembelian kamera dslr yang diakui dapat memberikan hasil dan kualitas yang jauh
lebih baik dari kamera saku maupun kamera ponsel yang dalam penggunaannya lebih
praktis. Dalam hal ini perilaku konsumen yang hanya membutuhkan kamera sebagai
foto dokumentasi biasa atau sebagai koleksi data bentuk dijital, namun penulis
mengamati hal ini menjadi semakin marak ketika para penjual memanaskan dengan
hasil dan kualitas yang lebih baik dari kamera saku, dengan motivasi tersebut maka
keinginan akan kualitas gambar yang lebih baik pun semakin membangkitkan gairah
para konsumen untuk memiliki barang tersebut.

Dalam makalah ini terdapat penjelasan penulis mengenai bagaimana cara-cara


individu dalam suatu kelompok membeli, menggunakan, dan melepaskan kamera dslr.
Penulis juga akan menjelaskan bagaimana pengaruh konsumen dan pengaruh
organisasi dalam perilaku konsumen kamera dslr.

Kelompok yang akan diuji adalah anggota Slide fotografi yang merupakan organisasi
unit kegiatan mahasiswa dalam bidang fotografi yang ada di ABFII Perbanas. Dimana
dalam perilakunya anggota Slide Perbanas beraktivisasi menggunakan kamera dlsr.

Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui perilaku konsumen dalam membeli,
menggunakan, dan melepaskan suatu produk. Serta mengetahui bagaimana pengaruh
consumer influences dan organizational influences terhadap perilaku konsumen.
LANDASAN TEORI

Perilaku Konsumen
Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen
dalam mencari , membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk
dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dkk
dalam Sumarwan, 2002:25 )

Karakteristik yang mempengaruhi tingkah laku konsumen


Pembelian konsumen amat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi dan
psikologis. Berikut ini dipaparkan menurut (Kotler dkk, 1996:144-154)

Budaya
Kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh
seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. (Kotler
dkk,1996)
Latar belakarng budaya konsumen akan mempengaruhi keputusan kamera yang
dibelinya.

Sub-budaya
Sekelompok orang yang mempunyai system nilai sama berdasarkan pengalaman
hidup dan situasi. (Kotler dkk, 1996:145)
Tingkah laku membeli konsumen dipengaruhi oleh identifikasi subbudayanya, hal ini
dapat mempengaruhi minat konsumen pada kamera dan merek yang dibelinya (Kotler
dkk, 1996:145)

Kelas sosial
Divisi masyarakat yang relative permanent dan terartur dengan para anggotanya
mewnganut nilai-nilai, minat dan tingkah yang serupa. Kelas social buakn ditentukan
oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Kelas sosial konsumen dapat mempengaruhi keputusannya membeli kamera, bila dia
berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi, keluarganya mungkin akan akan
membelikan kamera mahal dan memasukannya dalam kelompok fotografi.

Kelompok
Dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk memperoleh sasaran individu atau
bersama.
Pentingnya pengaruh kelompok bervariasi untuk produk dan merek. Pengaruh itu
cenderung paling kuat kalau produk itu terlihat oleh orang lain yang dihargai oleh
pemiliknya.keputusan konsumen dalam membeli kamera serta pilihan merek mungkin
amat dipengaruhi oleh kelompoknya, seperti teman teman dari klub fotografi.

Keluarga
Organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telat
diteliti secara mendalam.
Anggota keluarga konsumen mungkin memegang peran pemberi pengaruh dalam
keputusannya membeli kamera. Mereke mungkin memiliki pendapat mengenai
pembelian kameranya dan mengenai jenios kamera yang mau dibeli. Pada waktu yang
sama, konsumen merupakan pengambil keputusan, pembeli dan pengguna primer.

Perilaku konsumsi terhadap kamera digital dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Kepribadian individu merupakan salah satunya, banyak konsumen yang dalam
prilakunya memiliki barang tidak berdasarkan akan kebutuhan. Dimana kebutuhan
yang dirasakan konsumen (felt needed) bisa dimunculkan oleh diri konsumen sendiri
(fisiologis) (Sumarwan, 2004).

Menurut teori Freud mengenai Teori kepribadian, kebutuhan yang tidak disadari
(unconscious needs) atau dorongan dalam diri manusia (drive), seperti dorongan seks
dan kebutuhan biologis adalah inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Mengutip
pendapat para peneliti yang menggunakan teori freud dalam studi perilaku konsumen
dengan mengatakan bahwa motivasi (human drive) manusia sebagian besar tidak
disadari, sehingga konsumen seringkali tidak menyadari atau tidak tahu alasan
sesungguhnya mereka membeli suatu produk (Schiffman dkk, dalam Sumarwan,
2004:50).

Untuk mendukung faktor kepribadian yang merupakan pengaruh perilaku konsumen,


terdapat juga gaya hidup (life sytle). Gaya hidup adalah pola dimana orang
menghabiskan atau menggunakan uang dan waktunya (Blackwell dalam sumarwan,
2004:56).

Maka tidak salah jika orang yang hidup atau sering bersinggungan dengan komunitas
hobi tertentu (interest) maka akan memiliki motivasi untuk memiliki barang yang
sama.
PROFIL RESPONDEN

Penulis meneliti beberapa responden yang berasal dari UKM Slide Fotografi
Perbanas, dimana responden melakukan aktivitas perilaku konsumen terhadap produk
kamera dslr.

Sejarah singkat mengenai Slide Fotografi Perbanas, dibentuk pada tanggal 14 Mei
1994 oleh beberapa mahasiswa pencinta fotografi. Pada awalnya bernama Slide
Fotografi Club (SFC) hingga pada tanggal 11 september 2001 berganti nama menjadi
Slide Fotografi. Slide sendiri merupakan organisasi dibawah naungan ABFII Perbanas
yang mengorganisir sebagian kelompok untuk mendapatkan pelatihan dan pendidikan
Fotografi serta organisasi . Dalam perjalanannya sampai sekarang telah beregenerasi
sebanyak 18 angkatan dan telah melahirkan beberapa fotografer pada beberapa media
elektronik dan cetak lokal.

Berikut adalah nama beberapa responden yang penulis pilih acak berdasarkan nama
pangilan mereka.

Adji, 21 tahun, Mahasiswa S1 Akuntansi Perbanas, telah 2 tahun masuk dalam UKM
Slide, bertempat tinggal di Rempoa, Jakarta Selatan. Dalam kesehariannya Adji selalu
menggunakan kendaraan bermotor menuju kampus. Uang saku Adji perbulan kurang
lebih Rp. 900.000,00. Selain uang saku, Adji jarang diberi uang tambahan kecuali
untuk membeli peralatan kuliah. Namun Adji terkadang membantu mengerjakan
pekerjaan foto yang didapat dari seniornya, satu pekerjaan terkadang mendapat
ongkos sekitar Rp. 300.000,00 dalam satu bulan kira-kira Adji dapat membantu
seniornya sebanyak 2 kali. Dari uang tabungannya adji beberapa bulan lalu dapat
memiliki kamera dslr bekas pakai Nikon D80. menurutnya membeli bekas tidak
menjadi masalah, asal kita pintar memilih.

Arif, 22 tahun, Mahasiswa S1 Akuntansi Perbanas, telah 3 tahun masuk dalam UKM
Slide, bertempat tinggal di Komplek Taman Galaxy, Bekasi. Terkadang Arif
menggunakan mobil menuju kampus. Uang saku Arif perbulan kira kira Rp.
1.500.000,00. Selain uang saku, Arif terkadang mendapat tambahan uang saku dari
pendapatan Band nya, terkadang arif juga mengerjakan pekerjaan foto pra nikah. Dari
uang tabungannya serta tambahan dari orang tua Arif sekarang memiliki kamera
kamera dslr Canon 30D bekas, dimana sebelumnnya arif menggunakan Kamera dslr
Canon 350D.

Dani, 22 tahun, Mahasiswa S1 Akuntansi Perbanas, telah 4 tahun masuk dalam UKM
Slide, bertempat tinggal di Cijantung, Jakarta Timur. Dani berangkat kekampus
menggunakan motor. Uang saku Dani perbulan kurang lebih 1.200.000,00 dengan
tambahan uang bensin sebesar Rp. 240.000,00 perbulan. Selain dari uang sakunya
dani tidak mendapat tambahan uang saku, namun ketika ingin membeli barang apapun
Dani selalu bilang kepada orang tuannya untuk mendapat tambahan. Saat ini dani
menggukan Kamera dslr Canon 30D beserta Flash Speed Light 580 EX II

Dhemas, 22 tahun, Mahasiswa S1 Manajemen Perbanas, telah 3 tahun masuk dalam


UKM Slide, bertempat tinggal di Pekayon, Bekasi. Dhemas menggunakan motor
dalam perjalanan menuju kampus. Sudah Hampir 2 tahun Dhemas sudah tidak
meminta uang saku kepada orang tuanya, penghasilannya di dapat dari pekerjaanya
menjadi Fotografer Majalah Budaya Batak “Tapian” yang berkantor di sekitar Jalan
Matraman. Gajinya kurang lebih Rp. 1.500.000,00 per bulan belum termasuk uang
transportasi dan makan. Pada saat ini Dhemas menggunakan Canon 40D lengkap
dengan assesoris tambahan, sebelumnya Dhemas mengunakan Nikon D80 dan Nikon
D70

Hafiz, 23 tahun, Mahasiswa S1 Akuntansi Perbanas, telah 4 Tahun masuk dalam


UKM Slide, Bertempat Tinggal di Depok, Jawa Barat. Sehari-harinya menggunakan
kendaraan bermotor. Sama seperti Dhemas, Hafiz sudah hampir 2 tahun tidak
meminta uang saku kepada orang tuanya. Uang sakunya ia dapat dari penghasilannya
menjadi fotografer freelance pada sebuah perusahaan Even Organizer “Maximedia”
yang kini menangani majalah internal Bank BII. Tiap event, Hafiz mendapat ongkos
sebesar Rp.300.000,00 dan dalam satu bulan Hafiz minimal mengerjakan 10 event
tiap bulannya. Terkadang Hafiz juga mengerjakan pekerjaan foto pada salah satu
manajemen artis ibukota, juga sempat menjadi fotografer freelance menangangi
perusahaan Unilever, Indonesia. Dari hasil fotonya tersebut Hafis memiliki kamera
dslr Nikon D200 beserta assesoris dimana sebelumnya menggunakan Nikon D70s.
Selain membeli kamera Hafiz juga telah mencicil kendaraan bermotornya sendiri serta
membantu orang tua membayar uang internet dirumah.

PERILAKU KONSUMEN

Para responden yang penulis pilih tersebut melakukan kegiatan perilaku konsumen.
Yaitu mendapatkan, menggunakan sampai pada melepas produk kamera dslr.

Mendapatkan Produk

Dalam mendapatkan produk kamera dslr, responden selalu mencari informasi terlebih
dahulu. Banyak cara mencari informasi produk kamera dslr tersebut, misalnya dari
brosur-brosur produk, toko penjual produk, situs-situs internet serta dari pengguna
yang lebih dahulu menggunakan produk tersebut.
Setelah mendapat informasi yang cukup para renponden biasanya menyocokan sesuai
dengan budget dan kebutuhan yang mereka miliki. Pembelian kamera dslr yang
dilakukan responden berbeda beda, ada yang dating langsung ke toko, ada pula yang
mencari lewat situs jual beli di internet.

Untuk membeli Kamera Nikon D80 bekas, Adji memerlukan waktu yang lama untuk
menabung dan dengan tambahan dari orang tuanya. Adji, mencari produk yang dia
inginkan lewat situs jual beli di internet, pembeliannya dilakukan secara Cash On
Delivery (COD) yaitu bertemu dengan penjual, mencoba dan membayarnya melalui
tunai sejumlah Rp. 6.500.000,00.

Arief, dalam mendapatkan Canon 30D Arief tidak terlalu lama, karena arief memiliki
tambahan tabungan yang cukup ditambah hasil penjualan kamera terdahulunya yaitu
Canon 350D. Sama halnya seperti Adji, Arief mendapatkan kamera Canon 30Dnya
dari situs Jual-beli Online di internet, pembeliannya dilakukan secara bertemu, namun
dalam hal pembayaran Arief melakukannya dengan ATM, sejumlah Rp. 6.700.000,00
Dani, membeli kameranya pada awal dia masuk UKM Slide, dalam pembeliannya
Dani mengeluarkan seluruh tabungannya dan meminta tambahan dari orang tuanya,
lalu terkumpul sebesar Rp. 10.000.000,00. Setelah banyak bertanya pada beberapa
pengguna dan mendapat informasi yang tepat, akhirnya Dani memutuskan untuk
membeli kamera dslr Canon 30D baru seharga Rp. 9.900.000 di toko kamera di
daerah Mangga Dua, Jakarta Barat.

Dhemas, pada awal pembelian kamera dslrnya, Dhemas menggunakan seluruh


tabungannya, menjual kamera slr filmnya dan meminjam uang dari orang tuannya.
Kamera dslr pertamanya didapat dari salah seorang kenalannya yang ingin menjual
kamera Nikon D70 seharga Rp. 5.000.000, selang beberapa bulan Dhemas menjual
kameranya dan dengan tambahan tabungannya lagi dhemas membeli baru Nikon D80
seharga Rp. 8.000.000 di Pusat Jual Beli Kamera di daerah Kemang. Selang beberapa
bulan kemudian dia menjual lagi kameranya dan berganti menjadi Canon 40D beserta
assesoris yang di dapat dari situs jual beli kamera online di internet seharga Rp.
9.900.000,00. Menurut Dhemas, pergantian kameranya itu memang diperlukan dalam
menunjang pekerjaannya sebagai fotografer, dan tiap kamera dslr memiliki
karakteristik dan keunggulan tersendiri saat ditanya mengenai pergantian merek
kameranya.

Hafiz memiliki kameranya dslr pertamanya sekitar 3 tahun lalu yang dia dapat dari
tabungannya serta tambahan dari orang tua. Dia membeli kamera dslr pertamanya
yaitu Nikon D70s di toko kamera di daerah Mangga Dua, Jakarta Barat, yang
merupakan distributor resmi di Indonesia. Untuk kamera barunya tersebut Hafiz
mengeluarkan uang sebanyak Rp. 6.000.000,00. Cukup lama Hafiz memakai kamera
tersebut sampai pada beberapa bulan lalu dia mengganti kameranya Nikon D200
bekas yang dia dapat dari situs jual beli online di internet seharga Rp. 9.000.000,00

Menggunakan Produk

Mengapa mereka memilih kamera dslr? Terdapat beberapa perbedaan antara kamera
saku yang kecil, ringan dan kompak dengan kamera dslr. Perbedaan kamera dlsr
dengan kamera digital saku adalah sensor/media rekamnya yang berukuran besar yang
memungkinkan dicetak dalam ukuran yang lebih besar. Ketepatan (shutter lag) nya
adalah 0, dimana diperlukan apabila untuk menangkap gambar yang bergerak cepat.
Kecepatannya (continous of frame per second) adalah kecepatan kamera menangkap
beberapa frame dalam satu detik. Para responden kebanyakan hanya percaya pada 2
merek kamera dslr yaitu Canon dan Nikon dimana mereka menganggap hanya kedua
merek tersebut yang mereka percaya (trust). Dan tiap merek dan jenis memiliki
keunggulan nya masing masing.

Dalam menggunakan kamera dslr nya, para responden seperti Adji, Dani dan Arief
lebih sering menggunakannya secara jarang, dengan kata lain ketiga responden
tersebut menggunakannya ketika mereka mengerjakan pekerjaan fotografi dan ketika
mereka ingin menggunakaannya secara pribadi untuk mengoleksi fotonya.

Berbeda dengan kedua responden yang lain, yaitu dhemas dan Hafiz yang
menggunakan kamera dslrnya secara sering, yang dengan kata lain menggunakan
kameranya hampir setiap hari untuk pekerjaannya ataupun hanya digunakan untuk
mengoleksi foto untuk kebutuhan pribadi.
Melepaskan Produk

Produk Kamera dslr merupakan barang elektronik yang pada suatu saat memiliki
kemungkina untuk rusak dan dapat tergantikan. Dalam melepaskan produknya,
biasanya para responden melihat kinerja kameranya yang sudah tidak sesuai lagi
dengan kebutuhannya, produknya sudah mulai menurun kinerjanya atau rusak.

Beberapa responden yang telah mengganti produk kamera dslrnya adalah Arief,
Dhemas dan Hafiz.
Arief mengganti kameranya berdasar pada kebutuhannya dari kamera dslr Canon
350D yang merupakan produk low end berganti menjadi kamera dslr Canon 30D yang
merupakan produk kamera semi pro.

Dhemas mengganti kameranya berdasar kebutuhannya pada pekerjaannya sebagai


Fotografer Majalah Budaya dimana harus selalu up to date agar hasilnya gambar yang
dihasilkan juga dapat maksimum. Dhemas berganti dari Nikon D70 yang merupakan
semi pro level menjadi Nikon D80 semi pro level juga namun dengan level yang
lebih baru dan kini Canon 40D ditingkat semi pro camera level . Mengomentarinya
tentang perpindahan mereknya dia berkata, tiap merek kamera memiliki keunggulan
tersendiri.

Hafiz, memiliki kebutuhan akan mengganti kameranya dikarenakan kamera lamanya


Nikon D70s yang telah lama dia pakai mengalami beberapa kerusakan dan memang
sudah waktunya harus diganti, maka itu Hafiz mengganti kamera dslrnya menjadi
Nikon D200 yang semi pro level.
METODOLOGI PENELITIAN

Penulis menggunakan metode kualitatif, yang merupakan metedologi yang subyektif


dimana peneliti itu sendiri yang menjadi instrument (Panuti Sudjiman dkk, 2002:21).
Dalam pelaksaannya peneliti dilengkapi dengan rambu-rambu observasi, interview
dan analisis dokumen. Rambu-rambu tersebut dapat berubah di lapangan sesuai
dengan keadaan yang ada. Hal ini dapat dilakukan apabila peneliti berperan sebagai
instrument penelitian.

Ada tiga macam teknik pengumpulan data penelitian (Panuti Sudjiman dkk., 2002:21)
:
1. Observasi berperan serta.
Penelitian kualitatif menggunakan observasi berperan serta sebagai tehnik
pengumpulan data yang utama.
2. Interview.
Interview digunakan untuk menggali informasi-informasi secara lebih
mendalam. Informasi tersebut ditetapkan berdasarkan hasil observasi berperan
serta.
3. Analisis Dokumen.
Analisis dokumen dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk memperdalam
informasi yang berkaitan dengan hasil observasidan hasil interview.
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi berperan
serta dan interview. Dalam hal ini saya tidak mengambil jarak dengan yang saya teliti
karena hubungan kami adalah teman dekat. Dengan demikian digunakan observasi
berperan serta. Penelitian yang dikenal dengan baik oleh semua anggota kelompok,
melakukan pembicaraan-pembicaraan, bergaul dan berpartisipasi dalam kegoatan-
kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Dalam interview, pertanyaan
diajukan secara tidak formal tetapi dalam hubungan akrab dan semata-mata
percakapan sebagai teman. Interview ini saya lakukan dengan tujuan untuk
mengetahui hal-hal yang belum saya ketahui tentang mereka.
KESIMPULAN

Dalam mendapat kan produk kamera dslr para responden mencari banyak informasi
dari beberapa tempat dari brosur iklan, toko yang bersangkutan, media internet dan
para pengguna sebelummnya. Dalam menggunakan produk kamera dslr ini para
responden kebanyakan hanya sebatas pada pemakai hobi fotografi meskipun ada
beberapa responden yang menggunakannya sebagai mesin pencari nafkahnya. Dalam
melespaskan produknya para responden biasanya melepas ketika produk kameranya
tidak sesuai lagi dengan kebutuhan para responden, selain itu ketika produk tersebut
sudak tidak dapat dipakai lagi, periode melepas produk rata rata cukup lama kira kira
satu tahun pemakaian.

Dalam perilaku konsumen para responden di pengaruhi oleh


Consumer Influences : kebutuhan, gaya hidup dan juga kepribadian kami.
Selain itu responden juga dipengaruhi oleh Organizational Influences : keluarga, kelas
sosial, kelompok acuan dan pengaruh perorangan.
DAFTAR PUSTAKA

Davenport, Alma. 1991. The History of Photography. University of New Mexico


Press.

Panuti Sudjiman dkk. 2002. Pedoman Penyusunan dan Pengujian Skripsi Program
Sarjana. Jakarta: ABFII Perbanas.

Kotler, Philip & Amstrong, Garry. 1997. Dasar-dasar Pemasaran, Principle of


Marketing 7e. Jakarta: Prenhallindo

Ujang Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran. Jakarta: MMA IPB dan Ghalia Indah

Anda mungkin juga menyukai