Anda di halaman 1dari 1

Terjadi Ketimpangan Struktural di Indonesia

Selasa, 19 Oktober 2010 05:00 WIB | Peristiwa | Umum | Dibaca 530 kali

Makassar (ANTARA News) - Otonomi melalui desentralisasi hampir 12 tahun di Indonesia ternyata
belum mampu menyejahterakan rakyat, karena terus terjadi ketimpangan struktural, sebab
kontribusi perekonomian Indonesia 67,7 persen 2008 bersumber dari Jawa. 

Ironisnya lagi, separuh dari kontribusi itu bersumber dari kawasan Jakarta Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi (Jabodetabek), kata Guru Besar Fakultas Ekonomi UI, Robert Simandjuntak dalam
seminar nasional yang dilaksanakan memperingati HUT ke-62 Fakultas Ekonomi Unhas, di Makassar,
Senin. 

"Jadi di luar Jawa hanya memberi kontribusi tidak lebih dari 30 persen dan belum merata, sementara
penduduk negara ini dari 237 juta, 130 juta jiwa di antaranya tinggal di Jawa," ucapnya.

Menurut Simandjuntak, setiap tahun DPR selalu mendesak penambahan anggaran bagi kawasan di
luar Jawa dan Indonesia Timur khususnya, namun pengaruhnya terhadap distribusi pemerataan
sama sekali tidak terlalu signifikan. 

Penyebabnya, pembelian barang-barang dan jasa masih lebih dominan dipasok oleh ekonomi di
Pulau Jawa.

"Spending (pembelanjaan) dari upah sebagian keluar dari daerah Kawasan Timur Indonesia ke Jawa.
Otonomi ini belum menolong, sementara sumber daya manusia yang digunakan masih itu-itu juga.
Ini merupakan masalah besar bagi kita," kata Simandjuntak yang tampil bareng dengan Dr Hamid
Paddu, M.A, Drs Sawedi Muhammad, MM (mewakili PT Inco), dan Dr Idris Patarai, MSi mewakili
Pemkot Makassar.

Menurut Simandjuntak, solusi untuk mengatasi ketimpangan struktural ini adalah dengan
membangun infrastruktur, jaringan tranportasi yang memadai, industri, dan kawasan
pengembangan khusus atau kawasan pengembangan terpadu (Kapet). 

Kapet yang semestinya dapat mengandalkan produk-produk unggulan, ternyata belum ada yang
berhasil.

Jadi, desentralisasi fiskal belum mampu menciptakan kesejahteraan rakyat yang menjadi slogan
pemerintah. Pekerjaan rumah sekarang adalah diperlukan adanya imperative action (perintah
aksi/kegiatan) dari pemerintah pusat untuk negara ini. 

Upaya ini juga harus diimbangi oleh kelembagaan indeks pembangunan manusia provinsi (IPMP)
harus menjamin kualitas pelayanan. Sinergi program dan anggaran untuk meningkatkan kualitas
promosi investasi daerah. 

"Langkah yang paling perlu dilakukan pemerintah pusat adalah bagaimana mengalihkan ekonomi
dari daerah tertentu (pertumbuhan tinggi) agar bisa menyebar secara merata ke daerah lain yang
masih mengalami ketimpangan," ujarnya.  (ANT-102/K004)

Anda mungkin juga menyukai